Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

“TEORI KONSUMSI”
TEORI MAKROEKONOMI

DI SUSUN OLEH KELOMPOK 2

1. Muhammad Ilham (A1A120003)


2. Rizky Hayati (A1A120007)
3. Endang Sulasih (A1A120008)
4. Via Khairani (A1A120009)
5. Rifal Ikhwan (A1A120055)

DOSEN PENGAMPU : Dr. Dra. Muazza, M.Si.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JAMBI

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkah dan
rahmat-Nya sehingga saya dapat menyusun Makalah tentang Teori Konsumsi ini dengan baik
dan benar, serta tepat pada waktunya. Dalam Makalah ini yang akan di bahas adalah Pemahaman
tentang bagaimana teori konsumsi dengan membandingkan materi yang sama ke dalam beberapa
bagian dan sumber refrensi dari suatu materi yang sama
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan kelemahan dalam Makalah ini,
baik dalam isi maupun sistematikanya. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan
wawasan kami. Oleh sebab itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para
pembaca. Kritik yang membangun inilah yang nantinya digunakan untuk menyempurnakan
Makalah ini. Akhir kata semoga Makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Jambi, 28 Oktober 2021

Penyusun
DAFTAR ISI
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pengeluaran konsumsi masyarakat adalah salah satu variabel makro ekonomi yang
dilambangkan “C”. Konsep konsumsi yang merupakan konsep yang di Indonesiakan dalam
 bahasa Inggris “Consumption”, merupakan pembelanjaan yang dilakukan oleh rumah tangga
ke atas barang-barang akhir dan jasa-jasa dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dari
orang-orang yang melakukan pembelanjaan tersebut atau juga pendapatan yang dibelanjakan.
Bagian pendapatan yang tidak dibelanjakan disebut tabungan, dilambangkan dengan huruf
“S” inisial dari kata  saving. Apabila pengeluaran-pengeluaran konsumsi semua orang dalam
suatu negara dijumlahkan, maka hasilnya adalah pengeluaran konsumsi masyarakat negara
yang bersangkutan. (Dumairy, 1996: 114).
Pembelanjaan masyarakat atas makanan, pakaian, dan barang-barang kebutuhan mereka
yang lain digolongkan pembelanjaan atau konsumsi. Barang-barang yang di produksi untuk
digunakan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya dinamakan barang konsumsi.
Kegiatan produksi ada karena ada yang mengkonsumsi, kegiatan konsumsi ada karena ada
yang memproduksi, dan kegiatan produksi muncul karena ada gap atau jarak antara konsumsi
dan produksi. Prinsip dasar konsumsi adalah “saya akan mengkonsumsi apa saja dan jumlah
beberapapun sepanjang: anggaran saya memadai dan saya memperoleh kepuasan
maksimum“.
Banyak alasan yang menyebabkan analisis makro ekonomi perlu memperhatikan tentang
konsumsi rumah tangga secara mendalam. Alasan pertama, konsumsi rumah tangga
memberikan pemasukan kepada pendapatan nasional. Di kebanyakaan negara pengeluaran
konsumsi sekitar 60-75 persen dari pendapatan nasional. Alasan yang kedua, konsumsi
rumah tangga mempunyai dampak dalam menentukan fluktuasi kegiataan ekonomi dari satu
waktu ke waktu lainnya. Konsumsi seseorang berbanding lurus dengan pendapatannya.
(Sukirno, 2003 : 338). Semakin besar pendapatan seseorang maka akan semakin besar pula
pengeluaran konsumsi. Perbandingan besarnya pengeluaran konsumsi terhadap tambahan
pendapatan adalah hasrat marjinal untuk berkonsumsi (Marginal Propensity to Consume,
MPC). Sedangkan besarnya tambahan pendapatan dinamakan hasrat marjinal untuk
menabung (Marginal to Save, MPS). Pada pengeluaran konsumsi rumah tangga terdapat
konsumsi minimum bagi rumah tangga tersebut, yaitu besarnya pengeluaran konsumsi yang
harus dilakukan, walaupun tidak ada pendapatan. Pengeluaran konsumsi rumah tangga ini
disebut pengeluaran konsumsi otonom(outonomous consumtion).

