Anda di halaman 1dari 12

“FUNGSI KONSUMSI MAKRO DALAM PERSPEKTIF ISLAM”

Disusun Untuk Melengkapi Tugas Mata Kuliah Makro Ekonomi Islam


Dosen Pengampu : Ibu Agustin Widianingsih,ST, MM

DISUSUN OLEH :

Aufwatul Maulaa 2221025

Sukma Selviana Riyanto 2221010

Annisa Wulandari 2221011

Yusriah SB 2221019

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ISLAM JAKARTA
2022/2023
Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan
ridho-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah materi mata kuliah Makro
Ekonomi Islam yang berjudul “FUNGSI KONSUMSI MAKRO DALAM PERSPEKTIF
ISLAM”

Tak lupa, kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Agustin Widianingsih,ST, MM selaku
dosen kami dalam pembelajaran mata kuliah Makro Ekonomi Islam tak lupa kepada semua
teman-teman yang telah memberikan dukungan kepada saya dalam menyelesaikan makalah ini

Harapan terdalam saya, semoga penyusunan makalah ini bisa bermanfaat bagi kita semua serta
menjadi tambahan informasi mengenai “Fungsi Konsumsi Makro dalam perspektif Islam” bagi
para pembaca. Kami menyadari jika dalam menyusun makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, dengan hati yang terbuka kritik serta saran yang konstruktif guna
kesempurnaan makalah ini. Demikian makalah ini kami susun, apabila ada kata-kata yang
kurang berkenan dan banyak terdapat kekurangan, saya mohon maaf yang sebesar -besarnya.
Semoga bermanfaat. Aamiin.

i
Daftar Isi

Kata Pengantar i

Daftar Isi ii

BAB I 1

PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Rumusan Masalah 1

1.3 Manfaat dan Tujuan 2

BAB II 3

PEMBAHASAN 3

2.1 Pengertian Konsumsi secara Luas 3

2.2 Teori Konsumsi Menurut Para Ahli 3

2.3 Arti dan Tujuan Konsumsi Islami 4

2.4 Dasar Hukum Perilaku Konsumsi 5

2.5 Perilaku Konsumsi Islami 5

2.6 Batasan dalam konsumsi menurut Islam 6

2.7 Prinsip Konsumsi Dalam Islam 6

BAB III 8

PENUTUP 8

3.1 Kesimpulan 8

DAFTAR PUSTAKA 9

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Konsumsi yang didefinisikan aktivitas dan tindakan pengunaan atas sumber daya dalam
rangka pemenuhan kebutuhan. Termasuk dalam kebutuhan konsumsi ini antara lain adalah
pengeluaran untuk pakaian, sandang pangan dan papan. Konsumsi merupakan aktifitas
terbesar manusia dan memiliki konsekuensi kepada banyak hal, termasuk dalam
kontinuitas keberadaan sumber daya itu sendiri. Dalam teori ekonomi konvensional,
konsumsi tidak memiliki norma ataupun aturan. Satu-satunya yang menjadi pembatas
dalam konsumsi hanyalah kelangkaan sumber daya, baik ini kelangkaan dalam artian luas
seperti ketersediaan sumber daya ataupun kelangkaan dalam arti yang lebih sempit yaitu
kelangkaan budget yang dimiliki.
Konsumsi dalam Islam didasarkan pada kebutuhan, sehingga tidak berlebih-lebihan. Hal
ini didasarkan pada ayat: “….Makan dan minumlah kamu dan jangan berlebih-
lebihan..”Ataupun ayat lainnya yang mementingkan keseimbangan, “Dan orang-orang
yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebihlebihan dan tidak (pula)
kikir…” (QS.Al Furqon, 67). Berdasarkan beberapa ayat di atas, dapat kita lihat bahwa
antara konsumsi dalam pandangan Islam dengan konsumsi konvensional terdapat
perbedaan. Konsumsi dalam Islam lebih didasarkan atas kebutuhan atau needs, dan tidak
dilihat dari keinginan atau wants. Perbedaan ini tentunya meliputi perbedaan yang sifatnya
hanya perbedaan sesaat atau hawa nafsu. Namun Islam juga mencegah sifat kikir dan pelit
sebagaimana digambarkan dalam Al Quran bahwa perilaku kikir dekat dengan perilaku
setan sebagaimana dilihat dari ayat yang terkait dengan perilaku hidup boros antara lain,
“Sesungguhnya orang-orang yang pemboros itu adalah saudara setan dan setan itu sangat
ingkar kepada Tuhannya” (Qs.Al Isra, 27).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa Pengertian Konsumsi secara Luas
2. Apa Teori Konsumsi menurut Ahli dalam Ekonomi Makro
3. Apa Arti dan Tujuan Konsumsi Islam
4. Apa Perilaku Konsumsi Islami


