BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Berbicara tentang teori penawaran dalam kerangka ekonomi Islam
Asia. Karena itulah perlu kiranya kita menjelaskan di sini bebarapa asumsi yang
memiliki implikasi dalam aspek penawaran.
Pertama, homo economicus. Dalam ekonomi konvensional, para pelaku
dan pemain ekonomi (economic agent) dipandang sebagai suatu makhluk
ekonomi yang berusaha untuk melampiaskan keinginannya dengan cara apapun.
Nafsu ingin memenuhi segala keinginannya dan cara yang dipakai untuk
memenuhinya seringkali atau pada umumnya tidak dihubungkan secara
langsung atau tidak langsung dengan norma moral, baik yang diambil dari
ajaran agama maupun dari filsafat (etiket). Hal ini menimbulkan dorongan tanpa
batas untuk melakukan eksplorasi dan eksploitasi terhadap sumber-sumber daya
yang tersedia di alam bagi pemenuhi keinginan manusia. Selama usaha manusia
dipertaruhkan untuk memenuhi keinginannya, mengejar keuntungan dalam teori
penawaran, selama itu pula ia dianggap sebagau sebuah usaha yang baik. Hal ini
menimbulkan pengurasan sumber daya alam yang tersedia sehingga berakibat
pada terancamnya keseimbangan ekologi terutama bagi generasi mendatang.
Dalam perspektif ekonomi Islam, manusia diinjeksi dengan norma moral
Islam sehingga nafsu untuk memenuhi keinginannya tidak selalu dipenuhi.
Demikian juga cara untuk memenuhi keinginan tersebut senantiasa dikaitkan
dengan norma moral Islam yang sellau menemaninya ke mana saja dan di mana
saja. Karena itu, semua barang dan jasa yang diproduksi dan ditawarkan ke
pasar mencerminkan kebutuhan riil dan sesuai dengan tujuan syariah itu sendiri
(maqoshidu syariah). Dalam perspektif ini tidak dimungkinkan produksi barang
yang tidak berguna secara syari.
efisien.
Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut penulis menemukan beberapa permasalahan di
antaranya:
1. Bagaimana perbandingan penawaran pada ekonomi konvensional dan
Islam?
2. Bagaimana dan apa saja yang diterapkan dalam penawaran ekonomi
Islam?
3. Apa yang menjadi keungulan Ekonomi Islam dalam penawarannya?
BAB II
PEMBAHASAN
2 ibid
Seperti halnya pada permintaan yang diturunkan dari fungsi konsumsi, maka
teori penawaran hakikatnya adalah derivasi dari prilaku individu-individu
perusahaan dalam analisa biayanya. Pada bagian-bagian di muka telah
diterangkan bahwa tidak ada perusahaan yang bersedia berproduksi ketika tingkat
harga yang berlaku lebih kecil daripada biaya variable rata-rata. Jadi, setiap
perusahhan hanya akan berproduksi jika harga yang berlaku lebih tinggi daripada
biaya variable rata-ratanya. Pada dasarnya terdapat garis harga yang yang tak
terbatas jumlahnya di atas titik perpotongan antara kurva biaya marginal dengan
kurva biaya variable rata-rata. Dari sinilah kita dapat menemukan beberapa
kuantitas yang dapat ditawarjan pada setiap tingkatan harga.
A. Penawaran Dalam Ilmu Ekonomi Konvensional
Pengertian, Hukum Dan Teori Penawaran
1.
tidak berubah) Hukum ini menunjukkan wujud hubungan positif antara tingkat
harga dan kuantitas barang yang ditawar. Hal ini disebabkan karena harga
yang tinggi memberi keuntungan yang lebih kepada produsen, jadi produsen
akan menawarkan lebih banyak barang. Harga yang tinggi, menyebabkan
produen berpendapat barang tersebut sangat diminta oleh konsumen tetapi
penawarannya kurang di pasaran. Produsen akan menambahkan penawaran
untuk memenuhi permintaan.
