Anda di halaman 1dari 13

ANALISIS PERILAKU KOMSUMSI PERSPEKTIF

KONVENSIONAL ISLAM

Makalah
Nama : Siti Anggraini (202201004)

: Ressa Riyandha (202201033)

: Dinar Dwi Sulistiyo Ningsih (202201032)

Semester : III (Tiga)

MK : Ekonomi Mikro

Prodi : Hukum Ekonomi Syari’ah (HES)

SEKOLAH TINGGI ILMU SYARI’AH (STIS)

AL-AZIZIYAH KOTA SABANG TAHUN 2023


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, Tuhan seru sekalian
alam. Serta dengan qudrah iradah-Nya pula penulis telah menyelesaikan penulisan
makalah ini dengan judul “Analisis perilaku komsumsi perspektif konvensional
islam”, Shalawat beriring salam kita sampaikan kepada baginda Nabi Muhammad
SAW, dan kepada keluarga serta sahabat Nabi sekalian.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun sangat
penulis harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, penulis serahkan segalanya kepada Allah SWT, semoga amal
diterimaNya. Penulis jugak berharap semoga makalah yang sederhana ini dapat
bermamfaat bagi penulis khususnya dan serta bagi pembaca pada umumnya, saat
ini dan di masa yang akan datang. Amin.

Sabang, 15 November 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ 2

DAFTAR ISI ........................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 4

A. Latar Belakang Masalah ................................................................................. 4

B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 5

C. Tujuan Penulisan ............................................................................................ 5

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 6

A. teori konsumsi menurut ekonomi islam dan ekonomi konvesional ............... 6

B.Perbedaan perilaku konsumsi dalam teori ekonomi konvensional dengan teori


ekonomi islam ..................................................................................................... 9

BAB III PENUTUP .............................................................................................. 12

A. Kesimpulan .................................................................................................. 12

B.Saran .............................................................................................................. 12

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 13


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Konsumsi merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dari perilaku
manusia dalam memenuhi kebutuhan hidup, karena sebagian besar dari kegiatan
yang dilakukan manusia merupakan sebuah kegiatan konsumsi, baik sandang,
pangan, maupun papan. Jika dilihat dari sudut pandang khusus, maka sering kali
konsumsi hanya terbatas pada makan dan minum saja. Namun jika dilihat dari sudut
pandang yang lebih luas lagi, maka konsumsi tidak hanya dimaknai dengan makan
dan minum, tetapi segala aktivitas yang dilakukan manusia untuk memenuhi
kepuasan dan penggunaan suatu produk. Seperti penggunaan mesin cuci dan
mengenakan pakaian juga termasuk kegiatan konsumsi.
Pertumbuhan ekonomi saat ini bertumpu pada konsumsi karena peranan
konsumsi sangat besar mendorong pertumbuhan ekonomi. Seperti yang telah kita
ketahui, dalam ekonomi konvensional dikenal adanya dua nilai dasar sebagai
pendekatan dalam menganalisa perilaku konsumen, yaitu utilitas dan rasionalitas.
Kedua nilai tersebut mengarah kepada perilaku kedonis. Prinsip konsumsi dengan
pendekatan tersebut adalah konsumsi atas barang/jasa sebanyak-banyaknya
sepanjang budget yang dimiliki mencukupi untuk memperoleh kepuasan yang
maksimal. Namun utilitas tersebut dalam islam dimaknai berbeda. Islam melarang
segala sesuatu yang berlebih-lebihan termasuk dalam mengkonsumsi sesuatu, maka
pendekatan. menurut teori dalam ekonomi Islam sangat berbeda dengan prinsip
dalam teori ekonomi konvensional.
Dilihat dari latar belakang yang dipaparkan diatas, maka penyusun makalah
akan menganalisis perbedaan perilaku konsumsi dalam teori ekonomi konvensional
dengan teori ekonomi Islam.
B. Rumusan Masalah
a) Bagaimana teori konsumsi menurut ekonomi islam dan ekonomi
konvesional?
b) Bagaimana perbedaan perilaku konsumsi dalam teori ekonomi
konvensional dengan teori ekonomi islam?

