Anda di halaman 1dari 8

RANGKUMAN EKONOMI MAKRO ISLAM

“Inflasi dan Pengangguran”

Dosen Pengampu :

Dr. Tika Widiastuti SE. M. Si.

Kelas E
Disusun Oleh :
Kelompok K

1. NOOR KHAIRIA RAHMAWATI (042111433093)


2. AISAWA OKTIRA RAMADHANI (042111433094)
3. AD'DIEN WIGUNA (042111433095)

PROGRAM STUDI EKONOMI ISLAM


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2022
A. Inflasi dan Pengangguran

Secara general inflasi adalah kenaikan tingkat harga secara umum dari
barang/komoditas dan jasa selama suatu periode waktu tertentu. Inflasi dapat
dianggap sebagai fenomena moneter karena terjadinya penurunan nilai unit
penghitungan moneter terhadap suatu komoditas. Definisi inflasi oleh para ekonom
modern adalah kenaikan yang menyeluruh dari jumlah uang yang harus dibayarkan
(nilai unit penghitungan moneter) terhadap barang-barang/komoditas dan jasa.
Sebaliknya, jika yang terjadi adalah penurunan nilai unit penghitungan moneter
terhadap barang-barang/komoditas dan jasa didefinisikan sebagai deflasi. Inflasi
diukur dengan tingkat inflasi (rate of inflation) yaitu tingkat perubahan dari tingkat
harga secara umum. Persamaannya adalah sebagai berikut.

1) Penggolongan Inflasi (Berdasarkan Sifat)


● Inflasi Ringan Range 0 – 10%
● Inflasi Sedang Range 10 – 30%
● Inflasi Berat Range 30% - 100%
● Inflasi Sangat Berat Range > 100

2) Penggolongan Inflasi (Berdasarkan Penyebab)


Secara general pengangguran adalah orang yang tidak mempunyai pekerjaan,
sedang mencari pekerjaan, atau sedang mempersiapkan suatu usaha baru. Sedangkan,
tingkat pengangguran adalah perbandingan antara jumlah penganggur, dan jumlah
angkatan kerja dalam kurun waktu tertentu (dinyatakan dalam persentase).

Pengangguran dan inflasi merupakan salah satu masalah yang menjadi kosen di
beberapa negara berkembang termasuk di Indonesia. Secara definisi pengangguran
adalah orang yang termasuk dalam angkatan kerja (orang yang sudah masuk dalam usia
kerja 14 sampai 64 tahun) yang sedang mencari pekerjaan, yang bekerja kurang jadi 40
jam dalam seminggu, dan seseorang yang sudah bekerja tetapi juga sedang mencari
pekerjaan yang lebih layak.

Pengangguran dan inflasi pada umumnya berjalan beriringan dan mempunyai korelasi satu
sama lain. Teori ilmu pengetahuan ketika salah satu faktor baik inflasi maupun
pengangguran tersebut ingin diturunkan dengan beberapa upaya baik dari sektor fiskal
maupun sektor moneter pasti tidak akan bisa teratasi dua masalah sekaligus yang mana
dapat di jelas dalam kurva phillips. Sebagai berikut:
B. Inflasi dalam Ekonomi Islam
Dengan mengemukakan berbagai fakta bencana kelaparan yang pernah terjadi di
Mesir, Al-Maqrizi menyatakan bahwa peristiwa inflasi merupakan sebuah fenomena alam
yang menimpa kehidupan seluruh masyarakat diseluruh dunia sejak masa dahulu hingga
sekarang. Menurutnya, Inflasi terjadi karena harga-harga secara umum mengalami
kenaikan dan berlangsung terus-menerus. Pada saat ini, persediaan barang dan jasa
mengalami kelangkaan dan konsumen, karena sangat membutuhkannya mereka
(konsumen) harus mengeluarkan lebih banyak uang untuk sejumlah barang dan jasa yang
sama. (Al-Maqrizi, 1986 :30 dikutip dalam buku Euis Amalia, 2005 : 268).
Al-Maqrizi mengungkapkan bahwa sejatinya inflasi tidak terjadi karena faktor alam saja
melainkan karena faktor kesalahan manusia. Sehingga berdasarkan faktor penyebabnya
Al-Maqrizi menegaskan bahwa inflasi terbagi menjadi (dua), yaitu faktor alamiah (Natural
inflation) dan inflasi karena kesalahan manusia (Human Error Inflation)
1. Natural Inflation
Sesuai dengan namanya, inflasi jenis ini disebabkan berbagai faktor alamiah yang tidak
bisa dihindari umat manusia. Menurut Al-Maqrizi ketika suatu bencana alam terjadi,
berbagai bahan makanan dan hasil bumi lainnya mengalami penurunan yang sangat drastis
dan terjadi kelangkaan. Di lain pihak, karena sifatnya yang sangat signifikan dalam
kehidupan, permintaan terhadap berbagai barang itu mengalami peningkatan. Harga-harga
membumbung tinggi jauh melebihi daya beli masyarakat. (Adiwarman Karim, 2014 : 425)
Al-Maqrizi mengatakan bahwa inflasi ini adalah inflasi yang diakibatkan oleh turunnya
Penawaran Agregatif (AS) atau naiknya Permintaan Agregatif (AD). (Adiwarman Karim,
2006 : 140).
Natural Inflation dapat diartikan sebagai :
a. Gangguan terhadap jumlah barang dan jasa yang diproduksi dalam suatu
perekonomian (T). Misalnya T ↓ sedangkan M dan V tetap maka konsekuensinya P ↑.
b. Naiknya daya beli masyarakat secara rill. Misalnya nilai ekspor lebih besar dari pada
nilai impor, sehingga secara netto terjadi impor uang yang mengakibatkan M↓
sehingga jika V dan T tetap maka P ↑.
Maka Natural Inflation akan dapat dibedakan berdasarkan penyebabnya menjadi dua
golongan yaitu sebagai berikut :
a. Akibat uang yang masuk dari luar negeri terlalu banyak, di mana ekspor(X↑)
sedangkan impor (M↓) sehingga net export nilainya sangat besar, maka
mengakibatkan naiknya Permintaan Agregatif (AD↑). Secara Grafis halini dapat
digrafikan sebagai berikut :