1.2. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang akan dibahas pada makalah ini adalah :
1. Apa itu Konsumsi ?
2. Apa faktor yang mempengaruhi tingkat konsmusi ?
3. Bagaimana teori Keynes menjelaskan mengenai model dari teori konsumsi (consupstion
model) ?
1.3. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari makalah ini antara lain :


1. Untuk mengetahui apa pengertian dari teori konsumsi.
2.   Untuk mengetahui faktor apa yang mempengaruhi tingkat konsumsi.
3. Untuk mengetahui teori yang di jelaskan Keynes mengenai model dari teori konsumsi.
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Teori Konsumsi

Konsep konsumsi, yang merupakan konsep yang di Indonesiakan dari bahasa inggris
”Consumtion”. Konsumsi adalah pembelanjaan atas barang-barang dan jasa-jasa yang
dilakukan oleh rumah tangga dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dari orang yang
melakukan pembelanjaan tersebut. Teori Konsumsi adalah teori yang mempelajari  bagaimana
manusia / konsumen itu memuaskan kebutuhannya dengan pembelian /  penggunaan barang
dan jasa. Sedangkan pelaku konsumen adalah bagaimana ia memutuskan  berapa jumlah
barang dan jasa yang akan dibeli dalam berbagai situasi.
Pembelanjaan masyarakat atas makanan, pakaian, dan barang-barang kebutuhan mereka
yang lain digolongkan pembelanjaan atau konsumsi. Barang-barang yang di produksi untuk
digunakan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya dinamakan barang konsumsi.
Fungsi konsumsi adalah suatu kurva yang menggambarkan sifat hubungan di antara
tingkat konsumsi rumah tangga dalam perekonomian dengan pendapatan nasional (pendapatan
disposebel) perekonomian tersebut. Fungsi konsumsi dapat dinyatakan dalam  persamaan : i.
Fungsi konsumsi ialah : C = a + By. Dimana a adalah konsumsi rumah tangga ketika
pendapatan nasional adalah 0, b adalah kecondongan konsumsi marginal, C adalah tingkat
konsumsi dan Y adalah tingkat pendapatan nasional.
Ada dua konsep untuk mengetahui sifat hubungan antara pendapatan disposebel dengan
konsumsi dan pendapatan diposebel dengan tabungan yaitu kosep kecondongan mengkonsumsi
dan kecondongan menabung. Kecondongan mengkonsumsi dapat dibedakan menjadi dua yaitu
kecondongan mengkonsumsi marginal dan kecondongan mengkonsumsi rata-rata.
Kencondongan mengkonsumsi marginal dapat dinyatakan sebagai MPC (berasal dari istilah
inggrisnya Marginal Propensity to Consume dapat didefinisikan sebagai  perbandingan di
antara pertambahan konsumsi (ΔC) yang dilakukan dengan pertambahan  pendapatan
disposebel (ΔYd) yang diperoleh. Nilai MPC dapat dihitung dengan menggunakan formula :
MPC = Yd . C Δ.
 Kencondongan mengkonsumsi rata-rata dinyatakan dengan APC (Average Propensity to
Consume), dapat didefinisikan sebagai perbandingan di antara tingkat pengeluaran konsumsi
(C) dengan tingkat pendapatan disposebel pada ketika konsumen tersebut dilakukan (Yd). Nilai
APC dapat dihitung dengan menggunakan formula : APC = Yd.C .
Ada beberapa fungsi dari konsumsi antara lain :
1. Menghabiskan atau Mengurangi nilai Guna Suatu Barang Sekaligus
Hal-hal yang termasuk ke dalam klasifikasi mengurangi nilai guna suatu barang dan
jasa secara sekaligus adalah barang-barang yang habis pakai atau tidak barang-barang
yang tidak dapat bertahan lama. Yaitu seperti makanan dan minuman. Karena jika
tidak dihabiskan dalam waktu sekaligus, maka bahan-bahan tersebut akan rusak, basi,
dan kadaluarsa sehingga tidak memiliki nilai guna lagi.

2. Mengurangi Nilai Guna Suatu Barang dan Jasa Secara Bertahap


Hal-hal yang termasuk ke dalam klasifikasi mengurangi nilai guna suatu barang dan
jasa secara bertahap adalah misalnya penggunaan barang yang tidak habis dalam
jangka waktu singkat. Yaitu seperti mobil, motor, pakaian, furniture rumah tangga
seperti meja, kursi, lemari, dan sebagainya. Untuk mengurangi nilai guna barang-
barang tersebut memerlukan waktu yang cukup lama dan bertahap.

