Anda di halaman 1dari 11

IMPLEMENTASI PRINSIP-PRINSIP EKONOMI ISLAM PADA

PERILAKU PRODUSEN

Nama Penulis1
1
Jurusan, Fakultas, Universital
Email:

ABSTRAK
Pelaksanaan sistem ekonomi islam telah ada dan dilaksanakam oleh Nabi Muhammad SAW.
Rujukan atau landasan utama pemikiran ekonomi Islam adalah Al Quran dan hadits. Dalam
teori produksi memberikan penjelasan tentang perilaku produsen dalam memaksimalkan
keuntungannya maupun mengoptimalkan efisiensi produksinya. Perilaku produsen Islam
adalah cabang ekonomi yang mengkaji bagaimana manusia berperilaku sesuai dengan prinsip
Islam. Dalam kajian ini digunakan metode penelitian Study Literature Review (SLR). Metode
ini dipakai untuk identifikasian, meninjau, menevaluasi, serta menginterpretasikan semua studi
yang tersedia tentang topik yang menarik bagi fenomena tersebut, bersama dengan pertanyaan
penelitian spesifik yang relevan. Aturan Islam tentang keuangan (ekonomi) lebih banyak
bersifat umum. Penekanan Al-quran dan hadis hanya kepada substansi yang terkandung di
dalam aktivitasnya serta sasaran yang akan dicapai. Prinsip-prinsip syariah (muamalah) terkait
dengan ekonomi dan keuangan, bertujuan memberi kemaslahatan yang seimbang secara
holistik; mencakup keseimbangan pisik dengan mental, material dengan spiritual, individu
dengan sosial, masa kini dengan masa yang akan datang, serta dunia dengan akhirat.
Kata Kunci: Ekonomi, Islam, Perilaku Produsen.

ABSTRACT
The implementation of the Islamic economic system has existed and was carried out by the
Prophet Muhammad SAW. The main reference or foundation of Islamic economic thought is
the Quran and hadith. Production theory provides an explanation of the behavior of producers
in maximizing their profits and optimizing production efficiency. Islamic producer behavior is
a branch of economics that examines how humans behave in accordance with Islamic
principles. In this study, the Study Literature Review (SLR) research method was used. This
method is used to identify, review, evaluate, and interpret all available studies on topics of
interest to the phenomenon, along with specific relevant research questions. Islamic rules on
finance (economics) are more general. The emphasis of the Qur'an and hadith is only on the
substance contained in its activities and the goals to be achieved. Sharia principles
(muamalah) related to economics and finance, aimed at providing holistically balanced
benefits; includes physical balance with mental, material with spiritual, individual with social,
present with future, and world with afterlife.
Keywords: Economics, Islam, Producer Behavior.
A. PENDAHULUAN
Secara umum, ekonomi adalah perilaku manusia yang berhubungan dengan bagaimana
proses dan cara memperoleh dan mendayagunakan produksi, distribusi, dan konsumsi.
Ekonomi berkaitan dengan perilaku manusia yang didasarkan pada landasan serta prinsip-
prinsip yang menjadi dasar acuan. Ilmu ekonomi Islam sebagai sebuah studi ilmu
pengetahuan modern baru yang muncul pada tahun 1970-an, akan tetapi pemikiran tentang
ekonomi Islam telah muncul sejak Islam itu diturunkan melalui Nabi Muhammad SAW.
Pelaksanaan sistem ekonomi islam telah ada dan dilaksanakam oleh Nabi Muhammad
SAW. Sumber keuangan saat itu sangat bergantung pada kebijakan zakat yang telah dibuat.
Zakat sangat berpengaruh dalam pengembangannya. Sumber-sumber keuangan lainnya
seperti zakat fitrah, jizyah, khums, dll, dijelaskan pada bagian isi. Lahirnya kebijakan fiskal
di dalam dunia Islam dipengaruhi oleh banyak faktor salah satunya karena fiskal
merupakan bagian dari instrumen ekonomi publik. Untuk itu faktor-faktor seperti sosial,
budaya dan politik inklud di dalamnya.