b. Akibat dari turunnya tingkat produksi (AS ↓) karena terjadinya paceklik, perang,
ataupun embargo dan boycott.
2. Human Error Inflation
Selain karena faktor alam inflasi disebabkan oleh kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh
manusia. Inflasi ini dikenal dengan istilah human error inflationatau False Inflation. Hal ini
juga terdapat dalam Al-Qur’an surat Ar-Rum : 41
“Telah tampaklah kerusakan di darat dan di laut disebebabkan kearena perbuatan manusia,
Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar
mereka kembali (ke jalan yang benar).
Menurut Al-Maqrizi inflasi yang terjadi akibat kesalahan manusia antara lain :
1. Korupsi dan Administrasi yang buruk
2. Pajak yang berlebihan
3. Peningkatan sirkulasi mata uang

C. Upaya penyembuhan inflasi dalam ekonomi Islam


Ekonom Islam maupun konvensional banyak yang menyetujui bahwa upaya untuk
mengendalikan inflasi agar tetap dalam tingkat moderat, kebijakan pemerintah (kebijakan
fiskal) maupun otoritas moneter (kebiajakan moneter) merupakan bagian dan upaya
menekan inflasi. Apabila inflasi di defenisikan dengan kecenderungan kenaikan
harga-harga secara umum, maka akan kita dapati bahwa dalam setiap perekonomian
(apakah itu menggunakan sistem ekonomi kapitalis ataupun Islam) akan senantiasa
ditemui permasalahan inflasi. Hanya saja, perbedaan yang cukup signifikan baik secara
kuantitatif maupun kualitatif antara permasalahan inflasi yang ada didalam perkonomian
Islam dengan yang ada di dalam perekonomian kapitalis. Kebijakan fiskal menjadi
perangkat penting bagi negara sejahtera, kebijakan ini mencakup pengeluaran untuk
kepentingan umum, pajak progresif dan pinjaman untuk merealisasikan tujuan yang di
cita-citakan. Pengeluaran umum bukan hanya untuk fungsi tradisional sebagaimana yang
telah diakui, tetapi juga untuk fungsi negara sejahtera dalam meningkatkan pertumbuhan,
stabilitas ekonomi dan persamaan pendapatan yang lebih besar. Kesejahteraan manusia
hanya dapat diwujudkan melalui pemenuhan kebutuhan material dan spritual manusia.
Pendapat ini sesuai dengan pendapat MA. Mannan yang berpendapat bahwa prinsip Islam
tentang kebijakan fiskal dan anggaran belanja bertujuan untuk mengembangkan suatu
masyarakat yang didasarkan atas distribusi kekayaan berimbang dengan menempatkan
nilai-nilai material dan spritual pada tingkat yang sama. yang dimaksud nilai material
adalah nilai yang berguna bagi jasmani manusia. Contoh, makanan, minuman, pakaian,
tempat tinggal atau lebih dikenal dengan sandang, pangan, papan. Yang dimaksud nilai
spritual adalah nilai yang berguna bagi rohani manusia. Nilai spritual dibagi lagi menjadi
religi (agama), nilai estetika (keindahan, seni), nilai etika (moral) dan nilai logika
(kebenaran). Dengan demikian Chapra dan Mannan menghendaki kebijakan fiskal dalam
rangka menekan inflasi tidak hanya meletakkan orientasi material akan tetapi perlu
meletakkan nilai-nilai spritual.