C. Tujuan Penulisan
a) Untuk mengetahui perilaku konsumsi menurut teori ekonomi konvensional
dan teori ekonomi islam.
b) Untuk mengetahui perbedaan perilaku konsumsi dalan teori ekonomi
konvensional dengan teori ekonomi islam.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Teori konsumsi menurut ekonomi islam dan ekonomi konvesional


Dalam mendefinisikan konsumsi terdapat perbedaan di antara para pakar
ekonomi, namun konsumsi secara umum didefinisikan dengan penggunaan barang
dan jasa untuk memenuhi kebutuhan manusia. Dalam ekonomi islam konsumsi juga
memiliki pengertian yang sama, tapi memiliki perbedaan dalam setiap yang
melingkupinya. Perbedaan yang mendasar dengan konsumsi ekonomi konvensional
adalah tujuan pencapaian dari konsumsi itu sendiri, cara pencapaiannya harus
memenuhi kaidah pedoman syariah islamiyyah. Pelaku konsumsi atau orang yang
menggunakan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhannya disebut konsumen.
Perilaku konsumen adalah kecenderungan konsumen dalam melakukan konsumsi,
untuk memaksimalkan kepuasannya. Dengan kata lain, perilaku konsumen adalah
tingkah laku dari konsumen, dimana mereka dapat mengilustrasikan pencarian
untuk membeli, menggunakan, mengevaluasi dan memperbaiki suatu produk dan
jasa mereka. Perilaku konsumen (consumer behavior) mempelajari bagaimana
manusia memilih di antara berbagai pilihan yang dihadapinya dengan
memanfaatkan sumberdaya (resources) yang dimilikinya.
Konsumsi memiliki urgensi yang sangat besar dalam setiap perekonomian,
karena tiada kehidupan bagi manusia tanpa konsumsi. Oleh karena itu, kegiatan
ekonomi mengarah kepada pemenuhan tuntutan konsumsi bagi manusia. Sebab,
mengabaikan konsumsi berarti mengabaikan kehidupan dan juga mengabaikan
penegakan manusia terhadap tugasnya dalam kehidupan.
Dalam sistem perekonomian, konsumsi memainkan peranan penting.
Adanya konsumsi akan mendorong terjadinya produksi dan distribusi. Dengan
demikian akan menggerakkan roda-roda perekonomian.
Tujuan utama konsumsi seorang muslim adalah sebagai sarana penolong
untuk beribadah kepada Allah. Sesungguhnya mengonsumsi sesuatu dengan niat
untuk meningkatkan stamina dalam ketaatan pengamdian kepada Allah akan
menjadikan konsumsi itu bernilai ibadah yang dengannya manusia mendapatkan
pahala. Sebab hal-hal yang mubah bisa menjadi ibadah jika disertai niat pendekatan
diri (taqarrub) kepada Allah, seperti: makan, tidur dan bekerja, jika dimaksudkan
untuk menambah potensi dalam mengabdi kepada Ilahi. Dulam ekonomi islam,
konsumsi dinilai sebagai sarana wajib yang seorang muslim tidak bisa
mengabaikannya dalam merealisasikan tujuan yang dikehendaki Allah dalam
penciptaan manusia, yaitu merealisasikan pengabdian sepenuhnya hanya kepada-
Nya sesuai dengan firman Allah yang mengatakan bahwa:
”Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
menghamba kepada-Ku. (Q.S. Adz-Dzariyat: 56)”
Karena itu tidak aneh, bila islam mewajibkan manusia mengonsumsi apa
yang dapat menghindarkan dari kerusakan dirinya, dan mampu melaksanakan
kewajiban-kewajiban yang dibebankan Allah kepadanya.
Pada dasarnya konsumsi dibangun atas dua hal, yaitu, kebutuhan (hajat) dan
kegunaan atau kepuasan (manfaat). Secara msional, seseorang tidak akan pernah
mengonsumsi suatu barang manakala dia tidak membutuhkannya sekaligus
Mendapatkan manfaat darinya. Dalam prespektif ekonomi Islam, dua unsur
ini mempunyai kaitan yang sangat erat (interdependensi) dengan konsumsi itu
sendiri. Mengapa demikian? ketika konsumsi dalam Islam diartikan sebagai
penggunaan terhadap komoditas yang baik dan jauh dari sesuatu yang diharamkan,
maka, sudah barang tentu motivasi yang mendorong seseorang untuk melakukan
aktifitas konsumsi juga harus sesuai dengan prinsip konsumsi itu sendiri. Artinya,