3. Pemenuhan Kebutuhan Jasmani dan Rohani


Adanya tujuan utama dalam sebuah kegiatan pada konsumsi manusia adalah untuk
memenuhi kebutuhan fisik dan mental mereka. Kebutuhan fisik seperti minum atau
makan, olahraga dan lainnya. Sambil melakukan kebutuhan spiritual seperti hiburan,
membaca, ibadah, buku dan lain sebagainya.
Hal ini dikarenakan dengan memenuhi kebutuhan jasmani dan rohani kita, beban
yang ada di tubuh serta pikiran kita akan lebih diringankan. Dalam buku Apotek
Rabbani: Kiat Sehat Jasmani & Rohani ini akan dijelaskan mengenai kiat-kiat dari
Al-Qur’an dalam mengobati hati dan jasmani.

4. Memuaskan Kebutuhan Secara Fisik


Tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan fisik, seperti seseorang yang membeli
produk pelangsing agar tubuh tetap langsing dan ideal, atau mengonsumsi obat-
obatan sebagai dalam sebuah kecantikan, dan dapat membeli pakaian bagus untuk
terlihat cantik dan elegan hingga untuk memenuhi kebutuhan fisik dengan cara
langsung.
Oleh sebab itu, kebutuhan fisik merupakan suatu hal yang penting bagi manusia.
Termasuk di dalamnya aktivitas fisik yang dapat Grameds baca pada buku Aktivitas
Fisik Motorik dan Pengembangan Kecerdasan Majemuk Usia Dini

5. Mendukung Aktivitas Produksi


Keinginan manusia untuk mengkonsumsi produk barang dan jasa tertentu dapat
mendorong terjadinya aktivitas produksi. Kedua aktivitas ini akan saling
menguntungkan seluruh pihak yang terlibat, yakni pihak yang memproduksi dan
menginginkan keuntungan serta pihak yang mengkonsumsi dan menginginkan
kepuasan.

6. Membantu Menyesuaikan Rumusan Tarif Upah Minimum untuk Pekerja


Aktivitas konsumsi yang dilakukan oleh masyarakat digunakan pemerintah sebagai
tolok ukur untuk menyesuaikan rumusan tarif upah minimum. Selain itu, aktivitas ini
juga bisa dijadikan acuan penentuan tarif pajak serta rasio anggaran belanja negara.

7. Sebagai Titik Awal dan Akhir Kegiatan Ekonomi


Perilaku konsumsi masyarakat juga menempati posisi penting dalam kegiatan
ekonomi karena berperan sebagai titik awal sekaligus titik akhir kegiatan tersebut.
Seseorang yang menginginkan ponsel baru, misalnya, akan membeli ponsel tersebut
dan memulai suatu transaksi dalam kegiatan ekonomi. Setelah ponsel dimiliki dan
keinginannya terpenuhi, kegiatan ekonomi pun otomatis berakhir pada titik itu.
2.2
2.3 Prinsip Pengelolaan Pendidikan

Douglas (1963:13-17) merumuskan prinsip – prinsip manajemen pendidikan sebagai


berikut:
1. memprioritaskan tujuan di atas kepentingan pribadi dan kepentingan mekanisme kerja
2. mengkoordinasikan wewenang dan tanggung jawab
3. memberrikan tanggung jawab pada personel sekolah hendaknya sesuai dengan sifat –
sifat dan kemampuannya.
4. Mengenal secara baik faktor – faktor psikologis manusia
5. Relativitas nilai – nilai

