Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

Teori Konsumsi Islam

Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ekonomi Mikro Islam


Yang Diampu Oleh:
MARYANI, M.M

Disusun Oleh : Kelompok 2


Selfia Dwi Lailatul Hikmah (2018.12.0731.0221)
Haeril Anwar (2018.12.0731.0232)
Rudiyanto (2018.12.0731.0219)

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARI’AH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT ILMU KEISLAMAN ZAINUL HASAN GENGGONG
KRAKSAAN-PROBOLINGGO
2019
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb
Dengan menyebut asma Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.Segala Puji
bagi Allah yang telah memberikan taufik dan hidayahnya.
Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada suri teladan kita, Nabi
Muhammad S.A.W, keluarga dan para sahabatnya yang membawa kebenaran bagi kita
semua.
Tidak lupa juga kami ucapkan terima kasih kepada ibu/bapak pembimbing yaitu
MARYANI, M.M yang telah membimbing serta mengajarkan kami, dan mendukung kami
sehingga terselesaikan makalah yang berjudul “Teori Konsumsi Islam” dan juga terima
kasih yang sebesar-besarnya kami ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu kami
sehingga terselesaikan makalah ini.
Ucapan terima kasih tak lupa kami ucapkan, sebagai wujud rasa syukur dengan
tersusunnya makalah ini kepada semua pihak yang telah berpartisipasi selama penyusunan
makalah ini, yang telah dengan tulus ikhlas membantu baik secara moril maupun meteril,
terutama kepada Dosen Pembina dan teman-teman sekalian.

Kraksaan, 10 Oktober 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Kata pengantar................................................................................................................i
Daftar Isi..........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................1
C. Tujuan...................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Konsumsi............................................................................................1
B. Prinsip Dasar Konsumsi........................................................................................2
C. Model Keseimbangan Konsumsi Dalam Islam.....................................................4
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan...........................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Konsumsi merupakan suatu perilaku ekonomi yang asasi dalam kehidupan
manusia dalam ilmu ekonomi secara umum, konsumsi adalah perilaku seseorang
untuk menggunakan dan memanfaatkan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan
hidup. Dalam teori ekonomi konvensional hal penting dalam konsumsi adalah
bagaimana konsumen mengalokasikan pendapatan untuk membelanjakan atas produk
atau jasa dan menjelaskan keputusan alokasi tersebut dalam menentukan permintaan
yang diinginkan.
Konsumen akan menggunakan parameter kepuasan melalui konsep kepuasan
(utility) yang tergambar dalam kurva indifferent (tingkat kepuasan yang sama). Setiap
individu berusaha memenuhi kebutuhan hidupnya melalui aktivitas konsumsi pada
tingkat pendapatannya (income) keterbatasan penghasilan (budget constraint). Teori
ekonomi isalam lahir karena adanya permmintaan akan barang dan jasa, sedangkan
permintaan akan barang dan jasa timbul karena adanya keinginan (want ) dan
kebutuhan (need) oleh konsumen riil maupun konsumen potensial.
Manusia diberi kebebasan dalam melakukan kegiatan konsumsi sesuai dengan
aturan-aturan yang ada dalam ajaran Islam. Dalam Islam tidak hanya mengatur
tentang ibadah dan cara mendekatkan diri kepada pencipta-Nya, namun juga kegiatan
perekonomian. Perbedaan antara ilmu ekonomi modern dengan ilmu ekonomi Islam
dalam hal konsumsi terletak pada cara pendekatannya dalam memenuhi kebutuhan
setiap orang. Islam tidak mengakui kegemaran materialistis semata-mata dari pola
konsumsi
B. Rumusan Masalah
a. Apa Pengeertian Konsumsi?
b. Apa Pengeertian Konsum?
c. Apa Model Keseimbangan Konsumsi Dalam Islam?
C. Tujuan Masalah
a. Untuk Mengetahui Pengeertian Konsumi.
b. Untuk Mengetahui Pengeertian Konsumi.
c. Untuk Mengetahui Seperti Apa Model Keseimbangan Konsumsi Dalam
Islam.
1

