Anda di halaman 1dari 7

BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Ekonomi Mikro Islam


1. Pengertian Ekonomi Mikro Islam
Kata ekonomi berasal dari bahasa Yunani Kuno (oikonomos) yang berarti
rumah tangga. Menurut istilah pakar ekonomi, ekonomi adalah usaha untuk
mendapat dan mengatur harta baik material maupun non material untuk
memenuhi kebutuhan hidup manusia baik secara individu maupun kolektif yang
menyangkut perolehan, pendistribusian, ataupun penggunaan untuk memenuhi
kebutuhan hidup.1 Sedangkan Menurut Kursyid Ahmad, ilmu ekonomi Islam
adalah sebuah usaha sistematis untuk memahami masalah-masalah ekonomi dan
tingkah laku manusia secara rasional dalam perspektif Islam.2
Ekonomi mikro adalah salah satu cabang dalam ilmu ekonomi yang
terfokus mempelajari perilaku atau hubungan timbal balik antara produsen dan
konsumen yang terlibat di dalam kegiatan ekonomi. Ekonomi mikro bisa
menjelaskan tentang bagaimana dan mengapa di setiap pengambilan keputusan
dalam kegiatan ekonomi.
Dengan demikian, ekonomi mikro Islam berarti suatu sistem yang di
dalamnya terdapat perilaku beberapa individu, baik sebagai konsumen, produsen,
atau tenaga kerja yang dalam kegiatan ekonominya selalu diilhami oleh nilai-nilai
keislaman.3
2. Ruang Lingkup Ekonomi Mikro Islam
Beberapa pokok bahasan ilmu Ekonomi Mikro Islam antara lain adalah
sebagai berikut.
a. Asumsi rasionalitas dalam ekonomi islami
Yang dimaksud dengan asumsi rasionalitas adalah bahwa manusia
berperilaku secara rasional (masuk akal), dan tidak akan secara sengaja membuat

1
Indri dan Titik Triwulan Tutik, Prinsip-Prinsip Ekonomi Islam, h. 5.
2
Veithzal Rivai dan Andi Buchari, Islamic Economics, Jakarta:Sinar Grafika Offset, 2013,
h.1.

3
http://www.bimbie.com/karakteristik-ekonomi-mikro-syariah.html

2
3

keputusan yang akan menjadikan mereka lebih buruk. Perilaku rasional


mempunyai dua makna, yaitu metode dan hasil. Dalam makna metode, perilaku
rasional berarti tindakan yang dipilih berdasarkan pikiran yang beralasan, bukan
berdasarkan pikiran yang beralasan, bukan berdasarkan kebiasaan, prasangka, atau
emosi. Sedangkan dalam makna hasil, perilaku rasional berarti tindakan yang
benar-benar dapat mencapai tujuan yang ingin dicapai.4
b. Teori konsumsi islami
Konsumsi adalah suatu bentuk perilaku ekonomi yang asasi dalam
kehidupan manusia. Setiap makhluk hidup pasti melakukan aktivitas konsumsi
termasuk manusia. Dalam ilmu ekonomi, konsumsi adalah setiap perilaku
seseorang untuk menggunakan dan memanfaatkan barang dan jasa untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya. Jadi, perilaku konsumsi tidak hanya menyangkut
perilaku makan dan minum saja, tetapi juga perilaku ekonomi lainnya seperti
membeli dan memakai baju, membeli dan memakai kendaraan, membeli dan
memakai sepatu.
Aktivitas konsumsi dalam perspektif ekonomi Islam sesungguhnya
tidaklah berbeda dari ekonomi konvensional. Titik perbedaan yang paling
menonjol antara dalam teori konsumsi tersebut adalah paradigma dasar dan tujuan
pencapaian dari konsumsi itu sendiri.
Dalam Islam, perilaku konsumsi dibangun atas dua hal, yaitu kebutuhan
(hajat) dan kegunaan atau kepuasan (manfaat). Konsumsi dalam Islam diartikan
sebagai penggunaan terhadap komoditas yang baik dan jauh dari sesuatu yang
baik dan jauh dari sesuatu yang diharamkan, maka sudah barang tentu motivasi
yang mendorong seseorang untuk melakukan aktifitas konsumsi juga harus sesuai
dengan prinsip konsumsi itu sendiri. Artinya, karakteristik dari kebutuhan dan
manfaat secara tegas juga diatu dalam ekonomi Islam.5
Islam melihat aktivitas ekonomi adalah salah satu cara untuk menciptakan
maslahah menuju ialah (kebahagiaan dunia dan akhirat). Motif berkonsumsi
dalam Islam pada dasarnya adalah Maslahah. Meskipun secara alami motif dan

