php/mr/index
E-ISSN: 2621-5012 P-ISSN 2655-822X
ABSTRAK
Konsumsi adalah mengeluarkan sesuatu dalam rangka memenuhi kebutuhan. Dalam kerangka ekonomi
Islam pengeluaran seorang muslim diberdakan menjadi dua tipe. Pertama adalah pengeluaran yang
dilakukan seorang muslim untuk memenuhi kebutuhan dunia dan keluarga yang memilki efek pada
pahala di akhirat. Kedua adalah pengeluaran yang dilakukan semata-mata untuk mencari akhirat.
Penelitian ini dilakukan menggunakan metode deskriftif dengan pendekatan kualitatif. Hasil penelitian
ini menunjukan bahwa sasaran kunsumen mencakup tiga aspek 1). Konsumsi untuk dirinya sendiri dan
keluarga; Tidak dibenarkan konsumsi yang dilakukan oleh seseorang berakibat pada penyengsaraan diri
sendiri dan keluarga karena kekikiranya 2). Tabungan; manusia harus menyiapakan masa depanya,
karena masa depanya merupakan masa yang tidak diketahuai keadaanya. Dalam ekonomi penyiapan
masa depan dapat dilakukan melalui tabungan 3) Konsumsi sebagai tanggungjawab sosial; konsumsi
yang ditujukan sebagai tanggungjawab sosial ialah kewajiban mengeluarkan zakat, hal ini dilakukan
untuk menjaga stabilitas dan keseimbangan ekonomi, islam sangat melarang pemupukan harta, yang
berakibat terhentinya arus peredaran harta, merintangi efesiensi usaha, dan pertukaran komoditas
produksi dalam perekonomian.
ABSTRACT
Consumption is dispensing something in order to make ends meet. In terms of Islamic economics the
expenditure of a Muslim is charged into two types. The first is the expenditure made by a Muslim to meet
the needs of the world and families who have an effect on the reward in the hereafter. The second is the
expenditure made solely in search of the Hereafter. This research was conducted using a descriptive
method with a qualitative approach. The results of this study show that the target kunsumen covers
three aspects 1). Consumption for himself and his family; It is not permiss permiss permissable that a
person's consumption results in self-harm and family due to the misappeany of 2). Savings; man must
have his future, for his future is a time that is not known. In the future preparation economy can be done
through savings 3) Consumption as a social responsibility; Consumption intended as a social
responsibility is the obligation to issue zakat, this is done to maintain economic stability and balance,
Islam strictly prohibits the fertilization of property, which results in a halt in the flow of wealth
circulation, hindering business efficiency, and the exchange of production commodities in the economy.
Copyright © 2020 Program Studi Ekonomi Perbankan Islam, FAI Universitas Majalengka. All rights
reserved.
berfirman dalam al-Quran surat al-Maidah: tujuan dasar: (1) agama (al-dien), (2) hidup
96, yang artinya: atau jiwa (nafs), (3) keluarga atau keturunan
“Dihalalkan bagimu binatang buruan (nasl), (4) harta atau kekayaan (maal) dan
laut dan makanan (yang berasal) dari laut itelek atau akal (‘aql). Ia menitikberatkan
sebagai makan yang lezat bagimu dan bagi bahwa sesuai tuntunan wahyu, “kebaikan
orang-orang dalam perjalanan, dan dunia ini dan akhirat (maslahat al-din wa al-
dihramkan atasmu (menangkap) binatang dunya) meruoakan tujuan utamanya.”
