Anda di halaman 1dari 13

TEORI EKONOMI 2 MAKALAH KONSUMSI DAN INVESTASI

Disusun oleh kelompok 5: Aldixon Siahaan Fredianto Hidayat Mita Rahayu Nurul Sukma Putri Winda Arianti Usamah
2EB14 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA DEPOK 2013

(20211558) (22211959) (23211374) (24211512) (25211411) (27211416) (27211231)

Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul Konsumsi dan Investasi. Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Akuntansi Manajemen. Makalah ini berisikan tentang informasi mengenai Konsumsi dan Investasi atau yang lebih khususnya membahas pengertian, perilaku konsumsi dan investasi, fakta-fakta tentang konsumsi, investasi dan pendapatan serta antara waktu dan pendapatan. Diharapkan Makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua. Bahan penulisan diambil dari beberapa sumber literatur yang mendukung pembahasan ini. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.

Jakarta, 12 Maret 2013

Penulis,

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Soal ekonomi adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat. Keuangan adalah sesuatu yang tidak dapat dihindarkan dalam kegiatan ekonomi, baik pada suatu organisasi untuk tujuan produksi maupun suatu organisasi rumah tangga yang bersifat konsumtif. Karena itu, kita harus dapat menyikapi bagaimana cara mengkonsumsi sesuatu barang agar tidak berlebihan, yaitu dengan cara menghentikan kebiasaan menghabiskan uang, lalu uang tersebut untuk menabung agar tidak terjadi pemborosan materi yang akibatnya akan merugikan diri kita sendiri dan juga untuk menyelesaikan tugas ekonomi. Konsumsi dan investasi merupakan dua kegiatan yang berkaitan. Penundaan konsumsi sekarang dapat diartikan sebagai investasi untuk konsumsi di masa mendatang. Individu melakukan konsumsi dengan memakai sumber daya yang ada untuk mendapatkan kepuasan atau utility. B. Rumusan Masalah Makalah ini ditujukan untuk membahas Hubungan Investasi dan Konsumsi dalam kaitannya dengan Perekonomian Indonesia. C. Tujuan Penulisan Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah : 1. Untuk mengetahui fakta-fakta tentang konsumsi, investasi dan pendapatan. 2. Untuk memahami perilaku konsumsi dan investasi. 3. Untuk mengetahui pengaruh konsumsi dan investasi. 4. Dapat menjelaskan bagaimana keputusan konsumsi dan investasi dibuat. 5. Dapat menjelaskan bagaimana kebijakan moneter berpengaruh terhadap investasi.

BAB II PEMBAHASAN
I. Konsumsi
Konsumsi adalah segala kegiatan atau tindakan menghabiskan atau mengurangi kegunaan (daya guna) barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan. Pembelanjaan masyarakat atas makanan, pakaian, dan barang-barang kebutuhan mereka yang lain digolongkan pembelanjaan atau konsumsi. Barang-barang yang di produksi untuk digunakan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya dinamakan barang konsumsi. Faktor yang mempengaruhi konsumsi : 1. Pendapatan rumah tangga (Household income), semakin besar pendapatan, semakin besar pula pengeluaran untuk konsumsi. 2. Kekayaan rumah tangga (Household wealth), semakin besar kekayaan, tingkat konsumsi juga akan menjadi semakin tinggi. Kekayaan misalnya berupa saham, deposito berjangka, dan kendaraan bermotor. 3. Prakiran masa depan (Household expectations), bila masyarakat memperkirakan harga barang-barang akan mengalami kenaikan, maka mereka akan lebih banyak membeli/belanja barang-barang. 4. Tingkat bunga (Interest rate), bila tingkat bunga tabungan tinggi/naik, maka masyarakat merasa lebih untung jika uangnya ditabung daripada dibelanjakan. berarti antara tingkat bunga dengan tingkat konsumsi memepunyai korelasi negatif. 5. Pajak (Taxation), pengenaan pajak akan menurunkan pendapatan disposable yang diterima masyarakat, akibatnya akan menurunkan konsumsinya. 6. Jumlah dan Konsunsi penduduk, jumlah penduduk yang banyak akan memperbesar pengeluaran konsumsi. Sedangkan komposisi penduduk yang didominasi penduduk usia produktif/usia kerja (15-64 tahun) akan memperbesar tingkat konsumsi. 7. Faktor sosial budaya, misalnya, berubahnya pola kebiasaan makan, perubahan etika dan tata nilai karena ingin meniru kelompok masyarakat lain yang dianggap lebih modern. Contohnya adalah berubahnya kebiasaan oranng Indonesia berbelanja dari pasar tradisional ke pasar swalayan (super market).