1.3 Manfaat dan Tujuan
1. Kita Dapat Mengetahui Tentang Pengertian Konsumsi secara Luas
2. Kita Dapat Mengetahui Teori Konsumsi menurut Ahli dalam Ekonomi Makro
3. Kita Dapat Mengetahui Arti dan Tujuan Konsumsi Islam
4. Kita Dapat Mengetahui Tentang Apa Perilaku Konsumsi Islami


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Konsumsi Secara Luas

Secara luas, definisi konsumsi mengambil istilah dari dua bahasa yang berbeda, yaitu Bahasa
Belanda dan Bahasa Inggris. Dalam istilah dari Bahasa Belanda, konsumsi berasal dari kata
consumptie yaitu segala kegiatan yang dipergunakan dengan tujuan untuk mengambil
kegunaan pada suatu produk dan jasa. Sedangkan dari Bahasa Inggris, konsumsi berasal dari
kata consumption yang berarti pemakaian, menggunakan, pemanfaatan, dan atau pengeluaran.
Seperti yang diketahui, cakupan konsumsi ini sangat luas dan tidak terbatas hanya pada satu
benda maupun jasa tertentu.

2.2 Teori Konsumsi Menurut Para Ahli

Jika dijabarkan kedalam penjelasan ekonomi makro, maka konsumsi dapat diartikan sebagai
variabel makro ekonomi yang dilambangkan dengan huruf “C” yaitu singkatan dari
consumption. Consumption disini dikategorikan ke dalam klasifikasi konsumen rumah tangga,
yaitu pembelanjaan barang atau jasa dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan atau
melakukan pembelian berdasarkan pendapatan yang dimiliki atau diperoleh. Ketika kegiatan
konsumsi itu tidak menghabiskan seluruh pendapatan yang dihasilkan, maka sisa uang yang
dimiliki disebut sebagai tabungan. Tabungan ini dilambangkan dengan huruf “S” yaitu
singkatan dari kata saving dalam Bahasa Inggris. Jika dilihat dalam perhitungan makro, maka
perhitungan dari penjumlahan seluruh pengeluaran-pengeluaran belanja dan konsumsi masing-
masing rumah tangga dalam cakupan satu negara disebut sebagai pengeluaran konsumsi
masyarakat suatu negara. Para Ahli Ekonomi memiliki pendapat masing masing dalam
mengartikan teori Konsumsi. Seperti :

A. John Maynard Keynes : Keynes memiliki teori konsumsi absolut yang disebut sebagai
Teori Konsumsi Keynes (absolut income hypothesis). Keynes berpendapat bahwa
besarnya konsumsi rumah tangga, tergantung dari pendapatan yang dihasilkan.
Perbandingan antara besar nya konsumsi dan pendapatan disebut Keynes sebagai
Marginal Propensity to Consume (MPC). MPC ini digunakan untuk mengukur bahwa
semakin besar pendapatan yang dimiliki, maka tingkat konsumsi rumah tangga juga
tinggi, dan begitu pula sebaliknya.


