KAJIAN TEORI
memiliki pengertian yang hampir sama, tapi ada perbedaan yang melingkupinya.
Perbedaan yang mendasar adalah tujuan pencapaian dari konsumsi dan cara
sehingga menjadikan konsumsi juga bernilai ibadah. Sebab hal-hal yang mubah
Dalam ekonomi Islam, konsumsi dinilai sebagai sarana wajib yang tidak bisa
manusia, yaitu mengabdi sepenuhnya hanya kepada Allah untuk mencapai falah.
Falah adalah kehidupan yang mulia dan sejahtera di dunia dan akhirat. Falah
10
11
yang halal dengan batas kewajaran untuk menciptakan manusia hidup hidup aman
dan sejahtera. Yang di maksud konsumsi disini bukan semata-mata makan dan
minum saja. Konsumsi mencakup segala pemakaian dan pemnfaatan barang dan
membeli mobil, emas,perak, dan perhiasan, lain juga termasuk dalam aktivitas
konsumsi.9
8
http:// Teori Konsumsi dalam islam Economics html di akses 12 Januari 2017
9
Prof.Dr. H. Indri,M.Ag. Hadis Ekonomi,Ekonomi Dalam Prespektif Hadis Nabi.
Jakarta : Prenadamedia Grup.2015, hlm. 98.
10
Prof.Dr. H. Indri,M.Ag Hadis Ekonomi,Ekonomi Dalam Prespektif Hadis Nabi.
Jakarta: Prenadamedia Grup.2015, hlm. 98
12
(hemat) tidak rakus atau serakah sebab keserakahanlah yang menghancurkan bumi
ini.
Berdasarkan ayat Al Qur’an dan Hadist di atas dapat dijelaskan bahwa yang
dikonsumsi itu adalah barang atau jasa yang halal, bermanfaat, baik, hemat dan
mengkonsumsi sesuatu yang baik lagi halal untuk mewujudkan tujuan dari pen
ciptaan manusia itu sendiri, yaitu beribadah kepada-Nya dan menjadi khalifah-
Nya di muka bumi. Artinya, manusia akan mendapatkan dua manfaat sekaligus
11
Lihat Sandono Sukirno, Pengantar Teori mikroekonomi Jakarta: Rajawali Press. 2002
M. Hlm 53
12
http//: Pola Perilaku Konsumsi Islami Ayat Dan Hadits Produksi,Konsumsi Dan
Distribusi. Html di akses 03 Januari 2017
13
sedekah dan infaq di jalan Allah.13 Dengan ini, aktivitas konsumsi dalam Islam
jelas berkaitan dengan aspek sosial. Hal ini menunjukkan bahwa teori konsumsi
Islam memberi arah agar konsumsi individu selalu dihubungkan dengan konsumsi
Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan Mannan tentang perbedaan
antara ilmu ekonomi modern dan ekonomi Islam. Bahwa perbedaan tujuan
konsumsi modern dan Islam terletak pada cara pendekatannya dalam memenuhi
dari pola konsumsi moderen14. Jadi aktivitas konsumsi dalam Islam lebih
Hal ini sejalan dengan hadis Nabi Saw: “Tidak bergeser kaki seorang hamba
pada hari kiamat dari tempat berdirinya hingga ia ditanya tentang umurnya
dimanfaatkan untuk apa selama hidupnya, tentang ilmunya untuk apa digunakan,
tentang hartanya dari mana ia peroleh dan ke mana ia gunakan, dan tentang
13
M.N. Siddiqi, The Economics of Enterprise in Islam Lahore: Islamic Publications Ltd.
1972, h. 14
14
Mannan, M.A., Teori dan Prakrtek Ekonomi Islam, Terj. Jakarta: Erlangga. 2000. Hlm
45 Muhammad, Ekonomi Mikro dalam Persfektif Islam Yogyakarta: BPFE. 2005, h. 165.
14
Islam adalah untuk mewujudkan maslahah dunia dan akhirat. Maslahah dunia
terpenuhinya kewajiban dan tuntuan akhirat. Tujuan konsumsi dalam Islam tidak
dipisahkan antara tujuan konsumsi yang bersifat kemaslahatan dunia dan akhirat.
