Anda di halaman 1dari 7

Kisi kisi ekis

1. Kel 7
• Konsep rezeki dalam islam
Konsep rezeki dalam Islam mengandung nilai moral dan syarat etis ekonomis. Nilai-nilai
moral ekonomis itu berdasarkan kepercayaan tauhid, dalam arti bahwa sumber rezeki
adalah Allah. Hal ini dijelaskan pada Al-Qur’an Lihat Surat Ar-Rum ayat 40 yang berbunyi
“Allah yang menciptakan kamu, kemudian memberimu rezeki, lalu mematikanmu,
kemudian menghidupkanmu (kembali). Konsep rezeki dalam Islam juga menunjuk kepada
hasil karya manusia. Allah memuliakan manusia karena ia bekerja dan menghasilkan
sesuatu dari hasil usahanya sendiri. Jika manusia bekerja dan tidak memperoleh hasilnya;
maka ia pada hakekatnya berada dalam perbudakan (fi-al-riqob). Berkaitan dengan hal itu
al-Qur’an menyadarkan manusia agar membebaskan dirinya sendiri dan orang lain dari
rasa takut dan tertekan.
• Perspektif Islam Terhadap Kepemilikan Barang
1. Kepemilikan Individu Hak individu yang diakui syariah dimana dengan hak tersebut
seseorang dapat memiliki kekayaan yang bergerak maupun tidak bergerak. Hak ini
dilindungi dan dibatasi oleh hukum syariah dan ada kontrol.
2. Kepemilikan Bersama Seluruh kekayaan yang telah ditetapkan kepemilikannya oleh
Allah bagi kaum muslim sehingga kekayaan tersebut menjadi milik bersama kaum
muslim.
3. Kepemilikan Negara Harta yang ditetapkan Allah menjadi hak seluruh kaum muslim,
wewenang pengelolaannya diserahkan kepada Khalifah sesuai dengan
pandangannya.
• Konsep konsumsi dan produksi dalam Islam
Berikut adalah prinsip-prinsip produksi dalam islam:
A.Berproduksi dalam lingkaran halal, berpegang pada semua yang dihalalkan Allah dan
tidak melewati batas. dengan prosedur ekonomi konvensional yang tidak mengenal
perbedaan adanya halal dan haram.
B. Keadilan dalam berproduksi, Al-Qur'an mengajarkan nilai-nilai yang baik dalam
memungkinkan kerja sama asalkan mengutamakan kejujuran, setara, dan memeberi
keuntungan bagi masing-masing pihak dan tidak saling menguntungkan.
C. Seluruh kegiatan produksi pada tataran nilai moral dan teknikal yang Islami.
D. Kegiatan produksi harus memperhatikan aspek sosial-kemasyarakatan.
E. Permasalahan ekonomi muncul bukan saja karena kelengkapan tetapi lebih kompleks.

Tujuan Produksi, dalam prespektif fiqih khalifah Ummar bin Khattab yaitu:
a. Merealisasikan keuntungan seoptimal mungkin.
b. Merealisasikan kecukupan individu dan keluarga.
c.Tidak mengandalkan orang lain.
d. Melindungi harta dan mengembangkannya.
e. Mengeksplor sumber-sumber ekonomi dan mempersiapkannya untuk dimanfaatkan.
f. Pembebasan dari belenggu ketergantungan ekonomi.
2. Kel 8
• Konsep Islam tentang Kebutuhan
Dalam perspektif Islam, kebutuhan ditentukan oleh maslahah. Pemabahasan konsep
kebutuhan dalam Islam tidak dapat dipisahkan dari kajian tentang perilaku konsumen
dalam rangka maqashid al-syari’ah. Di mana tujuan syari’ah harus dapat menentukan
tujuan perilaku konsumen dalam Islam. Menurut Al-Ghazali, kebutuhan adalah keingnan
manusia untuk mendapatkan sesuatu yang diperlukannya dalam rangka
mempertahankan kelangsungan hiudpnya dan menjalankan fungsinya. hal ini berbeda
dengan ekonomi konvensional, yang tidak memisahkan antara keinginan (wants) dan
kebutuhan (needs) sehingga memicu terjebaknya konsumen dalam lingkaran
konsumerisme.
Siddiqi (1979) menyatakan bahwa tujuan aktivitas ekonomi yang sempurna menurut
Islam, antara lain: (1) memenuhi kebutuhan hidup seseorang, (2) memenuhi kebutuhan
keluarga, (3) memenuhi kebutuhan jangka panjang, (4) menyediakan kebutuhan keluarga
yang ditinggakan, (5) memberikan bantuan sosial dan sumbangan menurut jalan Allah.
Maslahah dibagi menjadi 2 yaitu, maslahah yang bersifat subjektif dan maslahah yang
bersifat orang per orang
• Tujuan konsumsi
Mengonsumsi dalam ekonomi Islam bertujuan untuk memaksimalkan maslaha, (kebaikan
dan berkah). Maximum Utility merupakan kepuasan yang dirasakan seseorang yang bisa
menjadi kontradiktif dengan kepentingan orang lain. Sedangkan maslaha adalah kebaikan
yang dirasakan seseorang bersama pihak lain.
Tujuan konsumsi seseorang dalam ajaran Islamdan yang harus diikuti dalam aktivitas
ekonomi antara lain:
1. Untuk mengharapkan ridha Allah SWT.
2. Untuk mewujudkan kerja sama antar anggota masyarakat dan tersedianya jaminan
sosial.
3. Untuk menumbuhkan rasa tanggung jawab individu terhadap kemakmuran diri,
keluarga, dan masyarakat sebagai bagian dari aktivitas dan dinamisasi ekonomi