A. Teori Konsumsi Teori ini muncul setelah terjadi great depression pada tahun 1929-1930. Teori konsumsi dikenalkan oleh Jhon Maynard Keynes. Sedangkan kelompok klasik tidak pernah memikirkan dan mengeluarkan teori konsumsi. Mereka hanya membahas teori produksi. Kaum klasik percaya bahwa seperti yang dikatakan JB Say: supply creates its own demand atau penawaran akan menciptakan permintaannya sendiri. 1. Teori Konsumsi Keynes Keynes berpendapat bahwa pengeluaran konsumsi hampir secara penuh di pengaruhi oleh kekuatan pendapatan. Hubungan antara kedua variabel tersebut dapat dijelaskan melalui fungsi konsumsi. Fungsi konsumsi menggambarkan tingkat konsumsi pada berbagai tingkat pendapatan. Fungsi konsumsi Keynes: C = a + b Yd Keterangan: C = konsumsi seluruh rumah tangga a = konsumsi otonom, yaitu besarnya konsumsi ketika pendapatan nol b = marginal propensity to consume (MPC) Y = pendapatan disposable (pendapatan yang siap dikonsumsi) Jadi secara umum ada tiga hal penting yang menjadi pemikiran keynes, yaitu: a. Keynes menduga bahwa kecenderungan mengkonsumsi marginal (MPC) adalah antara nol dan satu. Ketika pendapatan meningkat maka konsumsi juga akan naik, tapi tidak sebesar kenaikan pendapatannya. b. Rasio konsumsi terhadap pendapatan, yang disebut kecenderungan mengkonsumsi rata-rata (APC), turun ketika pendapatan naik. Menabung merupakan hal yang mewah, jadi orang kaya menabung dengan proporsi yang lebih tinggi dari pendapatan dibandingkan dengan orang miskin. c. Pendapatan merupakan determinan konsumsi yang penting dan tingkat bunga tidak penting. Ini berbeda dengan ekonom klasik yang beranggapan semakin tinggi tingkat suku bunga maka akan mendorong tingkat tabungan dan mengurangi konsumsi. Pengaruh tingkat bunga terhadap konsumsi hanya sebatas teori saja. Karena periode pendek tingkat bunga atas pengeluaran individu dari pendapatannya bersifat sekunder dan relatif tidak penting Fungsi konsumsi Keynes adalah fungsi ekonomi jangka pendek. Keynes tidak mengeluarkan fungsi ekonomi jangka panjang karena menurutnya in the long run were all dead.