B. Hipotesis Franco Modigliani : Teori Konsumsi Modigliani beranggapan bahwa
besarnya konsumsi, tidak harus tergantung berdasarkan dari pendapatan. Karena pada
dasarnya pendapatan itu sendiri sangat bervariasi, yaitu ketika seseorang dapat tetap
mengatur pendapatannya dari tabungan ketika pendapatan sedang rendah, tinggi,
maupun tidak ada pendapatan misal karena pensiun yang telah dibayarkan dimuka, dan
lain sebagainya. Teori konsumsi Modigliani ini disebut sebagai Hipotesis Daur Hidup
(Life Cycle Hypothesis). Teori ini menjelaskan bahwa besarnya konsumsi tidak hanya
bergantung pada besarnya pendapatan, namun juga berdasarkan jumlah kekayaan yang
dimiliki, dimana kekayaan ini dapat dihasilkan melalui tabungan, investasi, penyisihan
pendapatan, warisan, dan lain sebagainya.
C. James Dusenberry : Teori konsumsi Dusenberry mengemukakan bahwa jumlah
konsumsi seseorang dan masyarakat tergantung dari besarnya pendapatan tertinggi
yang pernah dimiliki atau dicapai oleh seseorang atau masyarakat tersebut. Teori
Dusenberry tersebut berdasarkan pada dua asumsi yaitu interdependen dan irreversibel.
D. Herman Heinrich Gossen : Menurut Gossen, terdapat dua asumsi yang mendasari
seseorang untuk melakukan konsumsi, yaitu konsumsi vertikal dan konsumsi
horizontal. Pada asumsi ini, konsumsi diartikan sebagai kebutuhan

2.3 Arti dan Tujuan Konsumsi Islami

 Arti dari Konsumsi


Konsumsi dalam Islam diartikan sebagai penggunaan terhadap komoditas yang baik
dan jauh dari sesuatu yang diharamkan, maka, sudah barang tentu motivasi yang
mendorong seseorang untuk melakukan aktifitas konsumsi juga harus sesuai dengan
prinsip konsumsi itu sendiri. Artinya, karakteristik dari kebutuhan dan manfaat secara
tegas juga diatur dalam ekonomi Islam.
 Tujuan Konsumsi Dalam Islam
 Tujuan konsumsi islam adalah memaksimalkan maslahah. Menurut Imam
Shatibi, istilah maslahah maknanya lebih luas dari sekedar utility atau kepuasan
dalam terminologi ekonomi konvensional. Maslahah merupakan tujuan hukum
syara yang paling utama. yakni daruriyyah (tujuan yang harus ada dan
mendasar bagi penciptaan kesejahteraan dunia dan akhirat), hajiyyah (bertujuan
memudahkan kehidupan), dan tahsiniyyah (menghendaki kehidupan indah dan
nyaman).
 Mencukupi kebutuhan dan bukan memenuhi kepuasan/keinginan


 mengurangi nilai guna barang/ jasa
 sebagai sarana penolong untuk beribadah kepada Allah.

2.4 Dasar Hukum Perilaku Konsumsi

a. Sumber yang ada dalam al-Qur’an Artinya : “Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang
indah di Setiap (memasuki) mesjid, Makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orangorang yang berlebih-lebihan.” (QS. Al A’raf : 31)

b. Sumber yang berasal dari Sunnah Rasul, yang artinya : Abu Said Al-Chodry r.a berkata :
Ketika kami dalam bepergian bersama Nabi SAW, mendadak datang seseorang berkendaraan,
sambil menoleh ke kanan-ke kiri seolah-olah mengharapkan bantuan makanan, maka bersabda
Nabi SAW : “Siapa yang mempunyai kelebihan kendaraan harus dibantukan pada yang tidak
memmpunyai kendaraan. Dan siapa yang mempunyai kelebihan bekal harus dibantukan pada
orang yang tidak berbekal.” kemudian Rasulullah menyebut berbagai macam jenis kekayaan
hingga kita merasa seseorang tidak berhak memiliki sesuatu yang lebih dari kebutuhan
hajatnya. (H.R. Muslim).

