Anda di halaman 1dari 13

Maro; Jurnal Ekonomi Syariah dan Bisnis http://jurnal.unma.ac.id/index.

php/mr/index
E-ISSN: 2621-5012 P-ISSN 2655-822X

Prinsip Konsumsi dalam Islam: Tinjauan Terhadap Perilaku Konsumen


Muslim dan Non-Muslim

Consumption Principles in Islam: A Review of Muslim and Non-Muslim


Consumer Behavior

Jalaluddin1*, Abd. Kholik Khoerulloh2


1
Sekolah Tinggi Ilmu Perbankan Syariah (STIBANKS) al-Ma’soem, Sumedang, Jawa Barat.
2
Prodi Ekonomi Syariah, Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Univesitas Majalengka.
*E-mail: jalaluddin_alafghani@yahoo.co.id

Naskah masuk: 2020-05-10 Naskah diperbaiki: 2020-03-11 Naskah diterima: 2020-14-11

ABSTRAK
Konsumsi adalah mengeluarkan sesuatu dalam rangka memenuhi kebutuhan. Dalam kerangka ekonomi
Islam pengeluaran seorang muslim diberdakan menjadi dua tipe. Pertama adalah pengeluaran yang
dilakukan seorang muslim untuk memenuhi kebutuhan dunia dan keluarga yang memilki efek pada
pahala di akhirat. Kedua adalah pengeluaran yang dilakukan semata-mata untuk mencari akhirat.
Penelitian ini dilakukan menggunakan metode deskriftif dengan pendekatan kualitatif. Hasil penelitian
ini menunjukan bahwa sasaran kunsumen mencakup tiga aspek 1). Konsumsi untuk dirinya sendiri dan
keluarga; Tidak dibenarkan konsumsi yang dilakukan oleh seseorang berakibat pada penyengsaraan diri
sendiri dan keluarga karena kekikiranya 2). Tabungan; manusia harus menyiapakan masa depanya,
karena masa depanya merupakan masa yang tidak diketahuai keadaanya. Dalam ekonomi penyiapan
masa depan dapat dilakukan melalui tabungan 3) Konsumsi sebagai tanggungjawab sosial; konsumsi
yang ditujukan sebagai tanggungjawab sosial ialah kewajiban mengeluarkan zakat, hal ini dilakukan
untuk menjaga stabilitas dan keseimbangan ekonomi, islam sangat melarang pemupukan harta, yang
berakibat terhentinya arus peredaran harta, merintangi efesiensi usaha, dan pertukaran komoditas
produksi dalam perekonomian.

Kata Kunci: Konsumsi, Perilaku dan Etika Islam.

ABSTRACT
Consumption is dispensing something in order to make ends meet. In terms of Islamic economics the
expenditure of a Muslim is charged into two types. The first is the expenditure made by a Muslim to meet
the needs of the world and families who have an effect on the reward in the hereafter. The second is the
expenditure made solely in search of the Hereafter. This research was conducted using a descriptive
method with a qualitative approach. The results of this study show that the target kunsumen covers
three aspects 1). Consumption for himself and his family; It is not permiss permiss permissable that a
person's consumption results in self-harm and family due to the misappeany of 2). Savings; man must
have his future, for his future is a time that is not known. In the future preparation economy can be done
through savings 3) Consumption as a social responsibility; Consumption intended as a social
responsibility is the obligation to issue zakat, this is done to maintain economic stability and balance,
Islam strictly prohibits the fertilization of property, which results in a halt in the flow of wealth
circulation, hindering business efficiency, and the exchange of production commodities in the economy.

Keywords: Consumption, Behavior and Ethics of Islam.

Copyright © 2020 Program Studi Ekonomi Perbankan Islam, FAI Universitas Majalengka. All rights
reserved.

Volume 3 No. 2, November 2020 | PENDAHULUAN 148


Maro; Jurnal Ekonomi Syariah dan Bisnis http://jurnal.unma.ac.id/index.php/mr/index
E-ISSN: 2621-5012 P-ISSN 2655-822X

1. PENDAHULUAN hijrahnya Rasulullah, Imam Al-ghazali , telah


Menurut Islam, anugerah Allah itu milik mampu menuliskan bagaimana fungsi
semua manusia dan suasana yang kesejahteraan, utilitas (kepuasan) dan
menyebabkan sebagian diantara anugerah itu Maximizer seorang muslim terbentuk. Fungsi
berada diantara orang-orang tertentu tidak utilitas, atau kepuasan yang merupakan
berarti bahwa mereka dapat memanfaatkan penentu apakah sebuah barang lebih disukai
anugerah itu untuk mereka sendiri; atau tidak dibandingkan dengan barang lain.
sedangkan orang lain tidak memilki Dengan demikian, teori konsumsi sangatlah
bagiannya sehingga banyak diantara dipengaruhi oleh fungsi utilitas.
anugerah yang diberikan Allah kepada umat Kebutuhan (need) merupakan konsep
manusia itu masih berhak mereka miliki, yang lebih bernilai dari sekedar keinginan
walaupun mereka tidak memperolehnya. (want). ditetapkan berdasarkan konsep
Dalam al-Quran, Allah SWT mengutuk dan utility, tetapi need didasarkan atas konsep
membatalkan argumen yang dikemukakan maslahah. Tujuan syariah adalah
oleh orang kaya yang kikir karena tidak ada menjejahterakan manusia (maslahah al-ibad).
kesediaan mereka memberikan bagian atau Karenanya semua barang dan jasa yang
miliknya ini. memberikan maslahah disebut kebutuhan
Islam adalah agama yang ajarannya manusia. Teori ekonomi konvensional
mengatur segenap perilaku manusia dalam menggambarkan utility sebagai pemilikan
memenuhi kebutuhan hidupnya. Demikian terhadap barang dan jasa untuk memuaskan
pula dalam masalah konsumsi, islam keinginan manusia. Sebagai aktivitas ekonomi
mengatur bagaimana manusia dapat dilakukan atau memproduksi sesuatu
melakukan kegiatan-kegiatan konsumsi Want didorong oleh utilitasnya. Jika segala sesuatu
yang membawa manusia berguna bagi dapat memuaskan keinginannya, manusia
kemaslahatan hidupnya. Seluruh aturan islam akan mau berusaha untuk memenuhi,
mengenai aktivitas konsumsi di atas terdapat memproduksi, mengkonsumsi barang-barang
dalam al-quran dan as-sunnah. Jika manusia tersebut.
dapat melakukan aktivitas konsumsi sesuai Dalam ekonomi islam, maslahah lebih
dengan ketentuan al-quran dan as-sunnah, objektif daripada konsep utility untuk
maka ia akan menjalankan konsumsi yang menganalisis perilaku pelaku ekonomi. Secara
jauh dari sifat hina. Perilaku Konsumsi yang analisis konsep maslahah lebih mudah
sesuai dengan ketentuan al-Quran dan as- dimanipulasi darpada konsep utility.
sunah ini akan membawa pelakunya Meskipun maslahah telah bersifat subjektif
mencapai keberkahan dan kesejahteraan seperti halnya utility tetapi subjektifitasnya
hidupnya. lebih jelas darpada pengertian utility.
Sebuah mekanisme yang terkadang Menurut Nur Rianto & Euis Amalia (2010: 98)
tanpa pernah kita sadari lebih dari berjuta- ada beberapa keunggulan konsep maslahah
juta komoditi atau jasa tersedia, tetapi kita yaitu :
berhasil untuk memilih rangkaian barang dan 1. Maslahah subjektif dalam arti bahwa
jasa tersebut. Ketika membuat pilihan kita justifikasi terbaik terhadap kebutuhan
membuat penilaian tertentu tentang nilai barang/jasa ditentukan berdasarkan
relative segala komoditas yang berjuta-juta kemaslahatan bagi dirinya. Maslahah
jenis tersebut. Sekitar 500 tahun setelah tidak menapikan subjektifitas seperti