2. Teori Konsumsi Kuznet Apabila Keynes hanya mengeluarkan fungsi konsumsi jangka pendek saja, maka ekonom lainnya yakni Simon Kuznets menemukan fungsi konsumsi jangka panjang. Menurut kuznets, tidak ada perubahan yang signifikan terhadap proporsi tabungan terhadap pendapatan ketika pendapatan semakin meningkat, sehingga dalam jangka panjang, fungsi konsumsi cenderung berbentuk stabil dan konstan. 3. Teori Konsumsi berdasar hipotesis siklus hidup (life cycle hypothesis) Pendekatan ini dikemukakan oleh Albert Ando, Brumberg, dan Modigliani (abad 18). Mereka berpendapat bahwa pendapatan relatif lebih rendah pada usia muda dan usia lanjut. Fungsi Konsumsi dari teori ini adalah: C= a W Dengan pola konsumsi manusia seperti huruf C, maka kan terjadi dissaving (mengurangi tabungan) ketika usia muda dan usia lanjut. Sedangkan pada usia produksi, terjadi peningkatan saving. Namun mereka berpendapat bahwa dalam jangka panjang rata-rata tabungan E(S) = 0. 4. Teori Konsumsi dengan hipotesis pendapatan permanen M Friedman (1957) menjelaskan perilaku konsumsi dengan menggunakan hipotesis pendapatan permanen. Dalam hipotesisnya, pendapatan masyarakat dapat dibedakan menjadi dua yaitu pendapatan permanen dan pendapatan sementara. Pendapatan permanen adalah pendapatan yang diharapkan orang untuk terus bertahan dimasa depan. Pendapatan sementara (pendapatan transitoris) adalah bagian pendapatan yang tidak diharapkan terus bertahan. Nilai pendapatan ini kadang positif dan kadang negatif. Ukuran pendapatan sendiri merupakan penjumlahan dan pendapatan permanen dan pendapatan sementara atau secara matematis ditulis: Y = Yp + Yt Dimana Y adalah pendapatan yang terukur, Yp adalah pendapatan permanen, dan Yt adalah pendapatan sementara. Untuk itu, Friedman beralasan bahwa konsumsi seharusnya tergantung pada pendapatan permanen karena konsumen menggunakan tabungan dan pinjaman untuk melancarkan konsumsi dalam menanggapi perubahan pendapatan sementara. fungsi konsumsi menurut Friedman adalah C = YP Dimana adalah konstanta yang mengukur bagian pendapatan permanen yang dikonsumsi.

5. Teori Konsumsi dengan hipotesis pendapatan relatif James Duesenberry mengemukakan tentang teori konsumsi dengan hipotesis pendapatan relatif dengan menggunakan dua asumsi, yaitu : a. Selera sebuah rumah tangga atas barang konsumsi adalah interdependen. Artinya pengeluaran konsumsi rumah tangga dipengaruhi oleh pengeluaran yang dilakukan oleh orang sekitarnya (tetangganya). b. Pengeluaran konsumsi adalah irreversible. Artinya, pola pengeluaran seseorang pada saat penghasilan naik berbeda dengan pola pengeluaran pada saat penghasilan mengalami penurunan. Kedua asumsi tersebut menjadi dasar Duesenberry dalam merumuskan teori konsumsi dalam jangka panjang dan jangka pendek. Fungsi jangka panjang Deusenberry menggunakan asumsi pertama, dimana konsumsi seseorang sangat dipengaruhi pola konsumsi masyarakat sekitar. Akibatnya dalam jangka panjang, kenaikan penghasilan masyarakat secara keseluruhan tidak akan mengubah distribusi penghasilan seluruh masyarakat. Deusenberry menggunakan asumsi kedua dalam menurunkan fungsi konsumsi jangka pendek. Menurutnya, besarnya konsumsi seseorang dipengaruhi oleh besarnya penghasilan tertinggi yang pernah diperoleh. Proporsi kenaikan pengeluaran konsumsi pada saat penghasilan naik lebih besar nilainya dibandingkan proporsi penurunan pengeluaran konsumsi pada saat penghasilan turun. B. Pajak, konsumsi dan saving Dalam perekonomian 2 sektor, pendapatan nasional adalah sama dengan pendapatan disposibel. Sebagai akibat adanya pajak, dalam perekonomian 3 sektor pendapatan disposibel telah menjadi lebih kecil dari pendapatan nasional. Dalam perekonomian yang telah mengenakan pajak, perhubungan diantara pendapatan disposibel dan pendapatan nasional dapat dinyatakan secara persamaan berikut : Yd = Y T Yaitu, pendapatan disposibel ( Yd ) adalah sama dengan pendapatan nasional ( Y ) dikurangi oleh pajak ( T ). Penurunan pendapatan disposibel akan mengurangi konsumsi dan tabungan rumah tangga. Hal ini disebabkan karena pajak yang dibayarkannya mengurangi kemampuannya untuk melakukan pengeluaran konsumsi dan menabung. Berdasarkan kepada sifat pengaruh pajak kepada pendapatan disposibel, pengeluaran konsumsi dan tabungan, secara umum dapat dirumuskan : a. Pajak yang dipungut akan mengurangi pendapatan disposibel sebanyak pajak yang dipungut tersebut. Dalam persamaan Yd = Y T