tujuan konsumsi yang di sebutkan oleh Monzer Khaf dan Nur Rianto dan Eus Amalia ada
tiga yaitu:
1. Konsumsi Untuk Kemaslahatan Diri Sendiri Dan Keluarga
2. Kemaslahatan Di Masa Mendatang Dengan Menabung
3. Kemaslahatan Sosial
• Prinsip konsumsi
Prinsip Syariah
a. Memperhatikan Tujuan Konsumsi Perilaku konsumsi muslim dari segi tujuan tidak
hanya mencapai kepuasan dari konsumsi barang, melainkan berfungsi ‘ibadah’ dalam
rangka mendapat ridha Allah SWT
b. Memperhatikan Kaidah Ilmiah Dalam berkonsumsi,seorang muslim harus
memperhatikan prinsip kebersihan. Prinsip kebersihan mengandungarti barang yang
dikonsumsi harus bebas dari kotoran maupun penyakit.
c. Memerhatikan Bentuk Konsumsi, Dari segi bentuk konsumsi, seorang musim harus
memperhatikan apa pun yang dikonsumsinya. Hal ini tentu berhubungan dengan
adanya batasan orang musim dalam mengonsuma suatu barang dan jasa. Seorang
muslim dilarang misalnya mengonsumsi daging babi, bangkai. darah,minuman Keras
(khamr),candu/narkotik, dan berjudi.

Prinsip kuantitas
a. Sederhana Tidak Bermewah-mewah Sesungguhnya kuantitas konsumsi yang terpuji
dalam kondisi yang wajar adalah sederhana. Maksudnya,berada di antara boros dan
pelit. Kesederhanaan ini merupakan salah satu sifat hamba Allah Yang Maha
Pengasih.
b. Kesesuaian antara pemasukan dan konsumsi adalah hal yang sesuai dengan fitrah
manusia dan realita. Karena itu, salah satu aksiomatik ekonomi adalah bahwa
pemasukan merupakan salah satu faktor yang memengaruhi permintaan konsumen
individu.

Prinsip Prioritas
Prioritas atau urutan konsumsi alokasi harta menurut syariat Islam,antara lain:
a. Untuk Nafkah Diri, Istri, Anak, Dan Saudara
b. Pemenuhan kebutuhan pada binatang pemeliharaannya.

Prinsip moralitas
Perilaku konsumsi seorang muslim dalam berkonsumsi juga memerhatikan nilai prinsip
moralitas, di mana mengandung arti ketika berkonsumsi terhadap suatu barang, maka
dalam rangka menjaga martabat manusia yang mulia. Sebagai contoh, Ketika makan
memakai tangan kanan, membaca doa, dan tidak mencela makanan dan sebagainya.

Prinsip konsumsi
Mengutamakan Akhirat Daripada Dunia Pada tataran paling dasar, seorang Muslim akan
dihadapkan pada pilihan di antara mengonsumsi benda ekonomi yang bersifat duniawi
belaka dan yang bersifat ibadah. Konsumsi untuk ibadah bernilai lebih tinggi daripada
konsumsi untuk duniawi sehingga keduanya bukan merupakan substitusi sempurna.
Konsumsi untuk ibadah bernilai lebih tinggi karena orientasinya kepada falah
(kebahagiaan) yang akan mendapatkan pahala dari Allah Swt, sehingga lebih berorientasi
kepada kehidupan akhirat.