Volume 3 No. 2, November 2020 | PENDAHULUAN 149


Maro; Jurnal Ekonomi Syariah dan Bisnis http://jurnal.unma.ac.id/index.php/mr/index
E-ISSN: 2621-5012 P-ISSN 2655-822X

halnya utility. Sebagai contoh apakah 4. Sulit membandingkan utility seorang A


alkohol memiliki utility atau tidak dengan seorang B dalam mengkonsumsi
ditentukan secara berbeda berdasarkan barang yang sama dan dalam kualitas
kriteria yang berbeda-beda. Mungkin yang sama, misalnya apel. Dengan kata
bagi seorang pecandu alkohol, utility lain seberapa banyak kepuasan yang
yang dimilikinya sangat tinggi karena diperoleh A maupun B dari suatu
bisa membantu menghilangkan konsumsi tidak dapat dijelaskan.
permasalahan yang dimiliki atau bisa Membandingkan maslahah dalam
sebagai teman penghilang dingin. beberapa hal mungkin dapat dilakukan,
Namun bagi orang yang lain, minuman bahkan pada tingkatan atau level
beralkohol hanya minuman yang dapat maslahah yang berbeda.
menyebabkan kemudharatan. Apabila dalam ekonomi konvensional,
Terdapat banyak sekali kriteria yang konsumen disumsikan bertujuan untuk
menjadi dasar bagi seseorang untuk memperoleh kepuasan (utility), maka adalam
menentukan apakah segala sesuatu itu ekonomi Islam konsumen bertujuan untuk
dimiliki utility atau tidak. Hal ini tidak mencapai mencapai suatu maslahah.
terdapat dalam konsep maslahah, Pencapaian maslahah merupakan tujuan dari
kriteria jelas/pasti bagi setiap orang dan syariat Islam (maqashid syariah) yang
keputusan ditentukan atas dasar kriteria menjadi tujuan dari kegiatan konsumsi.
ini. Kekayaan dalam perspektif maslahah Maslahah digunakan dalam ekonomi Islam,
berbeda dari konsep utility dapat dikarenakan penggunaan asumsi manusia
meningkatkan prediksi dan validitas bertujuan untuk mencari kepuasan (utility)
kebijakan ekonomi karena kriteria yang maksimum tidak mampu menjelaskan apakah
ada bagi setiap orang dalam membuat barang yang memuaskan akan selalu identik
keputusan telah diketahui. dengan barang yang memberikan manfaat
2. Maslahah bagi setiap individu selalu atau berkah bagi penggunanya. Selain itu
konsisten dengan maslahah sosial, batasan seseorang dalam mengonsumsi
berbeda utility pada seseorang sering hanyalah kemampuan anggaran, tanpa
konflik dengan kepentingan sosial. Hal memper-timbangkan aturan dan prinsip
ini juga karena tidak adanya kriteria yang syariat.
jelas dalam menentukan utility.
3. Konsep maslahah menaungi seluruh 2. TINJAUAN PUSTAKA
aktivitas ekonomi masyarakat, Ketentuan Islam dalam Konsumsi
karenanya hal ini adalah tujuan Muhamad Syaf’i Antonio (2001:4)
konsumsi sebagaimana dalam produksi mengemukakan bahwa Islam adalah agama
dan transaksi; bebeda dari teori yang memiliki keunikan tersendiri dalam hal
konvensional dimana utility adalah Syariah. Syariah ini bukan saja menyeluruh
tujuan konsumsi dan laba (profit) adalah atau komprehensif tetapi juga universal.
tujuan produksi. Konsep maslahah juga Karakter istimewa ini diperlukan sebab tidak
merupakan tujuan aktivitas ekonomi akan ada syariah lain yang datang untuk
yang dilakukan oleh individu maupun menyempurnakannya. Komprehensif berarti
negara. syariah islam merangkum seluruh aspek
kehidupan baik ritual (ibadat) maupun social

Volume 3 No. 2, November 2020 | TINJAUAN PUSTAKA 150


Maro; Jurnal Ekonomi Syariah dan Bisnis http://jurnal.unma.ac.id/index.php/mr/index
E-ISSN: 2621-5012 P-ISSN 2655-822X