b. Penurunan pendapatan disposible menyebabkan pengeluaran konsumsi dan tabungan rumah tangga akan berkurang pada tingkat pendapatan. Walau apa pun bentuk sistem pajak, yaitu pajak tetap atau pajak proposional, pemungutan pajak akan mengakibatkan konsumsi dan tabungan rumah tangga berkurang sebanyak yang ditentukan oleh persamaan berikut : C = MPC x T S = MPS x T

II. Investasi
Investasi adalah pengeluaran-pengeluaran untuk membeli barang-barang modal dan peralatan-peralatan produksi dengan tujuan untuk mengganti dan terutama menambah barang modal dalam perekonomian yang akan digunakan untuk memproduksi barang dan jasa. Menurut Keynes investasi berkaitan dengan apakah suatu proyek penanaman modal atau investasi layak untuk dilakukan atau tidak. Teknik untuk mengetahui apakah suatu proyek itu menguntungkan atau tidak, yaitu dengan membandingkan profitabilitas relatif proyek-proyek dengan mendiskontir hasilhasil dimasa depan adapun teknik-teknik mendiskontir yang dikemukakan Keynes yaitu : (1) nilai di masa depan dari sejumlah nilai sekarang; (2) Marginal Efficiency Of Capital (MEC); Marginal Efficiency Of Invesment (MEI); Skedul Permintaan Investasi. Berbeda dengan yang dilakukan oleh para konsumen (rumah tangga), yang membelanjakan sebagian besar dari pendapatan mereka untuk membeli barang dan jasa yang mereka butuhkan, penanam-penanam modal melakukan investasi bukan untuk memenuhi kebutuhan mereka tapi untuk mencari keuntungan. Dengan demikian banyaknya keuntungan yang akan diperoleh besar sekali peranannya dalam menentukan tingkat investasi yang akan dilakukan oleh para pengusaha. Disamping oleh harapan dimasa depan untuk memperoleh untung, terdapat beberapa faktor lain yang akan menentukan tingkat investasi yang akan dilakukan dalam perekonomian. Faktor-faktor yang dapat menentukan tingkat investsi diantaranya; tingkat keuntungan investasi yang diramalkan akan diperoleh, tingkat bunga, ramalan mengenai keadaan akonomi dimasa akan datang, tingkat inflasi, kemajuan teknologi, tingkat pendapatan dan perubahanperubahannya.

A. Kriteria Investasi 1. Payback Period. Payback period adalah waktu yang dibutuhkan agar investasi yang direncanakan dapat dikembalikan, atau waktu yang dibutuhkan untuk mencapai titik impas. Jika waktu yang dibutuhkan makin pendek, proposal investasi dianggap makin baik. Kendatipun demikian, kita harus berhatihati menafsirkan kriteria payback period ini. Sebab ada investasi yang baru menguntungkan dalam jangka panjang (> 5 tahun). 2. Benefit/Cost Ratio (B/C Ratio). B/C ratio mengukur mana yang lebih besar, biaya yang dikeluarkan dibanding hasil (output) yang diperoleh. Biaya yang dikeluarkan dinotasikan dengan C (cost). Output yang dihasilkan dinotasikan dengan B (benefit). Keputusan menerima atau menolak proposal investasi dapat dilakukan dengan melihat nilai B/C. Umumnya, proposal investasi baru diterima jika B/C > 1, sebab berarti output yang dihasilkan lebih besar daripada biaya yang dikeluarkan. 3. Net Present Value (NPV). Perhitungan dengan menggunakan nilai nominal dapat menyesatkan, sebab tidak memperhitungkan nilai waktu dari uang. Untuk membuat hasil lebih akurat, maka nilai sekarang didiskontokan. Keuntungan dari menggunakan metode diskonto adalah kita dapat langsung menghitung selisih nilai sekarang dari biaya total dengan penerimaan total bersih. Selisih inilah yang disebut net present value. Suatu proposal investasi akan diterima jika NPV > 0, sebab nilai sekarang dari penerimaan total lebih besar daripada nilai sekarang dari biaya total. 4. Internal Rate of Return (IRR). Internal rate of return adalah nilai tingkat pengembalian investasi, dihitung pada saat NPV sama dengan nol. Keputusan menerima/menolak rencana investasi dilakukan berdasarkan hasil perbandingan IRR dengan tingkat pengembalian investasi yang diinginkan (r). B. Hubungan Suku Bunga dengan Investasi Unsur penentu penting yang kedua atas tingkat investasi adalah biaya investasi (suku bunga). Suku bunga merupakan landasan atau ukuran bagi layak atau tidak layaknya suatu usaha/investasi. Suku bunga juga merupakan indikator penentuan tingkat pengembalian modal atas resiko yang ditanggung oleh pemilik modal di pasar keuangan dan pasar modal. Secara teoritis Klasik telah memperlihatkan efek suku bunga terhadap investasi. Klasik mengemukakan bahwa investasi merupakan fungsi dari suku bunga. Makin tinggi suku bunga, keinginan untuk melakukan investasi makin

