Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Dewasa ini berbelanja atau sekedar berkunjung ke mall telah menjadi bagian dari gaya
hidup sebagaian besar masyarakat perkotaan, akibatnya pertumbuhan mall dikota-kota besar
meningkat tajam termausk di kota-kota besar di Indonesia. Motivasi berbelanja adalah salah satu
konsep penting dari perilaku konsumen yang sudah banyak diteliti namun hingga saat ini namun
hingga saat ini masih sangat menarik untuk dipelajari dan diteliti. Secara umum dapat dipahami
bahwa motivasi berbelanja ada yang benar-benar untuk memenuhi kebutuhan , tetapi ada juga yang
hanya untuk sekedar bersenang-senang mencari hiburan atau berkreasi. Motif belanja yang
pertama oleh kalangan akademisi atau mahasiswa sebagai kalangan akademisi yang memiliki
intensitas tinggi untuk berbelanja di mall memiliki dua motif berbelanja, yang pertama, “Ulitarian
shopping” atau belanja untuk sekedar memenuhi kebutuhan dan belanja hedonis, yaitu mencari
kebahagiaan sebanyak mungkin dengan membelanjakan atau mengonsumsi barang secara
berlebihan (Yupi, indri, 2017).

Perilaku belanja hedonis diduga banyak dialami oleh kelompok usia remaja, termasuk
kalangan mahasiswa. Hal ini dapat dipahami dikarenakan masa remaja adalah masa peralihan dan
pencarian identitas diri. Pada usia ini umunya remaja mulai terbujuk iklan, terbawa pergaulan atau
ikut-ikutan teman, tidak realistis dan cenderung boros dalam menggunakan uangnya. Pemaja ingin
diakui konsistensinya dan eksistensinya oleh lingkungan dengan berusaha menjadi bagian dari
lingkungan itu. Kebutuhan untuk diterima dan menjadi sama dengan orang lain menyebabkan
remaja berusaha untuk mengikuti berbagai atribut yang sedang tren. Susantoro menyatakan bahwa
sosok mahasiswa kental dengan kedinamisan dan sikap memiliki keilmuwannya dalam melihat
segala hal berdaarkan kenyataan rasional, objektif, dan objektif (dalam Siregar, 2006).

Remaja dalam perkembangannya memandang bahwa atribut-atribut yang tidak terlalu


penting dipandang sama pentingnya dengan kebutuhan pokoknya. Berbagai upaya dilakukan
untuk mencapai kebutuhan non substansial ini. Pada kenyataannya pola kehidupan yang disajikan
adalah kehidupan yang menyenangkan secara individual. Inilah yang senantiasa didorong oleh
hedonisme dan konsumerisme. Sebuah konsep yang memiliki cara pandang bahwasannya tingkah

1
laku manusia adalah mencari kebahagiaan dan kesenangan dalam hidup serta berusaha mencapai
kepuasan dalam membelanjakan kebutuhan yang berlebihan sesuai kesesuaian gaya hidup orang
tersebut.

Padahal dalam pandangan islam tentang konsumsi sangatlah penting, agar seseorang
berhati-hati dalam menggunakan kekayannya atau dalam membelanjakan sesuatu. Alquran dan
hadist memberikan bermacam-macam petunjuk agar perilaku konsumsi manusia menjadi lebih
terarah dan jauh dari sifat-sifat yang kurang baik karena perilaku konusmsinya. Dalam Firman
Allah SWT “dan orang-orang yang dzalim hanya mementingkan kenikmatan yang mewah yang
ada pada mereka, dan mereka adalah orang-orang yang berdosa” (Al-Huud : 116). Hal ini tentu
sangat meresahkan dikarenakan hedonisme bagi remaja seolah telah menjadi ideologi dan budaya
yang tidak tabu lagi untuk dilakukan.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, dapat ditemukan beberapa rumusan masalah,


beberapa diantaranya adalah.

1. Bagaimana hedonisme dikalangan remaja dalam perspektif islam?


2. Apa saja faktor yang memengaruhi tingkat hedonisme mahasiswa?
3. Bagaimana solusi islami dalam mengatasi hedonisme yang telah menjamur di kalangan
mahasiswa?

1.3. Tujuan

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas, dapat disimpulkan tujuan dari
pembuatan kerangka makalah ini, yaitu :

1. Untuk mengetahui tingkat dan penyebab hedonisme mahasiswa menggunakan kacamata


ekonomi islam.
2. Untuk mengetahui faktor apa saja yang memengaruhi tingkat hedonisme mahasiswa.