(muamalat). Universal bermakna dapat terdapat dalam al-Quran surat al-Baqarah:


dterapkan pada setiap waktu dan tempat 168, yang artinya:
sampai hari akhir nanti. Kerangka kegiatan “Hai sekalian manusi, makanlah yang
muamalah secara garis besar dapat dibagi ke halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi
dalam 3 (tiga) bagian besar, yaitu politik, dan janganlah kamu mengikuti langkah
sosial dan ekonomi. Dari bidang ekonomi syaitan; karena sesungguhnya syaitan itu
diambil tiga turunan lagi yaitu: konsumsi, adalah musuh yang nyata bagimu”.
simpanan dan investasi. Berbeda dengan Syarat ini ini mengandung arti ganda,
system lainnya, islam mengajarkan pola baik mengenai mencari rezeki secara halal
konsumsi yang moderat, tidak berlebihan dan yang dilarang menurut hukum. Syarat
tidak juga keterlaluan, lebih lanjut Al-quran kedua tercantum dalam kitab suci al-Quran
melarang terjadinya perbuatan tabzir dan maupun as-sunnah, yaitu: makanan harus
mubazir. baik atau cocok untuk dimakan, tidak kotor
Konsumsi adalah permintaan sedangkan ataupun menjijikan sehingga merusak selera.
produksi adalah penyediaan. Kebutuhan Oleh karena itu tidak semua yang di
konsumen yang kini dan yang telah perkenankan boleh dimakan dan diminum
diperhitungkan sebelumnya merupakan dalam semua keadaan. Dari semua yang
insentif pokok bagi kegiatan-kegiatan diperbolehkan makan dan minumlah yang
ekonominya sendiri. Mereka mungkin tidak bersih dan bermanfaat.
hanya menyerap pendapatannya tetapi juga Prinsip ketiga, yang mengatur perilaku
member insentif untuk meningkatkanya. Hal manusia mengenai makan dan minum
ini berarti bahwa pembicaraan mengenai terdapat juga adalam al-Quran surat al-A’raf :
konsumsi adalah penting dan hanya para ahli 31, yaitu sikap tidak berlebihan yang berarti
ekonomi yang mempertunjukan janganlah makan secara berlebihan. Arti
kemampuannya untuk memahami dan penting ayat ini adalah kenyataan bahwa
menjelaskan prinsip produksi dan konsumsi. kurang makan dapat mempengaruhi
Islam tidak mengakui kegemaran pembangunan jiwa dan tubuh, demikian pula
materialistis semata-mata dan pola konsumsi bila perut diisi secara berlebihan tentu akan
modern. Islam berusaha mengurangi ada pengaruhnya pada pencernaan perut.
kebutuhan material manusia yang luar biasa Praktek memantangkan jenis makan tertentu,
sekarang ini. Untuk menghasilkan energi dengan tegas tidak dbolehkan dalam islam.
manusia akan selalu mengejar cita-cita Prinsip keempat adalah kemurahan hati;
spiritualnya. Menurut Muhammad Abdul dengan berpegang dan mentaati syariat islam
Mannan (1997:29) bahwa perintah Islam dan tidak ada bahaya maupun dosa ketika
mengenai konsumsi dkendalikan oleh lima makan makanan dab minum minuman yang
prinsip, yaitu: halal yang disediakan Allah karena
1. Prinsip Keadilan kemurahannya. Selama maksudnya adalah
2. Prinsip Kebersihan untuk kelangsungan hidup dan kesehatan
3. Prinsip kesederhanaan yang lebih baik dengan tujuan menunaikan
4. Prinsip kemurahan Hati perintah allah dengan keimanan yang kuat
5. Prinsip Moralitas. dalam tuntutannyadan perbuatan adil yang
Lebih lanjut, Mannan menjelaskan, sesuai dengan itu, dengan menjamin
bahwa aturan pertama mengenai konsumsi persesuaian bagi semua perintah-nya. Allah

Volume 3 No. 2, November 2020 | TINJAUAN PUSTAKA 151


Maro; Jurnal Ekonomi Syariah dan Bisnis http://jurnal.unma.ac.id/index.php/mr/index
E-ISSN: 2621-5012 P-ISSN 2655-822X

berfirman dalam al-Quran surat al-Maidah: tujuan dasar: (1) agama (al-dien), (2) hidup
96, yang artinya: atau jiwa (nafs), (3) keluarga atau keturunan
“Dihalalkan bagimu binatang buruan (nasl), (4) harta atau kekayaan (maal) dan
laut dan makanan (yang berasal) dari laut itelek atau akal (‘aql). Ia menitikberatkan
sebagai makan yang lezat bagimu dan bagi bahwa sesuai tuntunan wahyu, “kebaikan
orang-orang dalam perjalanan, dan dunia ini dan akhirat (maslahat al-din wa al-
dihramkan atasmu (menangkap) binatang dunya) meruoakan tujuan utamanya.”
buruan darat, selama kamu dalam ihram. Ia mendefinisikan aspek ekonomi dari
Dan bertaqwalah kepad Allah yang fungsi kesejahteraan sosialnya dalam
kepadanyalah kamu akan dikumpulkan”. kerangka sebuah hierarki utilitas individu
Seorang ulama besar, Imam Al-Ghazali social yang tripartite meliputi: kebutuhan
yang lahir pada tahun 450/1058, telah (daruriat); kesenangan atau kenyamanan
memberikan sumbangan uang besar dalam (hajaat); dan kemewahan (tahsinaat) sebuah
pengembangan dan pemikiran dalam dunia klasifikasi peninggalan tradisi Aristotelian,
islam. Salah satu yang patut untuk kita bahas yang disebut oleh seorang sarjana sebagai
dalam adalah fungsi kesejahteraan social “kebutuhan ordinal” (kebutuhan dasar,
islam begitu juga tentang pandangan tentang kebutuhan terhadap barang-barang
peran aktivitas ekonomi secara umum. “eksternal”, dan terhadap barang-barang
Sebuah tema yang menjadi pangkal tolak psikis). Kunci pemeliharaan dari kelima tujuan
sepanjang karya-karyanya adalah konsep dasar ini terletak pada penyediaan tingkatan
maslahat, atau kesejahteraan social atau pertama, yaitu kebutuhan seperti makanan,
utilitas (“kebaikan bersama”), sebuah konsep pakaian, dan perumahan. Namun demikian,
yang mencakup semua urusan mausia, baik Ghazali menyadari bahwa kebutuhan-
urusan ekonomi maupun urusan lainnya, dan kebutuhan dasar demikian cenderung
yang membuat kaitan yang erat antara fleksibel mengikuti waktu dan tempat dan
individu dengan masyarakat. Sesungguhnya dapat mencakup bahkan kebutuhan-
seorang penulis telah menyatakan bahwa Al- kebutuhan sosiopsikologis. Kelompok
Ghazali telah menemukan “sebuah konsep kebutuhan kedua “terdiri dari semua
fungsi kesejahteraan social yang sulit kegiatan dan hal-hal yang tidak vital bagi lima
diruntuhkan dan yang telah dirindukan oleh fondasi tersebut, tetapi dibutuhkan untuk
ekonom-ekonom modern.” Dalam menghilangkan rintangan dan kesukaran
meningkatkan kesejahteraan social, Imam Al- dalam hidup.” Kelompok ketiga “mencakup
Ghazali mengelompokkan dan kegiatan-kegiatan dan hal-hal yang lebih jauh
mengidentifikasi semua masalah baik yang dari dari sekadar kenyamanan saj; meliputi
berupa masalih (utuilitas, manfaat) maupun hal-hal yang melengkapi, menerangi atau
mafasid (disutilitas, kerusakan) dalam menghiasi hidup.”
meningkatkan kesejahteraan social. Walaupun keselamatan merupkan
Selanjutnya ia mendefinisikan fungsi social tujuan akhir, Al-Ghazali tidak ingin bila
dalam kerangka hierarki kebutuhan individu pencarian keselamatan ini sampai
dan sosial. mengabaikan kewajiban-kewjiban duniawi
Menurut Al-Ghazali, kesejahteraan seseorang. Bahkan pencaharian kegiatan-
(maslahah) dari suatu masyarakat tergantung kegiatan ekonomi bukan saja diinginkan
kepada pencarian dan pemeliharaan lima ,tetapi merupakan keharusan bila ingin

