Oleh :
1. Ni KetutAyu Ariani
2. Ni Putu Winda Yani
3. Gede Navo Hendyhartono Mudiarcana
(1415151039)
(1415151040)
(1415151041)
Puji syukur kami panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa / Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas berkat rahmat-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Dasar Teori
Perkembangan Pengeluaran Pemerintah, dapat diselesaikan dengan waktu yang direncanakan.
Terselesainya makalah ini berkait dari berbagai pihak, maka dari itu tak lupa kami ucapkan
terimakasih kepada Bapak I Nengah Kartika.
Penulis menyadari bahwa, dalam penyusunan makalah ini jauh dari kata sempurna,
karena keterbatasan kemampuan, waktu, dan pengalaman penulis. Namun demikian, makalah
ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan, saran dan
kritik sangat diharapkan untuk penyempurnaan makalah ini.
Daftar Isi
BAB I........................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN........................................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang.................................................................................................. 4
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................. 5
1.3 Tujuan Penulisan................................................................................................ 5
BAB II.......................................................................................................................... 6
PEMBAHASAN............................................................................................................. 6
2.1 Model Pembangunan Tentang Perkembangan Pengeluaran Pemerintah...........6
2.2 Hukum Wagner.................................................................................................. 7
2.3 Teori Peacock Dan Wiseman.............................................................................. 9
BAB III....................................................................................................................... 13
PENUTUP.................................................................................................................. 13
3.1
Kesimpulan.................................................................................................. 13
3.2
Saran........................................................................................................... 13
Daftar Pustaka.......................................................................................................... 14
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setiap anggota masyarakat menginginkan kemakmuran material dan spiritual dalam arti
dapat terpenuhi keinginan atau kebutuhannya yang selalu berkembang, maka bagi masyarakat
sebagai keseluruhan menghendaki keamanan (termasuk kestabilan), keadilan dan kemakmura,
disini pemerintah dalam kegiatannya ditujukan untuk mencapai tujuan tersebut agar keinginan
masyarakatnya terpenuhi. Dalam pelaksanaannya digunakan barang-barang dan jasa dengan
berbagai bentuk termasuk berupa uang. Penggunaann uang untuk melaksanakan fungsi
pemerintah inilah yang dimaksudkan dengan pengeluaran pemerintah. Pengeluaran pemerintah
dapat juga diartikan sebagai penggunaan uang dan sumberdaya suatu negara untuk membiayai
suatau kegiatan negara atau pemerintah dalam rangka mewujudkan fungsinya dalam melakukan
kesejahteraan.
Pengeluaran pemerintah merupakan salah satu unsur permintaan agregat. Konsep perhitungan
pendapatan nasional dengan pendekatan pengeluaran menyatakan bahwa
Y = C + I + G + X-M.
Formula ini dikenal sebagai identitas pendapatan nasional, sekaligus mencerminkan
penawaran agregat. Sedangkan variable-variabel di ruas kanan disebut permintaan agregat.
Variable G menyatakan pengeluaran pemerintah (Government expenditures), I investment, X-M
adalah net ekspor. Dengan membandingkan nilai G terhadap Y serta mengamatinya dari waktu
ke waktu dapat diketahui seberapa besar kontribusi pengeluaran pemerintah dalam pembentukan
permintaan agregat atau pendapatan nasional. Dengan ini, dapat dianalisis seberapa penting
peranan pemerintah dalam perekonomian nasional.
Pemerintah tentu saja tidak hanya melakukan pengeluaran, tetapi juga memperoleh penerimaan.
Penerimaan dan pengeluaran pemerintah dimasukkan dalam suatu konsep terpadu mengenai
pendapatan dan belanja negara. Kebijaksanaan-kebijaksanaan yang berkenaan dengan
penerimaan dan pengeluaran pemerintah (pendapatan dan belanja negara) disebut kebijksanaan
fiskal.
