Anda di halaman 1dari 14

KONSEP BUDAYA DALAM PERILAKU KONSUMEN DAN STRATEGI PEMASARAN

Disusun untuk memenuhi Mata Kuliah Perilaku Konsumen


Dosen Pengampu: Muhammad Qoes Atieq, MBA

Disusun oleh: Kelompok 1

Rudi Adi Wijaya 2020310003


Ahmad Azka 2020310013
Sri Wahyu Taskia 2020310015
Sinta Dwi Ariyani 2020310020
Niswatus Sa’adah 2020310032

A6MBR

PROGAM STUDI MANAJEMEN BISNIS SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
2023
BAB I
PENDAHULUAN
Pada era sekarang ini Perilaku konsumen menjadi sebuah fenomena yang bagus
dan unik untuk dipelajari oleh pelaku wirausaha dan perusahaan. Perilaku konsumen
kebutuhan eksplorasi dan persepsi tingkah laku karena merupakan penggambaran
perilaku yang dipengaruhi oleh elemen dari dalam dan dari luar diri seseorang. Hal ini
cenderung memperlihatkan bahwa perilaku konsumen merupakan beberapa fase atau
tahapan dari beberapa teori ekonomi dan pemasaran, karena semua pergerakan
kegiatan ekonomi yang dilakukan tentang tujuan dari sikap perilaku konsumen atau
keputusan pelanggan. Ada beberapa persepsi yang berbeda tentang keputusan
konsumen. Salah satu perspektif konsumen yang secara signifikan mempengaruhi
tindakan ekonomi adalah pilihan pembelian yang dilakukan oleh konsumen, karena
melihat bagaimana motivasi konsumen dibalik tindakan ekonomi yang mencakup
beberapa siklus produksi dalam pemasaran, dengan tujuannya adalah untuk melihat
keputusan konsumen.Untuk memahami perilaku konsumen, perusahaan perlu
memahami aspek psykologi dan sosiologis pembeli, bagaimana pembeli sebelum
menentukan pilihan untuk membeli suatu barang. Perusahaan harus mengenal karakter
dan sikap perilaku konsumen. Koetler dan Armstrong menyatakan bahwa pilihan
pembelian pembeli sangat dipengaruhi oleh faktor budaya (culture), sosial, pribadi dan
psikologis dari pembelian tersebut.
Manusia sebagai konsumen bersikap dan berperilaku tidak terlepas dari nilai-
nilai yang mereka anut, baik itu nilai spiritual (keagamaan) maupun nilai-nilai sosial
dan budaya. Nilai-nilai sosial dan budaya tersebut merupakan hasil interaksi antara
individu dengan anggota masyarakat lainnya, yang kemudian mewujud dalam berbagai
bentuk budaya seperti artefak, seni, upacara-upacara, bahasa, ataupun values. Nilai-nilai
yang diyakini tersebut akan menentukan apa yang dianggap baik dan buruk oleh
seseorang, dan masyarakat di sekitarnya, sehingga menjadi referensi dalam bersikap,
dan bertingkah laku. Dalam konteks pemasaran, budaya dapat dilihat sebagai suatu
aspek makro yang berpengaruh pada pengambilan keputusan individual konsumen.
Sesungguhnya dampak budaya terhadap pemasaran bukan hanya berlaku pada sisi
konsumen saja, namun juga dapat berpengaruh pada kebijakan perusahaan atau
pemasar. Perusahaan ketika menentukan suatu kebijakan berdasarkan pemahaman
mereka atas budaya masyarakat dan budaya perusahaan.
Namun demikian, pada pembahasan ini lebih ditekankan pada pengaruh budaya
pada perilaku konsumen, yang artinya dari sudut pandang perilaku konsumen saja.
Sebagai contoh nyatanya kita mungkin menemukan bagaimana masyarakat Indonesia
menerima budaya lain, mengadopsinya dalam bentuk konsumsi atas ide, konsep, dan
pemilikan benda-benda. Kita bisa melihat seberapa banyak masyarakat Indonesia yang
menggunakan pakaian yang mengikuti trend seperticelana jin, rok mini, mengkonsumsi
fast food seperti Hamburger, KFC, ataupun Pizza Hut yang identik dengan budaya barat
khususnya budaya Amerika. Demikian juga masyarakat Indonesia mulai banyak
menggunakan atraksi kesenian Barongsai dll. Namun dalam study kasus yang kita ambil
pada materi konsep budaya dalam perilaku konsumen dan strategi pemasaran yaitu
mengenai trend pakaian di era digitalisasi.(Ekonomi and Muhammadiyah 2008)
BAB II
MATERI
a. Budaya
Kata budaya berasal dari kata kerja Latin colere (Inggris: culture) yang
berarti mengerjakan tanah, mengolah dan memelihara ladang. Tetapi dalam
perkembangannya kata ini mengalami perluasan arti sehingga mencakup juga
aktivitas rohani manusia. Sehingga budaya, tidak hanya terkait dengan aspek
jasmani namun juga rohani.
Koentjaraningrat mengartikan kebudayaan sebagai keseluruhan gagasan
dan karya manusia yang harus dibiasakannya dengan belajar, beserta
keseluruhan dari hasil budi dan karyanya. Lebih lanjut, budaya memiliki tiga
wujud. Pertama, budaya itu sebagai suatu komplek ide, gagasan, nilai, norma dan
peraturan. Kedua, budaya sebagai suatu kompleks aktivitas kelakuan berpola
manusia dalam masyarakat dan ketiga, budaya sebagai benda-benda hasil karya
manusia.
Hofstede, menyatakan bahwa budaya adalah”keseluruhan interaksi dari
karakteristik umum yang mempengaruhi respon kelompok terhadap
lingkungannya”. Dalam pandangan ilmuwan Hofstede, budaya adalah sesuatu
yang biasa diketahui oleh anggota kelompok atau klaster dan mereka mengerti
mengenai batasnya yang bisa membedakan anggota kelompok satu dengan
anggota kelompok yang lain. Selain itu Budaya didefinisikan sebagai value,
tradisi, norma, kebiasaan, seni, sejarah dan pranata dari sekelompok orang.
Memahami budaya membantu kita dalam memahami bagaimana orang
lain menginterpretasikan lingkungan mereka. Budaya, dapat membentuk orang
dalam melihat dunianya dan bagaimana hal tersebut dapat berfungsi dalam
dunia tersebut. Budaya dapat membentuk personal values, group values serta
sikap termasuk dalam hal ini apa yang dapat berjalan dengan baik, ataupun tidak
berjalan dengan baik, apa yang dapat membantu dan tidak membantu dan apa
memberi arti dan mana yang tidak memberikan arti.
Budaya juga memberikan panduan umum untuk berperilaku dan
bertindak dalam situasi tertentu yang diterima oleh masyarakat. Budaya
mempengaruhi bagaimana kita berinteraksi dan bersosialisasi dengan anggota
yang lain dalam suatu masyarakat. Sedangkan Tse, et al., 1989 mendefinisikan
Budaya merupakan alat yang ampuh untuk membangun motivasi, gaya hidup,
dan pilihan produk. (Ekonomi and Muhammadiyah 2008)