Volume 3 No. 2, November 2020 | TINJAUAN PUSTAKA 152


Maro; Jurnal Ekonomi Syariah dan Bisnis http://jurnal.unma.ac.id/index.php/mr/index
E-ISSN: 2621-5012 P-ISSN 2655-822X

mencapai keselamatan. Ia menitikberatkan Jelaslah bahwa al-Ghazali tidak hanya


“jalan tengah” dan “kebenaran” niat menyadari keinginan manusia untuk
seseorang dalam setiap tindakan. Bila niatnya mengumpulkan kekayaan, tetapi juga
sesuai dengan aturan ilahi, maka aktivitas kebutuhannya untuk persiapan di masa
ekonomi serupa dengan ibadah bagian dari depan. Namun demikian, ia memperingatkan
panggilan seseorang. bahwa jika semangat “selalu ingin lebih” ini
Tambahan pula, Al-Ghazali memandang menjurus kepada keserakahan dan
perkembangan ekonomi sebagai bagian dari pengajaran nafsu pribadi, maka hal itu pantas
tugas-tugas kewajiban social (fard al-kifayah) dikutuk. Dalam pengertian inilah ia
yang sudah ditetapkan Allah: jika hal-hal ini memandang kekayaan sebagai “ujian
tidak dipenuhi, kehidupan dunia akan runtuh terbesar”.
dan kemanusiaan akan binasa. Dan ia
bersikeras bahwa pencaharian hal-hal ini Perilaku Konsumen Muslim
harus dilakukan secara efisien, karena Dalam bidang konsumsi, Islam tidak
perbuatan demikian merupakan bagian dari menganjurkan pemenuhan keinginan yang
pemenuhan tugas keagamaan sesorang. tak terbatas. Norma Islam adalah memenuhi
Selanjutnya, ia mengidentifikasi tiga alasan kebutuhan manusia secara hirarkisnya,
mengapa seseorang harus melakukan kebutuhan manusia meliputi; keperluan,
aktivitas-aktivitas ekonomi: (1) mencukupi kesenangan, dan kemewahan. Dalam
kebutuhan hidup yang bersangkutan; (2) pemenuhan kebutuhan manusia, islam
mensejahterakan keluarga; dan (3) menyarankan agar manusia dapat bertindak
membantu orang lain yang membutuhkan. ditengah-tengah (moderity) dan sederhana
Tidak terpenuhinya ketiga alasan ini dapat (simplisity). Banyak norma-norma penting
“dipersalahkan” menurut agama. yang berkaitan dengan larangan bagi
Al-Ghazali mengkritik mereka yang konsumen, di antaranya adalah ishraf dan
usahanya hanya terbatas untuk memenuhi tabdzir, yang terdapat dalam al-Quran surat
tingkatan subsisten dalam hidupnya: al-Isra:27 dan surat al-A’raf:31.
“Jika orang-orang tetap tinggal pada Ishraf berarti mengeluarkan
tingkatan subsisten (sad al ramaq) dan pembelanjaan yang tidak memilki manfaat
menjadi sangat lemah, angka kematian akan dan dilarang menurut hukum Islam.
meningkatkan, semua pekerjaan dan Pembelanjaan yang di anjurkan dalam islam
kerajinan akan berhenti, dan masyarakat adalah yang digunakan untuk memenuhi
akan binasa. Selanjutnya agama akan hancur, “kebutuhan” dan dilakukan dengan cara
karena kehidupan dunia adalah persiapan rasional. Ishraf dilarang dalam al-quran.
bagi kehidupan akhirat.” Sedangkan tabzir berarti membelanjakan
Oleh karena itu, seandainya kehidupan uang untuk sesuatu yang dilarang menurut
subsisten merupakan suatu norma, usaha hukum islam.
produktif manusia akan merugi, dan Setiap orang mukmin berusaha mencari
menambah kerugian spiritual masyarakat. kenikmatan dengan cara mematuhi
Walaupun Ghazali memandang manusia perintahnya dan memuaskan dirinya dengan
sebagai “maximizerz” dan selalu ingin lebih, barang-barang dan anugerah yang telah
ia tidak melihat kecenderungan tersebut diciptakan oleh Allah Swt untuk manusia
sebagai sesuatu yang harus dikutuk agama. demi kemaslahatan umat, konsumsi berlebih-

