NIM : 1931710094
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Islam
Program Studi : Ekonomi Syari’ah 5
Semester : VIII (Delapan)
MATERI 3 : KEILMUAN
A. Ekonomi Mikro Islam
1. Pengertian dan Ruang Lingkup
a) Pengertian Ekonomi Mikro Islam
Ekonomi Mikro Islam adalah cabang ilmu ekonomi Islam yang mempelajari
perilaku muslim baik sebagai konsumen maupun sebagai produsen dalam
mengorganisir konsumsi dan produksi yang dituntun oleh ajaran Islam dalam rangka
memperoleh kesejahteraan dunia-akhirat.1
1
Syaparuddin, Ilmu Ekonomi Mikro Islam (Yogyakarta: TrustMedia Publishing, 2017), 17.
2
Nurul Huda, Teori Ekonomi Mikro Islam dan Ruang Lingkup. Edisi 1, hal. 18-19.
2. Teori Konsumsi dalam Islam
Konsumsi secara umum didefinisikan dengan penggunaan barang dan jasa untuk
memenuhi kebutuhan manusia. Dalam ekonomi islam konsumsi juga memiliki pengertian
yang sama, tapi memiliki perbedaan dalam setiap yang melingkupinya. Perbedaan
mendasar dengan konsumsi ekonomi konvensional adalah tujuan pencapaian dari konsumsi
itu sendiri, cara pencapaiannya harus memenuhi kaidah pedoman syariah. Konsumsi dalam
Islam adalah pemenuhan kebutuhan baik jasmani maupun rohani untuk memaksimalkan
fungsi kemanusiaannya sebagai hamba Allah SWT. dalam rangka untuk mencapai falah.
Instrumen utama yang digunakan untuk mencapai falah adalah maslahah. Karena itu, para
konsumen muslim wajib peduli terhadap maslahah dalam melakukan setiap kegiatan
konsumsi.
Islam telah mengatur bagaimana pola konsumsi sesuai dengan syariah yang telah
ditetapkan oleh Al-Qur’an dan As-Sunnah. Dalam Islam, yang dikonsumsi adalah barang
atau jasa yang halal, bermanfaat, tidak mubadzir, tidak berlebih-lebihan (secukupnya) dan
tidak menimbulkan kemudharatan untuk memaksimalkan maslahah, yakni ada kebaikan
yang dirasakan seseorang bersama pihak lain. Apabila hendak mengonsumsi suatu barang,
maka hendaklah memikirkan manfaatnya secara fisik dan non-fisik (pahala dan berkah).
Dengan melakukannya Insya Allah maslahah dapat tercapai. Menurut Mannan, Prinsip-
prinsip konsumsi dalam Islam ada 5, yaitu: keadilan, kebersihan, kesederhanaan,
kemurahan hati, dan moralitas.
3
Muhammad Turmudi, “Produksi Dalam Perspektif Ekonomi Islam ”, dalam ISLAMADINA edisi no. 1, Vol. XVIII,
2017. h. 46
mengonsumsi barang)
b) Teori Penawaran Islam
Teori penawaran adalah adalah teori yang menerangkan sifat penjual dalam
menawarkan barang yang akan dijual. Penawaran adalah banyaknya barang yang
ditawarkan oleh penjual pada suatu pasar tertentu, pada periode tertentu dan pada
tingkat harga tertentu atau dengan kata lain penawaran adalah jumlah barang dan jasa
yang tersedia untuk dijual pada berbagai tingkat harga dan waktu tertentu.
Hukum penawaran menunjukkan jumlah yang akan di jual pada harga tertentu.Di
dalam hukum penawaran menyatakan bahwa apabila harga sesuatu barang meningkat,
kuantitas barang ditawar akan meningkat dan apabila harga sesuatu barang menurun,
kuantitas barang yang ditawar akan menurun (Ceteris paribus yaitu berlaku dengan
adanya persyaratan tertentu atau berlaku bila keadaan lainnya tidak berubah).
Beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran suatu barang yaitu: Harga
barang itu sendiri, biaya produksi, jumlah produsen, ekspektasi, teknologi, bencana
alam. Di dalam faktor penawaran dalam Islam terdapat sebuah faktor tambahan, yaitu
maslahah. Pengaruh ini bergantung pada tingkat keimanan dari produsen, jika jumlah
maslahah yang terkandung dalam barang yang diproduksi semakin meningkat maka
produsen muslim akan memperbanyak jumlah produksinya.