2.5 Perilaku Konsumsi Islami

Kegiatan konsumsi merupakan salah satu kegiatan yang pokok dalam sendi kehidupan
makhluk hidup. Dalam hal ini, terkadang konsumsi yang dimaksud adalah tidak hanya
berkaitan dengan kebutuhan akan kebutuhan pokok yaitu makan dan minum (Septiana, 2015).
Tetapi, konsumsi yang ada merupakan pemenuhan akan kebutuhan pokok (makan dan minum),
serta untuk pemenuhan kebutuhan sandang dan papan. Hal ini harus dilaksanakan secara
terencana sesuai dengan kebutuhan dan anggaran yang tersedia.
Perilaku konsumsi islam terdapat konsep maslahah dimana perilaku konsumen berdasarkan
atas kebutuhan dan prioritas. Menurut Hoetoro (2018) konsep utilitas dalam teori modern
barulevel al-nafs al-ammarah (preferensi material) sedangkan utilitas islami menyempurnakan
hinggayang paling tinggi yaitu al-nafs al-muthmainah (keseimbangan duniawi dan ukhrawi)
oleh karenaitu, utilitas islami memandu konsumen untuk memperoleh nilai guna yang
memberinya kepuasanhidup dunia dan akhirat (falah).
Selain itu konsep maslahah menggambarkan kesederhanaan individu dalam berkonsumsi.
Maslahah memiliki tujuan yaitu dapat memberikan manfaat selain itumemiliki pemahaman
berkonsumsi sesuai dengan kebutuhan (Muflih, 2006). Perilaku konsumenIslam harus
merepresentasikan hubungan dengan Allah SWT. konsumsi yang dilakukan setiap hari
merupakan bentuk dzikir kepada Allah SWT sehingga konsumen menjalankan setiap syariat

islamdengan tidak mengkonsumsi barang haram, tidak kikir, dan tidak tamak dengan tujuan
hidupnyaselamat baik di dunia dan di akhirat (Muflih, 2006). Perilaku konsumen muslim tidak
berarti manusia meninggalkan hal duniawi tetapi manusiatidak bersifat materialistis dan tidak
bersifat tamak. Selain itu, konsumen muslimjuga harus memiliki sikap zuhud sehingga mereka
merasa puas dengan keadaan yang diterima serta bersyukur atas apa yang diberikan Allah
SWT, meskipun dengan keadaan kekurangan. Dengan memiliki sikap zuhud seorang muslim
akan mempunyai sikap qana’ah (Muflih, 2006). Menurut Hoetoro (2018) perilaku konsumsi
yang islami ditunjukkan oleh :
1. Barang dan jasa yang dikonsumsi hanya yang halal (thoyyiban).
2. Pendapatan sebagai kendala anggaran diperoleh secara halal.
3. Pemenuhan kebutuhan pokok (dharuriyat) didulukan daripada kebutuhan sekunder
(Hajiyat) dan tersier (tahsinat).
4. Tujuan konsumsi adalah untuk mendapatkan falah sehingga hasrat diri dan
kepentingansosial melalui alokasi pendapatan yang tidak memboroskan sumber daya.
2.6 Batasan dalam konsumsi menurut Islam
1. Larangan bersikap kikir/bakhil dan menumpuk harta. Kesadaran akan penderitaan yang
dialami oleh mereka yang membutuhkan adalah bagian besar dari Islam
2. Larangan berlebihan dan pemborosan. Islam membenarkan pemeluknya untuk
menikmati kebaikan dunia. Prinsip ini berbeda dengan sistem kerahiban, manuisme
parsi, sufuisme brahma dan sistem lain yang sinis terhadap dunia. Hidup sederhana
adalah tradisi Islam yang mulia, baik dalam membeli makanan, minuman, pakaian,
rumah dan segala apapun, bahkan Rasulullah melarang boros berwudhu dengan air
walaupun berada di sungai yang mengalir
2.7 Prinsip Konsumsi Dalam Islam
Menurut Abdul Mannan, ada 5 prinsip konsumsi dalam islam:
a) Prinsip Keadilan, prinsip ini mengandung arti ganda mengenai mencari rizki yang halal
dan tidak dilarang hukum.
b) Prinsip Kebersihan, Makanan harus enak dan cocok untuk dimakan, tidak merusak
noda atau menjijikkan.
c) Prinsip Kesederhanaan, prinsip ini mengatur perilaku manusia tentang makan dan
minum yang sopan. Maksudnya: tiap-tiap akan mengerjakan sembahyang atau thawaf
keliling ka'bah atau ibadat-ibadat yang lain. Dengan tidak melampaui batas yang
dibutuhkan oleh tubuh dan jangan pula melampaui batas-batas makanan yang
dihalalkan.