Dampak budaya, sangatlah natural dan otomatis pengaruhnya terhadap


perilaku manusia seakan seperti terjadi dengan sendirinya. Budaya ada untuk
memuaskan kebutuhan manusia. Budaya menawarkan perintah, petunjuk, dan
arahan dalam semua fase pemecahan persoalan manusia dalam memuaskan
kebutuhan fisiologi, personal dan kebutuhan sosial. Kepercayaan, nilai-nilai, dan
kebiasaan akan diikuti selama mereka memberikan kepuasan kepada anggota
masyarakat. Ketika standar atau aturan tertentu tidak lagi memuaskan anggota
masyarakat, hal itu dapat dimodifikasi ataupun digantikan se hingga standar
budaya menjadi lebih sejalan dengan kebutuhan pada saat ini. Sehingga budaya
secara perlahan namun secara terus menerus meresap dengan kebutuhan
masyarakat. Dalam konteks budaya, produk perusahaan dan jasa dapat
dipandang secara tepat memberikan solusi bagi individu atau masyarakat.
Apabila produk tidak lagi dapat diterima karena nilai dan dan kebiasaan yang
terkait dengan produk tersebut kurang relevan dengan kebutuhan manusia
dalam masyarakat, maka pemasar harus melakukan revisi produk yang
ditawarkan.
b. Perilaku Konsumen
Perilaku konsumen (consumer behavior) didefinisikan sebgai studi unit
pembelian (buying units) dan proses pertukaran yang melibatkan perolehan,
konsumsi, dan pembuangan barang atau jasa, pengalaman, serta ide.
Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen Untuk memahami
perilaku konsumen, perusahaan perlu memahami aspek psykologi dan sosiologis
pembeli, bagaimana pembeli sebelum menentukan pilihan untuk membeli suatu
barang. Perusahaan harus mengenal karakter dan sikap perilaku konsumen.
bahwa pilihan pembelian pembeli sangat dipengaruhi oleh faktor budaya
(culture), sosial, pribadi dan psikologis dari pembelian tersebut