4
Adiwarman A. Karim, Ekonomi Mikro Islami, Jakarta:Raja Grafindo Persada, 2016, h.
51.
5
Sumar’in, Ekonomi Islam “Sebuah Pendekatan Ekonomi Mikro Perspektif Islam”,
Yogyakarta:Graha Ilmu, 2013, h. 85.
4

tujuan berkomunikasi dari seorang individu adalah untuk mempertahankan


hidupnya. Teori permintaan yang terbentuk dari konsumsi dalam ekonomi Islam
didasarkan atas adanya kebutuhan bukan dari keinginan.
c. Teori permintaan islami
Secara sederhana demand dalam pendekatan ekonomi menunjukkan
tingkat permintaan akan suatu produk atau jasa dari konsumen, sedangkan
supply menunjukkan jumlah produk atau jasa yang ditawarkan oleh produsen
atau penjual. Adapun hukum permintaan yang lazim dipahami adalah “Apabila
harga barang naik maka jumlah yang diminta akan turun sebaliknya jika harga
turun jumlah yang diminta akan naik”.
Sesungguhnya permintaan yang dilakukan oleh seorang muslim dalam
upaya melakukan konsumsi merupakan cara untuk menciptakan maslahah, bukan
untuk kepuasan pribadi. Oleh karena itu, dalam menganalisa permintaan
konsumen muslim akan sangat erat kaitannya dengan pola dan etika konsumsi
seorang muslim.
Terdapat dua pendekatan untuk mengetahui perilaku konsumen, yaitu
pendekatan mashlahah marginal dan pendekatan iso-mashlahah. Pendekatan
mashlahah marginal menganggap manfaat dan berkah bisa dirasakan dan diukur
oleh konsumen. Pendekatan iso-mashlahah didasarkan pada pandangan bahwa
mashlahah, terutama berkah hanya bisa dirakan namun tidak bisa diukur seberapa
besarnya. Konsumen hanya bisa membandingkan tinggi rendahnya berkah antar
kegiatan konsumsi.6
d. Teori produksi islami
Kegiatan produksi merupakan mata rantai dari konsumsi dan disttribusi.
Kegiatan produksi adalah proses yang menghasilkan barang dan jasa, kemudian
dikonsumsi oleh para konsumen. Untuk menghasilkan barang dan jasa, kegiatan
produksi melibatkan banyak faktor produksi.7
Imam Al-Ghazali memberikan perhatian yang cukup besar terhadap teori
produksi dalam ekonomi Islam. Ia menggambarkan bermacam ragam aktivitas
6
Sumar’in, Ekonomi Islam “Sebuah Pendekatan … h. 105-107.

7
Sumar’in, Ekonomi Islam “Sebuah Pendekatan … h. 172.
5

produksi dalam masyarakat. Ia juga mengklasifikasi aktivitas produksi menurut


kepentingan sosialnya dan menitikberatkan perlunya kerjasama dan koordinasi.
Fokus utamanya adalah tentang jenis aktivitas yang sesuai dengan dasar-dasar
etos kerja Islam.
Tanggungjawab manusia sebagai khalifah adalah mengelola resources
yang telah disediakan oleh Allah secara efisien dan optimal agar kesejahteraan
dan keadilan dapat ditegakkan. Dalam ekonomi Islam tentang produksi adalah
adanya perintah untuk mencari sumber-sumber yang halal dan baik bagi produksi
dan memproduksi dan memanfaatkan output produksi pada jalan kebaikan dan
tidak menzalimi pihak lain. Dengan demikian, penetuan input dan output dari
produksi haruslah sesuai dengan hukum Islam dan tidak mengarah kepada
kerusakan.8
e. Teori penawaran islami
Dalam ilmu ekonomi, hukum penawaran adalah “Semakin tinggi harga
suatu produk semakin meningkat barang yang ditawarkan, sebaliknya semakin
rendah harga suatu produk, semakin berkurang jumlah yang ditawarkan”.
Dalam ekonomi Islam, pengaruh zakat terhadap penawaran dapat dilihat
dari dua sisi. Yang pertama adalah melihat pengaruh kewajiban membayar zakat
terhadap perilaku penawaran. Objek zakat perniagaan adalah barang yang
diperjualbelikan. Menurut Adiwarman A. Karim, pengenaan zakat perniagaan
tidak berpengaruh terhadap kurva penawaran, tidak seperti pajak yang
mengakibatkan komponen biaya meningkat. Adanya pengenaan zakat perniagaan
membuat perilaku memaksimalkan keuntungan berjalan seiring dengan perilaku
memaksimalkan zakat. Artinya, jika seorang produsen memaksimalkan
keuntungannya, pada saat yang bersamaan ia memaksimalkan besarnya zakat
yang dibayarkan.9
f. Mekanisme Pasar Islami