Volume 3 No. 2, November 2020 | TINJAUAN PUSTAKA 153


Maro; Jurnal Ekonomi Syariah dan Bisnis http://jurnal.unma.ac.id/index.php/mr/index
E-ISSN: 2621-5012 P-ISSN 2655-822X

lebihan itu adalah ciri masyarakat yang tidak berimabang antara kehidupan dunia dan
mengenal tuhan, dikutuk dalam Islam karena akhirat. Konsumsi dalam islam juga bukan
termasuk ishraf (berlebihan), Tazbir bersifat materil tetapi untuk kepentingan
(penggunaan harta yang salah), karena ajaran jalan Allah.
Islam harus berimbang yakni pola yang
terletak antara kekikiran dan pemborosan
sehingga konsumsi yang wajar. 3. Kehendak Bebas (Free Will)
Salah satu ciri penting islam adalah tidak Alam semesta merupakan milik Allah,
hanya mengubah nilai-nilai dan kebiasaan yang memiliki kemahakuasaan (kedaulatan)
masyarakat tetapi juga menyajikan kerangka sepenuhnya dan kesempurnaan atas
legislatif yang perlu untuk mendukung dan makhluk-Nya. Manusia diberi kekuasaan
memperkuat tujuan-tujuan ini. Etika islam untuk mengambil keuntungan dan manfaat
dalam hal konsumsi menurut Syed Nawad sebanyak-banyaknya sesuai dengan
Naqvi (1985) adalah sebagai berikut : kemampuanya atas barang-barng ciptaan
1. Tauhid (Unity/Kesatuan) Allah, manusia dapat berkehendak bebas,
Dalam perspektif islam, kegiatan namun kebebasan ini merupakan hukum
konsumsi dilakukan dalam rangka beribadah sebab akibat yang didasarkan pada
kepada Allah Swt, sehingga senantiasa berada pengetahuan dan kehendak Allah Swt.
dalam hukum Allah (syari’ah). Karena itu, sehingga dalam melakukan aktivitas haruslah
orang mukmin berusaha mencari kenikmatan tetap memiliki batasan agar jangan sampai
dengan mentaati perintah-nya dan menzalimi pihak lain.
memuaskan dirrinya sendiri dengan barang- 4. Amanah (Responbility/Tanggungjawaban)
barang dan anugerah yang dicpta (Allah) Manusia merupakan khalifah atau
untuk umat manusia. Adapun dalam pengemban amant Allah manusia diberi
pandangan kapitalis, konsumsi merupakan kekuasaan untuk melaksanakan tugas
fungsi dari keinginan, nafsu, harga barang, kekhalifahan ini dan untuk mengambil
dan pendapatan, tanpa mempedulikan keuntungan dan manfaat sebanyak-
dimensi spritual, kepentingan orang lain dan bannyaknya atas ciptaan Allah. dalam hal ini
tanggung jawab atau segala perilakunya, melakukan konsumsi, manusia dapat
sehingga pada ekonominya dan konvensional berkehendak bebas tetapi akanomi
manusia diartikan sebagai individu yang mempertanggungjawabkan sendiri dan
memiliki sifat homo economicus. terhadap lingkungan, jika ekonomi
2. Adil (Equilibrium/Keadilan) konvensional, baru mengenal istilah
Islam memperbolehkan manusia untuk corporate sosial responbility, maka ekonomi
menikmati berbagai karunia dikehidupan Islam telah mengenalnya sejak mengenalnya.
dunia yang disediakan Allah Swt. 5. Halal
Pemanfaatan atas karunia Allah tersebut Dalam kerangka acuan Islam, Barang-
harus dilakukan secara adil sesuai dengan barang yang dapat dikonsumsi hanyalah
syari’ah, sehingga di samping mendapatkan barang-barang yang menunjukan nilai-nilai
keuntungan materil, ia juga sekaligus kebaikan, kesucian, keindahan, serta akan
merasakan kepuasan spritual. Al-Qur’an menimbulkan kemaslahan untuk umat baik
secara tega menekankan norma perilaku ini secara materil maupun spritual. sebaliknya,
baik untuk menjamin adanya kehidupan yang benda-benda yang buruk tidak suci (najis),

Volume 3 No. 2, November 2020 | TINJAUAN PUSTAKA 154


Maro; Jurnal Ekonomi Syariah dan Bisnis http://jurnal.unma.ac.id/index.php/mr/index
E-ISSN: 2621-5012 P-ISSN 2655-822X