1. Faktor Budaya
Faktor budaya umumnya mempengaruhi perilaku konsumen. Manajer
marketing perusahaan atau pemasar perlu mengetahui situasi budaya
konsumen, subkultur, dan kelas sosial. Budaya adalah penjelasan yang sangat
penting untuk menunjukkan kehendak dan watak individu. Budaya
merupakan suatu unsur dari bermacam macam prinsip pedoman, ide, tujuan,
dan perspektif yang diperoleh warga dari keluarga mereka dan fondasi
penting lainnya. Setiap budaya terdiri dari bermacam-
macam subkultur yang lebih sederhana yang memungkinkan individu-
individunya untuk secara lebih eksplisit dibedakan dan berbaur. Subkultur
dapat dipisahkan menjadi 4 macam: kelompok agama, kelompok ras,
kelompok nasionalisme, dan wilayah geografis. Banyak subkultur menjadi
sebuah bagian dari segmen pasar yang mana menjadikan sebuah target
konsumen bagi sebuah perusahaaan, sehingga perusahaan akan melakukan
pengiklan dan melakukan rencana pemasaran sesuai dengan kebutuhan
pembeli.
2. Faktor Sosial
Ada beberapa foktor sosial yang mempenagruhi perilaku konsumen
diantranya seperti kelompok kesil, keluarga dan kelas sosial yang ada. Banyak
kelompok yang mempengaruhi sikap. Kelompok ini mampu memberikan
dampak langsung kepada perilaku konsumen. Dalam hal ini yang dimaksud
dengan kelompok adalah hubungan yang dilakukan oleh dua individu atau
lebih untuk mencapai tujuan individu atau bersama-sama. Selain itu peran
keluarga dapat mempengaruhi perilaku pembelian menjadikan salah satu
faktor yang ada. Keluarga menjadi peran konsumen utama di mata
masyarakat. Dalam melakukan keputusan pembelian, pilihan pembelian
keluarga bergantung pada jenis barang, kebutuhan, dan keadaan keuangan
dalam keluarga. Seorang individu biasanya mengambil bagian dalam
keputusan sepanjang umurnya bagaimana individu mampu untuk
berkontribusis dalam kelompok keluarga. Situasi individu dalam keluarga
dapat ditentukan oleh status dan peran. Setiap peran dan kapasitas yang
mereka memiliki akan mencerminkan bagaimana keberadaan starus dirinya
terhadap masyarakat.
3. Faktor Individu
Faktor pribadi dan individu meliputi usia, pekerjaan, cara hidup, karakter
dan status ekonomi dari setiap fase siklus. Pengaruh usia dan tahap siklus
individu pada keputusan individu terhadap barang yang akan dibelinya,
misalnya, berbeda kebutuhan yang diperlukan oleh keluarga dengan anak
kecil, dengan pasangan muda tanpa anak menunjukkan perilaku pembelian
yang beragam. Secara bersamaan, cara hidup biasanya diidentikkan dengan
kegiatan, minat, perasaan, atau cara hidup individu setiap hari
4. Faktoor Psikologis
Faktor psikologis merupakan beberapa faktor yang termasuk pengaruh
dari motivasi pribadi, persepsi, belajar atau kemampuan belajar pribadi, dan
keyakinan atau sikap pribadi. Motivasi seseorang untuk mendapatkan
kepuasan ketika mereka memutuskan untuk melakukan pembelian produk.
Ada teori motivasi yang berbeda, seperti teori Freud, teori Maslow, dan teori
Herzberg. Setiap teori memiliki efek dan pengaruh yang berbeda pada
analisis perilaku konsumen dan strategi pemasaran. Persepsi adalah proses
pemilihan, pengorganisasian, dan interpretasi dari masukan informasi untuk
memperoleh gambaran situasi tertentu. Belajar adalah proses perubahan
tingkah laku individu berdasarkan pengalaman yang telah dialaminya. Teori
pembelajaran memberitahu pemasar bahwa permintaan datang dari latar
belakang yang menarik atau berdasarkan data informasi, rangsangan, atau
petunjuk. Data informasi, rangsangan, atau petunjuk ini dapat memotivasi
dan memberikan penguatan atau dorongan positif terhadap sesuatu.
Kepercayaan merupakan pemikiran seseorang tentang sesuatu berdasarkan
pendapat atau persepsi yang dimiliknya. Tugas seorang pemasar adalah
meningkatkan persepsi konsumen tentang produk yang mampu untuk
mendorong proses pembelian.(Fabiana Meijon Fadul 2019)
c. Strategi Pemasaran
Menurut Philip Kotler Pemasaran adalah kegiatan manusia yang diarah
pada usaha untuk memuaskan keinginan dan kebutuhan melalui proses
pertukaran. Selain itu Pemasaran adalah suatu kegiatan usaha yang meng
arahkan aliran barang dan jasa kepada konsumen atau pemakai.dan William j.
Stanton Pemasaran adalah sistem keseluruhan dari kegiatan usaha yang
ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan
mendistribusikan barang dan jasa yang dapat memuaskan kebutuhan pembeli
yang ada maupun pembeli potensial.
Dari definisi-definisi tersebut dapat diambil kesimpulan sementara,
bahwa pemasaran merupakan interaksi yang berusaha menciptakan hubungan
pertukaran. Dengan demikian pemasaran dilakukan sebelum maupun sesudah
terjadinya proses per tukaran demi tercipta nya kepuasan baik pembeli maupun
penjual.(Winarto and Chandra 2002)