طع م اال ثنين كا ف: عنا ا بئ رة انه ق ل قل رسؤ ل هللا صلئ هللا عليه ؤسلم
Kegiatan konsumsi yang bersifat duniawi seperti makan, minum dan lain-
lain adalah dalam rangka agar manusia dapat bertahan hidup dan memenuhi
kehidupannya untuk beribadah kepada Allah swt. Artinya bahwa konsumsi yang
pencapaian maslahat tersebut maka tujuan konsumsi sangat berkaitan erat dengan
bahaya bagi manusia. Oleh karena itu, setiap larangan dan perintah yang di
keluarkan oleh Allah dan Rasul mempunyai hikmah dan kemaslahatan bagi tujuan
hidup manusia, baik di dunia maupun di akhirat. Hal ini yang menjadi tujuan
15
Imam at-Tirmiżi, Sunan Tirmiżi, Juz 8, h. 443, no. hadis 2341.
16
Prof. Dr. H. Idri, M. Ag “Hadis Ekonomi dan Prespektif Hadis Nabi” hlm 100
15
dasar itu pula, konsumsi dilakukan sejalan tujuan syari‟ah (maqashid shariah).
2. Perilaku Konsumtif
Padahal kata yang terakhir ini mengacu pada segala sesuatu yang berhubungan
kecendrungan terhadap keinginan yang baik dan keinginan yang buruk sekaligus.
Keinginan manusia didorong oleh suatu kekuatan dari dalam diri manusia yang
bersifat pribadi dan karenanya seringkali berbeda dari satu orang dengan orang
berifat tidak terbatas dalam kuantitas dan kualitasnya. Kekuatan dari dalam diri
disebut jiwa atau hawa nafsu yang memang menjadi penggerak utama seluruh
perilaku manusia.
Dari penyataan diatas dalam ajaran Islam manusia harus mengendalikan dan
kerugian bagi kehidupan dunia dan akhirat. Keinginan yang sudah dikendalikan
17
file:// pengertian-perilaku-konsumtif-definisi.html di akses 11 Januari 2017 jam 09.05
WIB
16
pengertian terpenuhi kebutuhan baik bersifat fisik maupun spiritual. Islam sangat
secara zatnya maupun cara memperolehnya, tidak bersikap israf (royal) dan tabzir
(sia-sia). Oleh karena itu, kepuasan seseorang muslim tidak didasarkan banyak
sedikitnya barang yang dikonsumsi, tetapi didsarkan atas beberapa besar nilai
Rozalinda, M.Ag dalam bukunya Ekonomi Islam Teori Dan Aplikasinya Pada
۞ َمحْ سُورًا
18
http://www.landasanteori.com/2015/09/pengertian-perilaku-konsumtif-definisi.html.
19
Dr. Rozalinda,M.Ag Ekonomi Islam Teori dan Aplikasinya Pada Aktivitas Ekonomi
Jakarta: CV Media Group. 2014. hlm 108-109.
17
َو ُكلُوا ِم َّما َر َزقَ ُك ُم هَّللا ُ َحاَل اًل طَيِّبًا ۚ َواتَّقُوا هَّللا َ الَّ ِذي َأ ْنتُ ْم بِ ِه
۞ ُمْؤ ِمنُون
Artinya: Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang
Allah telah rezekikan kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah yang
kamu beriman kepada-Nya.
3) Islam melarang bersikap Israf (royal), dan Tabzir (sia-sia) larangan terhadap
sikap hidup yang mewah. Gaya hidup mewah perusak individu dan
masyarakat dan sikap hidup yang sia-sia hidup yang berlebih-lebihan dalam
membelanjankan uang hanya demi keinginan hal tersebut sangat dilarang oleh
berikut.
1) Prinsip Keadilan
Prinsip ini mengandung arti mengenai cara mencari rezeki yang halal dan tidak
dilarang oleh Syariat Islam artinya sesuatu yang dikonsumsi tersebut harus
didapat secara halal dan tidak bertentang denga hukum islam sudah dijelaskan
Arinya: Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa
yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah
syaitan; karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata
bagimu.