2
3. Untuk mengetahui solusi yang dapat diberikan dari sudut pandang islam mengenai
hedonisme dikalangan mahasiswa.

1.4. Manfaat
1. Manfaat tulisan ini bagi penulis adalah untuk menambah ilmu dan wawasan mengenai
perilaku hedonisme mahasiswa dalam perspektif islam.
2. Hasil kerangka tulisan ini diharapkan dapat melengkapi dan dijadikan rujukan alternatif
bagi penelitian-penelitian berikutnya terutama yang berkaitan dengan topik perilaku
hedonisme mahasiswa dalam perspektif ekonomi islam.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian hedonisme


Hedonisme adalah pandangan hidup yang beranggapan bahwa seseorang akan
menjadi bahagia dengan cara mencari kebahagiaan sebanyak mungkin dan sedapat
mungkin menghindari perasaan maupun hal-hal yang menyakitkan. Hedonisme merupakan
ajaran atau cara pandang bahwa kesenangan maupun kenikmatan adalah tujuan hidup dan
perilaku manusia. (wikipedia)
Pengertian Menurut Para Ahli
1. Burhanuddin (1997: 81)
Menurut Burhanuddin, pengertian Hedonisme adalah sesuatu yang dianggap baik dan
dapat membuat senang, sesuai dengan kesenangan yang didatangkannya. Dengan kata lain,
sesuatu yang hanya mendatangkan penderitaan, kesusahan, serta tidak menyenangkan
merupakan sesuatu yang dinilai tidak baik.
2. Collins Gem (1993:97)
Menurut Collins Gem pengertian hedonisme adalah sebuah doktrin yang menyatakan
bahwasannya kesenangan merupakan suatu hal yang terpenting didalam hidup. Dengan
kata lain, hedonisme merupakan paham yang dianut oleh orang-orang yang semata-mata
mencari kesenangan hidup.
3. Sarwono (1989:14)
Menurut Sarwono, pengertian hedonisme dinyatakan sebagai konsep diri, dimana
gaya hidup seseorang itu dijalani sesuai dengan objek atau gambaran yang terdapat
dipikirannya. Contoh seperti, seorang instruktur senam, biasanya gaya hidup sehat adalah
prinsip hidupnya sekaligus menjadi kesenangan tersendiri bagi mereka.
4. Berdasarkan beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa pengertian Hedonisme
adalah suatu pandangan hidup atau ideologi yang diwujudkan didalam bentuk gaya hidup
yang mana kenikmatan atau juga kebahagiaan pribadi menjadi tujuan utama didalam
menjalani hidup seseorang.

2.2. Hedonisme Pada Mahasiswa

4
Perkembangan zaman pada era globalisasi beberapa kurun waktu ini menyebabkan
gaya hidup hedonisme di kalangan mahasiswa. Globalisasi menjadi pengaruh perilaku
gaya hidup modern dimana mahasiswa adalah bagian dari masyarakat yang mudah
terpengaruh oleh budaya barat, yaitu hedonisme, hal ini dikarenakan masa remaja
seseorang pasti sedang bimbang mencari tahu siapa dia yang sebenarnya. Pada masa ini
hedonisme dengan mudahnya mampu menerobos dan menjadi masukan yang menarik bagi
kaum remaja khususnya mahasiswa. Jadi tidak salah kalau konteksnya condong ke mereka
dan dengan terpengaruh untuk terus mengikutinya. Peran hedonisme para mahasiswa di
lingkungan kampus tentu akan mempengaruhi kehidupan sosialnya. Contohnya seperti titik
awal lahirnya korupsi yang diawali dari hedonisme di kampus yang dilakukan kaum elite.
Hedonisme menjadikan perubahan sosial dengan menyebabkan individu untuk
mendapatkan kesenangan maupun kebebasan semata dalam mencapai kepuasan. Budaya
hedonisme berdampak bagi perkembangan baik pendidikan maupun masyarakat Indonesia
itu sendiri, terutama mempengaruhi kritisnya pola mikir mahasiswa. Berkaca melalui
fenomena tersebut baik pemerintah maupun mahasiswa harus lebih mensiasati individu
masing- masing.