Strategi pemasaran berarti melaksanakan prosedur tiga langkah secara


sistematis, bermula dari strategi segmentasi pasar, strategi penentuan pasar
sasaran, dan strategi penentuan posisi pasar. Ketiga strategi tersebut adalah
kunci di dalam manajemen pemasaran:
1. Strategi Segmentasi Pasar
Segmentasi pasar adalah proses membagi pasar ke dalam kelompok pembeli
yang berbeda-beda berdasarkan kebutuhan, karakteristik, ataupun, perilaku
yang membutuhkan bauran produk dan bauran pemasaran tersendiri. Atau
dengan kata lain segmentasi pasar merupakan dasar untuk mengetahui
bahwa setiap pasar terdiri atas beberapa segmen yang berbeda-beda.

Segmentasi pasar adalah proses menempatkan konsumen dalam sub


kelompok di pasar produk, sehingga para pembeli memiliki tanggapan yang
hampir sama dengan strategi pemasaran dalam penentuan posisi
perusahaan.
2. Strategi Penentuan Pasar Sasaran.
Yaitu pemilihan besar atau luasnya segmen sesuai dengan kemampuan suatu
perusahaan untuk memasuki segmen tersebut. Sebagian besar perusahaan
memasuki sebuah pasar baru dengan melayani satu segmen tunggal, dan jika
terbukti berhasil, maka mereka menambah segmen dan kemudian
memperluas secara vertikal atau secara horizontal. Dalam menelaah pasar
sasaran harus mengevaluasi dengan menelaah tiga faktor
a. Ukuran dan pertumbuhan segmen
b. Kemenarikan struktural segmen
c. Sasaran dan sumber daya
3. Strategi Penentuan Pasar Sasaran
Penentuan posisi pasar (positioning) adalah strategi untuk merebut posisi
dibenak konsumen, sehingga strategi ini menyangkut bagaimana membangun
kepercayaan, keyakinan, dan kompetensi bagi pelanggan.(Wibowo, Arifin, and
Sunarti 2015)