Rujukan atau landasan utama pemikiran ekonomi Islam adalah Al Quran dan hadits.
Islam mendorong pemeluknya untuk bekerja, Allah menjamin bahwa Ia telah menetapkan
rezeki setiap makhluk yang diciptakannya. Islam juga melarang umatnya untuk meminta-
minta atau mengemis. Islam mengajarkan kepada Muslim untuk menjaga martabat serta
harga diri dengan menghindari meminta-minta, mengemis, dan cara-cara haram dalam
mencari rezeki.
Al-Qur’an menggunakan konsep produksi barang dalam artian luas. Al-Qur’an
menekankan manfaat dari barang yang diproduksi. Memproduksi suatu barang harus
mempunyai hubungan dengan kebutuhan manusia. Berarti barang itu harus diproduksi
untuk memenuhi kebutuhan manusia, bukan untuk memproduksi barang mewah secara
berlebihan yang tidak sesuai dengan kebutuhan manusia, karenanya tenaga kerja yang
dikeluarkan untuk memproduksi barang tersebut dianggap tidak produktif.
Produksi adalah sebuah proses yang telah lahir di muka bumi ini semenjak manusia
menghuni bumi ini. Kegiatan produksi merupakan mata rantai dari konsumsi dan distribusi.
Kegiatan produksilah yang menghasilkan barang dan jasa, kemudian dikonsumsi oleh para
konsumen. Tanpa produksi maka kegiatan ekonomi akan berhenti, begitu pula sebaliknya.
Untuk menghasilkan barang dan jasa, kegiatan produksi melibatkan banyak faktor
produksi. Fungsi produksi menggambarkan hubungan antar jumlah input dengan output
yang dapat dihasilkan dalam satu waktu periode tertentu. Dalam teori produksi memberikan
penjelasan tentang perilaku produsen dalam memaksimalkan keuntungannya maupun
mengoptimalkan efisiensi produksinya. Islam mengakui pemilikan pribadi dalam batas-
batas tertentu termasuk pemilikan alat produksi, akan tetapi hak tersebut tidak mutlak.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis akan mengkaji terkait dengan
“Implementasi Prinsip-Prinsip Ekonomi Islam pada Perilaku Produsen” dengan fokus
kajian, yaitu: 1) Bagaimana Implementasi Ekonomi Islam dalam perilaku produsen? 2)
Bagaimana dampak Ekonomi Islam terhadap perilaku produsen?

B. PEMBAHASAN
1. Kajian Literatur
a. Pengertian Ekonomi Islam
Ekonomi Islam telah mengemuka sejak dekade 1970-an,akan tetapi harus diakui bahwa
istilah Ekonomi Islam masih merupakan “barang baru” dalam disiplin Ilmu Ekonomi.
Istilah Ekonomi Islam juga masih diperdebatkan tentang ada atau tidaknya, apakah Islam
memiliki suatu sistem ekonomi ataukah sebatas aturan-aturan normatif saja. Ekonomi
Islam menggabungkan dua kata: Ekonomi dan Islam. Kata Islam setelah Ekonomi
berfungsi sebagai identitas tanpa mempengaruhi makna atau definisi dari istilah ekonomi.
Oleh sebab itu, dalam memahami istilah Ekonomi Islam, tidak akan bisa terlepas dari
makna atau definisi dari istilah ekonomi.
Istilah ekonomi sendiri telah digunakan selama berabad-abad, dan telah menjadi bagian
yang menyertai perjalanan kehidupan manusia. Kata “ekonomi” berasal dari penggabungan
dua suku kata Yunani: οἶκος (oikos) yang berarti “keluarga, rumah tangga” dan νόμος
(nomos), yang berarti “peraturan, aturan, hukum,” dan secara garis besar diartikan sebagai
“aturan keluarga (rumah tangga)” atau “manajemen keluarga (rumah tangga)”. Secara
singkat ekonomi adalah aturan-aturan untuk menyelenggarakan kebutuhan hidup manusia
di dalam rumah tangga, baik dalam rumahtangga individu maupun dalam rumah tangga
yang bersifat kolektif dalam suatu negara. Di kalangan masyarakat, istilah ekonomi lebih
sering dipahami sebagai segala sesuatu yang berhubungan dengan materi, kebendaan, dan
kekayaan.