8
Adiwarman A. Karim, Ekonomi Mikro Islami, Jakarta:RajaGrafindo Persada, 2016,
h.128-129.

9
Sumar’in, Ekonomi Islam “Sebuah Pendekatan Ekonomi Mikro Perspektif Islam”,
Yogyakarta:Graha Ilmu, 2013, h.117-121.
6

Secara umum pasar diartikan sebagai tempat bertemunya pembeli dan


penjual. Dalam ilmu ekonomi, konsep pasar diartikan sebagai setiap struktur yang
memungkinkan pembeli dan penjual untuk menukar jenis barang, jasa dan
informasi. Sehingga konsep pasar tidak hanya pada barang dan jasa, tapi juga
pada informasi dan hal-hal berharga lainnya yang bisa diperjual belikan. Adapun
proses pertukaran barang atau jasa untuk uang adalah transaksi.
Perlu dipertegas bahwa objek dari ilmu ekonomi adalah perilaku ekonomi
konsumen, produsen dan pemerintah. Ketiga objek tersebut dalam praktiknya
akan dipertemukan dalam mekanisme pasar baik pasar tenaga kerja, pasar barang,
ataupun pasar modal. Peranan pemerintah sanagt diperlukan dalam bentuk
kebijakan pasar, hal ini untuk mencegah pasar berjalan tidak normal atau
terjadinya distrosi pasar. Namun pemerintah mestinya menghindari praktik
penetapan harga, karena dalam prakteknya Rasulullah mengajarkan kepada umat
Islam untuk membiarkan harga berjalan apa adanya, agar harga berjalan dengan
adil. Rasulullah melarang adanya intervensi harga dan sepenuhnya menyerahkan
mekanisme harga pada pasar. Namun dalam praktiknya harga pasar dapat sangat
dipengaruhi oleh praktik-praktik yang dilarang sehingga menyebabkan distorsi
dan selanjutnya mampu mengintervensi harga yang terbentuk di pasar.10
B. Karakteristik Ekonomi Mikro Islam
Beberapa karakteristik Ekonomi Mikro Islam adalah sebagai berikut.
1. Ekonomi Islam pengaturannya bersifat ketuhanan/ilahiah
Mengingat dasar pengaturannya yang tidak diletakkan oleh manusia, akan
tetapi didasarkan pada aturan-aturan yang ditetapkan Allah SWT., sebagaimana
terdapat dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah. Jadi, berbeda dengan hukum ekonomi
lainnya yakni kapitalis dan sosialis yang tata aturannya semata-semata didasarkan
atas konsep-konsep yang dibuat oleh manusia (para ekonom).
2. Dalam Islam, ekonomi hanya merupakan satu titik bahagia dari al-Islam
secara keseluruhan
Ekonomi hanya merupakan salah satu bagian atau tepatnya subsistem dari
al-Islam yang bersifat komprehensif, maka ini artinya tidaklah mungkin