Teori penawaran yaitu teori yang menerangkan sifat penjual dalam
menawarkan Barang yang akan di jual. Gerakan sepanjang dan pergeseran
kurva penawaran Perubahan dalam jumlah yang ditawarkan dapat berlaku
sebagai akibat dari pergeseran kurva penawaran.3
Pengertian penawaran rnenurut Richard H, Lefwich dalan bukunya Uikro
Ekononi (terjemahan) mengatakan bahwa : "Penawaran adalah merupakan
berbagai kuantitas baranq yang akan dijual oleh penjual di pasar dengan
berbagai kemungkinan harga, sedang keadaan lain dianggap tetap Lidak
berubah."4
Menurut Winardi dalan bukunya Kamus Ekonorni mengatakan bahwa:
Penawaran adalah Jumlah benda tertentu yang para penjual bersedia
3
rnenjualnya pada pasar tertentu dan pada saat tertentu dan Kadang-kadang
digunakan untuk.jumlah yang ditawarkan dengan harga tertentu,
2.
tingkat teknologi, jumlah produsen di pasar, harga bahan baku, serta harapan,
spekulasi, atau perkiraan. Di antara faktor-faktor di atas, harga barang
dianggap sebagai faktor terpenting dan sering dijadikan acuan untuk
melakukan analisis penawaran. Harga berbanding lurus dengan jumlah
penawaran. Jika harga tinggi, maka produsen akan berlomba-lomba
menjajakan barangnya sehingga penawaran meningkat. Sementara itu, jika
harga turun, maka produsen akan menunda penjualan atau menyimpan
produknya di gudang sehingga jumlah penawaran akan berkurang.
Faktor teknologi akan mempengaruhi output barang atau jasa yang akan
dihasilkan produsen. Semakin tinggi teknologi, semakin cepat barang
dihasilkan,
maka
semakin
besar
pula
penawaran
yang
terjadi.
Harga-harga barang lain, termasuk di antaranya harga bahan baku, juga ikut
mempengaruhi penawaran. Semakin mahal harga bahan baku, semakin mahal
pula harga produk yang dihasilkan. Namun biasanya, kenaikan harga bahan
baku cenderung mengurangi keuntungan yang diterima oleh produsen,
sehingga produsen akan mengurangi tingkat produksi dan mengurangi tingkat
penawaran.
produsen
untuk
meningkatkan
produksinya
dan
kemudian
Sx
Qs
1
umum
tidak
banyak
perbedaan
antara
teori
permintaan
konvensional dengan Islami sejauh hal itu dikaitkan dengan variabel atau faktor
yang turut berpengaruh terhadap posisi penawaran. Bahkan bentuk kurva secara
umum pada hakekatnya sama. Satu aspek penting yang memberikan suatu
perbedaan dalam pespektif ini kemungkinan besara berasal dari landasan filosofi
5 Op-cit
10
dan moralitas yang didasarkan pada premis nilai-nilai Islam. Yang pertama
adalah bahwa Islam memandang manusia secara umum, apakah sebagai
konsumen atau produsen, sebagai suatu objek yang terkait dengan nilai-nilai.
Nilai-nilai yang paling pokok yang didorong oleh Islam dalam kehidupan
perekonomian adalah kesederhanaan, tidak silau dengan gemerlapnya
kenikmatan duniawi (zuhud) dan ekonomis (iqtishad). Inilah nilai-nilai yang
seharusnya menjadi trend gaya hidup Islamic man. Yang kedua adalah normanorma Islam yang selalu menemani kehidupan manusia yaitu halal dan haram.
Produk-produk dan transaksi pertukaran barang dan jasa tunduk kepada norma
ini. Hal-hal yang diharamkan atas manusia itu pada hakekatnya adalah barangbarang atau transaksi-transaksi yang berbahaya bagi diri mereka dan
kemaslahatannya. Namun demikian, bahaya yang ditimbulkan itu tidak selalu
dapat diketahui dan dideteksi oleh kemampuan indrawi atau akal manusia dalam
jangka pendek. Sikap yang benar dalam menghadapi persoalan ini adalah
kepatuhan kepada diktum disertai pencarian hikmah di balik itu.