d) Prinsip kemurahan hati, dengan mentaati perintah Islam tidak ada bahaya maupun dosa
ketika kita memakan dan meminum makanan yang diberikan Allah.
e) Prinsip moralitas, seorang muslim diajarkan untuk menyebut nama Allah sebelum
makan dan menyatakan kesyukurannya kepada Nya setelah makan.


BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Konsumsi merupakan aktifitas terbesar manusia dan memiliki konsekuensi kepada banyak hal,
termasuk dalam kontinuitas keberadaan sumber daya itu sendiri. Dalam teori ekonomi
konvensional, konsumsi tidak memiliki norma ataupun aturan. Satu-satunya yang menjadi
pembatas dalam konsumsi hanyalah kelangkaan sumber daya, baik ini kelangkaan dalam artian
luas seperti ketersediaan sumber daya ataupun kelangkaan dalam arti yang lebih sempit yaitu
kelangkaan budget yang dimiliki. Konsumsi dalam Islam didasarkan pada kebutuhan, sehingga
tidak berlebih-lebihan. Konsumsi dalam Islam diartikan sebagai penggunaan terhadap
komoditas yang baik dan jauh dari sesuatu yang diharamkan, maka, sudah barang tentu
motivasi yang mendorong seseorang untuk melakukan aktifitas konsumsi juga harus sesuai
dengan prinsip konsumsi itu sendiri. Artinya, karakteristik dari kebutuhan dan manfaat secara
tegas juga diatur dalam ekonomi Islam.

Tujuan konsumsi islam adalah memaksimalkan maslahah. Menurut Imam Shatibi, istilah
maslahah maknanya lebih luas dari sekedar utility atau kepuasan. Perilaku konsumsi islam
terdapat konsep maslahah dimana perilaku konsumen berdasarkan atas kebutuhan dan
prioritas. Menurut Hoetoro (2018) konsep utilitas dalam teori modern barulevel al-nafs al-
ammarah (preferensi material) sedangkan utilitas islami menyempurnakan hinggayang paling
tinggi yaitu al-nafs al-muthmainah (keseimbangan duniawi dan ukhrawi) oleh karenaitu,
utilitas islami memandu konsumen untuk memperoleh nilai guna yang memberinya
kepuasanhidup dunia dan akhirat (falah).


Daftar Pustaka

Nursalih, A. (2014, September 3). Perilaku Konsumen. Diambil kembali dari Dosen
Perbarnas:https://dosen.perbanas.id/perilaku-konsumen-fungsi-utilitas-dan-
maslahah/?print=print

Rosyida,Sabila dan A‟yun Nadhira ,Islamisasi Teori Konsumsi Masyarakat Muslim


Modern, (Jurnal Islamika: Jurnal Ilmu-Ilmu KeislamanpISSN:1693-8712|e-ISSN: 2502-7565
Vol. 19, No. 1, Juli 2019, pp. 8 – 25)

Sitepu, Novi Indriyani , Perilaku Konsumsi Islam, (jurnal.unsyiah.ac.id.,2016)

J JENITA, R RUSTAM - JEBI (Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam), 2017 -


ejournal.uinib.ac.id

A Septiana - Dinar: Jurnal Ekonomi dan Keuangan, 2015 Analisis Perilaku


Konsumsi Dalam Islam
DK Salwa - LABATILA: Jurnal Ilmu Ekonomi Islam, 2019 TeoriKonsumsi
dalam Ekonomi Islam dan Implementasinya

Anda mungkin juga menyukai