b. Prinsip Ekonomi Islam
1) Prinsip-Prinsip Ekonomi
Ekonomi merupakan aktifitas yang boleh dikatakan sama halnya dengan
keberadaan manusia di muka bumi ini, sehingga kemudian timbul motif ekonomi, yaitu
keinginan seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Prinsip ekonomi adalah
langkah yang dilakukan manusia dalam memenuhi kebutuhannya dengan pengorbanan
tertentu untuk memperoleh hasil yang maksimal. Sedangkan sistem ekonomi ada
berbagai macam, di antaranya:
a) Sistem Ekonomi Kapitalis, yaitu kebebasan memiliki harta secara persendirian,
kebebasan ekonomi dan persaingan bebas, dan ketidaksamaan ekonomi.
b) Sistem Ekonomi Komunis, berupa hak milik atas alat-alat produksi oleh negara,
proses ekonomi berjalan atas dasar rencana yang telah dibuat, serta perencanaan
ekonomi sebagai rencana atau dalam proses ekonomi yang harus dilalui
c) Sistem Ekonomi Sosialis, yakni Hak milik atas alat-alat produksi oleh koperasi-
koperasi serikat pekerja, badan hukum dan masyarakat yang lain. Pemerintah
menguasai alatalat produk yang vital, proses ekonomi berjalan atas dasar
mekanisme pasar, serta Perencanaan ekonomi sebagai pengaruh dan pendorong
dengan usaha menyesuaikan kebutuhan individual dengan kebutuhan.
2) Prinsip-Prinsip Ekonomi Islam Berdasarkan Ayat Al-Qur’an
Islam melarang umatnya untuk menggantung nasib kepada hal yang sangat
tidak jelas, tidak jelas ikhtiarnya, dan hanya mengandalkan peruntungan dan peluang
semata. Untuk itu islam melarang perjudian dan mengundi nasib dengan anak panah
sebagai salah satu bentuk aktivitas ekonomi. Mengenai hal tersebut, terdapat di dalam
Al Qur’an surat Al Baqarah (2) ayat 219.
Allah memberikan perintah kepada manusia untuk dapat mengoptimalkan dan
mencari karunia Allah di muka bumi. Hal ini seperti mengoptimalkan hasil bumi,
mengoptimalkan hubungan dan transaksi dengan sesama manusia. Prinsip Islam
terhadap ekonomi yang lainnya adalah larangan riba. Riba adalah tambahan yang
diberikan atas hutang atau transaksi ekonomi lainnya. Dalam Al-Qur’an Allah
melaknat dan menyampaikan bahwa akan dimasukkan ke dalam neraka bagi mereka
yang menggunakan riba dalam ekonominya.
3) Prinsip Ekonomi Islam
Sistem kapitalis yang saat ini banyak dipergunakan telah menunjukkan
kegagalan dengan mengakibatkan terjadinya krisis ekonomi. Sistem ekonomi Islam
mempunyai perbedaan yang mendasar dengan sistem ekonomi yang lain, dimana
dalam sistem ekonomi Islam terdapat nilai moral dan nilai ibadah dalam setiap
kegiatannya. Adapun prinsip ekonomi Islam, yaitu kebebasan Individu, hak terhadap
harta, ketidaksamaan ekonomi dalam batasan, kesamaan sosial, keselamatan sosial,
larangan menumpuk kekayaan, larangan terhadap institusi anti-sosial, serta Kebajikan
individu dalam masyarakat.
4) Prinsip Ekonomi Islam Perspektif Al-Qur’an
Ekonomi Islam dalam bahasa arab disebut al Iqtishad al Islami. Al iqtishad
secara bahasa berasal dari kata al qashdu yang berarti pertengahan atau berkeadilan.