kecil. Hal ini terjadi karena seorang pengusaha akan menambah investasi yang ia keluarkan bilamana keuntungan yang diharapkan dari investasi tersebut masih lebih besar dibanding dengan biaya modal berupa tingkat bunga yang dibayar. Jadi makin rendah tingkat bunga maka pengusaha akan terdorong untuk mengadakan investasi karena biaya pemakaian dana yang lebih kecil (Sukirno, 2003). Menurut teori Keynes, tingkat bunga merupakan determinan atas investasi. Tingkat bunga memiliki sifat korelasi negatif dengan pertumbuhan investasi. Bila suku bunga turun, maka investasi cenderung meningkat. Sebaliknya, bila suku bunga naik atau meningkat, maka investasi cenderung menurun, sebab para pemilik dana lebih gemar menyimpan uangnya di bank dengan harapan memperoleh bunga yang besar. Jadi dengan sendirinya perubahan suku bunga akan mempengaruhi pertumbuhan atau penurunan investasi, selanjutnya akan mengubah tingkat pendapatan nasional. Selanjutnya Keynes dalam teorinya, bahwa tingkat bunga memegang peranan yang cukup menentukan di dalam pertimbangan para pengusaha melakukan investasi. Tetapi disamping faktor itu terdpat beberapa faktor penting lainnya, seperti keadaan ekonomi pada masa kini, ramalan perkembangan dimasa depan, dan luasnya perkembangan teknologi yang berlaku. Apabila tingkat kegiatan ekonomi pada masa kini digalakkan dan dimasa depan diramalkan perekonomian akan tumbuh dengan cepat, maka walaupun tingkat bunga tinggi, para pengusaha akan melakukan banyak investasi (Sukirno, 2003). C. Pengambilan keputusan untuk melakukan investasi Tujuan investasi yang dilakukan oleh pihak swasta adalah keuntungan yang akan diperoleh dimasa yang akan datang. Namun sebelum melakukan investasi, pengusahan perlu memperhitungkan untuk ruginya melalui pendekatan : 1. Pendekatan Nilai Sekarang (Present Value) Dengan menentukan nilai sekarang dari pendapatan netto yang akan diperoleh sepanjang umur ekonomi proyek tersebut. Suatu investasi dikatan menguntungkan bila nilai sekarang dari pendapatan netto proyek tersebut adalah melebihi biaya yang dibelanjakan untuk mewujudkan proyek tersebut. 2. Pendekatan marginal efisiensi of capital (MEC) MEC menggambarkan tingkat pendapatan (rate of return) dari investasi baru yang diharapkan akan dilakukan. Keputusan seorang pengusaha untuk melakukan investasi tergantung pada besarnya MEC ini dibandingkan dengan tingkat bunga di pasar. Apabila MEC lebih