Bauran pemasaran adalah seperangkat alat pemasaran yang bisa


dikendalikan dan juga dipadukan oleh perusahaan untuk menghasilkan
respon yang diinginkan oleh pasar sasaran. Bauran pemasaran terdiriatas
segala sesuatu yang dapat dilakukan perusahaan untuk mempengaruhi
permintaan produknya. Dan untuk keberhasilan suatu bisnis, terdapat 4
unsur bauran pemasaran (Marketing Mix-4p) yaitu: Produk (Product), Harga
(Price), Tempat (Place), dan Promosi (Promotion)
1. Product
Produk (product) adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan
kepasar untuk mendapatkan perhatian, dibeli, digunakan, atau
dikonsumsi yang dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan.
2. Harga
Harga merupakan satu elemen marketing mix yang memiliki peranan
penting bagi suatu perusahaan, karena harga menempati posisi
khusus dalam marketing mix, serta berhubungan erat dengan elemen
lainnya. Agar suatu produk dapat bersaing dipasaran maka pengusaha
dapat melakukan strategi penetapan harga dalam hubungannya
dengan pasar, yaitu apakah mengikuti harga dibawah pasaran atau
diatas pasaran.
3. Tempat
Salah satu elemen Tempat (place)yang masuk dalam Marketing mix
bukan hanya diartikan sebagai tempat dimana usaha dijalankan,
namun lebih luas lagi dimana “place” tersebut merupakan segala
kegiatan penyaluran produk berupa barang ataupun jasa dari
produsen ke konsumen (distribusi).
Dalam saluran distribusi, semakin banyak perangkat yang digunakan
biasanya akan mampu menjangkau populasi yang lebih luas. Semakin
mudah produk didapatkan berarti proses distribusi semakin baik, dan
penjualan produk berpeluang besar untuk meningkat. Untuk itulah
saluran distribusi penting direncanakan dengan matang oleh pemasar.
4. Promosi
Promosi adalah suatu komunikasi informasi penjual dan pembeli yang
bertujuan untuk merubah sikap dan tingkah laku pembeli, yang
tadinya tidak mengenal menjadi mengenal sehingga menjadi pembeli
dan tetap mengingat produk tersebut.
Pada hakikatnya promosi adalah suatu bentuk komunikasi pemasaran,
yaitu aktivitas yang berusaha menyebarkan informasi,
mempengaruhi/ membujuk, dan/atau mengingatkan pasarsasaran
atas perusahaan dan produknya agar bersedia menerima, membeli
dan loyal pada produk yang ditawarkan perusahaan yang
bersangkutan.(Rahim and Mohamad 2021)
BAB III
METODE

A. Metode Project
Metode project ini dilakukan dengan cara survei secara langsung terhadap Toko
Jelita Fashion dengan mendatangi lokasi uasahanya yang berada di Kudus tepatnya di Jl.
Kyai Telingsing No.17 kecamatan Kota Survei tersebut dilakukan melalui observasi dan
wawancara secara langsung. Observasi merupakan salah satu metode pengumpulan
data dengan cara mengamati dan meninjau secara cermat dan langsung di lokasi
penelitian untuk mengetahui kondisi yang terjadi atau membuktikan kebenaran.
Kegiatan observasi dilakukan untuk memproses objek yang kami amati ini
adalah Toko Fashion terkait Konsep budaya dalam perilaku konsumen dan strategi
pemasaran dengan maksud merasakan dan kemudian memahami pengetahuan dari
sebuah fenomena berdasarkan pengetahuan dan ide-ide yang sudah diketahui
sebelumnya, untuk mendapat informasi yang diperlukan dan melanjutkan proses
selanjutnya.
Wawancara terhadap pihak pemilik Toko Jelita Fashion, Wawancara merupakan
teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara Tanya jawab antara kelompok
observasi dengan informan yang telah dijadikan sumber data. Wawancara dilakukan
dengan maksud untuk memperoleh informasi secara langsung untuk dijadikan data.
Wawancara ini dilakukan dengan pemilik usaha yaitu Saudari Pratiwi yang diwakilkan
oleh karyawannya.
B. Pihak-pihak yang terlibat
Dalam project ini melibatkan 2 pihak, pemilik Toko yaitu owner yang bernama
Pratiwi merupakan pemilik Toko Jelita Fashion dan juga 4 Konsumen yang membeli
Toko, berikut penjelasannya :
1. Owner Jelita Fashion Pratiwi Perwitasari
2. Narasumber Diyah Ayu Sri Habsari
3. Pewawancara Kelompok 1
Rudi Adi Wijaya
Ahmad Azka
Sri Wahyu Taskia
Sinta Dwi Ariyani
Niswatus Sa’adah