Al Qashdu juga berarti sederhana, jalan yang lurus, dekat, dan kuat. Ekonomi juga
disebut sebagai muamalah al maadiyah, yaitu aturan-aturan pergaulan dan hubungan
antar manusia mengenai kebutuhan hidupnya. Ekonomi disebut al iqtishad, yaitu
pengaturan soal-soal penghidupan manusia dengan sehemat-hematnya dan secermat
cermatnya. Ekonomi Islam merupakan ilmu pengetahuan sosial yang mempelajari
masalah-masalah ekonomi yang di ilhami oleh nilai-nilai Al Qur’an dan As Sunnah.
Ekonomi Islam membahas dua disiplin ilmu secara bersamaan. Dua disiplin
ilmu tersebut adalah ilmu ekonomi (Iqtishad) dan fiqh muamalah. Ekonomi dalam
Islam menurut para ahli Ekonomi dalam Islam adalah ilmu yang mempelajari segala
perilaku manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya dengan tujuan memperoleh
kedamaian dan kesejahteraan dunia akhirat. Ilmu ekonomi Islam adalah pengetahuan
dari aplikasi ajaran-ajaran dan aturan- aturan syariah yang mencegah ketidakadilan
dalam pencarian dan pengeluaran sumber daya, guna memberikan kepuasan bagi
manusia dan memungkinkan mereka melaksanakan kewajiban-kewajiban mereka dan
masyarakat
c. Pengertian Perilaku Produsen
Perilaku produsen adalah sebuah perilaku atau tindakan yang dilakukan individu,
organisasi, dan lembaga lainnya dalam kegiatan pengaturan produksi mulai dari pemilihan
bahan mentah hingga menjadi produk yang memiliki nilai guna dan berkualitas tinggi serta
dapat dimanfaatkan oleh konsumen. Produsen yang melakukan produksi dengan padangan
ekonomi konvensional tidak mengenal batas halal dan haram. Pihak ini hanya mengenal
bagaimana memanfaatkan ptoduksi dalam berbagai usaha dengan keuntungaan yang tinggi.
Sedangkan produsen yang berbasis Islam tidak boleh memproduksi produk yang haram.
Perilaku produsen dalam perspektif ekonomi Islam, produksi dalam bahasa arab adalah
al-intaaj dari akar kata nataja, tetapi dalam istilah fiqih lebih dikenal dengan istilah tahsil,
yaitu mengandung arti penghasilan atau menghasilkan sesuatu. Begitupun dengan Ibnu
Khaldun, menggunakan kata tahsil untuk produksi ketika ia membahas pembagian
spesialisasi tenaga kerja.
d. Perilaku Produsen
Perilaku produsen Islam adalah cabang ekonomi yang mengkaji bagaimana manusia
berperilaku sesuai dengan prinsip Islam. Membuat sesuatu pasti ada hubungannya dengan
apa yang diinginkan atau dibutuhkan orang. Artinya barang harus dibuat untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat, jangan terlalu banyak membuat barang mewah yang tidak
memenuhi kebutuhan masyarakat. Pekerjaan yang dilakukan untuk membuat barangbarang
ini dianggap tidak produktif.
Ketika pelanggan menyisihkan uang untuk barang yang ingin mereka beli, produsen
menyisihkan uang untuk menggunakan faktor produksi atau untuk diubah menjadi output.
Jika keseimbangan konsumen tercapai ketika seluruh anggaran dihabiskan untuk
konsumen, maka keseimbangan produsen tercapai ketika seluruh anggaran dihabiskan
untuk membeli faktor-faktor produksi, dan setiap produsen akan berusaha mencapai tingkat
produksi tertinggi.