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Konsumsi
Menurut Hartono dan Sukarto T.J., Konsumsi adalah bagian dari penghasilan
yang dipergunakan membeli barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Albert C. Mayers mengatakan bahwa konsumsi adalah penggunaan barang dan jasa
yang berlangsung dan memenuhi kebutuhan hidup manusia. Adapun menurut ilmu
ekonomi, konsumsi adalah setiap kegiatan memanfaatkan, menghabiskan kegunaan
barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan dalam upaya menjaga kelangsungan
hidup 1
Konsumsi merupakan pengeluaran total untuk memperoleh barang dan jasa
dalam suatu perekonomian dalam jangka waktu tertentu. Khusus untuk pengeluaran
konsumsi rumah tangga, ada faktor yang paling penting menentukan diantaranya
tingkat pendapatan rumah tangga (Sayuti,1989). Perilaku masyarakat membelanjakan
sebagian dari pendapatan untuk membeli sesuatu disebut pengeluaran konsumsi.
Konsumsi merupakan fungsi dari pendapatan siap pakai (disposable income). Dengan
kata lain, fungsi konsumsi menunjukkan hubungan antara tingkat pengeluaran
konsumsi dengan tingkat pendapatan yang siap dibelanjakan (Prasetyo, 2011). 2
B. Prinsip Dasar Konsumsi
Menurut islam, anugerah Allah imilik semua manusia. Suasana yang
menyebabkan sebagian diantara anugerah-anugerah itu berada ditangan orang orang
tertentu. Hal ini teidak berarti bahwa mereka memanfaatkan anugerah itu untuknya,
sedangkan orang lain tidak memiliki bagiannya. Anugerah yang diberikan kepada
umat manusia masih berhak dimiliki walaupun mereka tidak memperolehnya. Dalam
Al- Qur’an, Allah SWT. Mengutuk dan membatalkan argument yang dikemukakan
orang kaya yang kikir karena ketidak sediaan memberi bagian atau miliknya. Allah
SWT, berfirman :
___________________________________
1
Sukarno Wibowo, Dedi Supardi, Ekonomi Mikro Islam, (Bandung,: Pustaka Setia,2013),h.225
2
https://pengertiandefinisi.com/pengertian-konsumsi-tujuan-aktivitas-konsumsi-dan-
ciri-cirinya/
2
ْ ُ‫آ َمنُوا أَن‬
‫ط ِع ُم َم ْن لَ ْو يَ َشا ُء‬ َ‫َوإِ َذا قِي َل لَهُ ْم أَ ْنفِقُوا ِم َّما َرزَ قَ ُك ُم هَّللا ُ قَا َل الَّ ِذينَ َكفَرُوا لِلَّ ِذين‬
‫ين‬
ٍ ِ‫الل ُمب‬ ٍ ‫ض‬ َ ‫ط َع َمهُ إِ ْن أَ ْنتُ ْم إِال فِي‬ ْ َ‫هَّللا ُ أ‬
Artinya:
Dan apabila dikatakan kepada mereka, "Nafkahkanlah sebagian dari rezeki yang
diberikan Allah kepadamu, "maka orang-orang yang kafir itu berkata kepada orang-
orang yang beriman, "Apakah kami akan memberi makan kepada orang-orang yang
jika Allah menghendaki tentulah Dia akan memberinya makan, tiadalah kamu
melainkan dalam kesesatan yang nyata.”
Konsumsi yang berlebihan merupakan ciri khas masyarakat yang tidak
mengenal Tuhan, yang dalam islam dikenal dengan istilah israf (pemborosan) atau
tabzir (menghambur-hamburkan harta tantpa guna). Tabzir berarti mempergunakan
harta dengan cara yang salah, yaitu menuju tuan-tujuan yang terlarang, seperti:
penyuapan, hal-hal yang melanggar hukum atau dengan cara yang tanpa aturan.
Kecenderungan konsumen dalam menentukan pilihan konsumsi menyangkut
pengalaman masa lalu, budaya, selera, serta nilai-nilai yang dianut, seperti: Agama
dan Adat istiadat. Perilaku konsumen dapat dilihat dari dua pendekatan yaitu
marginal utility dan pendekatan indifference curve.
Pendekatan marginal utility adalah kepuasan ( utility/utilitas) konsumen yang
dapat diukur dengan satuan lain. Adapun pendekatan (indifference curve) kurva
indiferensi adalah kepuasan konsumen bisa lebih rendah atau lebih tinggi tanpa
memper timbangkan lebih tinggi atau rendahnya. Dalam ekonomi, utilitas adalah