4. Konsumen 1. Anggun Permata ( Usia 20 th)


2. Mita Suryani ( Usia 22 th)
3. Firna (usia 19)
4. Maula (usia 19)

C. Waktu dan Pelaksanaan


Waktu : Sabtu, 13 Mei 2023
Lokasi : di Store Jelita Fashion Jl. Kyai Tlingsing no.17
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
a. Hasil dan Luaran yang dicapai
Hasil yang diperoleh dari wawancara yang kita lakukan di Jelita Fashion Kudus
yang mana pemilik Toko fashion tersebut yakni Pratiwi Perwita Sari yang berdiri pada
tahun 2017 untuk cabang utama dan 2020 untuk cabang ke-2. Toko Jelita memiliki
platform digital yang digunakan untuk marketing produk antara lain Instagram, tiktok,
dan shopee.
Untuk memasarkan produknya biasanya dengan instagram seperti membuat
konten digital marketing melalui postingan/ story bila barang datang, di tiktok juga
membuat konten produk terbaru dan aktif setiap harinya, selain itu di tiktok shop juga
Jelita Fashion melakukan live tiktok namun katanya hanya sekitar 2 kali dalam sebulan,
di shopee Jelita Fashion juga memposting produk terbaru jika ada stock yang baru
dikirim.
Konsumen lebih banyak tertarik melihat di story Instagram lalu keep barang
melalui chat admin dan kebanyakan dari mereka melihat konten digital marketing lalu
tertarik dan membeli produk dengan memesan online atau langsung datang ke store.
Menurut pernyataan narasumber Jelita juga melakukan strategi marketing produk
dengan menggunakan influencer Nabila. Lalu ada juga selebgram yang mereview Jelita
Fashion seperti membuat konten dengan merekomendasikan toko fashion kekinian
yang trend dikalangan remaja zaman sekarang.
Jelita Fashion menyediakan barang dengan sistem barang datang terbaru setiap
saat biasanya 3 kali dalam 1 minggunya. Sistemnya bukan sistem restock namun di Jelita
barang yang dijual limited edition, misal hari ini datang produk dengan 4 warna, maka
produk model itu yang dijual cuma 4 saja dengan warna yang berbeda, akan tetapi
menurut keterangan narasumber barang bisa restock kembali jika ada permintaan
konsumen, namun barang yang dipesan belum bisa dipastikan kapan readynya. Jelita
Fashion menjual produk dengan strategi mengikuti trend pasar, misal ada model yang
sedang viral maka Jelita sendiri akan menyediakan produk seperti itu dengan kualitas
yang tentunya lebih baik.
Mengenai hasil wawancara dari 4 konsumen yang membeli pakaian di Jelita
Fashion Kudus, mereka memberikan keterangan bahwa biasanya membeli produk atas
dasar keinginan dan kebutuhan serta mengikuti perkembangan zaman agar lebih
kekinian dan fashionable. Selain itu outfit korean look juga banyak diminati karena
warna-warna pastel
Narasumber membeli produk fashion sesuai dengan trend karena adanya
beberapa alasan, di antaranya, Ingin tampil up to date, Membangun identitas, Pengaruh
media sosial, Faktor sosial dan budaya, dan Keinginan untuk eksperimen. Namun,
meskipun trend seringkali menjadi faktor penting dalam keputusan pembelian produk
fashion, ada juga orang yang lebih memilih untuk membeli produk yang sesuai dengan
gaya pribadi mereka, bukan hanya mengikuti trend terbaru. Hal ini tergantung pada
preferensi individu dan nilai yang dianut oleh masing-masing orang.
b. Pembahasan
Dampak budaya sangatlah natural dan otomatis pengaruhnya terhadap perilaku
manusia seakan seperti terjadi dengan sendirinya. Budaya modernisasi mengenai
Fashion yang hadir di Indonesia banyak diminati konsumen seperti halnya baju korean
style. Sekarang jua hadir fashion yang awal mulanya diperuntukkan untuk konsumen
yang tidak berhijab/ terbuka namun era sekarang ini gaya berpakaian seperti itu bisa
dipakai juga untuk konsumen berhijab dengan cara memakai manset dan tetap
memakai hijab. Dengan Demikian, modernisasai mengenai budaya fashion yang
mengikuti perkembangan zaman tetap dinilai positif, seiring berkembangnya ilmu dan
teknologi tingkat kehiduan yang semakin membaik(up to date),
Namun ada juga dampak negatif dari budaya modernisasi mengenai fashion
merubah pola hidup menjadi kebarat-baratan. Sedikit banyak juga mempengaruhi
konsep tata nilai masyarakat yang menganutnya. Keaadan seperti inilah nmembuat
nilai-nilai moral sebuah masyarakat mulai berubah. Pakaian yang salah satunya sebagai
media pembentuk sopan santun kini beralih kepada sebuah simbol gaya hidup.
Perilaku konsumen diengaruhi oleh gaya hidup seperti hedonisme dan
konsumerisme, peningkatan gaya hidup tentunya akan meningkatkan keputusan