3. Kel 9
• Larangan riba
1. Tahap pertama, menolak anggapan bahwa pinjaman riba yang pada zahirnya seolah-
olah menolong mereka memerlukan sebagai suatu perbuatan mendekati atau taqarrub
kepada Allah SW. Firman Allah SWT: “Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan
agar dia bertambah pada harta manusia, maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah.
Dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai
keridhaan Allah, maka (yang berbuat demikian) itulah orang orang yang melipat
gandakan (pahalanya).” (QS. Surah Al-Rum: 39).
2. Tahap kedua, riba digambarkan sebagai suatu yang buruk. Firman Allah SWT: “Dan
disebabkan mereka (orang-orang Yahudi) memakan riba, padahal sesungguhnya mereka
telah dilarang daripadanya, dank arena memakan harta orang lain dengan jalan yang
bathil. Kami telah menyediakan untuk orang-orang kafir diantara mereka siksa yang
pedih”. (QS. An-Nisa’: 161).
3. Tahap ketiga, riba diharamkan dengan kaitan kepada sutau tambahan yang berlipat
ganda. Firman Allah SWT: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba
dengan berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat
keberuntungan”. (QS. Al Imran: 130).
4. Tahap terakhir, Allah SWT dengan jelas dan tegas mengahramkan apa pun jenis
tambahan yang diambil dari pinjaman. Firman Allah SWT. “Hai orang-orang yang beriman,
bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-
orang yang beriman. Maka jika kamu tidak mengerjakan (apa yang diperintahkan ini)
maka ketahuilah, bahwa akan terjadi perang dahsyat dari Allah dan Rasul-Nya dan jika
kamu bertaubat maka bagi kamu pokok harta kamu, kamu tidak dianiaya dan tidak (pula)
dianiaya”. (QS. Al-Baqarah: 278-279)

• Macam macam riba

1. Riba nasi’ah adalah kelebihan atas piutang yang diberikan orang yang berutang
kepada pemberi utang (pemilik modal) ketika waktu yang disepakati telah jatuh
tempo. Tambahan bunga itu sebagai imbalan tenggang waktu jatuh tempo. Apabila
waktu sudah jatuh tempo ternyata yang berutang tidak sanggup membayar utang dan
kelebihannya, maka waktunya dapat diperpanjang dan jumlah utang akan bertambah
pula.
2. Riba fadl adalah riba yang terjadi pada jual beli dengan barang yang sejenis, artinya
seseorang yang membeli sesuatu dengan sesuatu yang sejenis, dengan meminta
tambahan, dan kelebihan pada salah satu jenis harta yang diperjualbelikan sesuai
dengan ukuran syara’.

• Dampak praktik riba


1. Riba dapat menimbulkan permusuhan antara pribadi, dan mengurangi semangat
kerjasama atau saling menolong dengan sesama manusia.
2. Menimbulkan tumbuhnya mental pemboros dan pemalas. Dengan membungakan
uang, kreditur bisa mendapatkan tambahan penghasilan dari waktu ke waktu.
3. Riba merupakan salah satu bentuk penjajahan. Kreditur yang meminjamkan modal
dengan menuntut pembayaran lebih kepada peminjam dengan nilai yang telah
disepakati bersama.