Teori perilaku produsen melihat bagaimana agama Islam mempengaruhi bagaimana
orang bertindak dalam bisnis dari sudut pandang Islam. Ketika membuat sesuatu, harus
bermanfaat bagi orang-orang. Artinya barang harus dibuat untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat. Jangan terlalu banyak membuat barang mahal yang tidak sesuai dengan
kebutuhan masyarakat. Jadi, semua pekerjaan yang dilakukan untuk membuat bendabenda
ini sia-sia. Perilaku produsen adalah tindakan mengatur produksi agar produk akhir
memiliki kualitas yang cukup untuk dapat diterima oleh masyarakat. Masalah bagi
produsen adalah bagaimana menghasilkan kualitas dan kuantitas yang cukup dengan
sumber daya yang terbatas.

2. Metode Penelitian
Dalam kajian ini digunakan metode penelitian Study Literature Review (SLR). Metode
ini dipakai untuk identifikasian, meninjau, menevaluasi, serta menginterpretasikan semua
studi yang tersedia tentang topik yang menarik bagi fenomena tersebut, bersama dengan
pertanyaan penelitian spesifik yang relevan. Tinjauan dan identifikasi jurnal secara
sistematis dapat dilakukan dengan menggunakan metode studi kepustakaan sesuai dengan
langkah-langkah atau protokol yang ditetapkan dalam setiap proses.
Untuk melengkapi penelitian ini, peneliti mengumpulkan artikel jurnal di database
Google Scholar. Penggunaan jurnal dalam penulisan ini hanya yang diterbitkan dari tahun
terakhir 2013 hingga 2023. Pada langkah selanjutnya, peneliti memilih jurnal yang
berkaitan dengan tugas dalam rangka implementasi prinsip-prinsip ekonomi Islam pada
Perilaku Produsen.

3. Pembahasan
A. Implementasi Ekonomi Islam dalam Perilaku Produsen
Islam merupakan ajaran Ilahi yang bersifat integral (menyatu) dan komperehensif
(mencakup segala aspek kehidupan). Oleh sebab itu, Islam harus dilihat dan diterjemahkan
dalam kehidupan sehari-hari secara koprehensif pula. Semua pekerjaan atau aktivitas dalam
Islam, termasuk aktivitas ekonomi islam atau syari’ah, harus tetap dalam bingkai akidah
dan syari’ah (hukum-hukum Allah).
Aktivitas ekonomi islam atau syariah dalam bingkai akidah maksudnya adalah usaha
yang dilakukan oleh seorang muslim harus diniatkan dalam rangka ibadah kepada Allah
dengan penuh keikhlasan, kesabaran dan isti’anah (memohon pertolongan Allah).
Sedangkan aktivitas ekonomi dalam bingkai syariah (menurut aturan Allah) maksudnya,
dalam melakukan aktivitas ekonomi seseorang harus menyesuaikan diri dengan aturan
Alquran dan hadis.
Ekonomi Islam, pada awal mulanya merupakan lahir dari perkembangan fiqh
muamalah. Dalam kajian fiqih muamalah ditemukan aturan hukum Islam yang menyangkut
hubungan sesama manusia, yang terdiri atas aturan tentang jual beli, sewamenyewa, upah,
perjanjian/kontrak, perdagangan, titipan dan harga. Muara dari segala bentuk muamalah
dalam Islam pada dasarnya adalah berasal dari Nabi Muhammad saw. ketika beliau hijrah
dari Makkah ke Madinah. Di Madinah Rasulullah meletakkan fondasi hubungan muamalah
dalam Islam. Termasuk didalamnya, yang pada masa kontemporer ini mencuatnya gagasan
negara Islam atau ekonomi Islam
Wacana ekonomi Islam, mencuat dan mendapat perhatian dari kalangan pemikir Islam
dimulai pada awal tahun 1970-an. Hal ini ditandai dengan perintisan perbankan Islam oleh
Nawar Iqbal Qureshi pada tahun 1946 dan Naiem Siddiqi pada tahun 1948 serta Mahmud
Muhammad pada tahun 1952. Disusul al-Maududi (1950) dan Mahmud Uzair melalui
karyanya “A. Groundwork for Interest free Banking” pada tahun 1955.
Memasuki tahun 1970-an, wacana ekonomi Islam makin mendapatkan perhatian.
Semisal di Amerika Serikat lahir organisasi “The Association of Muslim Social Scientist
(AMSS) atas prakarsa “The Musliem Student’s Association of The United States and
Canada (MSA), sebagai wadah yang membicarakan sistem ekonomi, sosial dan pendidikan
menurut ajaran Islam. Pada tahun 1976 di Makkah diselenggarakan “International
Conference on Islamic Economics”. Kemudian dilanjutkan pada tahun berikutnya 1977 di
London juga diselenggarakan “International Economic Conference on Musliem World and
The Future Economic Order”. Sedangkan di Indonesia sendiri baru muncul sekitar 1982 di
Ujung Pandang.
Hakekatnya, ekonomi Islam juga tidak jauh berbeda dengan ekonomi pada umumnya
(konvensional). Ekonomi Islam, juga mengkaji tentang prilaku manusia dalam
menjatuhkan pilihan dan penggunaan sumber daya alam produktif. Hanya saja, ekonomi
Islam dalam menjatuhkan pilihan dan penggunaan sumber daya alam senantiasa didasarkan
pada ajaran-ajaran Islam yang terdapat dalam al-Qur'an dan al-Hadits. Dengan kata lain,
ekonomi Islam merupakan ilmu pengetahuan sosial yang mempelajari masalah-masalah
ekonomi yang diilhami oleh nilai-nilai Islam.
Pada dasarnya, prinsip dasar ekonomi Islam terdiri atas tiga hal yaitu prinsip tauhid,
khilafah dan al-‘adalah (keadilan). Oleh sebab itu, implementasi dari perilaku produsen
dalam ekonomi Islam haruslah berpegang penug terhadap prinsip-prinsip berikut:
1) Tauhid
Prinsip Tauhid mengajarkan pada manusia, bahwa segala sesuatu yang dimiliki oleh
manusia termasuk didalamnya harta kekayaan adalah semata-mata berasal dari Allah
SWT. yang bersifat nisbi/relatif. Sedangkan yang abadi dan mutlak hanya milik Allah
swt saja. Dengan demikian, tauhid merupakan ruh/fondasi dari ekonomi Islam.
2) Khilafah
Dalam konsepsi ekonomi Islam, manusia merupakan khalifah Allah swt di bumi.
Manusia diutus Allah swt ke bumi membawa misi menjadi seorang khalifah dalam arti
sebagai wakil Allah SWT. dan pemakmur bumi. Alam seisinya sebagai hasil ciptaan
Tuhan semata-mata hanya untuk manusia guna dikelola dan dimanfaatkan bagi
kesejahteraan umat. Implikasi dari prinsip khilafah ini yaitu: persaudaraan universal,
sumber daya alam adalah amanat, dan gaya hidup sederhana.
3) Al-‘Adalah (Keadilan)
Keadilan merupakan sesuatu yang tidak dapat dikompromikan, artinya keadilan
mempunyai urgensi yang teramat besar dalam kahidupan manusia. Dalam konteks
ekonomi Islam, keadilan disini adalah keadilan yang berarti kebebasan yang bersyarat
Islami. Kebebasan yang tidak terbatas akan mengakibatkan ketidakserasihan dalam
masyarakat. Jurang pemisah antara kaya dan miskin akan semakin tajam. Oleh sebab
itu, nilai-nilai keadilan haruslah senantiasa menjadi landasan dalam setiap kegiatan
ekonomi. Implikasi dari nilai-nilai keadilan yaitu: kebebasan manusia, perolehan
penghasilan dari sumber-sumber yang baik, distribusi pendapatan dan kekayaan yang
adil, serta pertumbuhan dan stabilitas
Dalam ekonomi Islam, keinginan manusia untuk mengumpulkan dan memperoleh harta
kekayaan adalah fitrah setiap manusia. Manusia diciptakan Allah meliputi jasmani dan
rohani. Oleh sebab itu, komponen yang menyusun manusia tersebut kebutuhannya
haruslah terpenuhi. Dorongan manusia untuk memperoleh harta kekayaan adalah tidak lain
di sebabkan oleh adanya keberadaan kebutuhan jasmani manusia agar tetap eksis di dunia.