10
Sumar’in, Ekonomi Islam “Sebuah Pendekatan ... h. 155-160.
7

memisahkan persoalan ekonomi dari rangkaian ajaran Islam secara keseluruhan


yang bersifat utuh dan menyeluruh.
3. Ekonomi berdimensi akidah atau keakidahan
Mengingat ekonomi Islam itu pada dasarnya terbit atau lahir dari akidah
Islamiah yang di dalamnya akan dimintakan pertanggungjawaban terhadap akidah
yang diyakininya. Atas dasar ini maka seorang muslim terikat dengan sebagian
kewajibannya semisal zakat, sedekah, dan lain-lain walaupun dia sendiri harus
kehilangan sebagian kepentingan dunianya karena lebih cenderung untuk
mendapatkan pahala dari Allah SWT. di hari kiamat kelak.
4. Berkarakter ta’abbudi
Ekonomi Islam merupakan tata aturan yang berdimensikan ketuhanan dan
setiap ketaatan kepada salah satu dari sekian banyak aturan-aturan-Nya berarti
ketaatan kepada Allah itu adalah ibadah. Dengan demikian, penerapan aturan-
aturan ekonomi Islam juga mengandung nilai-nilai ibadah.
5. Terkait erat dengan akhlak
Islam tidak pernah memprediksi kemungkinan ada pemisahan antara
akhlak dan ekonomi, juga tidak pernah memetakan pembangunan ekonomi dalam
lindungan Islam yang tanpa akhlak. Itulah sebabnya mengapa dalam Islam kita
tidak akan pernah menemukan aktivitas ekonomi non Islam seperti perdagangan,
perkreditan, dan lain-lain yang semata-semata murni kegiatan ekonomi
sebagaimana terdapat di dalam ekonomi non Islam. Dalam Islam, kegiatan
ekonomi sama sekali tidak boleh lepas dari kendali akhlak yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari ajaran Islam secara keseluruhan.
6. Elastis
Elastis dalam pengertian mampu berkembang secara perlahan-lahan atau
evolusi. Al-Qur’an dan Al-Hadits keduanya dijadikan sebagai sumber asasi
ekonomi, tidak memberikan doktrin ekonomi secara tekstual akan tetapi hanya
memberikan garis-garis besar yang bersifat instruktif guna mengarahkan
perekonomian Islam secara global. Sedangkan implementasinya secara riil di
lapangan diserahkan kepada kesepakatan sosial sepanjang tidak menyalahi cita-
cita syari’at.
7. Objektif
8

Objektif dalam pengertian Islam mengajarkan umatnya supaya berlaku dan


bertindak objektif dalam melakukan aktivitas ekonomi. Aktivitas ekonomi pada
hakekatnya adalah merupakan pelaksanaan amanat yang harus dipenuhi oleh
setiap pelaku ekonomi tanpa membeda-bedakan jenis kelamin, warna kulit, etnik,
agama/kepercayaan dan lain-lain.
8. Memiliki targer sasaran/tujuan yang lebih tinggi
Berlainan dengan sistem ekonomi non Islam yang semata-mata hanya
untuk mengejar kepuasan materi, ekonomi Islam memiliki sasaran yang lebih jauh
yakni merealisasikan kehidupan kerohanian yang lebih tinggi (berkualitas) dan
pendidikan kejiwaan.
9. Realistis
Prakiraan ekonomi khususnya prakiraan bisnis tidak selamanya sesuai
antara teori di satu sisi dengan praktik di sisi yang lain. Dalam hal-hal tertentu,
sangat dimungkinkan terjadi pengecualian atau bahkan penyimpangan dari hal-hal
yang semestinya.
10. Harta kekayaan pada hakekatnya adalah milik Allah SWT.
Dalam prinsip ini terkandung maksud bahwa kepemilikan seseorang
terhadap harta kekayaan tidaklah bersifat mutlak. Itulah sebabnya mengapa dalam
Islam pendayagunaan harta kekayaan itu tetap harus dikelola dan dimanfaatkan
sesuai dengan tuntunan Allah. Atas alasan apapun seseorang tidak boleh bertindak
sewenang-wenang dalam membelanjakan harta kekayaan, termasuk dengan alasan
bahwa harta kekayaan itu milik pribadinya.
11. Memiliki kecakapan dalam mengelola harta
Para pemilik harta perlu memiliki kecerdasan/kepiawaian dalam
mengelola atau mengatur harta kekayaannya semisal berlaku hemat dalam
berbelanja, tidak menyerahkan harta kepada orang yang belum/tidak mengerti
tentang pendayagunaannya, dan tidak membelanjakan hartanya ke dalam hal-hal
yang diharamkan agama, serta tidak menggunakannya pada hal-hal yang akan
merugikan orang lain.11

11
http://ekonomimikroislam.blogspot.co.id/2013/07/makalah-ekonomi-mikro-islam.html

Anda mungkin juga menyukai