karakteristik dari kebutuhan dan manfaat secara tegas juga diatur dalam ekonomi
Islam.
Bila masyarakat mengehendaki lebih banyak akan suatu barang atau jasa
maka hal ini akan tercermin pada kenaikan pemanfaatan akan barang dan jasa
tersebut. Kehendak seseorang untuk membeli atau memiliki suatu barang atau jasa
bisa muncul karena faktor kebutuhan ataupun faktor keinginan. Kebutuhan terkait
dengan segala sesuatu yang harus dipenuhi agar suatu barang berfungsi secara
sempurna.
Selain itu, dalam kapasitasnya sebagai khalifah di muka bumi, manusia juga
dibebani kewajiban membangun dan menjaganya, yaitu, sebuah aktifitas
berkelanjutan dan terus berkembang yang menuntut pengembangan seluruh
potensinya disertai keseimbangan penggunaan sumber daya yang ada. Artinya.
Islam memandang penting pengembangan potensi manusia selama berada dalam
batas penggunaan sumber daya secara wajar. Sehingga, kebutuhan dalam prespektif
Islam adalah, keinginan manusia menggunakan sumber daya yang tersedia, guna
mendorong pengembangan potensinya dengan tujuan membangun dan menjaga
bumi dan isinya.
Sebagaimana kebutuhan di atas, konsep manfaat ini juga tercetak bahkan
menyatu dalam konsumsi itu sendiri. Para ekonom menyebutnya sebagai perasaan
rela yang diterima oleh konsumen ketika mengonsumsi suatu barang. Rela yang
dimaksud di sini adalah kemampuan seorang konsumen untuk membelanjakan
pendapatannya pada berbagai jenis barang dengan tingkat harga yang berbeda.
Ada dua konsep penting yang perlu digaris bawahi dari pengertian rela di
atas, yaitu pendapatan dan harga. Kedua konsep ini saling mempunyai
interdependensi antar satu dengan yang lain, mengingat kemampuan seseorang
untuk membeli suatu barang sangat tergantung pada pemasukan yang dimilikinya.
Kesesuaian di antara keduanya akan menciptakan kerelaan dan berpengaruh
terhadap penciptaan prilaku konsumsi itu sendiri. Konsumen yang rasional selalu
membelanjakan pendapatannya pada berbagai jenis barang dengan tingkat harga
tertentu demi mencapai batas kerelaan tertinggi.
Konsumsi adalah suatu kegiatan menggunakan barang atau mengurangi
nilai guna suatu barang. Pengertian konsumsi ini hampir bisa dikaitkan dengan
definisi permintaan. Dimana dalam ilmu ekonomi mikro dijelaskan panjang lebar
mengenai permintaan. Ilmu ekonomi mikro menjelaskan bahwa permintaan
diartikan sebagai jumlah barang yang dibutuhkan. Pengertian ini berangkat dari
pernyataan bahwa manusia memiliki kebutuhan (melakukan kegiatan konsumsi).
Analisis mengenai perilaku konsumen dalam teori ekonomi konvensional
terbagi menjadi beberapa prinsip yaitu:
• Kelangkaan dan Terbatasnya Pendapatan
Adanya kelangkaan dan terbatasnya pendapatan memaksa orang
menentukan pilihan. Agar pengeluaran senantiasa berada di anggaran yang
sudah ditetapkan, meningkatkan konsumsi suatu barang atau jasa harus
disertai dengan pengurangan konsuusi pada barang dan jasa yang lain.
• Konsumen Mampu Membandingkan Biaya dengan Manfaat
Jika dua barang memberi manfaat yang sama, konsumen akan memilih yang
lebih kecil biayanya. Disisi lain, bila untuk memperoleh dua jenis barang
yang biayanya sama maka konsumen akan lebih memilih yang lebih besar
manfaatnya.
• Tidak Selamanya Konsumen Dapat Memperkirakan Manfaat dengan Tepat
Saat membeli suatu furang, bisa jadi manfaat yang diperoleh tidak sesuai
dengan harga yang harus dibayarkan. Pengalaman tersebut akan menjadi
informasi bagi konsumen yang akan mempengaruhi keputusan
konsumsinya mengenai kebutuhan barang yang akan datang.
• Setiap Barang Dapat Disubstitusi dengan Barang Lain
Dengan demikian konsumen dapat memperoleh kepuasan dengan berbagai
cara. Konsumen tunduk pada hukum Berkurangnya Tambahan Kepuasan
(The Law Diminishing Marginal Utility). Semakin banyak jumlah akan
semakin lebih baik.