2.3. Hedonisme Mahasiswa Dalam Sudut Pandang Ekonomi Islam

Ali Syariati, merupakan seorang ulama terkemuka asal timur tengah, beliau pernah
berkata bahwa tantangan terbesar bagi remaja muslim era ini adalah budaya hedon
(kesenangan merupakan hal yang paling penting dalam hidup) yang seolah sudah
mendarah daging. Padahal sudah jelas dalam surat Ala’raf ayat 31 :

Artinya : “Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki)
mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.”

Maksud dari ayat diatas adalah seorang muslim sudah sepantasnya menggunakan
kekayaannya untuk konsumsi yang bermanfaat dan tidak digunakan untuk hal yang sia-

5
sia atau berlebih-lebihan. Pada zaman modern ini, perilaku konsumtif seperti hedonisme
, sudah seperti menjadi hal lumrah untuk kebanyakan orang. Sedangkan dalam Al-Quran
telah diatur tiga prinsip dasar konsumsi yaitu halal, bersih dan menyehatkan, serta
kesederhanaan. Kita sebagai seorang muslim harus menjauhi prilaku konsumtif karna
memiliki banyak bahaya seperti boros, sombong dan juga angkuh karna merasa dapat
membeli semuanya serta selalu ingin di hormati. Mulai dari sekarang kita harus
membentengi diri dari prilaku konsumtif yang hanya menawarkan kenikmatan sesaat.

2.4.Faktor yang memengaruhi hedonisme pada mahasiswa

Menurut Kotler dan Amstrong, (1997) terdapat dua faktor dominan yang
menyebabkan hedonisme, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

1.Faktor Internal : faktor internal adalah hedonisme yang bersumber dari diri sendiri,
seperti sikap terhadap objek tertentu, pengalaman dan pengamatan, kepribadian, konsep
diri, dan motif.
2.Faktor eksternal : faktor eksternal adalah hedonisme yang bersumber dari lingkungan,
indikator faktor eksternal terdiri dari kelompok referensi, keluarga, kelas sosial, dan
kebudayaan

2.5. Solusi Islami Pada Hedonisme Mahasiswa


1.Selalu Bersyukur
Islam adalah agama yang selalu mengajarkan arti syukur terhadap segala sesuatu,
termasuk kekayaan dan harta yang telah kita miliki sekarang. Sebagai remaja / kaum
milenial, kita harus senantiasa menanamkan bahwa sumber kebahagiaan yang
sesungguhnya bukan diukur melalui barang-barang mahal yang kita miliki, melainkan
diukur dari bagaimana kita menikmati dan mensyukuri apa yang kita memiliki sekarang.
2.Penanaman Ilmu Agama Yang Kuat Dan Memperdalam Ilmu Agama
Penanaman ilmu agama yang baik adalah salah satu solusi dalam mengatasi
hedonisme dikalangan remaja, dalam islam kita diajarkan prinsip kesederhanaan dan
tidak berlebih-lebihan dalam berkonsumsi namun tetap memperbanyak sedekah.
3.Berhati-Hati Dalam Memilih Lingkar Pergaulan

6
Pergaulan adalah instrumen utama mahasiswa dalam berperilaku hedonis, karena
pada umumnya sifat hedonis pada mahasiswa tumbuh didasari oleh rasa penasaran dan
hanya ikut-ikutan oleh teman sebayanya agar eksistensinya diakui. Maka dari itu, selektif
dalam memilih teman ada solusi yang baik dalam mengatasi hedonisme, pilihlah teman
yang mampu mengajarimu rasa syukur.
4.Belajar Mengonsumsi Berdasarkan Prioritas
Belajar mnentukan prioritas dalam membelanjakan uang adalah hal penting dalam
mengatasi hedonisme, sebagai kaum milenial, mahasiswa harusnya mebelanjakan harta
mereka untuk kepentingan yang realistis dan jangka panjang, mengingat, mahasiswa
berada pada fase peralihan dari kehidupan remaja menuju ke kehidupan dewasa, yang
nantinya kebutuhan-kebutuhan pokok akan terasa jauh lebih penting dibanding sekadar
hura-hura.
5.Belajar Mencari Uang
Belajar mencari uang akan menimbulkan sifat menghargai kerja keras dan uang,
karena pada faktanya mencari uang itu tidak semudah yang kita pikirkan, sehingga
mahasiswa bisa lebih berfikir dalam menggunakan uang, terutama prioritas dalam
penggunaannya.
6.Fokus Pada Kuliah
Fokus pada studi dan kuliah akan membuat kita lupa sejenak dalam mengonsumsi
hal-hal berlebih dan hedonisme.