Imam al-Razi seorang mufasir telah memberikan peringatan yang cukup keras tentang
dampak negatif yang ditimbulkan dari adanya praktik riba.Setidaknya ada empat
keburukan riba, yaitu sebagai berikut:
1. Merampas kekayaan orang lain. Transaksi yang melibatkan bunga sama halnya
dengan merampas harta orang lain.
2.Melahirkan benih kebencian dan permusuhan. Bila egoisme dan perampasan harta
si peminjam sudah dihalalkan, maka tidak mustahil akan timbul benih kebencian dan
permusuhan antara si kaya dengan si miskin,si pemilik modal dengan si peminjam.
3. Orang kaya semakin kaya, dan miskin semakin miskin. Pada saat resesi ekonomi
dan tigh money policy atau kebijakan uang ketat, si kaya akan memperoleh suku
bunga yang cukup tinggi.
4. Kel 10
• Kedudukan dan fungsi harta dalam islam
1. Berfungsi untuk menyempurnakan pelaksanaan ibadah yang khas (mahdhah), sebab
untuk beribadah diperlukan alat-alat, seperti alat untuk menutup aurat dalam
pelaksanaan salat, pendaftaran dan bekal untuk melaksanakan ibadah haji, berzakat,
sedekah, dan hibah, wakaf.
2. Untuk meneruskan kehidupan dari satu periode ke periode berikutnya,
3. Untuk menyelaraskan (menyeimbangkan) antara kehidupan dunia dan akhirat.
4. Untuk mengembangkan dan menegakkan ilmu-ilmu, karena menuntut ilmu jelas
membutuhkan biaya.
• Dampak harta halal dan haram
Harta halal
1. Harta halal mendorong beramal shalih Imam ibnu katsir menjelaskan bahwa allah
subhanahu wa ta’ala pada memerintahkan para rasul agar makan makanan halal dan
beramal shalih.
2. Harta halal sebab dikabulkannya doa Doa adalah ibadah kepada allah yang maha suci.
Berdoa kepada allah adalah sebagai bukti bentuk penghambaan seseorang kepada
tuhannya, karena allah dalah dzat yang yang maha suci maka dia tidak akan menerima
dia hambanya yang tumbuh dari harta haram.
3. Harta Halal Adalah Obat Penawar Harta yang halal adalah makanan yang bisa menjadi
obat penawar, tidak memberi mudharat pada jasmani dan ruhani dan pastinya
menjaga diri dari ancaman api Neraka.
Harta haram
1. Memakan harta haram adalah ciri khas umat Yahudi yang diabadikan Allah
2. Petaka buruk yang akan menimpa mereka adalah api neraka dengan harta haram
yang setiap saat mereka masukkan ke dalam perut mereka.
3. Harta haram adalah penyebab kehinaan, kemunduran serta kenistaan umat Islam
saat ini.
4. Harta haram yang merajalela pertanda azab akan turun menghancurkan masyarakat
dimana harta haram tersebut terus merebak.
Maka jangan ditanya apa penyebab datangnya bencana silih berganti menimpa suatu
Negara. Itu semua berasal dari dosa-dosa yang dilakukan oleh masyarakatnya sendiri,
yang di antaranya adalah mereka memakan harta yang diharamkan Allah
5. kel 11
• Lembaga keuangan pada zaman rasul
1. Baitul Maal Lembaga Baitul Maal (rumah dana), merupakan lembaga bisnis dan sosial
yang pertama dibangun oleh nabi. Lembaga ini berfungsi sebagai tempat
penyimpanan harta. Apa yang dilaksanakan oleh rasul merupakan proses penerimaan
pendapatan (revenue collection) dan pembelanjaan (expenditure) secara transparan
dan bertujuan seperti apa yang disebut sekarang sebagai welfare oriented.
2. Wilayatul Hisbah Wilayatul Hisbah merupakan lembaga pengontrol pemerintahan.
Pada masa nabi fungsi lembaga kontrol ini dipegang langsung oleh beliau. Konsep
lembaga kontrol ini merupakan fenomena baru bagi masyarakat Arab, mengingat
waktu itu, kerajaan hampir sama sekali tidak ada lembaga pengontrolnya. Rasulullah
berperan langsung sebagai penyeimbang kegiatan muamalat, baik ekonomi, politik
maupun sosial.
• Lembaga keuangan di Indonesia
Hingga Desember 2005, telah beroperasi 3 bank umum Syariah (BUS) dan 19 Unit Usaha
Syariah (UUS) dari bank konvensional. Tiga BUS terdiri atas: Bank Muamalat Indonesia
(BMI), Bank Syariah Mandiri (BSM) dan Bank Syariah Mega Indonesia (BSMI). Selain itu
adalah bank-bank konvensional yang membuka Unit Usaha Syariah (UUS) seperti IFI,
Bukopin, Danamon, Niaga, Permata, BNI, BRI, BII, HSBC, BTN, Bank DKI, Bank Jabar, BPD
Sumut , BPD Riau, BPD Kalsel, BPD Aceh, BPD NTB, BPD Kalbar, dan BPD Sumsel. Di luar
itu masih ada lagi BPR Syariah yang jumlahnya mencapai 92. Salah satu faktor pendorong
yang sesungguhnya sangat potensial menjadi pemicu adalah hadirnya fatwa keharaman
bunga bank. Dewan Syariah Nasional – Majelis Ulama Indonesia (DSNMUI) melalui Komisi
Fatwanya, pada Desember 2003 telah mengeluarkan fatwa tentang bunga.
• Perbankan syariah
Pengertian Bank Syariah: - Bank yang operasional dan produknya dikembangkan
berlandaskan pada prinsip syari’ah Islam - Bank yang tata cara beroperasinya mengacu
kepada ketentuan al-Qur’an dan Hadits Bank Syari’ah
Alasan berdirinya bank syariah
Sistem transaksi berbasis bunga menghalangi munculnya inovasi oleh usaha kecil.
- Dalam sistem bunga, bank tidak akan tertarik dalam kemitraan usaha kecuali bila ada
jaminan kepastian pengembalian modal
Perbedaan dan persamaan nya
Bank konvensional dan Bank syariah memiliki beberapa persamaan, terutama dalam sisi
teknis penerimaan uang, mekanisme transfer, teknologi komputer yang digunakan,
syarat-syarat umum memperoleh pembiayaan seperti KTP, NPWP, proposal, laporan
keuangan, dan sebagainya. Perbedaan mendasar diantara keduanya yaitu menyangkut
aspek legal, stuktur organisasi, usaha yang dibiayai dan lingkungan kerja.
• Aplikasi perbankan syariah
Aplikasi Perbankan Syariah
a) Jual Beli o Murabahah : akad jual beli dimana harga dan keuntungan disepakati antara
penjual dan pembeli. Jenis dan jumlah barang dijelaskan dengan rinci. Barang diserahkan
setelah akad jual beli dan pembayaran bisa dilakukan secara mengangsur/cicilan atau
sekaligus.
b) Bagi Hasil o Mudharabah : akad yang dilakukan antara pemilik modal (sahibulmaal)
dengan pengelola (mudharib) dengan nisbah bagi hasil disepakati diawal, sedangkan
kerugian ditanggung oleh pemilik modal.
c) Jasa o Wakalah : akad perwakilan antara satu pihak kepada yang lain. Wakalah ini biasa
diterapkan untuk pembuatan Letter of Credit, atas pemelian barang di luar negeri (L/C
Import) atau penerusan permintaan.