besar daripada tingkat bunga pasar, maka pengusaha ini akan melakukan investasi. Tetapi sebaliknya, apabila MEC lebih rendah daripada tingkat bunga pasar, maka pengusaha tersebut tidak akan melakukan investasi. Dengan demikian dapat diperoleh hubungan antara tingkat bunga dengan pengeluaran investasi. Makin rendah tingkat bunga, makin besar pengeluaran investasi (untuk MEC tertentu). 3. Kurva MEC dan MEI (marginal efisiensi of investment) Sama halnya dengan kurva permintaan akan investasi, kurva MEC secara nasional dapat di turunkan dengan menjumlahkan secara horizontal kurva-kurva MEC dari perusahaan-perusahaan yang ada dalam perekonimian tetapi ada beberapa ekonom yang tidak sependapatan dengan cara penurunan kurva MEC. Padahal jika permintaan barang akan modal secara nasional meningkat, logikanya tingkat bunga akan naik. Akibatnya kenaikan permintaan akan investasi tidak sebesar lurva MEC . kurva yang lebih relevan adalah kurva yang marginal efficiency of investment (MEI) atau efisiensi investasi marginal (EIM). 4. Teori akselerasi Menjelaskan hubungan antara jumlah barang modal (Capital Stock) dengan tingkat pendapatan nasional yang diciptakannya -> dimana rasio antara nilai stok modal dengan nilai produksi yang dapat diwujudkan adalah tetap. Kemampuan stok modal untuk menghasilkan produksi nasional ditentukan oleh rasio modal-produksi, W. K = W Yt W= Rasio Modal K = Nilai Barang Modal Yt= Pedapatan nasional yang diciptakan

BAB III PENUTUP


Pengeluaran konsumsi masyarakat di Indonesia dewasa ini semakin besar tergunakan untuk keperluan pembentukan modal atau investasi serta ekspor dan impor. Itu menunjukkan bahwa Indonesia akhir-akhir ini sudah memiliki bekal kemandirian. Bekal kemandirian tersebut dapat dikonfirmasi melalui tinjauan pengeluaran konsumsi masyarakat sesuai dengan proporsinya dalam pembentukan permintaan agregat. Apabila penurunan permintaan agregat menurun dapat menyiratkan dua hal, pertama peran tabungan masyarakat terhadap pendapatan nasional semakin besar. Kedua, peran sector-sektor penggunaan lain dalam membentuk permintaan agregat semakin besar, khususnya sector pembentukan modal atau investasi dan sector ekspor-impor. Pola konsumsi masyarakat dapat dikenali berdasarkan alokasi penggunaannya. Untuk keperluan analisis, secara garis besar alokasi pengeluaran konsumsi masyarakat digolongkan ke dalam dua kelompok besar yaitu, pengeluaran untuk makanan dan pengeluaran untuk non-makanan. Pengeluaran masyarakat Indonesia banyak pada makanan. Akan tetapi terdapat ketimpangan dalam hal pengeluaran konsumsi antara penduduk pedesaan dan penduduk perkotaan, misalkan dari besarnya pengeluaran dan juga pola konsumsinya. Perbandingan besar pengeluaran antara penduduk pedesaan dan penduduk perkotaan cenderung konstan tahun demi tahun. Melalui perbandingan perilaku dan pola konsumsi, terdapat kesenjangan antara masyarakat pedesaan dan masyarkat perkotaan. Pengeluaran konsumsi dapat pula difungsikan untuk mendeteksi ketimpangan kemakmuran antar lapisan masyarakat, yang dapat diukur baik dengan pendekatan pendapatan maupun pendekatan pengeluaran. Bagian dari pendapatan yang dapat dibelanjakan tapi tidak dikeluarkan untuk konsumsi merupakan tabungan masyarakat. Penggabungan antara tabungan masyarakat dan tabungan pemerintah dapat membentuk tabungan nasional yang merupakan sumber dana investasi. Untuk mendapatkan gambaran fungsional tabungan dan konsumsi digunakan suatu fungsi yaitu fungsi konsumsi dan fungsi tabungan.

DAFTAR PUSTAKA
1. wikipedia.org 2. repository.usu.ac.id 3. scribd.com 4. slideshare.net

Anda mungkin juga menyukai