2.6.Penelitian Terdahulu

Menurut Ratu Aulia Rahmani Bernatta, seorang peneliti dari Fakultas Ekonomi sosial
dan Politik Universitas Lampung, beliau melakukan penelitian mengenai “Gaya Hidup
Hedonis di Kalangan Remaja”, beliau mengatakan menyimpulkan bahwa remaja terkhususnya
mahasiswa yang hedonis adalah remaja yang memiliki pola pikir bahwa kesenangan dan
kebahagian tercipta dengan tercukupinya hawa nafsu serta hal-hal berbau materiil. Hal ini
disebabkan oleh keinginan internal untuk diapresiasi dan mempertahankan eksistensi atas gaya
hidupnya yang diatas rata-rata, selain itu penyebab hedonisme juga datang dari faktor
eksternal, yakni keluarga, teman dekat, kerabat, maupun media sosial.

7
Sedangkan menurut Novita Trimartanti, seorang peneliti muda asal SMAN 1 Playen,
Gunung Kidul menyimpulkan bahwa yang disebut hedonisme adalah mahasiswa yang
menganggap tujuan utama hidup hanyalah mencari sesuatu yang dapat membuatnya senang,
entah itu berupa materiil, maupun yang lain.

8
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Pendekatan Penelitian

Berdasarkan tujuan kepenulisan dan tinjauan pustaka diatas, maka metode yang pas
dalam menjawab penelitian mengenai “Pelaku Hedonisme Dikalangan Mahasiswa Dalam
Perspektif Ekonomi Islam” adalah metode kualitatif. Sebelumnya metode kualitatif adalah
penelitian yang memiliki sifat penemuan dan dilakukan terhadap kondisi
natural/alamiah.dalam penelitian kualitatif penelitian lebih didasarkan pada riset dan
cenderung menganalisis serta mengedepankan proses dan arti penelitian itu sendiri. Ketika
melakukan penelitian mebggunakan metode kualitatif seorang penulis dituntut untuk paham
betul mengenaik hal-hal yang berkaitan dengan penelitiannya, termasuk teori, sampel, ilmu
pengetahuan, dan wawasan lainnya. Sedangkan, tujuan dari metode kualitatif sendiri adalah
memahami lebih mendalam dan intens terhadap penelitian yang dilakukan. Selain itu data
atau pendukung jawaban penelitian yang dikaji lebih kepada teori dan kaliamt-kalimat dari
pada dana angka.

Berikut penulis akan menjelaskan alasan mengapa penelitian ini menggunakan metode
kualitatif, dalam penentuan metode kualitatif terdapat ciri-ciri utama mengapa penelitian
tersebut menggunakan metode kualitatif, berikut beberapa ciri-ciri penelitian kualitatif
menurut (www.seputarpengetahuan.co.id). Pertama, menggunakan lingkungan alami sebagai
sumber data penelitian, dalam penelitian kualitatif, biasanya data diambil melalui kodisi sosial
maupun peristiwa yang terjadi di masyarakat, objek penelitian tidak lepas dari lingkungan
dimana kondisi atau peristiwa tersebut berlangsung. Kedua, bersifat deskriptif analitik,
maksudnya data yang diperoleh penulis berdasarkan hasil analisis, dokumentasi, catatan
lapangan, wawancara, dan peneliti atau penulis menyusun penelitian secara langsung dilokasi,
penelitian kualitatif tidak didominasi data angka, slain itu hasil dari penelitian maupun analisis
disusun dalam bentuk tulisan deskriptif dan disusun dalam bentuk narasi. Tulisan maupun
narasi tersebut umumnya berisi tentang rumusan masalah dan jawaban dari latar belakang
yang dicetuskan oleh penulis. Ketiga, penelitian kualitatif bersifat induktif, artinya penelitian
dilakukan berdasarkan fakta empiris yang terdapat di lapangan, mempelajari peristiwa yang
murni terjadi dan dicatat, dianalisa, dan dibentuk berupa laporan yang memiliki kesimpulan.