2.4 Fungsi Pengelolaan Pendidikan

1. Perencanaan
Satu-satunya hal yang pasti di masa depan dari organisasi apapun termasuk lembaga
pendidikan adalah perubahan, dan perencanaan penting untuk menjembatani masa kini
dan masa depan yang meningkatkan kemungkinan untuk mencapai hasil yang diinginkan.
Mondy dan Premeaux (1995) menjelaskan bahwa perencanaan merupakan proses
menentukan apa yang seharusnya dicapai dan bagaimana mewujudkannya dalam
kenyataan. Perencanaan amat penting untuk implementasi strategi dan evaluasi strategi
yang berhasil, terutama karena aktivitas pengorganisasian, pemotivasian, penunjukkan
staff, dan pengendalian tergantung pada perencanaan yang baik (Fred R. David, 2004).
Dalam dinamika masyarakat, organisasi beradaptasi kepada tuntunan perubahan
melalui perencanaan. Menurut Johnson (1973) bahwa: “The planning process can be
considered as the vehicle for accomplishment of system change”. Tanpa perencanaan
sistem tersebut tak dapat berubah dan tidak dapat menyesuaikan diri dengan kekuatan-
kekuatan lingkungan yang berbeda. Dalam sistem terbuka, perubahan dalam sistem
terjadi apabila kekuatan lingkungan menghendaki atau menuntut bahwa suatu
keseimbangan baru perlu diciptakan dalam organisasi tergantung pada rasionalitas
pembuat keputusan. Bagi sistem sosial, satu-satunya wahana untuk perubahan inovasi
dan kesanggupan menyesuaikan diri ialah pengambilan keputusan manusia dan proses
perencanaan.
Dalam konteks lembaga pendidikan, untuk menyusun kegiatan lembaga pendidikan,
diperlukan data yang banyak dan valid, pertimbangan dan pemikiran oleh sejumlah orang
yang berkaitan dengan hal yang direncanakan. Oleh karena itu kegiatan perencanaan
sebaiknya melibatkan setiap unsur lembaga pendidikan tersebut dalam rangka
peningkatan mutu pendidikan.
Menurut Rusyan (1992) ada beberapa hal yang penting dilaksanakan terus menerus
dalam manajemen pendidikan sebagai implementasi perencanaan, diantaranya:
 Merinci tujuan dan menerangkan kepada setiap pegawai/personil lembaga
pendidikan.
 Menerangkan atau menjelaskan mengapa unit organisasi diadakan.
 Menentukan tugas dan fungsi, mengadakan pembagian dan pengelompokkan tugas
terhadap masing-masing personil.
 Menetapkan kebijaksanaan umum, metode, prosedur dan petunjuk pelaksanaan
lainnya.
 Mempersiapkan uraian jabatan dan merumuskan rencana/sekala pengkajian.
 Memilih para staf (pelaksana), administrator dan melakukan pengawasan.
 Merumuskan jadwal pelaksanaan, pembakuan hasil kerja (kinerja), pola pengisian
staf dan formulir laporan pengajuan.
 Menentukan keperluan tenaga kerja, biaya (uang) material dan tempat.
 Menyiapkan anggaran dan mengamankan dana.
 Menghemat ruangan dan alat-alat perlengkapan.

2. Pengorganisasian

Tujuan pengorganisasian adalah mencapai usaha terkoordinasi dengan menerapkan


tugas dan hubungan wewenang. Malayu S.P. Hasbuan (1995) mendifinisikan
pengorganisasian sebagai suatu proses penentuan, pengelompokkan dan pengaturan
bermacam-macam aktivitas yang diperlukan untuk mencapai tujuan, menempatkan
orang-orang pada setiap aktivitas ini, menyediakan alat-alat yang diperlukan, menetapkan
wewenang yang secara relative didelegasikan kepada setiap individu yang akan
melakukan aktivitas-aktivitas tersebut. Pengorganisasian fungsi manajemen dapat dilihat
terdiri dari tiga aktivitas berurutan: membagi-bagi tugas menjadi pekerjaan yang lebih
sempit (spesialisasi pekerjaan), menggabungkan pekerjaan untuk membentuk departemen
(departementalisasi), dan mendelegasikan wewenang (Fred R. David, 2004).

 Dalam konteks pendidikan, pengorganisasian merupakan salah satu aktivitas


manajerial yang juga menentukan berlangsungnya kegiatan kependidikan sebagaimana
yang diharapkan. Lembaga pendidikan sebagai suatu organisasi memiliki berbagai
unsur yang terpadu dalam suatu sistem yang harus terorganisir secara rapih dan tepat,
baik tujuan, personil, manajemen, teknologi, siswa/member, kurikulum, uang, metode,
fasilitas, dan faktor luar seperti masyarakat dan lingkungan sosial budaya.