2) Prinsip Kebersihan
Prinsip ini tercantum dalam al-Quran dan sunnah Nabi bahwa dalam
mengonsumsi sesuatu, seseorang haruslah memilih barang yang baik dan cocok
ُت هَّللا ِ ِإ ْن ُك ْنتُ ْم ِإيَّاه َ فَ ُكلُوا ِم َّما َر َزقَ ُك ُم هَّللا ُ َحاَل اًل
َ طيِّبًا َوا ْش ُكرُوا نِ ْع َم
3) Prinsip Kesederhanaan
ِ يَا بَنِي آ َد َم ُخ ُذوا ِزينَتَ ُك ْم ِع ْن َد ُكلِّ َم ْس ِج ٍد َو ُكلُوا َوا ْش َربُوا َواَل تُس
ۚ ْرفُوا
Kemurahan Allah kepad manusia dan telah memberikan rahmat dan nikmat
untuk sebagian lorang lain firman Allah Surah Al-Maidah Ayat 96:
َ ص ْي ُد ْالبَرِّ َما ُد ْمتُ ْم ُح ُر ًما ۗ َواتَّقُوا هَّللا َ الَّ ِذي ِإلَ ْي ِه تُحْ َشر
ُون َ َعلَ ْي ُك ْم
Artinya: Dihalalkan bagimu binatang buruan laut dan makanan (yang
berasal) dari laut sebagai makanan yang lezat bagimu, dan bagi orang-
orang yang dalam perjalanan; dan diharamkan atasmu (menangkap)
binatang buruan darat, selama kamu dalam ihram. Dan bertakwalah
kepada Allah Yang kepada-Nya-lah kamu akan dikumpulkan
5) Prinsip Moralitas
Dalam prinsip moral bahwa Allah dijelaskan bahwa seorang muslim diajarkan
setelah makan.
20
Dalam perilaku konsumsi Islam teori nilai guna dan hubungannya dengan
teori maslahah dalam untuk mengetahui kepuasan seorang konsumen dalam teori
ekonomi islam dapat di ilustrasikan dalam bentuk total utility (nilai guna total)
pengurangan penggunaan satu unit barang.20 Agar lebih jelas, dapat dilihat pada
Tabel 1.1
Total Utility dan Marginal Utility
Jml pengonsumsian Total Utility Marginal Utility
0 0 0
1 30 30
2 50 20
3 65 15
4 69 4
5 68 -1
6 64 -4
7 57 -7
meningkatkan dan nilai guna marginanya adalah positif. Ini berarti maksimal pada
ditingkatkan lagi, maka mengurangi tingkat kepuasan. Dan dari contoh di atas,
ditunjukan apabila konsumen mengonsumsi suatu barang lima, enam, dan tujuh
kepuasan yang didapat dari mengonsumsi tersebuat lebih rendah dari pada
Gambar 1.1
Total Utility dan Marginal Utility
Total nilai guna (utility) apabila dianalisis dari teori maslahah, kepuasan
bukan didasarkan atas banyaknya barang yang di konsumsi tetapi didasarkan atas
baik buruknya sesuatu itu terhadap diri dan lingkungannya. Jika mengonsumsi
suatu mendatangkan tidak baikan pada diri atau pada lingkungannya maka
tindakan itu harus ditinggalkan seasuai dengan kaidah: “menolak segala bentuk
21
Dr. Etta Mamang Sangadji,MSi. Dr. sopiah,MM.,Pd. Perilaku Konsumen Pendekatan
Praktis. Yogyakata: CV ANDI OFFSET. 2013M, hlm24-26.
22
Menurut Lee social influences ialah cerminan dari hasil komunikasi dan
interaksi dengan orang lain, yang dimana dengan adanya pengaruh tersebut
dapat terjadi perubahan sikap atau perilaku seseorang.22 Dalam konteks ini
pengaruh lingkungan.
social influences segala sesuatu dalam lingkungan sosial sebagai bagian dari
Pengaruh sosial social influences menjadi hal utama dan menjadi faktor
kelompok serta peran dan status sosial. Hampir semua perilaku konsumen
Pengaruh sosial sangatlah kuat dalam berpengaruh dari sebuah tingkah laku
seseorang sehingga orang akan mempertahankan dirinya dari kontrol atas dirinya.