9
Keempat, penelitian ditekan pada proses bukan hasil, artinya dalam anailis diutamakan proses
dari pengumpulan hingga pembuatan kesimpulan analisis data, prosedur, dan alasan serta
interaksi pada waktu dan tempat berlangsungnya peristiwa tersebut. Kelima, megutamakan
maksna, yang dimaksud mengutamakan makna adalah mengutamakan persepsi atau opini
orang lain dalam memaknai peristiwa atau kejadian yang sedang kita teliti, contoh : ketika
saya melakukan penelitian mengenai perilaku hedonisme yang dilakukan mahasiswa, saya
akan melakukan wawancara maupun mencari informasi terhadap subjek yang bersangkutan
terhadap penelitian saya seperti mahasiswa, kaum remaja, dan orangtua yang memberi uang
saku kepada anaknya yang sudah mahasiswa,tentu saya akan meminta persepsi mereka
mengenai perilaku hedonisme mahasiswa.

3.2. Variabel Dan Definisi Variabel


1. Mahasiswa
Menurut kamus Bahasa Indonesia, mahasiswa adalah mereka yang sedang belaja
di perguruan tinggi (Taufik, 2010). Menurut Takwin, mehasiswa secara harfiah adalah
orang yang belajar di perguruan tinggi, baik di universitas, institut, atau akademi.
Mereka yang terdaftar sebagai murud di perguruan tinggi otomatis dapat disebut
sebagai mahasiswa (Takwin, 2008). Sedangkan menurut Budiman, mahasiswa adalah
orang yang belajar di sekolah tingkat perguruan tinggi untuk mempersiapkan dirinya
bagi suatu keahlian tingkat sarkana. Berdasarkan ketiga pengertian menurut para tokoh
tersebut, dapat saya simpulkan bahwa mahasiswa adalah seseorang yang mendaftar
sebagai murid maupun siswa di pergutuan tinggi maupun institusi guna menuntut ilmu
dan mendapat gelar sebagai sarjana.
2. Remaja
Menurut KBBI, pengertian remaja secara bahasa adalah /re·ma·ja / 1 a mulai
dewasa; sudah sampai umur untuk kawin (KBBI), sedangkan menurut para ahli, yang
pertama menurut Siti Sundari, menurutnya masa remaja merupakan peralihan dari
masa anak dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek/fungsi
untuk memasuki masa dewasa , sedangkan menurut Zakiah Darajat masa remaja
merupakan masa perkembangan transisi antara masa kanak-kanak dan masa dewasa

10
yang dianggap mencakup perubahan biologis, kognitif serta sosial-emosional.
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, dapat saya simpulkan bahwa remaja adalah
individu yang berada pada masa peralihan antara kanak-kanak menuju dewasa.
3. Hedonisme
Menurut Burhanuddin, pengertian Hedonisme adalah sesuatu yang
dianggap baik dan dapat membuat senang, sesuai dengan kesenangan yang
didatangkannya. Dengan kata lain, sesuatu yang hanya mendatangkan penderitaan,
kesusahan, serta tidak menyenangkan merupakan sesuatu yang dinilai tidak baik.
Burhanuddin (1997: 81). Menurut Collins Gem pengertian hedonisme adalah sebuah
doktrin yang menyatakan bahwasannya kesenangan merupakan suatu hal yang
terpenting didalam hidup. Dengan kata lain, hedonisme merupakan paham yang dianut
oleh orang-orang yang semata-mata mencari kesenangan hidup. Collins Gem
(1993:97). Menurut Sarwono, pengertian hedonisme dinyatakan sebagai konsep diri,
dimana gaya hidup seseorang itu dijalani sesuai dengan objek atau gambaran yang
terdapat dipikirannya. Contoh seperti, seorang instruktur senam, biasanya gaya hidup
sehat adalah prinsip hidupnya sekaligus menjadi kesenangan tersendiri bagi mereka.
Sarwono (1989:14). Berdasarkan beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa
pengertian Hedonisme adalah suatu pandangan hidup atau ideologi yang diwujudkan
didalam bentuk gaya hidup yang mana kenikmatan atau juga kebahagiaan pribadi
menjadi tujuan utama didalam menjalani hidup seseorang.
4. Cinta uang
Menurut saya, cinta uang sendiri adalah perilaku seorang individu yang
mengutamakan alat tukar dalam jual beli baik dalam bentuk M0,M1,M2, sebagai hal
yang disukainya dan harus ia dapatkan.
5. Religiusitas
Menurut KBBI, pengertian religiusitas secara bahasa adalah bersifat religi; bersifat
keagamaan; yang bersangkut-paut dengan religi. Sedangkan menurut Ancok dan
Suroso religiusitas adalah keberagaman yang berarti meliputi berbagai macam sisi atau
dimensi yang bukan hanya terjadi ketika seseorang melakukan perilaku ritual
(beribadah), tapi juga melakukan aktivitas lain yang didorong oleh kekuatan
supranatural yang dikutip (Ancok dan Suroso, 2001) pada tulisan Mani,S (2019).