Pengeluaran pemerintah biasanya direncanakan jauh lebih dulu. Jadi pemerintah
membuat daftar anggaran yang akan dikeluarkan setiap tahunya, yang di Indonesia dijabarkan
dalam Anggaram Perencanaan Belanja Negara (APBN). Pengeluaran pemerintah sendiri
dibedakan menjadi dua, yaitu pengeluaran negara dan pengeluaran daerah, yang masing-masing
mempunyai struktur pengeluaran tersendiri dan berbeda. Dalam makalah ini nantinya akan
dijelaskan tentang pengeluaran pemerintah, baik pengeluaran negara maupun daerah.
BAB II
PEMBAHASAN
pengeluaran untuk aktivitas social seperti halnya, program kesejahteraan hari tua, program
pelayanan kesehatan masyarakat, dan sebagainya ( Mangkoesoebroto, 1995:170).
Teori perkembangan peranan pemerintah yang dikemukakan oleh Musgrave dan
Rostow adalah suatu pandangan yang ditimbulkan dari pengamatan berdasarkan
pembangunan ekonomi yang dialami oleh banyak Negara, tetapi tidak didasarkan oleh suatu
teori tertentu. Selain itu, tidak jelas apakah tahap pertumbuhan ekonomi terjadi dalam tahap
demi tahap, ataukah beberapa tahap dapat terjadi secara simultan ( Mangkoesoebroto,
1995:171).
dengan suatu teori yang disebut teori organis mengenai pemerintah (organic theory of the
state) yang menganggap pemerintah sebagai individu yang bebas bertindak, terlepas dari
anggota masyarakat lainnya ( Mangkoesoebroto, 1995:171-172).
Hukum Wagner dapat diformulasikan sebagai berikut:
P k PP1 PkPP 2
PkPPn
<
<..<
PPK 1 PPK 2
PPKn
PkPP
PPK
1, 2,.n
: Jangka waktu(tahun)
Hukum Wagner ini ditunjukkan dalam diagram 2.1, dimana kenaikan pengeluaran
pemerintah mempunyai bentuk eksponensial yang ditunjukkan oleh kurva 1, dan bukan
seperti ditunjukkan oleh kurva 2 ( Mangkoesoebroto, 1995: 172).
Teori Wagner mendasarkan pandangannya pada suatu teori yang disebut organic theory of
state yaitu teori organis yang menganggap pemerintah sebagai individu yang bebas bertindak
terlepas dengan masyarakat lain. Kurva diatas menunjukkan secara relatif peranan pemerintah
semakin meningkat.
dialihkan pada aktivitas pemerintah. Perang tidak bisa dibiayai hanya dengan pajak, sehingga
pemerintah juga harus meminjam dari Negara lain untuk pembiayaan perang. Setelah perang
selesai, sebetulnya pemerintah dapat menurunkan kembali tarif pajak pada tingkat sebelum
adanya gangguan. Akan tetapi hal tersebut tidak dilaksanakan oleh karena pemerintah harus
mengembalikan bunga pinjaman dan angsuran utang yang digunakan untuk membiayai
perang, sehingga pengeluaran pemerintah setelah perang selesai meningkat tidak hanya
kerena GNP naik, tetapi juga karena pengembalian utang dan bunganya. Selain itu, banyak
aktivitas pemerintah yang baru kelihatan setelah terjadinya perang, dan ini disebut dengan
efek inspeksi (inspection effect). Adanya gangguan social juga akan menyebabkan terjadinya
konsentrasi kegiatan ke tangan pemerintah sebagaian kegiatan ekonomi yang tadinya
dilaksanakan oleh swasta. Ini adalah apa yang dinamakan efek konsentrasi (concentration
effect). Adanya ketiga efek diatas menyebabkan bertambahnya aktivitas pemerintah sehingga
setelah perang selesai, tingkat pajak tidak turun kembali pada tingkat sebelum terjadinya
perang. Hal ini dapat dilihat pada diagram 2.2.