Dengan kedua batasan ini maka lingkup produksi dan pada gilirannya
adalah lingkup penawaran itu sendiri dalam ekonomi Islam menjadi lebih
sempit dari pada yang dimiliki oleh ekonomi konvensional. Dengan demikian
terdapat dua penyaringan (filtering) yang membuat wilayah penawaran
(domain) dalam ekonomi Islam menyempit yaitu filosofi kehidupan Islam dan
norma moral Islam.
Dalam khasanah pemikiran ekonomi islam klasik, penawaran telah
dikenali sebagai kekuaatan penting di dalam pasar. Ibnu Taimiyyah, misalnya
11
1. Mashlahah
Pengaruh mashlahah terhadap penawaran pada dasarnya akan tergantung
pada tingkat keimanan produsen, jika jumlah mashlahah yang terkandung
dalam barang yang diproduksi semakin meningkat maka produsen muslim
akan memperbanyak jumlah produksinya cateris paribus.
2. Keuntungan
Keuntungan merupakan bagian dari mashlahah karenan ia dapat
mengakumulasi modal yang pada akhirnya dapat digunakan untuk
berbagai aktivitas lainnya dengan kata lain keuntungan akan menjadi
tambahan modal guna memperoleh mahlahah lebih besar lagi untuk
mencapai falah.
Faktor-faktor yang mempengaruhi keuntungan adalah anatra lain :
a. Harga Barang
Jika harga turun, maka produen akan cenderung mengurangi
penawarannya sebab tingkat keuntungan yang diperoleh juga akan
turun.
b. Biaya Produksi
Jika biaya turun, caterisparibus maka keuntungan produsen /penjual
akan
meningkat
yang
seterusnya
akan
mendorongnya
untuk
12
ini
mendorong
produsen
untuk
menaikkan
penawaraanya.
Dalam ekonomi Islam diketahui bahwa ada 4 hal yang dilarang dalam
menjalankan aktivitas ekonomi, yaitu : mafsadah, gharar, maisir, dan transaksi
riba. Mafsadah, gharar dan maisir sebagai tindakan yang menyebabkan
kerusakan (negative externalities) sebagai akibat yang melekat dari suatu
aktivitas produksi yang hanya memperhatikan keuntungan semata, walaupun
sudah dikemukakan, namun tidak tercerminkan dengan baik di dalam konsep
dan model dalam ekonomi Islam, sehingga sisi ini akan mendapat perhatian
lebih banyak. Sedangkan pelarangan terhadap transaksi riba tidak akan begitu
mewarnai pembahasan tentang konsep biaya produksi dalam Islam, Sehingga
makalah ini akan lebih banyak mencoba membuktikan bagaimana dampak
positif terhadap tingkat efisiensi produk apabila dalam proses produksi sebuah
perusahaan yang sesuai syariah tidak melakukan hal-hal yang menyebabkan
terjadinya mafsadah, gharar dan maisir.
Adapun konsep Penawaran merupakan bentuk perilaku ekonomi yang
sangat penting dalam teori ekonomi, baik makro maupun mikro. Konsep ini
juga dapat menjelaskan hubungannya dengan perilaku produsen dalam
13
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari pembahasan-pembahasan sebelumnya penulis menyimpulkan bahwa:
Untuk mewujudkan transaksi dalam pasar yang Islami, analisis permintaan
saja belumlah cukup, untuk itu perlu adanya analisis penawaran. Permintaan
akan wujud apabila ada barang-barang dan jasa-jasa yang disediakan oleh
penjual (penawar). Akan tetapi, dalam kenyataanya jumlah suatu barang yang
ditawarkan tidak hanya dipengaruhi oleh harga barang itu sendiri tetapi dapat
6 ibid
14
Saran
Dari kesimpulan di atas penulis menyarankan bahwa:
Kita harus melihat dampak positif terhadap tingkat efisiensi produk
apabila dalam proses produksi sebuah perusahaan yang sesuai syariah tidak
melakukan hal-hal yang menyebabkan terjadinya mafsadah, gharar dan maisir.