4
Suwandi, “Pasar Islam (Kajian Al-Quran Dan Sunnah Rasulullah SAW)”, dalam Jurnal Al-Risalah,
no.1, Vol.XVI, 2016.
B. Ekonomi Makro Islam
1. Pengertian dan ruang Lingkup
a) Pengertian Ekonomi Makro Islam
Ekonomi Makro Islam adalah ilmu yang mempelajari mekanisme bekerjanya
perekonomian secara keseluruhan (agregat) yang berdasarkan prinsip Syariah.
b) Ruang Lingkup Ekonomi Makro Islam
1) Penentu kegiatan Ekonomi Negara
Kemampuan produksi produk ataupun jasa dari suatu negara. Rincian
pembahasannya yaitu mulai dari pengeluaran pemerintah, pengeluaran perusahaan
atau investasi, pengeluaran konsumsi rumah tangga, serta ekspor dan impor.
2) Menganalisis kegiatan ekonomi seperti pengeluaran menyeluruh (agregat),
pertumbuhan ekonomi, inflasi, pengangguran, perdagangan internasional.
3) Kebijakan Pemerintah
Kebijakan Fiskal dan kebijakan moneter.
6. Kebijakan Moneter
Kebijakan moneter adalah kebijakan pemerintah untuk memperbaiki keadaan
perekonomian melalui pengaturan jumlah uang beredar. Kebijakan moneter terbagi
menjadi 2, yaitu :
1) Kebijakan moneter ekspansif : Suatu kebijakan dalam rangka menambah jumlah uang
yang beredar. Kebijakan ini dilakukan untuk mengatasi pengangguran dan
meningkatkan daya beli masyarakat (permintaan masyarakat) pada saat perekonomian
mengalami resesi atau depresi. Kebijakan ini disebut juga dengan kebijakan moneter
longgar.
2) Kebijakan moneter kontraktif : Suatu kebijakan dalam rangka mengurangi jumlah uang
yang beredar. Kebijakan ini dilakukan pada saat perekonomian mengalami inflasi.
Kebijakan ini disebut juga dengan kebijakan uang ketat.
Berikut adalah beberapa instrument kebijakan moneter dalam ekonomi Islam, antara
lain:
1) Reserve Ratio
Reserve Ratioadalah suatu presentase tertentu dari simpanan bank yang harus
dipegang oleh bank sentral, misalnya 5 %. Jika bank sentral ingin mengontrol jumlah
uang beredar, dapat menaikkan RR misalnya dari 5 % menjadi 20 %, yang dampaknya
sisa uang yang ada pada komersial bank menjadi lebih sedikit, begitu sebaliknya.
2) Moral Suassion
Upaya Bank sentral membujuk bank-bank untuk meningkatkan permintaan kredit
sebagai tanggung jawab mereka ketika ekonomi berada dalam keadaan depresi.
Dampaknya, kredit dikucurkan maka uang dapat dipompa ke dalam ekonomi.
3) Lending Ratio
Maksud dari pinjaman disini memiliki pemahaman bahwa peminjaman lebih dititik
beratkan pada pinjaman kebaikan.
4) Profit Sharing Ratio (Rasio bagi keuntungan)
Sebuah rasio bagi keuntungan yang ditetapkan sebelum memulai suatu bisnis. Bank
sentral dapat menggunakan profit sharing ratio sebagai instrument moneter, dimana
ketika bank sentral ingin meningkatkan jumlah uang beredar, maka ratio keuntungan
untuk nasabah akan ditingkatkan.
5) Surat Berharga Syariah Negara atau Sukuk Negara (SBSN)
SBSN merupakan obligasi negara yang di terbitkan oleh pemerintah Republik Indonesia
berdasarkan prinsip syariah. SBSN merupakan instrument utang piutang tanpa riba.
Ketika terjadi inflasi, pemerintah akan mengeluarkan sukuk lebih banyak sehingga uang
akan mengalir ke bank sentral dan jumlah uang beredar akan tereduksi. Jadi sukuk
memiliki kapasitas untuk menaikkan atau menurunkan jumlah uang beredar.