11
3.3.Studi Pendahuluan
Dalam melakukan analisis di suatu penelitian, tentu seorang penulis akan mencari
informasi dan wawasan sebagai patokan apakah penulis tersebut harus melanjutkan
tulisannya atau tidak. Studi pendahuluan adalah studi yang dilakukan untuk memperoleh
informasi maupun hal hal yang berkaitan dalam berlangsungnya penelitian yang akan
dilakukan. Dengan demikian studi pendahuluan berfungsi untuk memperjelas arah
kepenulisan, memperkuat asumsi, merubah prosedur penelitian, dan memantapkan
penelitian dari studi yang utama. Selain itu studi pendahuluan dapat digunakan
mengguanakan dua cara, yaitu sumber dokumenter dan sumber informasi kepustakaan.
Dalam penelitian ini, saya menggunakan sumber informasi kepustakaan.
Sumber Informasi kepustakaan adalah sumber informasi yang berasal dari berbagai
macam buku bacaan yang terdapat dalam perpustakaan yang berisi tentang berbagai
disiplin ilmu pengetahuan. Informasi tersebut dapat berupa teori ataupun konsep-konsep
yang telah dirumuskan oleh beberapa ahli, yang kemudian teori ataupun konsep tersebut
dihubungkan dengan masalah penelitian yang diteliti.

3.4. Sumber Data


Data sekunder menurut kutipan Uma Sekaran yang terdapat pada tulisan Darman
tahun 2015, adalah data yang mengacu pada informasi yang dikumpulkan dari sumber yang
telah ada. Sumber data sekunder merupakan catatan atau dokumentasi perusahaan,
publikasi pemerintah, analisis industri oleh media, situs Web, internet dan seterusnya (Uma
Sekaran : 2011). Sedangkan menurut Kutipan Sugiono yang terdapat pada tulian Marisha
M. (2013) Data sekunder adalah sumber data yang tidak langsung memberikan data kepada
pengumpul data (Sugiono : 2008 : 402). Data sekunder sebenarnya adalah data yang
digunakan untuk mendukung data-data primer melalui teori, bacaan, literatur, dan pendapat
para ahli atau data yang diperoleh dengan cara tidak langsung.

3.5.Metode analisis data


1. Pengumpulan data

12
Dalam melakukan pengumpulan data diperlukan teknik pengumpulan guna
mendukung keberlangsungan penelitian yang diinginkan. Metode pengumpulan data
sendiri adalah cara atau teknik yang digunakan penulis dalam mengumpulkan data,
beberapa cara yang digunakan dalam mengumpulkan data adalah wawancara,
dokumentasi, observasi, dan diskusi fokus (FGD).
2. Reduksi data
Reduksi data adalah pemelihan data yang mana saja yang paling cocok dan mampu
memperkuat penelitian kita. Sedangkan menurut Miles, reduksi data merupakan proses
pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan
transformasi data kasar yang muncul dari data-data lapangan (Miles, ). Sebagai peneliti
data kualitatif seorang penulis perlu melakukan reduksi data, karena seringkali data
kualitatif sangat banyak teorinya, terutama dari hasil observasi dan wawancara. Setelah
reduksi data dilakukan, penulis harus melanjutkan ke tahap kategorisasi data,
kategorisasi data berarti penulis akan mengelompokkan data sesuai yang diinginkan,
entah berdasarkan waktu, tempat, maupun karakteristiknya.
3. Penyajian data
Penyajian data adalah kegiatan yang dilakukan oleh penulis penelitian secara
kelompok maupun individu untuk melengkapi laporan yang telah dibuat berdasarkan
hasil penelitian kuantitatif maupun kualitatif yang telah dilakukan. Sehingga penelitian
bisa dianalisis sesuai standar ilmiah dengan mudah. Pada umunya bentuk penyajian
data terdapat tiga bentuk, yaitu tabel, grafuk atau diagram, dan peta.
4. Penarikan kesimpulan atau verifikasi
Tahap penarikan kesimpulan adalah tahap terakhir dalam penelolaan data Pada
tahap ini, penulis menarik kesimpulan atas semua data yang telah dianalisis melalui
hasil penelitian. Verifikasi atau penarikan kesimpulan merupakan usaha memahami
atau mencari arti atau makna, penjelasan, pola-pola, proporsisi atau alur sebab akibat.
Menurut Miles dan Huberman, proses analisis tidak hanya sekali dibentuk, namun
berulangkali dan bolak-balik dalam kegiatan reduksi, setelah verifikasi dilakukan,
maka dapat ditarik kesimpulan berdarkan hasil analisis penelitian , penyajian
kwsimpulan disajikan dalam bentuk narasi.