pembelian konsumen. Faktor utama yang mempengaruhi perilaku pembelian konsumen
adalah faktor kebudayaan, faktor sosial, faktor individu, dan psikologi. Budaya memiliki
peran yang sangat penting dalam mempengaruhi strategi pemasaran suatu produk. Hal
ini dikarenakan budaya memiliki pengaruh yang kuat pada perilaku konsumen,
termasuk dalam membeli produk.
Beberapa cara budaya dapat mempengaruhi strategi pemasaran suatu produk
antara lain:
1. Nilai dan kepercayaan: Nilai dan kepercayaan yang dianut oleh masyarakat
dalam suatu budaya dapat mempengaruhi preferensi konsumen terhadap
suatu produk. Misalnya, produk yang mempromosikan nilai keluarga dan
kebersamaan akan lebih menarik bagi masyarakat yang menganut budaya
yang sangat menghargai nilai tersebut.
Contoh : budaya ketika lebaran banyakn keluarga yang membeli seragam
keluarga, karena banyak brand yang menjual baju paket keluarga.
2. Tradisi dan kebiasaan: Tradisi dan kebiasaan masyarakat juga dapat
mempengaruhi strategi pemasaran suatu produk. Misalnya, produk yang
dikemas dengan cara yang sesuai dengan tradisi atau kebiasaan setempat,
seperti warna atau motif tertentu, akan lebih menarik bagi konsumen.
3. Gaya hidup: Gaya hidup masyarakat dalam suatu budaya dapat
mempengaruhi strategi pemasaran suatu produk.
Oleh karena itu, penting bagi Toko Fashion untuk memahami budaya setempat dan
mengambil langkah-langkah yang tepat dalam merancang strategi pemasaran suatu
produk. Dengan memahami budaya setempat, Toko Fashion dapat meningkatkan
efektivitas pemasaran produk dan mendapatkan keuntungan yang lebih baik di pasar,
seperti Toko Jelita Fashion melihat budaya sekarang yang anak muda wanita mengikuti
Trend, maka inilah yang membuat Toko Jelita Fashion menyediakan apa yang menjadi
gaya hidup.
Pembahasan mengenai alasan konsumen membeli produk sesuai trend antara lain :
1. Ingin tampil up to date: Banyak orang ingin terlihat fashionable dan mengikuti
trend terbaru. Hal ini biasanya didorong oleh keinginan untuk tampil modern
dan tidak ketinggalan zaman.
2. Membangun identitas: Pakaian dan aksesoris dapat membantu seseorang
membangun identitas dan citra diri. Dengan mengenakan produk fashion yang
trendy dan populer, seseorang dapat menunjukkan identitasnya dan
mendapatkan pengakuan dari orang lain.
3. Pengaruh media sosial: Media sosial seringkali menjadi sumber inspirasi bagi
banyak orang dalam memilih produk fashion. Melalui media sosial, orang dapat
melihat trend terbaru, selebriti yang mengenakan produk fashion tertentu, dan
pengaruh lain yang mempengaruhi keputusan pembelian mereka.
4. Faktor sosial dan budaya: Pemilihan produk fashion juga dapat dipengaruhi oleh
faktor sosial dan budaya. Misalnya, di suatu lingkungan atau kelompok tertentu,
penggunaan produk fashion yang sama atau mengikuti tren tertentu dapat
menjadi norma sosial.
5. Keinginan untuk eksperimen: Beberapa orang juga membeli produk fashion
sesuai trend karena ingin mencoba dan bereksperimen dengan gaya dan tren
yang baru. Hal ini mungkin dilakukan untuk mengeksplorasi gaya yang berbeda
atau mencoba sesuatu yang baru.
Budaya memiliki peran yang signifikan dalam mempengaruhi strategi pemasaran
suatu produk. Seperti Toko Jelita Fashion yang menggunakan tokoh yang dianggap
bisa mempengaruhi perilaku konsumen. Budaya merujuk pada nilai-nilai,
kepercayaan artinya jika Toko Jelita Fashion ini menggunakan tokoh itu maka
dianggap Toko Jelita Fashion mempunyai kualitas yang bagus. Ketika merancang
strategi pemasaran, penting untuk memahami budaya target pasar karena budaya
dapat memengaruhi preferensi konsumen, pola pembelian, dan cara mereka
berinteraksi dengan produk dan merek.
Dalam strategi pemasaran Toko Jelita Fashion pemilihan simbol dan gambar
harus disesuaikan dengan budaya target pasar untuk memastikan komunikasi yang
efektif. Misalnya, warna, brand, dan desain yang dianggap beruntung atau bermakna
positif dalam budaya tertentu dapat digunakan untuk memperkuat daya tarik
produk.
Penting untuk melakukan penelitian yang cermat tentang budaya target pasar
sebelum merancang strategi pemasaran. Dengan memahami budaya modernisasi
yang masuk sekarang banyak fashion yang dicari untuk anak muda khususnya
wanita karena mereka lebih mementingkan, Toko Jelita Fashion dapat
mengembangkan strategi pemasaran yang lebih efektif dan meningkatkan peluang
kesuksesan produk di pasar yang dituju
BAB V
KESIMPULAN