6. Kel 12
• Fungsi negara dalam perspektif islam
Siddiqi mengklasifikasikan fungsi negara dalam perspektif Islam dalam tiga kategori: 1.
Fungsi yang diamanahkan syariat secara permanen meliputi: a. Pertahanan b. Hukum dan
ketertiban c. Keadilan d. Pemenuhan kebutuhan e. Dakwah f. Amar makruf nahi munkar
g. Administrasi sipil h. Pemenuhan kewajiban-kewajiban sosial.
• Ruang lingkup pemerintah dalam ekonomi islam
Secara ruang lingkup peranan pemerintah ini mencakup aspek yang luas, yaitu upaya
mewujudkan tujuan ekonomi Islam secara keseluruhan dan upaya mewujudkan konsep
pasar yang Islami. Tujuan ekonomi Islam adalah mencapai falah yang direalisasikan
melalui optimalisasi maslahat. Oleh karenanya tujuan peran pemerintah adalah
menciptakan kemaslahatan bagi seluruh masyarakat. Agar dapat menjalankan fungsinya,
maka manusia membutuhkan media yang berupa pemerintahan. Media pemerintahan
sangat penting bagi manusia agar hubungan sesama manusia dapat terjaga dengan baik.
• Bwi
Badan Wakaf Indonesia (BWI) didirikan sebagai perwujudan amanat yang digariskan
dalam Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang wakaf. Kehadiran BWI,
sebagaimana dijelaskan dalam pasal 47, adalah untuk memajukan dan mengembangkan
perwakafan di Indonesia. Untuk kali pertama, keanggotaan BWI diangkat oleh Presiden
Republik Indonesia, sesuai dengan Keputusan Presiden (Kepres) No. 75/M tahun 2007,
yang ditetapkan di Jakarta tanggal 13 Juli 2007. Dalam hukum Islam, wakaf berarti
menyerahkan suatu hak milik yang tahan lama (zatnya) kepada seseorang atau nazir
(pengelola wakaf), baik berupa perorangan maupun badan pengelola, dengan ketentuan
bahwa hasil atau manfaatnya digunakan untuk hal-hal yang sesuai dengan ajaran syariat
Islam.

Anda mungkin juga menyukai