Perilaku Produsen dalam sistem ekonomi Islam mengharuskan pada ketiga hal supaya
keadilan sebagai prinsip ekonomi Islam termanivestasi didalamnya

B. Dampak Ekonomi Islam terhadap perilaku Produsen


Ekonomi Islam sepakat bahwa tingkat “keshalehan” seseorang mempunyai korelasi
positif terhadap tingkat produksi yang dilakukan. Jika seseorang semakin meningkat nilai
keshalehannya maka nilai produktifitasnya juga semakin meningkat, begitu juga sebaliknya
jika keshalehan seseorang itu dalam tahap degradasi maka akan berpengaruh pula pada
pencapaian nilai produktifitas yang menurun.
Selama ini, kesan yang terbangun dalam alam pikiran kebanyakan pelaku ekonomi
apalagi mereka yang berlatar belakang konvensional melihat bahwa keshalehan seseorang
merupakan hambatan dan perintang untuk melakukan aktifitas produksi. Orang yang shaleh
dalam pandangannya terkesan sebagai sosok orang pemalas yang waktunya hanya
dihabiskan untuk beribadah dan tidak jarang menghiraukan aktifitas ekonomi yang
dijalaninya. Akhirnya, mereka mempunyai pemikiran negatif terhadap nilai keshalehan
tersebut. Mengapa harus berbuat shaleh, sedangkan keshalehan tersebut hanya membawa
kerugian (loss) bagi aktifitas ekonomi.
Sebuah logika berfikir yang salah dan perlu diluruskan. Pelurusan pemikiran tersebut
akan membawa hasil jika diacukan pada nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran Islam,
baik yang termaktub dalam al-Quran al-Karim ataupun as-Sunnah as-Shadiqah. Demikian
pula perilaku produsen yang berdasyarkan syariah dapat dilihat dari dua hal yaitu, apa yang
menjadi orientasi produksi dan nilai-nilai yang menjadi prinsip dasar dari suatu aktifitas
produksi.
Baqir Sadr berpendapat bahwa ilmu ekonomi dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu:
Perbedaan ekonomi islam dengan ekonomi konvesional terletak pada filosofi ekonomi,
bukan pada ilmu ekonominya. Filosofi ekonomi memberikan pemikiran dengan nilai-nilai
islam dan batasan-batasan syariah, sedangkan ilmu ekonomi berisi alat-alat analisis
ekonomi yang dapat digunakan. Dengan kata lain, faktor produksi ekonomi islam dengan
ekonomi konvesional tidak berbeda, yang secara umum dapat dinyatakan dalam faktor
produksi tenaga kerja, faktor produksi bahan baku dan bahan penolong, serta faktor
produksi modal.
Kegiatan produksi terkait seluruhnya dengan syariat Islam, dimana seluruh kegiatan
produksi harus sejalan dengan tujuan dari konsumsi itu sendiri. Konsumsi seorang muslim
dilakukan untuk mencari falah (kebahagiaan) demiian pula produksi dilakukan untuk
menyediakan barang dan jasa guna falah tersebut. Adapun implikasi mendasar bagi
kegiatan produksi dan perekonomian secara keseluruhan, yaitu:
1) Seluruh kegiatan produksi terikat pada tataran nilai moral dan teknikal yang Islami.
2) Kegiatan produksi harus memperhatikan aspek sosial kemasyarakatan.
3) Permasalahan ekonomi muncul bukan saja karena kelangkaan tetapi lebih kompleks.
Kegiatan produksi dalam perspektif Islam bersifat alturistik sehingga produsen tidak
hanya mengejar keuntungan maksimum saja. Produsen harus mengejar tujuan yang lebih
luas sebagaimana tujuan ajaran Islam yaitu falah didunia dan akhirat. Kegiatan produksi
juga harus berpedoman kepada nilai-nilai keadilan dan kebajikan bagi masyarakat.

C. KESIMPULAN
Aturan Islam tentang keuangan (ekonomi) lebih banyak bersifat umum. Hal ini
memberikan peluang dan ruang bagi umat Islam untuk mengembang kreasinya di berbagai
bidang ekonomi. Penekanan Alquran dan hadis hanya kepada substansi yang terkandung di
dalam aktivitasnya serta sasaran yang akan dicapai. Prinsip-prinsip syariah (muamalah)
terkait dengan ekonomi dan keuangan, bertujuan memberi kemaslahatan yang seimbang
secara holistik; mencakup keseimbangan pisik dengan mental, material dengan spiritual,
individu dengan sosial, masa kini dengan masa yang akan datang, serta dunia dengan
akhirat. Untuk mencapai kemaslahatan yang seimbang dan holistik dalam berbagai aspek
kehidupan manusia yang merupakan tujuan ekonomi dalam Islam, Islam memberi rambu-
rambu yang jelas dalam melakukan interaksi dan transaksi. Misalnya, kegiatan ekonomi
dilandasi tauhid, adil, asas kebolehan dan kebebasan, berorientasi pada kemaslahatan,
bebas dari riba (eksploitasi manusia), jelas; objek, harga, dan nilainya.
DAFTAR PUSTAKA

Byarwati, A., & Sawarjuwono, T. (2013). Ekonomi Islam atau Iqtishad?. Jurnal Ekonomi,
Manajemen dan Akuntansi Islam: IMANENSI. Vol. 1 No. 1.
Cholidiyah, N., & Mulyawisdawati, R. A. (2018). Perilaku Produsen Menurut Yusuf Qordhowi
dan Karl Marx. Jurnal Ekonomi Islam. Vol. 5 No. 2.
Hamzah K. (2015). Urgensi Teori Produksi dan Perilaku Produsen dalam Perspektif Islam.
Jurnal Muamalah. Vol. 5 No. 1.
Haqiqi, P. F., & Kurniawan, R. R. (2022). Sejarah Ekonomi Islam pada Masa Rasulullah dan
Khalifah Abu Bakar Ash-Shidiq. Al-Ibar: Artikel Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam. Vol
1 No. 1.
Jatmiko, H., & Asriati, N. (2023). Perilaku Produsen Berbasis Sumber Daya Manusia dalam
Dunia Industri. Jurnal Alwatzikhoebillah: Kajian Islam, Pendidikan, Ekonomi,
Humaniora. Vol. 9 No. 2.
Kambali, M. (2021). Konsep Kepemilikan dan Distribusi Pendapatan dalam Sistem Ekonomi
Islam. Al-Iqtishod: Jurnal Pemikiran dan Penelitian Ekonomi Islam. Vol. 9 No. 2.
Munif, A. (2021). Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam. Jurnal Alsyirkah (Jurnal Ekonomi
Syariah). Vol. 2 No. 1.
Mursal. (2015). Implementasi Prinsip-Prinsip Ekonomi Syariah: Alternatif Mewujudkan
Kesejahteraan Berkeadilan. Jurnal Perspektif Ekonomi Darussalam. Vol. 1 No. 1.
Muzlifah, E. (2013). Maqashid Syariah Sebagai Paradigma Dasar Ekonomi Islam. Economic:
Jurnal Ekonomi dan Hukum Islam. Vol. 3 No. 2.
Nadila., Abubakar, A., Basri, H. (2016). Analisis Konsep Perilaku Produsen Dalam Hukum
Ekonomi Islam Perspektif Al-Qur’an. Al-Amwal: Journal of Islamic Economic Law. Vol.
8 No. 2.
Pardanawati, S. L. (2015). Perilaku Produsen Islam. Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam. Vol. 1 No.
1.
Sodikin. (2023). Telaah Terhadap Prinsip Ekonomi Islam Perspektif Al-Qur’an Melalui Kajian
tafsir Ahkam. IJMA: Indonesian Journal of Management and Accounting. Vol. 4 No. 1.

Anda mungkin juga menyukai