13
DAFTAR PUSTAKA

Anggelika, Y.C. (2016). Kajian Teoritis Teori Tentang Gaya Hidup Hedonisme . Makalah

Bernatta, R.A. (2017). Gaya Hidup Hedonis Di Kalangan Remaja [skripsi], Lampung : Universitas
Bandar Lampung

In’am, M.F. (2016). Analisis Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Pembelian Impulsif.
Jurnal Administrasi Bisnis. 36 (1) : 93-94.

Junita, N.D. (2018). Pengaruh Gaya Hidup Hedonis, Keterlibatan Mode Dan Lingkungan Di
Dalam Toko Terhadap Pembelian Impulsif [skripsi], Lampung : Universitas Bandar Lampung

Kunto, A.A. (1999). Remaja tentang hedonisme : kecil bahagia, mudafoya-foya, tua kaya raya,
mati masuk surga. Yogyakarta : PT.Kanisius.

Marisha, M. (2013). Analisis Right Issue Terhadap Harga Saham. Hal. 81-82 (diakses pada 01
Desember 2019).

Prastika, E. (2018). Pengaruh Gaya Hidup Hedonisme Terhadap Kecurangan Akademik


Mahasiswa Bimbingan Dan Konseling [skripsi], Yogyakarta : Universitas Negeri Yogyakarta

Saputra, F. (2015). Mahasiswa . Makalah

Sari, N. (2013). Metode Penelitian . Makalah

Trimartanti,N. (2014). Studi Kasus Tentang Gaya Hidup Hedonisme Mahasiswa Bimbingan
Konseling Universitas Ahmad Dahlan. Jurnal Psikopedagogia. 3 (1) : 27-28

Darman. (2015) Jenis dan Sumber Data di http://theorymethod.blogspot.com/2015/12/jenis-dan-


sumber-data.html (diakses pada 01 Desember 2019)
Ermitri, L. (2019). Hedonisme dalam Perspektif Islam di
https://www.kompasiana.com/lisaermitri/5d995d8d097f367fba6ac404/hedonisme-dalam-
perspektif-islam?page=all (diakses pada 30 November 2019)

14
Ibeng, P. (2019). Pengertian Hedonisme, Penyebab, Jenis, Faktor, Dampak, dan Cirinya di
https://pendidikan.co.id/pengertian-hedonisme-penyebab-jenis-faktor-dampak-dan-cirinya/
(diakses pada 01 Desember 2019)

kbbi.web. (2000). Religius di https://kbbi.web.id/religius (diakses pada 01 Desember 2019)

kbbi.web. (2003). Remaja di https://kbbi.web.id/remaja (diakses pada 01 Desember 2019)

Manis, S. (2019). Pengertian Religiusitas, Ciri, Fungsi, Dimensi dan Faktor yang Mempengaruhi
Religiusitas Lengkap di https://www.pelajaran.co.id/2019/02/pengertian-religiusitas-ciri-fungsi-
dimensi-dan-faktor-yang-mempengaruhi-religiusitas.html (diakses pada 30 November 2019)
Pendidikan, D. (2019). Remaja Adalah di https://www.dosenpendidikan.co.id/remaja-adalah/
(diakses pada 30 November 2019)

Purplenitadyah. 2012. Hedonisme di


https://purplenitadyah.wordpress.com/2012/05/05/hedonisme/ (diakses pada 30 November 2019)

Seputar, P. (2019). Metode Penelitian Kualitatif dan Karakteristiknya di


https://www.seputarpengetahuan.co.id/2015/02/metode-penelitian-kualitatif-dan-
karakteristiknya.html (diakses pada 30 November 2019)

wikipedia.org. (2005). Hedonisme di https://id.wikipedia.org/wiki/Hedonisme (diakses pada 01


Desember 2019)

15

Anda mungkin juga menyukai