tidak bernilai, tidak dapat digunakan dan juga


tidak dapat dianggap sebagai barang-barang 3. METODOLOGI
konsumsi dalam islam serta dapat Metode yang digunakan dalam
menimbulkan kemudaratan apabila penelitian ini adalah dengan metode
dikonsumsi akan dilarang. deskriftif yang bersifat kualitatif. Artinya
memaparkan secara sistematis dan akurat
6. Sederhana tentang objek yang diteliti, untuk
Islam sangat melarang perbuatan memperoleh gambaran yang lebih
yang melampaui batas (Ishraf) termasuk komprehensif.
pemborosan dan berlebih-lebihan Teknik yang digunakan dalam penelitian
(bermewah-mewah, yaitu menbuang-buang ini adalah teknik survey buku (book survey),
harata dan menghambur-hamburhanya tanpa karena sumber-sumber datanya terdiri dari
faedah serata manfaat dan hanya leteratur-literatur seperti buku, makalah,
memperturutkan nafsu semata, Allah akan artikel dan lain-lain. Penelitian yang
sangat mengecam setiap perbuatan yang mengunakan teknik pengumpulan data ini
melampaui batas. sering disebut sebagai studi kepustakaan
(Library Research) (Cik Hasan Bisri: 66)
Perilaku Konsumen Non-Muslim Jenis data penelitian ini bersifat
Menurut Nur Rianto & Euis Amalia kualitatif. Data yang terkumpul di analisis dan
(2010: 93) Penjelasan mengenai perilaku digambarkan dengan menggunakan metode
konsumen yang paling sederhana dapat kita deskriftif. Dalam operasionalnya,
dapati dalam hukum permintaan. yang penganalisisan data di tempuh dengan
menyatakan bahwa “bila harga suatu barang langkah-langkah sebagai berikut :
naik maka jumlah yang diminta oleh 1. Mengumpulkan data sesuai dengan
konsumen akan barang tersebut akan turun, masalah penelitian.
begitu pula sebaliknya. Dengan asumsi ceteris 2. Mengklasifikasikan dalam satuan-satuan
paribus (faktor-faktor lain yang dianggap sesuai jenis data yang telah ditentukan.
konstan)”. ada dua pendekatan (approach) 3. Menafsirkan serta menarik kesimpulan
untuk menerangkan mengapa konsumen dari data yang dianalisis dengan
bereperilaku: memperhatikan rumusan masalah dan
1. Pendekatan Marginal Utility, yang bertitik kaidah-kaidah yang berlaku dalam
tolak anggapan bahwa kepuasaan (Utility) penelitian.
setiap konsumen bisa di ukur dengan
satuan lain (Uility yang bersifat cardinal) 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
seperti kita mengukur berat badan. Dalam membangun suatu teori perilaku
2. Pendekaan indiferencer curve, yang tidak konsumen dalam kaitannya dengan perilaku
memerlukan adanya anggapan bahwa konsumen untuk memaksimumkan kepuasan,
kepuasaan konsumen bisa diukur: Adiwarman Karim (2002) menyebut empat
anggapan yang diperlukan ialah bahwa prinsip pilihan rasional, yaitu :
tingkat kepuasaan konsumen bisa 1. Kelengkapan (Completeness)
dikatakan lebih tinggi atau lebih rendah Prinsip ini, mengatakan bahwa setiap
tanpa mengatakan beberapa lebih tinggi individu selalu dapat menentukan keadaan
atau rendah (Utility bersifat ordinal) mana yang lebih disukainya diantara dua

Volume 3 No. 2, November 2020 | METODOLOGI 155


Maro; Jurnal Ekonomi Syariah dan Bisnis http://jurnal.unma.ac.id/index.php/mr/index
E-ISSN: 2621-5012 P-ISSN 2655-822X

keadaan. Konsumen dapat membandingkan Manusia harus menyiapakan masa


dan menilai semua produk yang ada. depanya, karena masa depanya merupakan
2. Transitivitas (Transitivity) masa yang tidak diketahuai keadaanya.
Prinsip ini, menerangkan mengenai Dalam ekonomi penyiapan masa depan dapat
konsistensi seseorang dalam menentukan dialakukan dengan melalui tabungan.
dan memutuskan pilihannya bila dihadapkan Sebagaimana Firman Allah yang terdapat
oleh beberapa alternatif pilihan produk. dalam surat Yusuf: 47-48 :
3. Kesinambungan (Continuity) “Yusuf berkata: "Supaya kamu bertanam
Prinsip ini menjelaskan jika seseorang tujuh tahun (lamanya) sebagaimana biasa;
individu mengatakan “produk A lebih disukai Maka apa yang kamu tuai hendaklah kamu
daripada produk B”, maka setiap keadaan biarkan dibulirnya kecuali sedikit untuk kamu
yang mendekati produk A pasti juga akan makan. Kemudian sesudah itu akan datang
lebih disukai daripada produk B. Jadi ada tujuh tahun yang Amat sulit, yang
kekonsistenan seorang konsumen dalam menghabiskan apa yang kamu simpan untuk
memilih suatu produk yang akan menghadapinya (tahun sulit), kecuali sedikit
dikonsumsinya. dari (bibit gandum) yang kamu simpan”.
4. Lebih banyak lebih baik (The More is The 3. Konsumsi sebagai tanggungjawab sosial
Better) Menurut Ajaran islam, konsumsi yang
Prinsip ini menjelaskan jumlah kepuasan ditujukan sebagai tanggungjawab sosial ialah
akan meningkat, jika individu mengonsumsi kewajiban mengeluarkan zakat, hal ini
lebih banyak barang atau produk tersubut. dilakukan untuk menjaga stabilitas dan
Kemudian, menurut Monzer Khaf (1995) keseimbangan ekonomi, islam sangat
Sasaran konsumsi bagi konsumen muslim melarang pemupukan harta, yang berakibat
terdapat tiga aspek yaitu: terhentinya arus peredaran harta, merintangi
1. Konsumsi untuk dirinya sendiri dan efesiensi usaha, dan pertukaran komoditas
keluarganya produksi dalam perekonomian.
Tidak dibenarkan konsumsi yang Secara sosiologis, manusia merupakan
dilakukan oleh seseorang berakibat pada makhluk yang memilki aspek pribadi dan
penyengsaraan diri sendiri dan keluarga aspek social. Aspek-aspek ini juga harus
karena kekikiranya. Allah SWT telah melarang mendapatkan perhatian, sehingga dalam
pula perbuatan pemborosan dan berlebih- kehidupannya tidak terjadi ketimpangan, baik
lebihan sebagaimana terdapat dalam surat al- secara pribadi maupun secara social. Sebagai
Thalak: 7 yang artinya: makhluk pribadi dan social, maka manusia
“Hendaklah orang yang mampu juga memilki sasaran konsumsi. Sasaran
memberi nafkah menurut kemampuannya. konsumsi tersebut adalah:
dan orang yang disempitkan rezkinya 1. Konsumsi bagi diri sendiri dan keluarga
hendaklah memberi nafkah dari harta yang 2. Konsumsi sebagai tanggung jawab social
diberikan Allah kepadanya. Allah tidak 3. Tabungan
memikulkan beban kepada seseorang 4. Investasi
melainkan sekedar apa yang Allah berikan 5. Zakat dan konsumsi social
kepadanya. Allah kelak akan memberikan Teori perilaku konsumen yang
kelapangan sesudah kesempitan”. dikembangkan di barat sering dikenal dengan
2. Tabungan rasionalisme ekonomi dan utilitarianisme.