jumlah dari kesenangan relatif (gratifikasi) yang dicapai. Dengan jumlah ini,
seseorang bisa menentukan meningkat atau menurunnya utilitas.
Dalam membangun teori utility fanction, digunaka tiga aksioma pilihan
rasional sebagaimana diuraikan Adiwarman berikut:
1. Completeness
Aksiome ini selalu mengatakan bahwa setiap individu selalu dapat
menentukan keadan yang lebih disukai diantara dua keadaan. Apabila A dan B
adalah dua keadaan yang berbeda, individu selalu dapat menentukan secara
tepat satu diantara tiga kemungkinan yaitu:
3
a. A lenih disukai dari pada B.
b. B lebih disukai dari pada A.
c. A dan B sama menariknya.
2. Transitivity
Aksiome ini menjelaskan jika seorang individu mengatakan “A lebih disukai
dari pada B”, dan “B lebih disukai dari pada C”. Aksiome ini untuk
memastikan adanya konsistensi internal didalam diri individu dalam
mengambil keputusan.
3. Contiuity
Aksiome ini menjelaskan jika seorang individu mengatakan “A lebih disukai dari
pada B”, keadaan yang mendekati “A pasti lebih disukai dari pada B”. 3
C. Model Keseimbangan Konsumsi Dalam Islam
Keseimbangan konsumsi dalam ekonomi islam didasarkan pada keadilan
distribusi. Kepuasan konsumsi seorang muslim bergantung pada nilai-nilai agama
yang diterapkan pada rutinitas kegiatannya yang terceermin pada alokasi uang yang
dibelanjakan. Dalam islam konsumsi tidak dapat dipisahkan dalam peranan keimanan.
Peranan keimanan menjadi tolak ukur penting karena keimanan memberikan cara
pandang dunia yang cenderung memengaruhi kepribadian manusia. Keimanan
manusia sagat memengaruhi kuantitas dan kualitas konsumsi, baik dalam bentuk
kepuasan materiel maupun spiritual.
Batasan konsumsi dalam islam hanya memerhatikan aspek halal haram,tetapi
juga baik, cocok, bersih, tidak menjijikkan. Larangan israf dan bermegah-megahan.
Begitupula batasan konsumsi dalam syari’at tidak hanya berlaku pada makanan dan
minuman. Akan tetapi mencakup jenis-jenis komoditas lainnya. Pelarangan atau
pengharaman konsumsi untuk suatu komuditas bukan tanpa alasan.
Pengharaman untuk komoditas karena zatnya antara lain memiliki kaitan
langsung dalam membahayaka moral dan spiritual. Konsumsi dalam islam tidak
hanya untuk materi, tetapi juga konsumsi sosial yang terbentuk dalam zakat dan
sedekah, dalam Al-Qur’an dan Hadis disebutkan bahwa pengeluaran zakat dan
sedekah mendapat kedudukan penting dalam islam karena dapat memperkuat sendi-
sendi masyarakat.
___________________________________
3
Sukarno Wibowo, Dedi Supardi, Ekonomi Mikro Islam, (Bandung,: Pustaka Setia,2013),h.225-227
4
Menggunakan konsep konsumsi yang selama ini dikenal dalam ekonomi
mainstream (konvensioanal) terlepas dari konsep final spending penggambaran
perilaku konsumsi islam menjadi sebagai berikut:
C = Co + bYd
Keterangan:
b = prefrensi konsumsi dari pendapatan (Marginal propensity to consume)
Yd = pendapatan yang dapat dibelannjakan (Disposable income)
Dari model diatas, dapat diidentifikasi dua jenis konsumsi berdasarkan jenis
golongan masyarakat dalam mekanisme zakat yaitu konsumsi golongan mustahiq
(golongan masyarakat yang berhak menerima zakat) dan konsumsi golongan muzakki
(golongan masyarakat yang wajib membayar zakat).
Konsumsi mustahiq: C = Z = Co
Konsumsi muzakki: C = Co+b(Y-Z) atau C = Co+b (Y-Z-Nw)
Nw=Nawaib (semacam pajak bagi para orang kaya yang bersifat temporer).
Nw dikenakan kepada golongan masyarakat kaya muzakki krena
perekonomian memburuk, sedangkan pendapatan pemerintah lain tidak
mencukupi.