6) Government Investment Certificate, instrumen ini merupakan pengganti treasury bill
yang dikeluarkan oleh Menteri Keuangan dan dijual oleh bank sentral. Namun dalam
hukum syariah, instrument tersebut dilarang. Sehingga diganti dengan GIC dengan
sistem bunga.
7. Keseimbangan Umum dalam Ekonomi Islam
Dalam keseimbangan umum, secara singkat memberikan penjelasan bagaimana
sebuah sektor perekonomian berada dalam keseimbangan yang dibuktikan melalui
permintaan dan penawarannya. Harga keseimbangan akan ditentukan melalui mekanisme
penawaran dan permintaan.
Dalam ekonomi Islam keseimbangan yang muncul adalah ketika seorang muslim
memilii harta maka muslim hendaknya memelihara hartanya, tidak boros, tetapi pada saat
yang sama tidak dibolehkan menahannya sehingga mengorbankan kepentingan pribadi atau
orang lain yang membutuhkan. Landasan ini menjadi hal yang penting dalam mengatur
keseimbangan dari pihak konsumen, dan mampu mengatur bagaimana kebutuhannya
selama hidup di bumi.
Dalam Islam, selain bunga dilarang, ada berkah dan manfaat atau maslahah lainnya
yang diutamakan dalam proses permintaan dan penawaran. Nilai-nilai yang dilakukan di
dalamnya harus ada dalam ruang lingkup halal, utilitas, maslahah dan keadilan. Terdapat
berbagai keinginan konsumen yang perlu disesuaikan, namun prinsip Islam telah
mengaturnya termasuk bagaimana proses mengatur keinginan membeli ataupun menjual
suatu barang.
C. Fikih Muamalah
1. Pengertian, Ruang Lingkup dan Urgensi Mempelajari Fikih Muamalah
a) Pengertian Fikih Muamalah
Fikih muamalah adalah hukum-hukum yang berkaitan dengan tata cara
berhubungan antarsesama manusia, baik hubungan tersebut bersifat kebendaan maupun
dalam bentuk perjanjian perikatan.
4. Akad Tijari
Akad tijari adalah akad atau perjanjian transaksi yang fokusnya adalah keuntungan
komersial. Akad Tijari terdiri dari akad jual beli, akad bagi hasil, dan akad sewa.
a) Akad jual beli
Jual beli adalah saling menukar harta dengan harta dalam bentuk pemindahan milik.
1) Murabahah
Murabahah adalah sebuah proses transaksi jual-beli barang ketika harga asal dan
keuntungan telah diketahui dan disepakati oleh kedua belah pihak sebelumnya.
2) Salam
Salam adalah menjual suatu barang yang ciri-cirinya disebutkan dengan jelas dengan
pembayaran modal terlebih dahulu, sedangkan barangnya diserahkan di kemudian
hari.
3) Istishna
Istishna adalah kontrak jual beli antara penjual dan pembeli di mana pembeli
memesan barang dengan kriteria yang jelas dan harganya yang dapat diserahkan
secara bertahap atau dapat juga dilunasi.
5. Akad Tabarru’
Akad Tabarru adalah akad atau perjanjian transaksi yang tidak berfokus pada
keuntungan. Tujuan dari transaksi ini adalah mendapatkan pahala dan ridha dari Allah.
a) Akad Qardh
Akad Qardh adalah akad antara dua pihak dimana pihak pertama menyerahkan uang
atau barang kepada pihak kedua, guna dimanfaatkan dengan ketentuan bahwa uang atau
barang tersebut harus dikembalikan persis seperti apa yang ia terima dari pihak pertama.
b) Akad rahn
Gadai (rahn) adalah menahan barang jaminan yang bersifat materi milik si peminjam
(rahin) sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya, dan barang yang diterima
tersebut bernilai ekonomis sehingga pihak yang menahan (murtahin) memperoleh
jaminan untuk mengambil kembali seluruh atau sebagian utangnya dari barang
dimaksud, bila pihak yang menggadaikan tidak membayar utang pada waktu yang telah
ditentukan.
c) Akad Wakalah
Wakalah adalah akad penyerahan kekuasaan yang pada akad itu seseorang menunjuk
orang lain sebagai penggantinya dalam bertindak.