Volume 3 No. 2, November 2020 | HASIL DAN PEMBAHASAN 156


Maro; Jurnal Ekonomi Syariah dan Bisnis http://jurnal.unma.ac.id/index.php/mr/index
E-ISSN: 2621-5012 P-ISSN 2655-822X

Rasionalisme ekonomi menggambarkan


manusia sebagai sosok yang sangat
perhitungan dalam setiap aktivitas
ekonominya, dimana ketegori kesuksesan
dihitung dari besaran materi yang berhasil
C1
dikumpulkan. Sehingga berdasarkan teori ini,
maksimalisasi kepuasan adalah tujuan utama Gambar 1: Hubungan Konsumsi sekarang
dengan konsumsi masa depan
dari seorang konsumen. Manusia dianggap
Ada beberapa asumsi yang mendasari
sebagai sosok homo sconomicus yaitu sosok
tentang konsumsi konsumen muslim,
manusia yang distimulus dalam aktivitasnya
diantaranya :
dengan materi.
1. Sistem perekonomian yang ada telah
Kemudian apakah yang dimaksud
mengaplikasikan aturan syariat Islam, dan
dengan konsumsi intertemporal? menurut
sebagian besar masyarakatnya meyakini
Adiwarman Karim (2002) konsumsi
dan menjadikan syariat Islam sebagai
intertemporal adalah konsumsi yang
bagian integral dalam setiap aktivitas
dilakukan dalam dua waktu yaitu masa
kehidupannya.
sekarang dan akan datang. Dalam ekonomi
2. Institusi zakat telah menjadi bagian dalam
konvensional, pendapatan adalah suatu
suatu sistem perekonomian dan
penjumlahan konsumsi dan tabungan yang
hukumnya wajib untuk dilaksanakan bagi
secara matematis dinotasikan :
setiap individu yang mampu
Y=C+S
3. Pelarangan riba dalam setiap aktivitas
Dimana :
ekonomi
Y = Pendapatan
4. Prinsip mudharabah dan kerjasama
C = Konsumsi
diaplikasikan dalam perekonomian
S = Tabungan
5. Tersedianya instrumen moneter Islam
Dalam keadaan terjadinya selisih antara
dalam perekonomian
pendapatan dan jumlah unag yang
6. Konsumen mempunyai perilaku untuk
dibelanjakan untuk konsumsi, perilaku
memaksimalkan kepuasannya.
konsumen dapat dibagi menjadi 3, yaitu :
Dalam konsep Islam konsumsi intertemporal
1. Lender, ketika jumlah konsumsi lebih kecil dimaknai bahwasannya pendapatan yang
daripada pendapatan dimiliki tidak hanya dibelanjakan untuk hal-
2. Borrower, ketika jumlah konsumsi lebih hal yang sifatnya konsumtif namun ada
besar daripada pendapatan. pendapatan yang dibelanjakan untuk
3. Polonius point, ketika jumlah konsumsi perjuangan di jalan Allah atau lebih dikenal
sama dengan jumlah pendapatan. dengan infak. Sehingga persamaannya dapat
ditulis sebagai berikut :

C2
Y = ( C + Infak) + S

Atau persamaan diatas dapat disederhanakan


menjadi :

Y = ( C + Infak ) S
Y = FS + S

Volume 3 No. 2, November 2020 | HASIL DAN PEMBAHASAN 157


Maro; Jurnal Ekonomi Syariah dan Bisnis http://jurnal.unma.ac.id/index.php/mr/index
E-ISSN: 2621-5012 P-ISSN 2655-822X

1. Orang tidak mau bekerja mencari


Dimana FS (Final Spending) adalah pekerjaan
konsumsi yang dibelanjakan untuk keperluan 2. Praktik riba menjadi tradisi di masyarakat
konsumtif ditambah dengan pembelanjaan 3. Zakat wajib untuk dilaksanakan.
untuk infak. Sehingga final spending adalah
pembelanjaan akhir seorang konsumen Analisa konvensional terhadap perilaku
muslim. konsumen harus di modifikasi dalam kaitanya
Setelah asumsi ini dibuat, selanjutnya sebagai seorang konsumen muslim, Ada lima
mencoba melihat seberapa besar pengaruh alasan atas modifikasi ini.
kewajiban zakat dan pelarangan riba atas 1. Konsumen muslim tidak mencapai
keputusan alokasi pendapatan antara kepuasaan hanya dari mengonsumsi
tabungan dan pembelanjaan akhir (final output dan memegang barang modal.
spending). Zakat mempengaruhi orang yang perilaku ekonominya berputar pada
melaksanakan maupun bagi penerimanya. pencapaian atas ridha Allah. untuk
Adapun pengaruh zakat bagi yang seorang muslim sejati harus percaya
melaksanakan adalah : kepada Alqur’an.
1. Pembayaran zakat akan memicu individu 2. Faktor komoditas dari konsumen muslim
untuk meningkatkan rasio tabungannya. berbeda dari pada konsumen nonmuslim,
Karena zakat yang dikenakan pada mekipun dari semua elemen tersedia.
kekayaan dan bukan hanya pendapatan karena islam melarang mengonsumsi
semata, sehingga ia akan meningkatkan beberapa komoditas seperti alkohol, babi
rasio tabungannya untuk mencegah dan lain-lain.
penurunan nilai kekayaan yang dimilki. 3. Karena islam dilarang menerima atau
Pengaruh zakat terhadap tingkat tabungan membayar bunga dari pinjaman bentuk
positif karena mampu meningkatkan rasio apapun.
tabungan pendapatan dalam masyarakat 4. Muslim dalam mendapatkan anggaran
Islam. harus bersih dari pembayaran zakat.
2. Zakat akan menjadi suatu sanksi bagi 5. Muslim dilarang mengkonsumsi
kekayaan yang menganggur, sehingga berlebihan.
individu tidak akan membiarkan kekayaan Konsumsi pada hakikatnya adalah
yang dimilikinya untuk semakin berkurang mengeluarkan sesuatu dalam rangka
karena adanya zakat tanpa memberikan memenuhi kebutuhan. Dalam kerangka Islam
hasil positif atas mereka. Oleh karenanya, perlu dibedakan dua tipe pengeluaran yang
mencegah kekayaan mereka semakin dilakukan oleh konsumen muslim.
berkurang, maka mereka akan melakukan pengeluaran tipe pertama adalah
keputusan untuk berinvesatasi agar tidak pengeluaran yang dilakukan seorang muslim
terjadi penurunan nilai kekayaan yang untuk memenuhi kebutuhan duniawinya dan
dimiliki. Sehingga dengan zakat akan keluarga (pengeluaran dilakukan untuk
memacu kenaikan nilai investasi yang memenuhi kebutuhan dunia namun memilki
dilakukan. efek pada pahala di akhirat). Pengeluaran tipe
kedua adalah pengeluaran yang dikeluarkan
Untuk melihat bagaimana hubungan semata-mata bermotif mencari akhirat.
anatara zakat dan riba diasumsikan : 1. Etika Konsumen