Dalam
pemerintah
persentase
dalam
terhadap
GNP
(atau
GDP)
naik
sebagaimana ditunjukkan
oleh
garis
tahun t terjadi
pengeluaran
perang
maka
dan kemudian
naik
ditunjukkan
segmen
pada
CD.
selesai (pada
pemerintah tidak turun ke G,
seperti
Setelah
tahun
t+1),
perang
pengeluaran
pemerintah apabila tidak terjadi perang. Hal ini disebabkan karena setelah perang pemerintah
memerlukan tambahan dana untuk mengembalikan pinjaman pemerintah yang digunakan
dalam pembiayaan perang, pinjaman mana tidak akan terjadi apabila perang tidak
berlangsung. Kenaikan tarif pajak tersebut dimaklumi oleh masyarakat, sehingga tingkat
toleransi pajak naik dan pemerintah dapat memungut pajak yang lebih besar tanpa
menimbulkan gangguan dalam masyarakat.
Efek atau akibat lain dari adanya suatu gangguan social adalah apa yang disebut dengan
efek inspeksi (inspection effect) yang timbul karena masyarakat sadar akan adanya hal hal
yang perlu ditangani oleh pemerintah setelah selesainya gangguan social tersebut. Misalnya
dalam hal perang, setelah perang selesai timbul masalah banyaknya yatim piatu cacat
veteran, dan sebagainya yang tidak terjadi atau timbul sebelum adanya perang. Setelah
perang selesai, pemerintah harus bertindak untuk menangani masalah tersebut dan
masyarakat pun dapat memaklumi tindakan pemerintah tersebut sehingga toleransi pajak pun
meningkat.
Jadi berbeda dengan pandangan Wagner, perkembangan pengeluaran pemerintah versi
Peacock dan Wiseman tidaklah berbentuk suatu garis, tetapi berbentuk seperti tangga
sebagaimana pada diagram dibawah ini. Hal ini dikarenakan adanya kendala toleransi pajak.
Ketika masyarakat tidak ingin membayar pajak yang tinggi yang ditetapkan pemerintah, maka
pemerintah tidak bisa meningkatkan pengeluarannya, walaupun pemerintah ingin senantiasa
menaikkan pengeluarannya.
Hipotesa yang dikemukakan oleh Peacock dan Wiseman mendapat kritikan dari Bird.
Bird menyatakan bahwa selama terjadinya gangguan social memang terjadi pengalihan
aktivitas pemerintah dari pengeluaran sebelum gangguan keaktivitas yang berhubungan
dengan gangguan tersebut. Hal ini akan menyebabkan kenaikan pengeluaran pemerintah
dalam persentasenya terhadap GNP. Akan tetapi setelah terjadinya gangguan, persentase
pengeluaran pemerintah terhadap GNP perlahan-lahan akan menurun kembali pada tingkat
sebelum terjadinya gangguan. Jadi menurut Bird, efek pengalihan hanya merupakan gejala
dalam jangka pendek, tetapi tidak terjadi dalam jangka panjang.
Hal yang penting dalam teori Peacock dan Wiseman adalah bahwa mereka
mengemukakan adanya toleransi pajak, yaitu suatu limit perpajakan, akan tetapi mereka tidak
menyatakan pada tingkat berapakah toleransi pajak tersebut. Clarke menyatakan bahwa limit
perpajakan sebesar 25 persen dari pendapatan nasional. Apabila limit tersebut dilampaui
maka akan terjadi inflasi dan gangguan social lainnya.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Peacock dan Wiseman mendasarkan teori mereka pada suatu teori bahwa masyarakat
mempunyai suatu tingkat toleransi pajak, yaitu suatu tingkat dimana masyarakat dapat
memahami besarnya pungutan pajak yang dibutuhkan oleh pemerintah untuk membiayai
pengeluaran pemerintah. Jadi masyarakat menyadari bahwa pemerintah membutuhkan dana
untuk membiayai aktivitas pemerintah sehingga mereka mempunyai tingkat kesediaan
masyarakat untuk membayar pajak. Tingkat toleransi ini merupakan kendala bagi pemerintah
untuk menaikkan pemungutan pajak secara semena-mena.
3.2
Saran
Daftar Pustaka
Mangkoesoebroto, Guritno. 1995. Ekonomi Publik. Yogyakarta: BPFE- Yogyakarta