Dengan pertimbangan bahwa golongan mustahiq atau muzakki dapat berasal


dari golongan non muslim dan perkembangan perekonomian tidak begitu baik, variasi
model konsumsi diatas dapat diubah menjadi sebagai berikut.4

Konsumsi mustahiq muslim/non muslim: C = Za = Co

Keteranga: Za = Z + Kh + Jz + Nw

Kh = Kharaj (zakat pertanian bagi nonmuslim)

Jz = Jizyah (zakat penghasilan harta bagi nonmuslim)

Sementara itu konsumsi muzakki non muslim C = Co + b (Y – Kh – Jz – Nw)

Dari model konsumsi mustahiq dan muzakki diketahui bahwa MPC mustahiq
lebih besar dari pada MPC muzakki. Hal ini disebabkan oleh sensitivitas konsumsi
___________________________________
4
Sukarno Wibowo, Dedi Supardi, Ekonomi Mikro Islam, (Bandung,: Pustaka Setia,2013),h.229-231

Dari persepektif lain dijelaskan bahwa jumlah distribusi dana zakat (termasuk kharaj,
jizyah, dan nawaib) bagi mustahik harus sama dengan kebutuhan pokoknya, sehingga
pendapatan mereka dari dana tersebut dianggap sempurna (MPC mustahiq cenderung
sama dengan 1). Sementara besarnya MPC muzakki cenderung berada diantara 0 dan
1. Hal ini karena kebutuhan pokok mereka relatif telah terpenuhi. Dengan demikian
menggunakan pemahaman ini semakin beriman seorang individu atau sekelompok
orang, MPC individu atau kolektif semakin kecil mendekati 0, karena seorang yang
beriman akan lebih focus memenuhi kebutuhan pokok, akan tetapi jika MPC berarti
segala prefensi konsumsi muzakki, termasuk konsumsi untuk individu lain (motif
beramal shaleh), sebaiknya MPC muzakki di bedakan menjadi dua yaitu MPC untuk
konsumsi diri sendiri (MPC real) dan MPC untuk orang lain, seperti infak dan
sedekah (MPC amal saleh). Dengan begitu MPC dapat ditiliskan menjadi:

MPC muzakki = MPC real + MPC amal saleh

Kadar keimanan seorang muzakki cenderung membentuk komposisi besar MPC-nya


menjadi MPC real< MPC amal saleh. Dengan kata lain semakin beriman seorang
(muzakki), MPC-nya akan didominasikan oleh perilaku amal saleh dalam model
konsumsi muzakki, sera spesifik model konsumsi muzakki menjadi sebagai berikut:

C = Co + bYd

Jika b = MPC muzakki; C = MPC real; d = MPC amal saleh, maka:

C = Co + (c + d) Yd

C = Co + cYd + dYd

Model konsumsi muzakki ini menunjukkan tiga komponen atau motif utama
konsumsi seorang atau sekelompok muzakki, yaitu motif kebutuhan pokok (Co),
kebutuhan sekunder/tersier/uksury (cYd), dan kebutuhan untuk beramal saleh (dYd).