B. Perbedaan perilaku konsumsi dalam teori ekonomi konvensional dengan


teori ekonomi islam
Perilaku konsumen dalam perspektif ekonomi konvensional dan hukum
ekonomi Islam dapat dibedakan menjadi lima, yaitu:
Pertama, terletak pada pandangan manusia terhadap kehidupan dunia.
Ekonomi konvensional memandang bahwa kehidupan dunia merupakan hak mutlak
bagi manusia untuk hidup bebas sesukanya dengan mencapai kepuasan tanpa
berfikir bahwa semua yang diperoleh dan digunakan manusia adalah penciptaan
dari Tuhan.
Kedua, terletak pada prinsip konsumsi. Dalam tatanan ekonomi
konvensional, prinsip yang menjadi pedoman aktivitas konsumsi adalah prinsip
freedom, self interest, dan materialistis. Ketiga prinsip tersebut mengasumsikan
manusia sebagai rational economics man yang memiliki kebebasan untuk mengatur
nasibnya sendiri berdasarkan keinginan dan kemampuan, setiap konsumen bebas
bersaing dalam memenuhi kebutuhannya, dan setiap individu bebas memuaskan
keinginannya tanpa terikat siapapun.
Ketiga, terletak pada motif dan tujuan konsumsi. Terdapat dua motif
konsumsi dalam ekonomi konvensional maupun ekonomi Islam, yaitu motif yang
berasal dari dalam diri manusia dan motif yang berasal dari luar diri manusia.
Perilaku konsumen konvensional didorong oleh motif internal yang bertujuan untuk
pemenuhan kebutuhan hidup dan motif eksternal yang lebih bertujuan untuk
pemenuhan keinginan hawa nafsu.
Keempat, terletak pada konfigurasi kebutuhan konsumen. Dalam ekonomi
konvensional, kebutuhan ditentukan oleh konsep kepuasan (utility) sehingga
pembagian kebutuhan tersebut dibagi berdasarkan tingkat intensitas, sifat, subjek
yang membutuhkan, dan waktu. Menurut intensitas penggunaannya, kebutuhan
dapat dibagi menjadi kebutuhan primer, sekunder, dan tersier. Menurut sifatnya,
kebutuhan terdiri dari kebutuhan jasmani dan kebutuhan rohani.
Beberapa proposisi wility sebagai berikut:
Dari penelusuran berbagai literatur yang membahas tentang konsep utility,
ditemukan
1. Konsep dility membentuk persepsi kepuasan materialistis.
2. Konsep wility mempengaruhi persepsi keinginan konsumen.
3. Konsep wility mencerminkan peranan self-interest konsumen.
4. Persepsi tentang keinginan memiliki tujuan untuk mencapai kepuasın materi.
5. Self-interesi mempengaruhi persepsi kepuasan materialistis konsumen.
6. Persepsi kepuasan menentukan keputusan (pilihan) konsumen
Sedangkan pada berbagai literatur Islam yang menerangkan tentang
perilaku konsumen, ditemukan beberapa proposisi sebagai berikut:
1. Konsep maslahah membentuk persepsi kebutuhan manusia.
2. Konsep masiahah membentuk persepsi tentang penolakan terhadap
kemudharatan
3. Konsep maslahah memanifestasikan persepsi individu tentang upaya setiap
pergerakan amalnya mardhatilah.
4. Upaya mardhatilah mendorong terbentuknya persepsi kebutuhan islami.
5. Persepsi seorang konsumen dalam memenuhi kebutuhannya menentukan
keputusan konsumsinya.
Kelima, perbedaannya terletak pada teori perilaku konsumen. Teori perilaku
konsumen konvensional memberikan pandangan bahwa setiap konsumen selalu
bersedia membelanjakan pendapatannya untuk memperoleh sejumlah barang dan
jasa karena barang dan jasa tersebut berguna serta dapat menambah tingkat
kepuasan. Sedangkan dalam teori perilaku konsumen muslim, sangat penting
adanya pembagian jenis barang dan jasa antara yang haram dan yang halal.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasan yang telah penulis uraikan di atas, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut Perilaku konsumen dalam perspektif ekonomi
konvensional adalah berlandaskan pada filosofi kapitalisme, sehingga setiap
individu lebih mengutamakan rasional dibandingkan spiritual Dalam hal ini
tindakan konsumen dalam memenuhi keperluan hidupnya adalah dengan
memaksimumkan kepuasan berdasarkan pada keperluan dan keinginan yang
digerakkan oleh akal. Selain bertujuan memenuhi kebutuhan dan menghabiskan
nilai guna suatu barang atau jasa, konsumsi seringkali juga dijadikan ajang untuk
konsumen memenuhi tingkat kepuasan maksimal, mengejar kemewahan, dan status
ekonomi di tengah-tengah masyarakat. Sedangkan dalam ekonomi Islam ada ima,
yaitu prinsip keadilan, kebersihan, kesederhanaan, kemurahan hati, dan prinsip
moralitas.

B. Saran
Penulis tentunya masih menyadari jika makalah diatas masih terdapat
banyak kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki
makalah tersebut dengan berpedoman pada banyak sumber serta kritik yang
membangun dari pada pembaca.
DAFTAR PUSTAKA

CV. Al-Hanan, Al-Qur'an Terjemahan Asbabun Nuzul, (Surakarta: Pustaka Al-


Hanan, 2009) h.75.
Murokhim Misanam Dkk, Yogyakarta, Ekonomi Islam, 2014, 11, 130.
Murokhim Misanam Dkk. Yogyakarta, Ekonomi Islam, 2014, h. 132
Shidarta, Hukum Perlindungan Konsumen, Jakarta: Grasindo, 2000), hal. 4-8
"Muhammad dan Alimin, Etika & Perlindungan Konsumen Dalam Ekonomi Islam.
(Yogyakarta: BPFE-YOGYAKARTA, 2004), hal. 131

Anda mungkin juga menyukai