Menurut Umer Chapra strategi untuk menekan inflasi yaitu:


Pertama, perbaikan moral (yang dikejar bukan hanya dimensi material tapi juga
dimensi spritual). Kedua, distribusi pendapatan dan kekayaan yang merata.
Ketiga, penghapusan riba.
1. Perbaikan moral
Elemen paling penting dari strategi Islam dalam merealisasikan tujuan-tujuan Islam adalah
bersatunya semua hal yang dianggap sebagai aspek kehidupan biasa dengan spirit untuk
meningkatkan moral manusia dan masyarakat tempat dia hidup. Tanpa peningkatan spirit
semacam itu tidak akan ada satu tujuan pun yang dapat direalisasikan dalam kesejahteraan
manusia yang sesungguhnya jadi sulit diwujudkan.
2. Distribusi pendapatan dan kekayaan yang merata
Islam telah memberikan satu cetak biru untuk pengorganisasian seluruh aspek kehidupan,
ekonomi, sosial atau politik, yang memperkuat keberanian masyarakat untuk mengatakan
yang benar dan mengaktualisasikan tujuan-tujuan yang sangat dekat dengan Islam.
Misalnya, distribusi pendapatan dan kekayaan yang merata, tujuan-tujuan yang ingin
dicapai oleh semua sistem ekonomi, tidak akan bisa dicapai tanpa: kayakinan mengenai
persaudaraan manusia yang hanya bermakna bagi mereka yang percaya akan Tuhan yang
Esa yang menciptakan semua umat manusia, yang dihadapanNya semua manusia sama
dan akan dimintai pertanggungjawaban. Sistem sosioekonomi yang tidak menciptakan
sikap sosial berdasarkan hukum survival Darwin, melainkan mengorganisasikan
masyarakat atas landasan moral untuk mendorong interaksi sosioekonomi atas dasar
keadilan dan kerja sama. Sistem sosiopolitik yang mampu mencegah perlakuan tidak adil
dan eksploitatif melalui berbagai cara, termasuk mencegah riba, dan memberikan
dukungan material bagi yang lemah
3. Penghapusan riba
Islam beserta semua syariat samawi melarang riba karena menimbulkan bahaya sosial dan
ekonomi. Dari segi ekonomi, riba merupakan cara usaha yang tidak sehat. Keuntungan
yang diperoleh bukan berasal dari pekerjaan yang produktif yang dapat menambah
kakayaan bangsa. Namun, keuntungan itu hanya untuk dirinya sendiri tanpa imbalan
ekonomis apapun. Keuntungan ini hanya diperoleh dari sejumlah harta yang diambil dari
harta si paminjam, yang sebenarnya tidak menambah harta orang yang melakukan riba.
DAFTAR PUSTAKA

Astuti, P. B. (2016). Analisis kurva phillips dan hukum okun di indonesia tahun 1986-2016.
Fokus Bisnis: Media Pengkajian Manajemen dan Akuntansi, 15(1).

Juhro, S. M. (2009). Kurva Phillips dan Perubahan Struktural di Indonesia: Keberadaan, Pola
Pembentukan Ekspektasi, dan Linieritas. Bulletin of Monetary Economics and
Banking, 6(4), 41-76.

Kurniawati, F. (2019). Pengendalian Inflasi Dalam Perspektif Ekonomi Islam. Adzkiya:


Jurnal Hukum Dan Ekonomi Syariah, 6(2).

Mahendra, A. (2017). Analisis Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Perkapita,


Inflasi dan Pengangguran Terhadap Jumlah Penduduk Miskin. Jurnal Riset Akuntansi
& Keuangan, 113-138.

Samsul, S., Hamid, N. M., & Nasution, H. G. (2019). Sistem Pengendalian Inflasi dalam
Sistem Ekonomi Islam. Al-Azhar Journal of Islamic Economics, 1(1), 16-28.

Anda mungkin juga menyukai