Dari analisi ini, factor keimanan mempengaruhi perilaku konsumsi seseorang,


khususnya muzakki. Sementaraitu, analisis yang sama tidak dapat digunakan
untukmengetahui pengaruh keimanan terhadap perilaku konsumsi mustahiq, karena
asumsi mustahiq tidak dapat beramal saleh menggunakan pendapatnya yang
bersumber

dari zakat. Hal ini menunjukkan kesesuaian potensi perilaku manusia muzakki untuk
memaksimalkan diri beramal saleh dengan anjuran rasulullah SAW. Ia harus berusaha
memperbaiki perekonomiannya sehingga dapat memaksimalkan kemanfaatan dirinya
bagi orang lain. Argumentasi ini tentu berasumsi bahwa besarnya amal saleh
dilakukan berdasarkan besarnya sumber daya ekonomi/harta/pendapatan yang
dimiliki seseorang, sehingga kemampuan beramal shaleh mustahiq. Dalam persamaan
ini, pajak tidak dimasukkan dengan asumsi bahwa pajak yang dikenal dalam islam
adalah pajak- pajak yang memiliki ketentuan secara syariat seperti zakat, kharaj,
jizyah, ushr, nawaib, dan sebagainya.

Mengakhiri konsep konsumsi dalam islam, pengutip pendapat manan tentang


lima prinsip konsumsi islam, yaitu:

1. Keadilan, prinsip ini mengandung arti ganda mengenai mencari


ricki yang halal dan tidak dilarang hokum, sesuai firman Allah
SWT, dalam Q.s. Al- Baqarah ayat 173;
2. kebersihan, prinsip ini mengatur bahwa makanan harus baik
dan cocok untuk dimakan, tidak kotor, ataupun menjijikan
sehingga merusak selera;
3. kesederhanaan, prinsip ini perilaku manusia mengenai makan
dan minum yang tidak berlebihan, sebagai mana tercantum
dalam firman Allah SWT, dalam Q.s. Al-A’raf ayat 31;
4. kemurahan hati, dengan menaati perintah islam, tidak ada
bhahaya dan dosa ketika memakan dan meminum makanan
halal, sebagaimana firman Allah SWT, Q.s. Al-Maidah ayat 96;
5. moralitas, prinsip ini mengajarkan untuk menyebut nama Allah
SWT. Sebelum makan dan menyatakan terima kasih kepadanya
setelah makan. 5
___________________________________
5
Sukarno Wibowo, Dedi Supardi, Ekonomi Mikro Islam, (Bandung,: Pustaka Setia,2013),h.231-233

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Konsumsi adalah bagian dari penghasilan yang dipergunakan membeli barang


atau jasa untuk memenuhi kebutuhan hidup. Konsumsi juga merupakan pengeluaran
total untuk memperoleh barang dan jasa dalam suatu perekonomian dalam jangka
waktu tertentu. Khusus untuk pengeluaran konsumsi rumah tangga, ada faktor yang
paling penting menentukan diantaranya tingkat pendapatan rumah tangga.
Fungsi konsumsi menunjukkan hubungan antara tingkat pengeluaran konsumsi
dengan tingkat pendapatan. konsep konsumsi dalam islam, pengutip pendapat manan
tentang lima prinsip konsumsi islam, yaitu:

1. Keadilan, prinsip ini mengandung arti ganda mengenai mencari


ricki yang halal dan tidak dilarang hokum, sesuai firman Allah
SWT, dalam Q.s. Al- Baqarah ayat 173;
2. kebersihan, prinsip ini mengatur bahwa makanan harus baik
dan cocok untuk dimakan, tidak kotor, ataupun menjijikan
sehingga merusak selera;
3. kesederhanaan, prinsip ini perilaku manusia mengenai makan
dan minum yang tidak berlebihan, sebagai mana tercantum
dalam firman Allah SWT, dalam Q.s. Al-A’raf ayat 31;
4. kemurahan hati, dengan menaati perintah islam, tidak ada
bhahaya dan dosa ketika memakan dan meminum makanan
halal, sebagaimana firman Allah SWT, Q.s. Al-Maidah ayat 96;
moralitas, prinsip ini mengajarkan untuk menyebut nama Allah SWT. Sebelum makan
dan menyatakan terima kasih kepadanya setelah makan.
8

DAFTAR PUSTAKA

Wibowo, Sukirno. Supriadi,Dedi.2013.Ekonomi Mikro Islam, Bandung: Pustaka Setia


https://pengertiandefinisi.com/pengertian-konsumsi-tujuan-aktivitas-konsumsi-dan-
ciri-cirinya/(10 Oktober2019 pkl:23.00 WIB)

Anda mungkin juga menyukai