Anda di halaman 1dari 15

KONSUMSI DALAM HADIS NABI

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah:


“Hadits Ekonomi”

Dosen Pengampu:

Yahya Muqorrobin, S.E., M.E

Disusun Oleh:

Anggi Wiky Prawesti : 102210021

Clara Pratidina Rahmawati : 102210035

Afrizal Ongki Saputra : 102210005

JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS FAKULTAS SYARIAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO

2022

i
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT karena


petunjuk dan hidayah-Nya maka penulis mampu menyusun makalah ini. Dalam
makalah yang berjudul “KONSUMSI DALAM HADIS NABI”, memberikan
keterangan mengenai pengertian konsumsi, Konsumsi Dalam Perspektif Hadits
Nabi, tujuan konsumsi dalam Islam.
Makalah ini merupakan tugas yang merupakan syarat mendapatkan nilai
pada kuliah study Hadits Ekonomi, diharapkan makalah ini mampu memberikan
mamfaat untuk pihak yang membutuhkan keterangan tentang informasi terkait.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena
itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami
harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga Allah SWT selalu meridhai kita dalam jalan mencari mukzizat-
Nya. Amin.

Ponorogo, 14 September 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i

KATA PENGANTAR .................................................................................. ii

DAFTAR ISI .................................................................................................. iii

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar belakang ................................................................................ 1

B. Rumusan masalah .......................................................................... 2

C. Tujuan Pembahasan ........................................................................ 2

BAB II : PEMBAHASAN

A. Pengertian Konsumsi .................................................................... 3

B. Konsumsi Dalam Perspektif Hadits Nabi ....................................... 4

C. Kompetensi Tujuan Konsumsi Dalam Islam .................................. 6

BAB III : PENUTUP

A. Kesimpulan ..................................................................................... 10

B. Peta Konsep .................................................................................... 11

Daftar Pustaka

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Secara umum pemenuhan terhadap kebutuhan akan memberikan


dampak atau manfaat fisik,spiritual, intelektual ataupun material, sedang
pemenuhan terhadap keinginan akan menambah kepuasan atau manfaat psikis
di samping manfaat lainnya. Jika suatu kebutuhan diinginkan oleh seorang,
maka pemenuhan kebutuhan tersebut akan melahirkan maslahah sekaligus
kepuasan, namun jika pemenuhan kebutuhan tidak dilandasi keinginan, maka
hanya akan memberikan manfaat saja. Ada beberapa mekanisme konsumsi
dalam Islam. Modus konsumsi yang baik, menurut Nabi, adalah sepertiga
untuk disedekahkan, sepertiga untuk dikonsumsi sendiri, dan sepertiga lagi
untuk investasi.

Konsumsi yang mendatangkan Maslahah tidak dilarang untuk


memenuhi kebutuhan ataupun keinginannya selama dengan pemenuhan
tersebut martabat manusia dan kemanusiaannya bisa meningkat. Memang
semua yang ada di bumi ini diperuntukkan untuk manusia, namun manusia
diperintahkan untuk mengonsumsi barang/jasa yang halal dan baik secara
wajar dan tidak berlebihan. Pemenuhan kebutuhan ataupun keinginan tetap
dibolehkan selama hal itu menambah maslahah atau tidak mendatangkan
mudharat.1

1
Abdul Hamid. Teori Konsumsi Islam Dalam Peningkatan Ekonomi Umat. (Jurnal
Visioner & Strategis Volume 7, Nomor 2, September 2018). 20.

1
B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan konsumsi?

2. Bagaimana pengertian Konsumsi Dalam Perspektif Hadits Nabi?

3. Apa saja Tujuan Konsumsi Dalam Islam?

C. Tujuan Pembahasan

1. Dapat mengetahui pengertian dari Konsumsi

2. Dapat mengetahui pengertian Konsumsi Dalam Perspektif Hadits Nabi

3. Dapat mengetahui Tujuan Konsumsi Dalam Islam.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Konsumsi

Kata konsumsi berasal dari bahasa Belanda consumptie, yang artinya


suatu kegiatan yang bertujuan mengurangi atau menghabiskan daya guna suatu
benda, baik berupa barang maupun jasa, untuk memenuhi kebutuhan dan
kepuasan secara langsung.

Konsumsi merupakan satu kegiatan ekonomi yang penting, bahkan


terkadang dianggap paling penting. Dalam Al-Qur’an Allah SWT. mengutuk
dan membatalkan argumen yang dikemukakan oleh orang kaya yang kikir
karena ketidaksediaan mereka memberikan bagian atau miliknya ini.
Sedangkan dalam ekonomi konvensional perilaku konsumsi dituntun oleh dua
nilai dasar, yaitu rasionalisme dan utilitarianisme. Kedua nilai dasar ini
kemudian membentuk suatu perilaku konsumsi yang hedenostik-materialistik,
individualistik, dan boros.

Konsumsi merupakan pemakaian atau penggunaan manfaat dari


barang dan jasa. Ia merupakan tujuan yang penting, karena sebagai bentuk
pemenuhan kebutuhan hidup seseorang. Secara sederhana dapat dikatakan
bahwa prinsip dasar bagi konsumsi adalah “saya akan mengkonsumsi apa saja
dan dalam jumlah berapa pun sepanjang anggaran saya memenuhi dan saya
memperoleh kepuasan maksimum”.2

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) memaknai konsumsi


adalah pemakaian barang produksi (bahan makanan, pakaian, dan sebagainya);

2
Abdurrohman Kasdi. Tafsir Ayat-Ayat Konsumsi Dan Implikasinya Terhadap
Pengembangan Ekonomi Islam. (Equilibrium, Volume 1, No.1, Juni 2013). 20.

3
barang-barang yang langsung memenuhi keperluan hidup manusia. Sedangkan
dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, konsumsi adalah pemakaian barang
produksi (bahan makanan, pakaian, dan sebagainya) barang-barang yang
langsung memenuhi keperluan hidup manusia.

Chaney seperti dikutip dari Rivai (2009: 30) konsumsi adalah seluruh
tipe aktifitas sosial yang orang lakukan sehingga dapat dipakai untuk
mencirikan dan mengenal mereka, selain (sebagai tambahan) apa yang
mungkin mereka lakukan untuk hidup. Sedangkan Menurut Samuelson
konsumsi adalah kegiatan menghabiskan utility (nilai guna) barang dan jasa.

Barang meliputi barang tahan lama dan barang tidak tahan lama. Don
Slater seperti dikutip dari Wiganti dalam bukunya Perilaku Konsumen Islami
(2009: 7) mengatakan konsumsi adalah bagaimana manusia dan aktor sosial
dengan kebutuhan yang dimilikinya berhubungan dengan sesuatu (material,
simbolik, jasa atau pengalaman) yang dapat memuaskan manusia.

Dari pemahaman tersebut dapat dipahami bahwa konsumsi adalah


suatu aktifitas memakai atau menggunakan suatu produk barang atau jasa yang
dihasilkan oleh para produsen atau konsumsi juga berarti segala tindakan
menghabiskan atau mengurangi nilai guna barang dan jasa. Sedangkan tujuan
aktifitas konsumsi adalah memaksimalkan kepuasan (utility) dari
mengkonsumsi sekumpulan barang/jasa yang disbut ’consumption bundle’
dengan memanfaatkan seluruh anggaran/ pendapatan yang dimiliki.3

B. Konsumsi Dalam Perspektif Hadits Nabi

Pada hakikatnya konsumsi adalah mengeluarkan sesuatu dalam rangka


memenuhi kebutuhannya. Konsumsi meliputi beberapa hal yaitu keperluan

3
Melis. Prinsip Dan Batasan Konsumsi Islami. (Islamic Banking, Volume 1 Nomor 1
Edisi Perdana Agustus 2015). 14-15.

4
kesenangan dan kemewahan. Tujuan utama konsumsi seorang muslim adalah
sebagai sarana penolong untuk beribadah dan meningkatkan keimanan kepada
Allah dalam rangka mendapatkan kemenangan, kedamaian, dan kesejahteraan
akhirat (falah), baik dengan membelanjakan uang atau pendapatannya untuk
keperluan dirinya maupun untuk amal sholeh bagi dirinya. Adapun hadisnya
yaitu :

‫عت النُّعما َن بن بَ ِش ٍري يَ ُقول على املنرب‬


ُ ‫عِب قال ََِس‬
‫ش ِا‬ّ ‫َع ْن َزَك ِراَّي ب ِن أَِِب َزائِ َدة َع ِن ال‬

:‫وأهوى أبصبعيه إىل أذنيه َسعت رسول هللا – صلّى هللا عليه وسلّم – يقلول‬

‫احلالل ّبّي واحلرام ّبّي ووبينهما مشتبهات ال يعلمها كثر من النّاس فمن اتّقى‬

‫كالراعى حول‬
ّ ‫شبهات وقع ىف احلرام‬
ّ ‫شبهات استربأ لدنه وعرضه ومن وقع ىف ال‬
ّ ‫ال‬

‫لكل ملك محى أال وإ ّن محى هللا حما رمه أال‬


ّ ‫احلمى يوشك أن يرتع فيه أال وإ ّن‬
‫وإ ّن ىف اجلسد مضغة إذا صلحت صلح اجلسد كلّه وإذا فسد اجلسد كلّه أال‬

)‫القلب (رواه متّفق عليه‬

Artinya: Dari Zakaria bin Abi Zaidah dari al-Sya’bi berkata: saya
mendengar Nu’man bin basyir berkata di atas mimbar dan ia mengarahkan
jarinya pada telinganya, saya mendengar Rasul SAW bersabda: halal itu jelas,
haram juga jelas, diantara keduanya itu subhat, kebanyakan manusia tidak
mengetauhi, maka barang siapa menjaga diri dari barang subhat, maka ia telah
bebas untuk agama dan kehormatannya, barang siapa yang terjerumus dalam
subhat maka ia seperti penggembala disekitar tanah yang dilarang yang
dikhawatikan terjerumus. Ingatlah sesungguhnya bagi setiap pemimpin daerah
larangan. Larangan Allah adalah yang diharamkan oleh Allah, ingatlah bahwa
sesungguhnya dalam jasad terdapat segumpal daging , jika baik maka baiklah

5
seluruhnya, jika jelek maka jeleklah seluruh tubuhnya, ingatlah itu adalah hati.
(HR. Muttafaqun Alaih).

Yang dimaksud makanan yang halal yaitu makanan yang


diperbolehkan oleh agama dari segi hukumnya. Yang dibolehkan oleh agama
misalnya buah-buahan, sayur-sayuran dll. Makanan yang halal pada hakikatnya
makanan yang diperoleh dengan cara yang halal pula(benar).

Sedangkan makanan yang haram sudah jelas yaitu makanan yang


dilarang oleh agama untuk dimakan. Dan Allah menjelaskan sesuatu yang
haram ada dua macam yaitu haram dzatnya dan Haram ‘Arid (haram
mendatang karena suatu sebab). Makanan yang haram dzatnya seperti daging
babi, darah, bangkai, daging hewan yang disembelih atas nama selain Allah dll.
Sedangkan haram Arid adalah haram dimakan karena cara memperoleh atau
mengolahnya, misalnya ayam hasil mencuri dan sebagainya.4

C. Tujuan Konsumsi Dalam Islam

Tujuan utama konsumsi seoarang muslim adalah sebagai sarana


penolong untuk beribadah kepada Allah. Sesungguhnya mengkonsusmsi
sesuatu dengan niat untuk meningkatkan stamina dalam ketaatan pengamdian
kepada Allah akan menjadikan konsusmsi itu bernilai ibadah yang dengannya
manusia mendapatkan pahala. Konsusmsi dalam perspektif ekonomi
konvensional dinilai sebagai tujuan terbesar dalam kehidupan dan segala
bentuk kegiatan ekonomi. Bahkan ukuran kebahagiaan seseorang diukur
dengan tingkat kemampuannya dalam mengkonsumsi. Konsep 'konsumen
adalah raja' menjadi arah bahwa aktifitas ekonomi khususnya produksi untuk
memenuhi kebutuhan konsumen sesuai dengan kadar relatifitas dari keianginan
konsumen, dimana Al-Qur'an telah mengungkapkan hakekat tersebut dalam

4
Dewi Azah I. Hadist dan Ayat-ayat Tentang Konsumsi. 2017.

6
firman-Nya: "Dan orang-orang kafir itu bersenang-senang (di dunia) dan
mereka makan seperti makannya binatang".

Dalam konsumsi, seorang muslim harus memperhatikan kebaikan


(kehalalan) sesuatu yang akan di konsumsinya. Para fuqaha' menjadikan
memakan hal-hal yang baik ke dalam empat tingkatan. Pertama, wajib, yaitu
mengkonsumsi sesuatu yang dapat menghindarkan diri dari kebinasaan dan
tidak mengkonsumsi kadar ini - padahal mampu-yang berdampak pada dosa.
Kedua, sunnah, yaitu mengkonsusmsi yang lebih dari kadar yang
menghindarkan diri dari kebinasaan dan menjadikan seoarang muslim mampu
shalat dengan berdiri dan mudah berpuasa. Ketiga, mubah, yaitu sesuatu
yanglebih dari yang sunnah sampai batas kenyang. Keempat, konsusmsi yang
melebihi batas kenyang, yang dalam hal ini terdapat dua pendapat, ada yang
mengatakan makruh yang satunya mengatakan haram.

Konsumsi islam akan menjauhkan seseorang dari sifat egois, sehingga


seoarang muslim akan menafkankan hartanya untuk kerabat terdekat (sebaik-
baik infak), fakir miskin dan orang-orang yang mumbutuhkan dalam rangka
mendekatkan diri kepada penciptanya.5

Dalam Islam, tujuan konsumsi bukanlah konsep unilitas melainkan


kemaslahatan (maslahah).Pencapaian maslahah tersebut merupakan tujuan dari
al-maqasidus-syari’ah. Konsep unilitas sangat subjektif karena bertolak
belakang pada pemenuhan kepuasan atau wants, dan konsep maslahah relatif
lebih objektif karena bertolak pada pemenuhan kebutuhan atau needs.
Maslahah di penuhi berdasarkan pertimbangan rasional normatif dan positif,
maka ada kriteria yang objektif tentang suatu barang ekonomi yang memliki
maslahah ataupun tidak.Adapun unility ditentukan lebih subjektif karena akan
berbeda antara satu orang dengan orang lainnya.

5
Arif Pujiyono. Teori Konsumsi Islami. (Dinamika Pembangunan, Vol. 3 No. 2/
Desember 2006) 197-190.

7
Diantara tujuan konsumsi dalam islam yakni:

a. Untuk mengharap Ridha Allah SWT

Tercapainya kebaikan dan tuntunan jiwa yang mulia harus


direalisasikan untuk mendapatkan pahala dari Allah SWT. Allah telah
memberikan tuntunan kepada para hamba-Nya agar menjadikan alokasi
dana sebagai bagian dari amal shaleh yang dapat mendekatkan seorang
muslim kepada Tuhan-Nya dan untuk mendapatkan surga dan kenikmatan
yang ada di dalamnya.

b. Untuk mewujudkan kerja sama antar anggota dan tersedianya jaminan


sosial

Takdir manusia hidup di dunia berbeda-beda, ada yang ditakdirkan


menjadi kaya dan sebaliknya.Diantara mereka ada yang level pertengahan,
sementara yang lain adalah golongan atas. Ada juga sekelompok
masyarakat yang di takdirkan untuk memerhatikan kehidupan kaum miskin.

c. Untuk menumbuhkan rasa tanggung jawab individu terhadap kemakmuran


diri, keluarga dan masyarakat sebagai bagian dari aktifitas ekonomi

Islam telah memberi kewajiban adanya pemberian nafkah terhadap


beberapa kelompok masyarakat yang termasuk dalam katagori saudara dan
yang digolongkan sebagai saudara. Kewajiban memberi nafkah akan
menumbuhkan rasa tanggung jawab. Pribadi yang dibentuk oleh rasa
tanggung jawab akan memenuhi nafkah yang di bebankan itu. Ia
dituntutuntuk bekerja demi mewujudkan diri dan keluarganya, bahkan
masyarakat sekitar melalui usaha dan pencarian rezeki.

8
d. Untuk meminimalisir pemerasan dengan menggali sumber-sumber nafkah
Media dan sumber nafkah sangat banyak dan beragam

Negara mempunyai kewajiban untuk menjaganya, baik dengan


membuka lapangan pekerjaan, meningkatkan upah, dan juga dengan
memenuhi kebutuhan orang-orang yang masih kekurangan.6

6
Abd. Ghafur. Konsumsi Dalam Islam. (Iqtishodiyah, Volume II, Nomer II, Juni 2016).

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Konsumsi adalah suatu aktifitas memakai atau menggunakan suatu


produk barang atau jasa yang dihasilkan oleh para produsen atau konsumsi
juga berarti segala tindakan menghabiskan atau mengurangi nilai guna barang
dan jasa.

Dalam HR. Muttafaqun Alaih makanan yang halal yaitu makanan


yang diperbolehkan oleh agama dari segi hukumnya yang dibolehkan oleh
agama. Sedangkan makanan yang haram sudah jelas yaitu makanan yang
dilarang oleh agama untuk dimakan. Dan sesuatu yang haram ada dua macam
yaitu haram dzatnya dan Haram ‘Arid. Makanan yang haram dzatnya seperti
daging babi, darah, bangkai, daging hewan yang disembelih atas nama selain
Allah dll. Sedangkan haram Arid adalah haram dimakan karena cara
memperoleh atau mengolahnya, misalnya ayam hasil mencuri dan sebagainya.

Sementara tujuan konsumsi dalam islam yakni:

1. Untuk mengharap Ridha Allah SWT

2. Untuk mewujudkan kerja sama antar anggota dan tersedianya jaminan


sosial

3. Untuk menumbuhkan rasa tanggung jawab individu terhadap kemakmuran


diri, keluarga dan masyarakat sebagai bagian dari aktifitas ekonomi

4. Untuk meminimalisir pemerasan dengan menggali sumber-sumber nafkah


Media dan sumber nafkah sangat banyak dan beragam

10
B. Saran

Dalam makalah ini tentunya mempunyai kelebihan dan kelemahan. Jika


memang terdapat kelebihan dari makalah ini, itu semata-mata datang dari Allah
SWT. Namun bila terdapat kekeliruan maka kami sangat mengharapkan kritik
dan saran yang bersifat membangun guna terciptanya makalah yang lebih baik
lagi. Semoga makalah ini memberikan menfaat untuk terciptanya kehidupan
secara Islamiyah. Amin!

11
DAFTAR PUSTAKA

Abd. Ghafur. Konsumsi Dalam Islam. (Iqtishodiyah, Volume II, Nomer II, Juni 2016).

Abdul Hamid. Teori Konsumsi Islam Dalam Peningkatan Ekonomi Umat. (Jurnal Visioner &
Strategis Volume 7, Nomor 2, September 2018).

Abdurrohman Kasdi. Tafsir Ayat-Ayat Konsumsi Dan Implikasinya Terhadap Pengembangan


Ekonomi Islam. (Equilibrium, Volume 1, No.1, Juni 2013).

Arif Pujiyono. Teori Konsumsi Islami. (Dinamika Pembangunan, Vol. 3 No. 2/ Desember 2006)

Dewi Azah I. Hadist dan Ayat-ayat Tentang Konsumsi. 2017.

Melis. Prinsip Dan Batasan Konsumsi Islami. (Islamic Banking, Volume 1 Nomor 1 Edisi Perdana
Agustus 2015).

12

Anda mungkin juga menyukai