Seseorang akan mengalami penderitaan yang amat luar biasa terhadap dirinya
maksud sosial itu sendiri. Sekuat apapun seorang individu bertahan dia tidak kan
22
Lee, Kaman. 2008. Opportunities for Green Marketing: Young
Consumers.International Journal of Marketing Intelligence & Planning. Vol. 26, No. 6, pp. 573-
586.
23
Sangadji, Etta Mamang & Sopiah. 2013 Perilaku Konsumen Pendekatan Praktis.
Yogyakata: Andi Offset.
24
Kotler, Philip dan Gary Armstrong. 2008. Prinsip-prinsip Pemasaran. Jilid 1.
Edisi ke 12. Jakarta: Erlangga. Hal 163
23
dalam hidupnya.
influences) ini ada 3 faktor yang mendorong terjadinya pengaruh social, yaitu:
berpengaruh ialah:
handphone untuk mengaktifkan profil diam pada hp mereka. Begitu juga saat
kita menabung di bank maka kita harus antri untuk menunggu giliran hal
orang lain. Seperti contoh kepatuhan para mahasiswa atau santri putri
terhadap larangan keluar pondok seperti yang diperintahkan oleh nyai atau
kyai mereka.
25
Jurnal Unesa. Teori Pengaruh Sosial terhadap perilaku konsumen terbitan 2014
24
Pada saat pikiran terfokus pada barang tersebut maka target, usaha bahkan kerja
Saat ini orang berbelanja karena berbagai sebab, untuk memanjakan diri
sendiri, menyenangkan orang lain, membeli sesuatu dengan alasan hari raya, atau
dirinya mampu membeli barang mahal dan memperlihatkan status sosial bahwa
yang dia atas telah membuat seseorang hidup dalam gaya yang konsumtif. Dan
kebutuhan bahkan hal konsumsi dilakukan hanya untuk kesenangan atau hanya
emosi saja. Sesuatu yang dikonsumsi dalam perilaku konsumsi itu membeli
barang atau jasa hanya sebatas bahwa penggunaan barang atau konsumsi mahal
individu dalam mengonsumsi suatu barang biasanya dengan aturan dan norma di
dalamnya. Kadang dalam pikiran kita sebagai individu yang konsumtif ingin
melakukan sesuatu namun karena aturan dan norma yang mengikat tidak dapat
niat. Hal yang terjadi apabila tidak mengikuti aturan kelompok, kemungkinan
adalah makhluk sosial, yang ingin diterima secara sosial dimana kita berada dalam
Aspek sosial penting bagi para perilaku konsumsi. Para konsumsi membeli
berbagai produk tertentu karena produk-produk ini disukai oleh anggota sosial
mereka sendiri maupun kelas yang lebih tinggi, dan para konsumen mungkin
kedudukan sosial dari kedudukan yang disandang oleh orang tua mereka. Yang
paling umum dipikirkan oleh orang adalah gerakan naik karena tersedianya
diri.
dibedakan sehingga kita mengetahui dari kalangan kelas sosial mana seseorang
tertentu, mereka enggan bergaul dengan kelas social dibawahnya atau membatasi
diri hanya bergaul dengan kelas yang sama dengan kelas mereka.
dengan kelas social di bawahnya. Sebaliknya kelas sosial bawah akan memandang
mereka sebagai orang boros dan konsumtif dan menganggap apa yang mereka
26
lakukan kurang manusiawi dan tidak memiliki kesadaran dan solidaritas terhadap
Santri remaja mempunyai keingintahuan yang besar dan terkesan tidak mau
diatur. Pada pondok yang berbasis salafiyah dan tradisional, aturan-aturan yang
diterapkan cenderung lebih ketat dan mengikat bagi para santrinya dibanding
bentuk tindakan sosial yang banyak dilakukan oleh para santri mahasiswi Pondok
tersebut.
yang digunakan adalah teori tentang sosialisasi nilai agama. Studi ini menemukan
faktor usia santri mahasiswi yang tergolong remaja, rendahnya tingkat pendidikan
sosialisasi nilai-nilai agama san kontrol serta sanksi di pondok pesantren yang
rendah26.