Volume 3 No. 2, November 2020 | HASIL DAN PEMBAHASAN 158


Maro; Jurnal Ekonomi Syariah dan Bisnis http://jurnal.unma.ac.id/index.php/mr/index
E-ISSN: 2621-5012 P-ISSN 2655-822X

Islam adalah agama yang sarat zakat, infak atau shadaqoh. Konsumsi harus
etika.Pembicaraan mengenai etika islam dimaknai juga sebagai titipan Allah yang
banyak dikemukakan oleh para ilmuwan. senantiasa harus digunakan sebaik mungkin
sebagai bekal ibadah dijalanNya. Pengaruh
Sedang pengembangan yang sistematis
gabungan antara plarangan riba dan
dengan latar belakang ekonomi tentang penerapan kewajiban zakat adalah untuk
system etika islam secara garis besar dapat menggeser pembelanjaan akhir (final
dibagi menjadi 4 pokok aksioma sebagimana spending).
dikupas oleh Naqfi. Naqfi mengelompokan ke 6. DAFTAR PUSTAKA
dalam 4 aksioma pokok, yaitu: tauhid, Adiwarman Karim, Ekonomi Mikro Islami.
keadilan, kebebasan berkehendak dan Jakarta, Rajagrapindo Persada, 2012
pertanggungjawaban. ____________________, Ekonomi Islam
2. Prioritas Konsumsi Suatu Kajian Kontemporer. Gema Insan
Islam mengajarkan bahwa manusia ____________________, Sejarah Pemikiran
selama hidupnya akan mengalami tahapan- Ekonomi Islam. Rajawali Pers, Jakarta,
tahapan dalam kehidupan. Secara umum 2004.
tahapan kehidupan dapat dkelompokan ____________________, Ekonomi Makro
menjadi dua tahapan yaitu: dunia dan Islami. Rajawali Pers, Jakarta, 2011
akhirat. Oleh karena itu Islam mengajarkan Cik Hasan Bisri. Penuntun Penyusunan
kepada umatnya untuk selalu mencapai Rencana Penelitian dan Penulisan
kebahagiaan di dunia dan akhirat. Hal ini Skripsi. Logos Wacan Ilmu, 1998.
berarti pada saat seseorang melakukan Monzer Khaf. Ekonomi Islam: Suatu Telaah
konsumsi harus memiliki nilai dunia dan Analitik. Pustaka Pelajar, Jakarta, 1995.
akhirat. Dengan demikian maka yang lebih Muhamad. Kebijakan Fiskal Dan Moneter
diutamakan adalah konsumsi untuk dunia Dalam Islam, Salemba Empat, Jakarta,
atau konsumsi untuk akhirat. 2002.
_________, Ekonomi Mikro dalam Perspektif
5. PENUTUP Islam. Yogyakarta, BPFE, 2004
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan M. Nur Rianto dan Euis Amalia, Teori
bahwa, konsumsi merupakan permintaan, Mikroekonomi. Jakarta, Kencana
artinya Segala kegiatan atau tindakan
perenada Media Grup, 2010
menghabiskan atau mengurangi kegunaan
(daya guna) barang dan jasa untuk memenuhi Muhammad Abdul Manan. Teori & Praktek
kebutuhan. Pembelanjaan masyarakat atas Ekonomi Islam. Dana Bakti Wakaf.
makanan, pakaian, dan barang-barang Yogyakarta, 1997.
kebutuhan mereka yang lain digolongkan Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah Dari
pembelanjaan atau konsumsi. Barang-barang Teori Ke Praktik. Bina Insan Press,
yang di produksi untuk digunakan oleh
Jakarta, 2003.
masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya
Murthada Muthahhari. Pandangan Islam
dinamakan barang konsumsi.
Dalam konsep Islam konsumsi tidak Tentang Asuransi & Riba. Pustaka
hanya dimaknai sebatas untuk memenuhi Hidayah, Bandung, 1995.
kebutuhan yang bersifat konsumtif, namun Mustafa Edwin Nasution, dkk. Pengenalan
sebagian penghasilan harus digunakan untuk Eksklusif Ekonomi Islam. Kencana,
kebutuhan yang bersifat jangka panjang yang Jakarta, 2007.
disebut tabungan dan investasi serta
kebutuhan dijalan Allah yang bisa disebut

Volume 3 No. 2, November 2020 | PENUTUP 159


Maro; Jurnal Ekonomi Syariah dan Bisnis http://jurnal.unma.ac.id/index.php/mr/index
E-ISSN: 2621-5012 P-ISSN 2655-822X

M. Umer Chafra. Islam & Tantangan Ekonomi. Nurul Huda, dkk. Ekonomi Makro Islam
Gema Insani Press, Jakarta, 2000. Pendekatan Teoritis. Kencana, Jakarta,
.Sistem Moneter Islam. Gema 2008.
Insani Press, Jakarta, 2000.
Prathama Rahardja & Mandala Manurung. Rimsky K. Judisseno. Sistem Moneter dan
Pengantar Ilmu Ekonomi, Mikro Perbankan Di Indonesia. Gramedia
Ekonomi & Makro Ekonomi. Lembaga Pustaka Utama, Jakarta, 2005.
Penerbit Fakultas Ekonomi UI, Jakarta, Syed Nawad Naqvi. Etika dan Ilmu Ekonomi:
2008 Suatu Sisntesis Islami. Mizan, Bandung,
P3EI UII Yogyakarta. Ekonomi Islam. Rajawali 1985
Pers, Jakarta, 2008

Volume 3 No. 2, November 2020 | DAFTAR PUSTAKA 160

Anda mungkin juga menyukai