 Sutisna (1985) mengemukakan bahwa organisasi yang baik senantiasa mempunyai dan
menggunakan tujuan, kewenangan, dan pengetahuan dalam melakukan pekerjaan-
pekerjaan. Dalam organisasi yang baik semua bagiannya bekerja dalam keselarasan
seakan-akan menjadi sebagian dari keseluruhan yang tak terpisahkan. Semua itu baru
dapat dicapai oleh organisasi pendidikan, manakala dilakukan upaya:

1) Menyusun struktur kelembagaan.


2) Mengembangkan prosedur yang berlaku,
3) Menentukan persyaratan bagi instruktur dan karyawan yang diterima,
4) Membagi sumber daya instruktur dan karyawan yang ada dalam pekerjaan.

3. Pengarahan
Pengarahan adalah fungsi pengelolaan yang berhubungan dengan usaha memberi
bimbingan, saran, perintah-perintah atau intruksi kepada bawahan dalam melaksanakan
tugas masing-masing, agar tugas dapat dilaksanakan dengan baik dan benar-benar tertuju
pada tujuan yang telah ditetapkan semula.
4. Pengawasan

Sebagaimana yang dikutif Muhammad Ismail Yusanto (2003), Mockler (1994)


mendifinisikan pengawasan sebagai suatu upaya sistematis untuk menetapkan standar
prestasi kerja dengan tujuan perencanaan untuk mendesain sistem umpan balik informasi;
untuk membandingkan prestasi sesungguhnya dengan standar yang telah ditetapkan itu;
menentukan apakah ada penyimpangan dan mengukur signifikansi penyimpangan
tersebut; dan mengambil tindakan perbaikan yang diperlukan untuk menjamin bahwa
semua sumberdaya perusahaan telah digunakan dengan cara yang paling efekif dan
efisien guna tercapainya tujuan perusahaan.
Dalam konteks pendidikan, Depdiknas (1999) mengistilahkan pengawasan sebagai
pengawasan program pengajaran dan pembelajaran atau supervisi yang harus diterapkan
sebagai berikut:
a. Pengawasan yang dilakukan pimpinan dengan memfokuskan pada usaha mengatasi
hambatan yang dihadapi para instruktur atau staf dan tidak semata-mata mencari
kesalahan.
b. Bantuan dan bimbingan diberikan secara tidak langsung. Para staf diberikan
dorongan untuk memperbaiki dirinya sendiri, sedangkan pimpinan hanya
membantu.
c.  Pengawasan dalam bentuk saran yang efektif
d. Pengawasan yang dilakukan secara periodik.

5. Pengembangan

Pengembangan adalah upaya memperluas atau mewujudkan potensi-potensi,


membawa suatu keadaan secara bertingkat kepada suatu keadaan yang lebih lengkap,
lebih besar, atau lebih baik, memajukan sesuatu dari yang lebih awal kepada yang lebih
akhir atau dari yang sederhana kepada tahapan yang lebih kompleks. Berdasarkan
pengertian tersebut maka, pengembangan dalam pengelolaan pendidikan dapat diartikan
sebagai upaya memajukan program pendidikan ini ketingkat program yang lebih
sempurna, lebih luas, dan lebih kompleks.

2.4 Tujuan dan Manfaat Pengelolaan Pendidikan


Adapun tujuan dan manfaat dari pengelolaan pendidikan antara lain sebagai berikut :
1. Terwujudnya PBM yang PAKEMB (bermakna).
2. Peserta didik yang aktif mengembangkan dirinya.
3. Memiliki kompetensi manajerial.
4. Tercapai tujuan pendidikan secara efektif dan efisien.
5. Teratasinya masalah mutu pendidikan.
6. Perencanaan pendidikan merata, bermutu, relevan, dan akuntabel.
7. Meningkatnya citra positif pendidikan.

2.5 Ruang Lingkup Pengelolaan Pendidikan


1. Manajemen peserta didik
Peserta didik selaku input dalam lembaga pendidikan merupakna pusat dari seluruh
kegiatan dalam manajemen pendidikan. Oleh karenanya peserta didik hendaknya
menjadi prioritas utama dalam pengambilan kebijakan di bidang pendidikan. Kegiatan
yang termasuk dalam bidang ini adalah pencatatan peserta didik mulai dari saat
penerimaan sampai dengan keluarnya dari sekolah.
2.   Manajemen tenaga kependidikan
Dalam prosesnya lembaga penyelenggaraan dan pengelola pendidikan pastilah
harus dikelola oleh tenaga – tenaga, sehingga mereka pun sangat perlu dikelola.
Manejemen tenaga kependidikan adalah segenap proses penataan pegawai yang
meliputi semua proses atau cara memperoleh pegawai, penempatan dan penugasan,
pemeliharaan dan pembinaan, evaluasi, sampai pada pemutusan hubungan kerja.
3. Manajemen Kurikulum
Apa yang diberikan oleh lembaga pendidikan kepada peserta didiknya disajikan
dalam bentuk kurikulum. Manajemen kurikulum adalah segenap proses usaha bersama
untuk memperlancar pencapaian tujuan pengajaran dengan titik berat pada usaha
meningkatkan kualitas interaksi PBM.
4. Manajemen fasilitas pendidikan
Agar PBM berjalan dan tujuan pendidikan tercapai secara efektif dan efisien, maka
diperlukan sarana atau fasiiltas guna memperlancar proses pendidikan itu sendiri.
Manajemen fasilitas pendidikan adalah segenap proses penataan yang bersangkut paut
denagn pengadaan, pendagunaan, dan pengelolaan sarana pendidikan agar tercapai
tujuan yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien.
5. Manajemen Pembiayaan Pendidikan
Penyelenggaraan pendidikan tentunya memerlukan dana, untuk itu pengelolaan
pendanaan atau pembiayaan pendidikan agar efektif dan efisien sangatlah penting guna
menunjang ketercapaian tujuan pendidikan. Manajemen pembiayaan pendidikan
merupakan kegiatan pengelolaan yang meliputi penataan sumber, penggunaan, dan
pertanggungjawaban dana pendidikan di sekolah atau lembaga pendidikan pada
umumnya.
6. Manajemen Hubungan Lembaga Pendidikan dengan Masyarakat
Masyarakat merupakan laboratorium pendidikan yang tidak ternilai harganya.
Masyarakat juga merupakan stakeholder pendidikan, dimana keberlangsungan proses
pendidikan juga bergantung pada masyarakat. Untuk itu, lembaga pendidikan tidak
dapat terlepas dari masyarakat baik secara langsung maupun tidak langsung.
Manajemen hubungan lembaga pendidikan dengan masyarakat merupakan kegiatan
penataan yang berkaitan dengan kegiatan hubungan sekolah dengan masyarakat untuk
menunjang PBM di sekolah.
7. Manajemen Organisasi Lembaga Pendidikan
Dalam setiap organisasi pastilah terdapat struktur tugas dan berbagai macam
konsekuensi akibat adanya pembidangan tugas tersebut. Hal inilah yang menjadi
garapan manajemen organisasi lembaga pendidikan, yaitu segenap kegiatan
mengorganisasikan lembaga pendidikan yang termasuk diantaranya adalah pengelolaan
fungsi kepemimpinan.
8. Manajemen Ketatalaksanaan dan Sistem Informasi Lembaga Pendidikan
Kegiatan pencatatan berakibat pada perlunya penataan data atau informasi, agar
pada saaat informasi tersebut diperlukan dapat diperoleh dengan mudah, cepat, dan
tepat. Manajemen ketatalaksanaan dan Sistem informasi Lembaga Pendidikan berupaya
untuk mencapai hal tersebut, dengan kegiatan yang meliputi pencatatan, pengolahan,
penggandaan, pengiriman, dan penyimpanan semua bahan atau informasi yang temasuk
dalam data lembaga pendidikan.
9. Supervisi Pendidikan
Kehadiran supervisi pendidikan diharapkan membantu tercapainya tujuan
pendidikan secara efisien, khususnya melalui pembinaan profesionalitas guru. Namun
trend pendidikan terakhir tidak selalu mengartikan supervisi pendidikan memiliki
sasaran satu – satunya berupa guru, melainkan juga melibatkan tenaga – tenaga
kependidikan lainnya. Batasan supervisi pendidikan yang selama ini akrab adalah suatu
usaha untuk memberikan bantuan kepada guru dalam memperbaiki situasi belajar
mengajar dan pada kenyataannya kelancaran pbm tidak semata bergantung pada guru
melainkan pula tenaga kependidikan lainnya.

2.6 Pendekatan-pendekatan dalam pengelolaan Pendidikan


1. Pendekatan Organisasi Klasik
Pendekatan organisasi klasik ini sering disebut juga dengan gerakan manajemen
ilmiah yang dipelopori oleh Frederick Taylor seorang yang memiliki latar belakang dan
pengalaman sebagai buruh, juru ketik, mekanik, dan akhirnya berpengalaman sebagai
kepala teknik yang hidup antara tahun 1856 sampai dengan tahun 1915. Gerakan ini
mencari upaya untuk dapat menggunakan orang secara efektif dalam organisasi
industri. Konsep dari gerakan ini adalah orang dapat juga bekerja layaknya sebagai
mesin.

2. Pendekatan Hubungan Manusia


Pendekatan hubungan manusia adalah gerakan yang lahir dan berkembang sebagai
reaksi terhadap pendekatan organisasi klasik. Pendekatan hubungan manusia ini
dipelopori oleh Mary Parker Follett (1868-1933) orang yang pertama kali mengenal
pentingnya faktor-faktor manusia dalam administrasi. Mary Follet juga banyak menulis
yang berkenaan dengan sisi manusia dalam administrasi. Mary Follet percaya bahwa
masalah yang mendasar dalam semua organisasi adalah mengembangkan dan
mempertahankan hubungan dinamis dan harmonis. Walaupun terjadi konflik, menurut
pemikiran Mary Follet, konflik tersebut merupakan suatu proses yang normal bagi
pengembangan hal yang mengakibatkan terjadinya konflik itu.

3. Pendekatan Perilaku
Pendekatan perilaku dalam administrasi adalah menggabungkan antara hubungan
sosial dengan struktur formal dan menambahkannya dengan proposisi yang diambil
dari psikologi, sosiologi, ilmu politik dan ekonomi. Pendekatan ini dipelopori oleh
Chester I. Barnard yang hidup antara tahun 1886 sampai dengan tahun 1961. Bukunya
"Functions of the Executive" (1938). Dalam buku ini Barnard mengulas secara lengkap
teori perilaku yang kooperatif dalam organisasi formal. Barnard menyimpulkan bahwa
kontribusi kerjanya berkenaan dengan konsep struktur dan dinamis. Konsep-konsep
struktur yang dianggap penting adalah individu, sistem kerja sama, organisasi formal,
organisasi formal yang komplek, dan juga organisasi informal. Konsep-konsep dinamis
yang penting, menurut Barnard, adalah kerelaan, kerjasama, komunikasi, otoritas,
proses keputusan, dan keseimbangan dinamik.

2.7 Permasalahan dan Pengembangan Pengelolaan Pendidikan


Masalah Kontemporer Pengelolaan Sistem Pendidikan Nasional” dapat diikhtisarkan
bahwa permasalahan dan pengembangan pengelolaan pendidikan menyangkut hal-hal sebagai
berikut:

1. Sistem Desentralisasi dalam Pengelolaan Pendidikan


Bagaimanakah kita dapat mengoperasikan sistem desentralisasi dalam pengelolaan
pendidikan nasional yang efektif dan efisien bagi semua daerah? Sebab daerah-daerah
tidak semuanya siap untuk dapat menerapkan sistem desentralisasi dalam pengelolaan
pendidikan kita ini. Apakah dengan menerapkan sistem desentralisasi dalam
pengelolaan pendidikan dapat merusak tatanan kesatuan dan persatuan yang telah
terjalin selama ini antar berbagai daerah di negara kita? Akan tetapi penerapan sistem
desentralisasi dalam pengelolalaan pendidikan adalah salah satu upaya untuk
memberikan kepercayaan kepada daerah dalam mengelola sistem pendidikan yang
berada di daerah tersebut dalam rangka untuk pengembangan sumber daya manusia
yang bervariasi untuk kepentingan pembangunan pendidikan dan juga pembangunan
nasional secara menyeluruh.

2. Penerapan Otonomi dalam Pengelolaan Pendidikan Tinggi


Dalam pengelolaan pendidikan tinggi yang mempercayakan sepenuhnya kepada
perguruan tinggi untuk dapat mengelola dan mengembangkannya sendiri sesuai dengan
kebutuhan dan potensi perguruan tinggi tersebut dan daerah masing-masing di mana
perguruan tinggi itu berada. Setiap perguruan tinggi akan diberikan kepercayaan dan
kewenangan yang luas untuk dapat mengelola proses pendidikan dengan segala aspek
yang ada di dalamnya.
3. Profesionalisasi Jabatan Tenaga Kependidikan
Supaya tingkat efektivitas dan efisiensi hasil pendidikan nasional dapat
dioptimalkan untuk kepentingan masyarakat dan kepentingan bangsa dalam mengejar
berbagai ketinggalan bangsa Indonesia dengan bangsa lain sehingga pada akhirnya
bangsa Indonesia dapat bersaing secara sehat dengan bangsa-bangsa lain di dunia.

4. Kendali Mutu Pendidikan Nasional


Mutu proses pengajaran sangat dipengaruhi oleh perilaku guru dalam hal :

1)menyusun desain instruksional.


2)menguasai berbagai macam metode mengajar dan mampu menerapkan metode
tersebut dengan kegiatan siswa di dalam kelas.

3)berinteraksi dengan siswa untuk menumbuhkan dan membangkitkan motivasi


belajar yang menyenangkan.

4)menguasai bahan dan menggunakan berbagai macam sumber belajar untuk


membangkitkan kegiatan belajar aktif.

5)mengenal perbedaan individual setiap siswa


6)memilih proses dan hasil belajar, memberikan umpan balik, dan juga mampu
dalam merancang program belajar remedial.
BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Konsep dasar wawasan pengelolaan pendidikan adalah bahwa pengelolaan sama
dengan manajemen serta administrasi. Manajemen merupakan serangkaian kegiatan
merencanakan, mengorganisasikan, menggerakkan, mengendalikan dan
mengembangkan secara inovatif terhadap segala upaya dalam mengatur da
mendayagunakan sumber daya manusia, sarana dan prasarana secara efektif dan
efisien untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
2. prinsip – prinsip manajemen pendidikan sebagai berikut:
 memprioritaskan tujuan di atas kepentingan pribadi dan kepentingan mekanisme
kerja
 mengkoordinasikan wewenang dan tanggung jawab
 memberrikan tanggung jawab pada personel sekolah hendaknya sesuai dengan
sifat – sifat dan kemampuannya.
 Mengenal secara baik faktor – faktor psikologis manusia
 Relativitas nilai – nilai
3. Adapun Fungsi dari wawasan pengelolaan pendidikan adalah sebagai perencanaan,
Pengorganisasian, Pengarahan, wawasan, dan sebagai pengembangan.
4. Tujuan adanya wawasan pengelolaan pendidikan adalah sebagai Terwujudnya PBM
siswa, siswa harus melakukan pengembangan diri, memiliki kompetensi manajerial,
memiliki tujuan yang efektif dan efisien, teratasinya masalah kependidikan,
5. Ruang Lingkup dari wawasan pengelolaan pendidikan terdiri dari berbagai ruang
seperti tenaga pendidik, peserta didik, kurikulum, fasilitas, lembaga masyarakat, dan
sistem informasi lembaga pendidikan.
6. Pendekatan dari wawasan pengelolaan pendidikan terdiri dari organisasi klasik,
hubungan manusia dan prilaku.
7. Berbagai permasalahan dari wawasan pengelolaan pendidikan antara lain :
 Sistem Desentralisasi dalam Pengelolaan Pendidikan
 Penerapan Otonomi dalam Pengelolaan Pendidikan Tinggi
 Profesionalisasi Jabatan Tenaga Kependidikan
 Kendali Mutu Pendidikan Nasional

3.2 Saran
Untuk meningkatkan pengelolaan pendidikan sekolah sebaiknya kunjungan antar sekolah
sering dilakukan untuk melihat kemajuan dan perkembangan yang telah dicapai di sekolah
masing-masing.

DAFTAR PUSTAKA

1. http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._ADMINISTRASI_PENDIDIKAN/197106
092005011-
DEDY_ACHMAD_KURNIADY/Pengelolaan_Pendidikan_Teori/WAWASAN_
DASAR_PENGELOLAAN_PENDIDIKAN.pdf
2. Dema Tesniadi, 2018 Pengelolaan Pendidikan . Yogyakarta : Samudra Biru
3. Adham, I. (2015, Juni). Wawasan Dasar Pengelolaan Pendidikan.
4. Hadari Nawawi, 1996 Administrasi Pendidikan, Jakarta : Gunung Agung

Anda mungkin juga menyukai