1. Roles (Peran)
2. Family (Keluarga)
Sebagai bagian dari interaksi sosial dengan ikatan yang kuat, kelompok
4. Culture (Budaya)
atas diri dan lingkungannya yang mempengaruhi cara berpikir dan perilaku
27
Sangadji, Etta Mamang & Sopiah. 2013 Perilaku Konsumen Pendekatan Praktis.
Yogyakata: Andi Offset.
28
1. Peran (Roles)
Peran (roles) dalam peran milki arti kedudukan dalam kedudukan juga
memilki arti peran juga karena di dalam diri seseorang melekat status sosial dan
peran sosial antara peran dan status tidak dapat dipisahkan peran memilki fungsi
mengatur perilaku indvidu yang berhubungan dengan status sosial. Peran sosial
adalah suatu tingkah laku yang diharapkan dari individu sesuai dengan status
sosial yang disandangnya, sehingga peran dapat berfunsi pula untuk mengatur
perilaku seseorang. Seseorang yang memilki status tinggi memilki sikap yang
apa yang diperbuat (perilaku). Menurut Levinson (Maryati Kun dan Juju
Suryawati)28 bahwa peran mencakup tiga hal cakupan peraturan sebagai berikut.
sebagai seorang santri harus jadi panutan di masyarakat itu sendiri karena pada
contoh: seorang ulama, guru dan sebagainya harus bijaksan, baik hati,
Maryati Kun dan Juju Suryawati. Sosiologi Untuk SMA dan MA. Jakarta: Erlangga.
28
c. Peraturan juga dapat dikatakan sebagi perilaku individu contoh : suami istri,
masyarakat.
kesadran diri, tanggung jawab, penalaran moral, kontrol diri, serta faktor eksternal
sekolah, penegakan aturan hukum pondok. Guru yang mampu mengakkan aturan
dengan kosisten dan pengurus organisasi sekolah yang mampu dijadikan contoh
panutan yang mendukung kepatuhan santri, sedangkan guru yang tidak adil dan
pengurus organisasi yang tidak mampu menaati peraturan yang dibuat membuat
aturan mampu mengerti nilai-nilai patuh dan disiplin sehingga mampu mengotrol
2. Pondok Pesantren
Santri remaja mempunyai keingintahuan yang besar dan terkesan tidak mau
diatur. Pada pondok yang berbasis salafiyah dan tradisional , aturan aturan yang
diterapkan cenderung lebih ketat dan mengikat bagi para santrinya di banding
bentuk tindakan sosial yang banyak dilakukan oleh para santri mahasiswi PP.
tersebut.
sampai kebutuhan sehari-hari. Mulai dari makan yang disediakan oleh pondok,
jika santri bosan dengan makanan pondok bisa mencari makan diluar pondok,
bahkan failitas pondok pun meliputi fasilitas internet, toko serba guna di dalam
pondok, serta toko buku yang tersedia di toko buku pesantren agar santri
mendapatkan ilmi selain ilmu agama juga mendapatkan ilmu sosial dan umum.
Namun tak jarang pula karena tidak mampu mengadopsi modernisasi dengan
baik, maka hal tersebut dapat mengancam kehidupan para santri. Misalnya saja
perilaku konsumsi santri mahasiswi. Kita ketahui bahwa kata konsumtif adalah
Perilaku ini dapat terlihat dari perilaku memutusakan membeli suatu barang
pesantren.
untuk ditanggapi orang lain, keinginan untuk dihargai seseorang, keinginan untuk
diapresiasikan orang lain. Keinginan untuk diakui orang lain yang berpusat pada
Remaja saat ini terutama santri berusaha membentuk image dirinya secara fisik
sederhana dan juga tidak berlebihan. Disini dapat dilihat kesenjangan antar apa
Perilaku santri yang mana seharusnya santri berperilaku sederhana dan tidak
menjadi agen perubahan sosial. Santri diharapka mampu menuntut ilmu agama
dan umum. Mampu melakukan perubahan sosial dan menularkan perilaku positif
Pesantren adalah lembaga pendidikan Islam dimana para santri biasa tinggal
umum bertujuan utk menguasai ilmu agama Islam secara detail serta
berpengaruh apa bila para santri sudah beradaptasi dengan masyarakat dalam hal
ini bukan hanya dalam agama saja maka dalam sekian banyak ilmu pengetahuan
pesantren yang begitu mempunyai pekembangan sangat signifikan baik itu dalam
30
http://kamiluszaman.blogspot.co.id/2015/09/pondok-pesantren-sebagai-sistem.html di
akses pada 05 Januari 2017 jam 12.00
32
segi agama, ilmu pengetahuan, keahlian dan kearifannya. Tidak hanya itu pondok
dengan adanya Sekolah Tinggi Agama Islam Syaichona Moh. Cholil Bangkalan
dengan harapan bahwa nya dengan adanya sekolah tinggi ini akan mampu
Agama Syaichona Moh. Choli Bangkalan selau mengajarkan nilai-nilai dan arti
pentingnya keislaman baik itu dari segi ekonomi, sosial, budaya dan ke agama
yang ada. Dalam hal pula dari segi ekonomi. Di dunia pendidikan pondok
pesantren ini selalu diajarkan pola perilaku mengonsumsi yang baik dalam hal nya
konsumsi disini adalah pola perilaku konsumsi yang halal dan menjauhi perilaku
konsumsi yang di haramkan dalam agama Islam. Dalam perilaku konsumsi ini
Perilaku konsumsi ini tidak hanya terjadi hanya pada perilaku konsumsi
pada segi makanna namun juga pada fashion, dan cara berpenampilan yang
menarik, sikap yang knsumtif merupakan yang yang sangat banyak terjadi
dikalangna para santri hal ini di krenakan pemasaran ilegal yang di lakukan para
peraturan dalam pondok di larangan namun banyak sekali sistem online yang bisa
dilakukan oleh para santri di dalam pondok. Semakin mudahnya akses pemesan
barang melalui sistem online dan pengiriman barang melaui layanan tertentu
Konsumsi terjadi pada santri juga adnya pengaruh sosial dari berbagai
kalangan seperti contoh pergaulan sesama teman dan adaptasi saat para santri
pulang dari pondok, maka intrasksi juga dapat terjadi melalui sosial, psikologis,
dan situasi di dalam pondok ataupun saat di luar pondok pesantren Syaichona.
Moh. Cholil Bangkalan. Pengaruh sosial pada pondok pesantren juga menjadi hal
yang sangat berpenagaruh apabila hal tersebut tidak di batasi, maka kemungkina
perilaku konsumsi santri mahasiswi terus terjadi tanpa batas dikarena semakin
tidak tekendali maka jiwa santri sebagaimana adanya di pondok juga kan menjadi
tekanan bagi bagi para orang tua terhadap tuntutan perilaku tersebuat akan banyak
pengeluaran yang akan terjadi dan hal tersebuat akan menitik beratkan pada orang
ribuan santri terisolasi dari dunia luar. Pihak pengelola memberi isolasi dengan
membangun pagar agar santri tetap berada di lingkungan pesantren dan hanya
diperbolehkan keluar pada hari tertentu saja itupun dengan berbagai persyaratan.
Dengan adanya isolasi, santri tidak ada pilihan lain kecuali mengkonsumsi produk
maupun brand yang terdapat dalam lingkungan pondok pesantren tersebut. Kyai
sebagai pemimpin dapat mengatur produk atau brand apa saja yang diijinkan
Bahkan pihak pondok pesantren melalui peraturan Kyai yang bersangkutan dapat
Dalam hal ini maka ini perlu diteliti dengan penelitian yang akurat bahwa
ada berbagai faktor yang lebih disignifikan pada perilaku konsumsi santri pondok
akan menjadi sebuah acuan dimana seseorang akan menkaji pendapat orang lain
atau sebagian klompok untuk menjadi dasar keputusannya seperti hal nya seorang
ayah yang akan menajadi panutan dalam penentu keputusan dari seorang anak.
Klompok akan member standart nilai dalam perilaku seseorang baik itu dalam
mahluk sosial. Konsumen yang memilki teman merupakan tanda bahwa dia
berbelanja dimana dalam hal ini teman atau klompok persahabatan keluarga
menjadi sebuah acuan dimana saat membeli barang akan bertanya pada
informasi banyak tentang suatu barang yang akan dibeli. Teman yang ingin
35
membeli produk komputer akan membawa temannya yang faham tentang seluk
beluk komputer.
Facebook dalam dunia maya ini maka tidak jarang diantara kita mudah
berteman satu sama lain ataupun antar Negara lain. Melalui dunia internet
Para konsumen membeli berbagai produk tentu karena produk tersebut disukai
oleh kelas sosial dimana konsumen santri menghidari produk produk lain
dikarenakan produk tersebut produk produk kelas yang lebih rendah. Para
individu dapat berpindah dari kelas atas ke kelas bawah sesuai dengan dari
kedudukan sosial yang di sandang oleh orang tua nya ataupun dari
Dalam keseharian santri akan dan pasti bertemu dengan santri lainnya atau
mengakibatkan tindakan pada santri. Santri akan melihat apa yang dilakukan,
dilakukan atau diperbuat oleh santri sekitarnya. Secara tidak langsung akan
berfikir mengonsumsi atau memaki apa yang dilihatnya. Setelah itu santri akan
mencoba menerapkana apa yang dilakukan, diperbuat oleh orang sekitarnya. Dan
disilah akhir dari proses berfikir tersbut yaitu santri memutuskan untuk menjadi
sama dengan lingkungan sosialnya. Dan pada akhirnya santri tersebut akan
menjadi stimulus bagi yang lainnya untuk melakukan dan berbuat seperti dirinya.
namun tidak semua apa yang dilakukannya atas kehendaknya santri. Keinginan
tersebut dapat berasal dari luar individu tersebut, misalnya orang lain dan dari
Faktor sosial religius santri berpengaruh positif terhadap faktor sosial. Hal
lingkungan yang mayoritas agama islam akan menghasilkan aktifitas sosial yang
mahasiswi. Hal ini ditunjukkan bahwa semakin lama dalam pemahaman dan
37
keyakinan santri mahasiswi akan rdimensi religius maka semakin menguatkan niat
4. Culture (Budaya)
Budaya adalah suatu kebiasaan yang susah untuk dirubah. Terutama dalam
budaya organisasi dipesantren Syaichona Moh. Cholil Bangkalan. Salah satu basis
tradisinalisme. Pengaruh buday pada pondok pesatren ialah peran kyai sebagi
pemimpin budaya organisasi di pondok pesantren para kyai memiliki yang potensi
sendiri. Budaya itu sendiri merupaka faktor penentu keinginan dan perilaku
Budaya di pondok pesantren ialah secara kasat mata, kita bisa melihat
budaya seperti misal perayaan hari valentine, tahun baru, ulang tahun yang nyaris
seperti anak kota. Dalam berpakaian tidak sedikit gaya yang mengikuti tren
selebritas. Dalam hal makananan memasak sendiri dianggap tidak gaul dan
Secara tidak sadar santri telah dihingapi budaya instan konsumstif, dan hedonis.
pudarnya gaya hidup yang sesungguhnya pada santri telah hilang akibat tergiur
produk luar31
berharap produk tersebut bermnfaat bagi diri konsumen dalam sebuah produk juga
harus berjalan dan sesuai dengan norma dan aturan yang ada ditempat konsumen.
Kebudayaan yang berkembang dan selalu berubah membuat perubahan pula pada
perilku komsumsi individu baik umum ataupun secara islami. Budaya yang
Maka sikap budaya santri yang konsumtif ini harus dibentengi dengan sikap
teliti dan kritis serta membenteng dengan ilmu pengetahuan yang religius supaya
masyarkatnya.
C. Penelitian Terdahulu
karya seseorang yang terputus dari usaha intelektual yang dilakukan generasi
perubahan yang signifikan. Penulisan ini juga merupakan mata rantai dari karya-
karya ilmiah yang lahir dari generasi sebelumnya. Namun sejauh informasi yang
penulis ketahui penelaahan terhadap masalah yang penulis angkat belum pernah
penulis temui.
Maret 2007.
39
Hal ini tercermin dalam hasil penelitian yang relevan dengan permasalahan
penelitian ini, antara lain penelitian yang ada kaitannya dengan tema skripsi
1. Penelitian oleh Ilmiah Rofi tentang “Perilaku Konsumsi Santri Putri Pondok
Bangkalan Madura 30% santri putri yang memiliki jiwa konsumtif rendah ,
20% santri putri yang memliki jiwa konsumtif sedang dan 50% santri putri
Madura termasuk kategori perilaku konsumsi boros dan tidak sesuai dengan
IAIN Surabaya. Dalam penelitian ini juga di bahas bahwa faktor yang
culture (budaya).32
3. Penelitian yang disusun oleh Noor Arifah Muziyah Perilaku konsumstif dalam
32
Yulianah Rahma 2013 faktor-faktor yang mempengaruhi Kpeputusan konsumen dalam
pengambilan keputusan pembelian produk islam IAIN Surabya Hlm 39
40
kelas sosial yang mana perilaku konsumsi santri dalam berbusana dikarenakan
sederhana tidak hanya untuk pribadi sendiri akan tetapi dalam kehidupan
memperluas ruang gerak arus dan transaksi barang dan jasa melintasi batas-
batas wilayah suatu negara, sehingga barang dan jasa yang di tawarkan
bervariasi baik produk dalam negeri ataupun produk luar negeri. Kondisi
demikian itu pula pada satu pihak mempunyai manfaat bagi konsumen karena
33
Wafiatussholihah Universitas Sunan Giri Surabaya, 2015, Analisis tentang Pemikiran
Yusuf Qardhawi tentang konsep konsumsi islam Hlm 47.
41
kebutuhan konsumen akan barang dan jasa yang diinginkan dapat terpenuhi
semakin terbula lebar kebebasan untuk memilih aneka jenis dan kualitas barang
itu berada itu berada di tangan orang-orang tertentu tidak berarti bahwa mereka
diberikan Allah kepada manusia itu masih berhak mereka milki walaupun
kadang mebeli handphone untuk hanya sekedar mengikuti Tren. Manfaat juga
34
Abd. Muntholip. Jurnal Perilaku Konsumen Dalam Prespektif Islam Dosen STAI
Attanwir Bojonegoro 2012 Volume 01 April 2012.
42
dapat tidak hanya didunia saja namun di akheirat juga , seperti mengingat
hanya mengikuti Tren saja padahal dalam islam telah diajarkan untuk bersikap
sederhana35.
kaji dalam penelitian ini berbeda dengan penulisan atau penelitian sebelumnya,
karena dalam penelitian ini penulis mencoba meneliti tentang pengaruh sosial
35
Tin Waroatul Watimah. Model Perilaku Konsumen Terhadap Pembelian Handphone
Menurut Teori konsumsi Islam (Studi Kasus Pada Masyarakat Muslim Desa Kalibalik Kecamatan
Banyu Putih Kabupaten Batang) Fakultas Ekonomi Bisnis Islam Universitas Islam Negeri
Walisongo Semarang. 2015.
43
D. Kerangka Konseptual
Perilaku Konsumsi
Islam :
Barang-barang yang
baik (halal)
Social Bersih
Influences Berhemat
Tidak bermewah-mewah
Menjauhi hutang
Menjauhi kebakhilan
dan kekikiran
Tidak bersikap israf
(royal), dan tabzir
(sia-sia).
(Rozalinda, 2014 &
Social Influences Indri, 2015)
Peran & Peraturan
(roles) Pondok
Pengaruh teman atau
kelompok (refrence
group)
Budaya (culture) pondok
Bagan 2.1
Kerangka Konseptual Penelitian