buruan darat, selama kamu dalam ihram. Ia mendefinisikan aspek ekonomi dari
Dan bertaqwalah kepad Allah yang fungsi kesejahteraan sosialnya dalam
kepadanyalah kamu akan dikumpulkan”. kerangka sebuah hierarki utilitas individu
Seorang ulama besar, Imam Al-Ghazali social yang tripartite meliputi: kebutuhan
yang lahir pada tahun 450/1058, telah (daruriat); kesenangan atau kenyamanan
memberikan sumbangan uang besar dalam (hajaat); dan kemewahan (tahsinaat) sebuah
pengembangan dan pemikiran dalam dunia klasifikasi peninggalan tradisi Aristotelian,
islam. Salah satu yang patut untuk kita bahas yang disebut oleh seorang sarjana sebagai
dalam adalah fungsi kesejahteraan social “kebutuhan ordinal” (kebutuhan dasar,
islam begitu juga tentang pandangan tentang kebutuhan terhadap barang-barang
peran aktivitas ekonomi secara umum. “eksternal”, dan terhadap barang-barang
Sebuah tema yang menjadi pangkal tolak psikis). Kunci pemeliharaan dari kelima tujuan
sepanjang karya-karyanya adalah konsep dasar ini terletak pada penyediaan tingkatan
maslahat, atau kesejahteraan social atau pertama, yaitu kebutuhan seperti makanan,
utilitas (“kebaikan bersama”), sebuah konsep pakaian, dan perumahan. Namun demikian,
yang mencakup semua urusan mausia, baik Ghazali menyadari bahwa kebutuhan-
urusan ekonomi maupun urusan lainnya, dan kebutuhan dasar demikian cenderung
yang membuat kaitan yang erat antara fleksibel mengikuti waktu dan tempat dan
individu dengan masyarakat. Sesungguhnya dapat mencakup bahkan kebutuhan-
seorang penulis telah menyatakan bahwa Al- kebutuhan sosiopsikologis. Kelompok
Ghazali telah menemukan “sebuah konsep kebutuhan kedua “terdiri dari semua
fungsi kesejahteraan social yang sulit kegiatan dan hal-hal yang tidak vital bagi lima
diruntuhkan dan yang telah dirindukan oleh fondasi tersebut, tetapi dibutuhkan untuk
ekonom-ekonom modern.” Dalam menghilangkan rintangan dan kesukaran
meningkatkan kesejahteraan social, Imam Al- dalam hidup.” Kelompok ketiga “mencakup
Ghazali mengelompokkan dan kegiatan-kegiatan dan hal-hal yang lebih jauh
mengidentifikasi semua masalah baik yang dari dari sekadar kenyamanan saj; meliputi
berupa masalih (utuilitas, manfaat) maupun hal-hal yang melengkapi, menerangi atau
mafasid (disutilitas, kerusakan) dalam menghiasi hidup.”
meningkatkan kesejahteraan social. Walaupun keselamatan merupkan
Selanjutnya ia mendefinisikan fungsi social tujuan akhir, Al-Ghazali tidak ingin bila
dalam kerangka hierarki kebutuhan individu pencarian keselamatan ini sampai
dan sosial. mengabaikan kewajiban-kewjiban duniawi
Menurut Al-Ghazali, kesejahteraan seseorang. Bahkan pencaharian kegiatan-
(maslahah) dari suatu masyarakat tergantung kegiatan ekonomi bukan saja diinginkan
kepada pencarian dan pemeliharaan lima ,tetapi merupakan keharusan bila ingin
lebihan itu adalah ciri masyarakat yang tidak berimabang antara kehidupan dunia dan
mengenal tuhan, dikutuk dalam Islam karena akhirat. Konsumsi dalam islam juga bukan
termasuk ishraf (berlebihan), Tazbir bersifat materil tetapi untuk kepentingan
(penggunaan harta yang salah), karena ajaran jalan Allah.
Islam harus berimbang yakni pola yang
terletak antara kekikiran dan pemborosan
sehingga konsumsi yang wajar. 3. Kehendak Bebas (Free Will)
Salah satu ciri penting islam adalah tidak Alam semesta merupakan milik Allah,
hanya mengubah nilai-nilai dan kebiasaan yang memiliki kemahakuasaan (kedaulatan)
masyarakat tetapi juga menyajikan kerangka sepenuhnya dan kesempurnaan atas
legislatif yang perlu untuk mendukung dan makhluk-Nya. Manusia diberi kekuasaan
memperkuat tujuan-tujuan ini. Etika islam untuk mengambil keuntungan dan manfaat
dalam hal konsumsi menurut Syed Nawad sebanyak-banyaknya sesuai dengan
Naqvi (1985) adalah sebagai berikut : kemampuanya atas barang-barng ciptaan
1. Tauhid (Unity/Kesatuan) Allah, manusia dapat berkehendak bebas,
Dalam perspektif islam, kegiatan namun kebebasan ini merupakan hukum
konsumsi dilakukan dalam rangka beribadah sebab akibat yang didasarkan pada
kepada Allah Swt, sehingga senantiasa berada pengetahuan dan kehendak Allah Swt.
dalam hukum Allah (syari’ah). Karena itu, sehingga dalam melakukan aktivitas haruslah
orang mukmin berusaha mencari kenikmatan tetap memiliki batasan agar jangan sampai
dengan mentaati perintah-nya dan menzalimi pihak lain.
memuaskan dirrinya sendiri dengan barang- 4. Amanah (Responbility/Tanggungjawaban)
barang dan anugerah yang dicpta (Allah) Manusia merupakan khalifah atau
untuk umat manusia. Adapun dalam pengemban amant Allah manusia diberi
pandangan kapitalis, konsumsi merupakan kekuasaan untuk melaksanakan tugas
fungsi dari keinginan, nafsu, harga barang, kekhalifahan ini dan untuk mengambil
dan pendapatan, tanpa mempedulikan keuntungan dan manfaat sebanyak-
dimensi spritual, kepentingan orang lain dan bannyaknya atas ciptaan Allah. dalam hal ini
tanggung jawab atau segala perilakunya, melakukan konsumsi, manusia dapat
sehingga pada ekonominya dan konvensional berkehendak bebas tetapi akanomi
manusia diartikan sebagai individu yang mempertanggungjawabkan sendiri dan
memiliki sifat homo economicus. terhadap lingkungan, jika ekonomi
2. Adil (Equilibrium/Keadilan) konvensional, baru mengenal istilah
Islam memperbolehkan manusia untuk corporate sosial responbility, maka ekonomi
menikmati berbagai karunia dikehidupan Islam telah mengenalnya sejak mengenalnya.
dunia yang disediakan Allah Swt. 5. Halal
Pemanfaatan atas karunia Allah tersebut Dalam kerangka acuan Islam, Barang-
harus dilakukan secara adil sesuai dengan barang yang dapat dikonsumsi hanyalah
syari’ah, sehingga di samping mendapatkan barang-barang yang menunjukan nilai-nilai
keuntungan materil, ia juga sekaligus kebaikan, kesucian, keindahan, serta akan
merasakan kepuasan spritual. Al-Qur’an menimbulkan kemaslahan untuk umat baik
secara tega menekankan norma perilaku ini secara materil maupun spritual. sebaliknya,
baik untuk menjamin adanya kehidupan yang benda-benda yang buruk tidak suci (najis),
C2
Y = ( C + Infak) + S
Y = ( C + Infak ) S
Y = FS + S
Islam adalah agama yang sarat zakat, infak atau shadaqoh. Konsumsi harus
etika.Pembicaraan mengenai etika islam dimaknai juga sebagai titipan Allah yang
banyak dikemukakan oleh para ilmuwan. senantiasa harus digunakan sebaik mungkin
sebagai bekal ibadah dijalanNya. Pengaruh
Sedang pengembangan yang sistematis
gabungan antara plarangan riba dan
dengan latar belakang ekonomi tentang penerapan kewajiban zakat adalah untuk
system etika islam secara garis besar dapat menggeser pembelanjaan akhir (final
dibagi menjadi 4 pokok aksioma sebagimana spending).
dikupas oleh Naqfi. Naqfi mengelompokan ke 6. DAFTAR PUSTAKA
dalam 4 aksioma pokok, yaitu: tauhid, Adiwarman Karim, Ekonomi Mikro Islami.
keadilan, kebebasan berkehendak dan Jakarta, Rajagrapindo Persada, 2012
pertanggungjawaban. ____________________, Ekonomi Islam
2. Prioritas Konsumsi Suatu Kajian Kontemporer. Gema Insan
Islam mengajarkan bahwa manusia ____________________, Sejarah Pemikiran
selama hidupnya akan mengalami tahapan- Ekonomi Islam. Rajawali Pers, Jakarta,
tahapan dalam kehidupan. Secara umum 2004.
tahapan kehidupan dapat dkelompokan ____________________, Ekonomi Makro
menjadi dua tahapan yaitu: dunia dan Islami. Rajawali Pers, Jakarta, 2011
akhirat. Oleh karena itu Islam mengajarkan Cik Hasan Bisri. Penuntun Penyusunan
kepada umatnya untuk selalu mencapai Rencana Penelitian dan Penulisan
kebahagiaan di dunia dan akhirat. Hal ini Skripsi. Logos Wacan Ilmu, 1998.
berarti pada saat seseorang melakukan Monzer Khaf. Ekonomi Islam: Suatu Telaah
konsumsi harus memiliki nilai dunia dan Analitik. Pustaka Pelajar, Jakarta, 1995.
akhirat. Dengan demikian maka yang lebih Muhamad. Kebijakan Fiskal Dan Moneter
diutamakan adalah konsumsi untuk dunia Dalam Islam, Salemba Empat, Jakarta,
atau konsumsi untuk akhirat. 2002.
_________, Ekonomi Mikro dalam Perspektif
5. PENUTUP Islam. Yogyakarta, BPFE, 2004
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan M. Nur Rianto dan Euis Amalia, Teori
bahwa, konsumsi merupakan permintaan, Mikroekonomi. Jakarta, Kencana
artinya Segala kegiatan atau tindakan
perenada Media Grup, 2010
menghabiskan atau mengurangi kegunaan
(daya guna) barang dan jasa untuk memenuhi Muhammad Abdul Manan. Teori & Praktek
kebutuhan. Pembelanjaan masyarakat atas Ekonomi Islam. Dana Bakti Wakaf.
makanan, pakaian, dan barang-barang Yogyakarta, 1997.
kebutuhan mereka yang lain digolongkan Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah Dari
pembelanjaan atau konsumsi. Barang-barang Teori Ke Praktik. Bina Insan Press,
yang di produksi untuk digunakan oleh
Jakarta, 2003.
masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya
Murthada Muthahhari. Pandangan Islam
dinamakan barang konsumsi.
Dalam konsep Islam konsumsi tidak Tentang Asuransi & Riba. Pustaka
hanya dimaknai sebatas untuk memenuhi Hidayah, Bandung, 1995.
kebutuhan yang bersifat konsumtif, namun Mustafa Edwin Nasution, dkk. Pengenalan
sebagian penghasilan harus digunakan untuk Eksklusif Ekonomi Islam. Kencana,
kebutuhan yang bersifat jangka panjang yang Jakarta, 2007.
disebut tabungan dan investasi serta
kebutuhan dijalan Allah yang bisa disebut
M. Umer Chafra. Islam & Tantangan Ekonomi. Nurul Huda, dkk. Ekonomi Makro Islam
Gema Insani Press, Jakarta, 2000. Pendekatan Teoritis. Kencana, Jakarta,
.Sistem Moneter Islam. Gema 2008.
Insani Press, Jakarta, 2000.
Prathama Rahardja & Mandala Manurung. Rimsky K. Judisseno. Sistem Moneter dan
Pengantar Ilmu Ekonomi, Mikro Perbankan Di Indonesia. Gramedia
Ekonomi & Makro Ekonomi. Lembaga Pustaka Utama, Jakarta, 2005.
Penerbit Fakultas Ekonomi UI, Jakarta, Syed Nawad Naqvi. Etika dan Ilmu Ekonomi:
2008 Suatu Sisntesis Islami. Mizan, Bandung,
P3EI UII Yogyakarta. Ekonomi Islam. Rajawali 1985
Pers, Jakarta, 2008