Budaya mempengaruhi perilaku konsumen dan berdampak positif terhadap


strategi pemasaran. Kehidupan manusia tidak lepas dari kegiatan kebudayaan. Kegiatan
pemasaran merupakan bidang dari budaya manusia. Pemasar menggunakan budaya
sebagai dasar analisis pelanggan dan keputusan strategi perusahaan karena budaya
adalah dasar dari tindakan, perilaku, dan perilaku manusia dalam masyarakat. Agar
suatu komunitas dapat menganggap budaya memiliki karakteristik budaya,
kepercayaan, nilai atau praktik budaya, itu harus dapat ditularkan dan diterima oleh
berbagai kelompok yang berbeda. penting. Jadi budaya ini dipandang sebagai kebiasaan
kelompok yang berhubungan langsung dengan anggota masyarakat lainnya.
Dampak budaya sangatlah natural dan otomatis pengaruhnya terhadap perilaku
manusia seakan seperti terjadi dengan sendirinya. Budaya modernisasi mengenai
Fashion yang hadir di Indonesia banyak diminati konsumen seperti halnya baju korean
style. Sekarang jua hadir fashion yang awal mulanya diperuntukkan untuk konsumen
yang tidak berhijab/ terbuka namun era sekarang ini gaya berpakaian seperti itu bisa
dipakai juga untuk konsumen berhijab dengan cara memakai manset dan tetap
memakai hijab. Dengan Demikian, modernisasai mengenai budaya fashion yang
mengikuti perkembangan zaman tetap dinilai positif, seiring berkembangnya ilmu dan
teknologi tingkat kehiduan yang semakin membaik(up to date),
Namun ada juga dampak negatif dari budaya modernisasi mengenai fashion
merubah pola hidup menjadi kebarat-baratan. Sedikit banyak juga mempengaruhi
konsep tata nilai masyarakat yang menganutnya. Keaadan seperti inilah nmembuat
nilai-nilai moral sebuah masyarakat mulai berubah. Pakaian yang salah satunya sebagai
media pembentuk sopan santun kini beralih kepada sebuah simbol gaya hidup.
Konsumen semakin konsumtif dengan gaya hidup hedonisme dengan membeli
produk dengan alasan sedang trend agar tampil up-to-date, membangun
identitas,pengaruh media sosial, faktor sosial dan budaya, dan keinginan untuk
eksperimen. Namun selain membeli karena trend ada juga yang memang membeli
produk sesuai kebutuhan dan gaya pribadi mereka. Dengan demikian dapat dikatakan
tergantung pada preferensi individu dan nilai / budaya yang dianut masing-masing
konsumen.
Dengan demikian, Penting untuk melakukan penelitian yang cermat tentang
budaya target pasar sebelum merancang strategi pemasaran. Dengan memahami
budaya modernisasi yang masuk sekarang banyak fashion yang dicari untuk anak muda
khususnya wanita karena mereka lebih mementingkan, Toko Jelita Fashion dapat
mengembangkan strategi pemasaran yang lebih efektif dan meningkatkan peluang
kesuksesan produk di pasar yang dituju
DAFTAR PUSTAKA
Ekonomi, Fakultas, and Universitas Muhammadiyah. 2008. “BUDAYA DAN PEMASARAN
Tinjauan Pengaruh Budaya Terhadap Perilaku Konsumen” 12.
Fabiana Meijon Fadul. 2019. “済無 No Title No Title No Title,” no. 2004: 7–21.
Rahim, Endang, and Roni Mohamad. 2021. “Strategi Bauran Pemasaran ( Marketing
Mix ) Dalam Perspektif Syariah.” MUTAWAZIN (Jurnal Ekonomi Syariah) 2 (1): 15–
26. https://doi.org/10.54045/mutawazin.v2i1.234.
Wibowo, Dimas Hendika, Zainul Arifin, and Sunarti. 2015. “ANALISIS STRATEGI
PEMASARAN UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING UMKM (Studi Pada Batik
Diajeng Solo).” Jurnal Administrasi Bisnis (JAB) 29 (1): 59–66. www.depkop.go.id.
Winarto, Hari, and Chandra. 2002. “Strategi Pemasara.” Majalah Ilmiah Ekonomika 14
(1): 124–28.
LAMPIRAN-LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai