Anda di halaman 1dari 9

SYARIKAT : Jurnal Rumpun Ekonomi Syariah

Volume 4 Nomor 2, Desember 2021


p-ISSN 2654-3923
e-ISSN 2621-6051

RELEVANSI UTILITY DAN MASHLAHAH DALAM MIKRO EKONOMI


SYARIAH
Rahmawati1, Husni Thamrin2

*1&2 Prodi Ekonomi Syari’ah Program Pasca Sarjana UIN Sultan Syarif Kasim Riau
Email : 22190323212@students.uin-suska.ac.id

Abstrak: Penelitian ini membahas relevansi utility dan mashlahah dalam ekonomi mikro
syariah. Permasalahan yang sering terjadi yakni teori utility belum menyentuh prinsip dan
tujuan yang paling mendasar dari konsumen Muslim, yaitu memenuhi kebutuhannya yang
bersifat material dan non material, sulit membedakan antara keinginan dan kebutuhan, tidak
dapat menghindari perilaku berlebihan. Sehingga belum dirasakan terpenuhinya kebutuhan ini
dalam kegiatan konsumsi yang disebut mashlahah. Masalah-masalah tersebut harus ditemukan
solusi dalam mengatasinya. Kehadiran ekonomi mikro syariah mampu memberikan titik terang
dalam how dan why sebuah pengambilan keputusan setiap unit ekonomi yang di batasi oleh
batasan-batasan syariah. Penelitian ini bersifat penelitian kepustakaan (library research) dengan
metode tematik. Konsep utility atau kepuasan sangat berbeda dengan konsep maslahah atau
kemanfaatan yag menjadi tujuan dalam konsumsi yang Islam. Konsep utility bersifat sangat
subjek karena bertolak dari pemenuhan kebutuhan yang memang bersifat subjek. Sementara
konsep maslahah relatif lebih obyektif karena bertolak dari pemenuhan keinginan yang memang
relatif lebih obyektif dibandingkan kebutuhan. Karena konsep konsumsi dalam ekonomi mikro
syariah adanya batasan-batasan dalam mengkonsumsi suatu barang/jasa yang sudah diatur
dalam Al-Qur’an dan Hadist.

Kata Kunci : Utility, Mashlahah, Ekonomi Mikro Syariah

SYARIKAT : Jurnal Rumpun Ekonomi Syariah Volume 4, Nomor 2, Desember 2021

1
p-ISSN 2654-3923
e-ISSN 2621-6051

PENDAHULUAN barang yang bersifat daruriyat, tahsiniyat,


Dalam ekonomi syariah, setiap dan hajiyat (Ridwan et.al, 2017 : 79).
tindakan ekonomi pada manusia akan Pada dasarnya untuk
didasari oleh prinsip-prinsip yang sesuai mengkonsumsi suatu barang atau jasa,
dengan ajaran Islam. Oleh karena itu setiap individu umat Muslim dituntut
setiap tindakan yang menyimpang dari dalam hal penggunaan tidak boros, tidak
syariat akan dilarang, karena bisa bermegah-megahan, dan lebih
menyebabkan kemudharatan bagi umat mengutamakan tujuan maslahahnya dari
manusia (Subagiyo, 2016 : 3). konsumsi itu sendiri. Hal ini berbeda
Islam memposisikan kegiatan dengan ekonomi konvensional, yang tidak
ekonomi sebagai salah satu aspek penting memisahkan antara keinginan dan
untuk mendapatkan kemuliaan (falah), kebutuhan, sehingga terjebak dalam
dan karenanya kegiatan ekonomi kategori konsumerisme. Karena tuntutan
sebagaimana kegiatan lainnya perlu gaya hidup, banyak yang
dituntun dan dikontrol agar berjalan memprioritaskan keinginan mereka.
seirama dengan ajaran Islam secara Sedangkan dalam perspektif
keseluruhan. Pada kehidupan sehari-hari ekonomi Islam tingkat kepuasan
setiap individu ataupun kelompok suatu konsumsi seseorang harusnya
masyarakat tidak terlepas dari konsumsi, berdasarkan kebutuhan dan
baik konsumsi suatu barang maupun jasa. mashlahahnya, bukan berdasarkan
Konsumsi pada hakikatnya mengeluarkan keinginan untuk mengkonsumsi suatu
sesuatu dalam rangka memenuhi barang dengan kepuasan maksimum.
kebutuhan. Teori ekonomi dibangun melalui
Dalam kerangka Islam perlu pendekatan investigasi realistik terhadap
dibedakan dua tipe pengeluaran. fenomena-fenomena ekonomi. Investigasi
Pengeluaran tipe pertama yaitu ini difokuskan untuk mencari bagaimana
pengeluaran yang dilakukan seorang pola perilaku hubungan antar variabel
Muslim untuk memenuhi kebutuhan ekonomi. Dengan pendekatan model ini,
duniawinya dan keluarga (pengeluaran teori ekonomi kemudian menjadi cukup
dilakukan untuk memenuhi kebutuhan ampuh untuk diletakkan sebagai alat
dunia namun memiliki efek pada pahala analisis. Teori ekonomi dapat dengan
di akhirat). Pengeluaran tipe kedua sangat baik menjelaskan bagaimana
adalah pengeluaran yang dikeluarkan kegiatan ekonomi berjalan dan dengan
semata-mata bermotif mencari akurat memprediksi apa yang akan
kebahagiaan di akhirat. terjadi pada satu variabel ekonomi jika
Dalam ekonomi mikro syariah variabel yang mempengaruhinya
konsumsi terhadap barang di berubah.
klasifikasikan dalam tiga kelompok, yaitu Teori utility menjelaskan bagaimana
konsumsi barang primer (keperluan sikap rasional seorang konsumen dalam
dasar), konsumsi barang sekunder memenuhi kebutuhannya dan bagaimana
(kenyamanan), dan konsumsi barang seorang konsumen memaksimalkan
tersier (kemewahan). Sedangkan dalam utility yang diperoleh. Karena sifat dan
bahasa ekonomi Islam tingkatan keistimewaan inilah teori ekonomi
konsumsi terhadap barang-barang ini kemudian justru memiliki kelemahan.
biasanya di istilahkan dengan barang- Teori ekonomi dapat menjelaskan apa
dan bagaimana seorang pelaku ekonomi

SYARIKAT : Jurnal Rumpun Ekonomi Syariah Volume 4, Nomor 2, Desember 2021

2
p-ISSN 2654-3923
e-ISSN 2621-6051

membuat sebuah keputusan. Tetapi teori sehingga pendapatannya habis. Karena


ekonomi tidak mampu menjelaskan mereka memiliki kebutuhan jangka
keputusan mana yang paling maslahat pendek (dunia) dan kebutuhan jangka
ketika seorang pelaku ekonomi panjang (akhirat) (Iifi, 2004 : 55).
menghadapi berbagai alternatif yang akan Sedangkan dalam bahasan ekonomi
dipilih. Islam tingkatan konsumsi terhadap
Dikatakan mashlahat manakala barang-barang ini biasanya di istilahkan
keputusan yang diambil dapat dengan barang-barang yang bersifat
memberikan manfaat tidak hanya yang daruriyat, tahsiniyat, dan hajiyat.
bersifat material tetapi juga yang Konsumsi barang daruriyat merujuk
berhubungan dengan eksistensinya kepada barang-barang yang
sebagai hamba yang akan kelangkaannya akan menyebabkan
mempertanggung jawabkan segala seseorang mendapat kesulitan bahkan
perbuatan kepada Allah Swt. bisa menghilangkan keselamatan jiwa,
Berdasarkan latar belakang di atas, agama, akal, keturunan dan harta.
penulis tertarik menggali secara Konsumsi barang tahsiniyat adalah
terperinci mengenai relevansi utility dan barang yang penggunaannya bukan untuk
mashlahah dalam ekonomi mikro syariah. kenyaman melainkan untuk bermewah-
mewah. Konsumsi barang hajiyat adalah
TINJAUAN PUSTAKA barang-barang yang ketersediaannya
Konsumsi akan menyebabkan hidup seseorang
Konsumsi secara umum adalah menjadi lebih nyaman dan sempurna
pemakaian dan penggunaan barang- (Ridwan et.al, 2017 : 79).
barang dan jasa seperti pakaian, Tujuan konsumsi konvensional
makanan, minuman, rumah, peralatan yakni mengurangi nilai guna barang atau
rumah tangga, kendaraan, alat-alat jasa secara bertahap. Setiap orang
hiburan, media cetak dan elektronik, jasa melakukan konsumsi akan mengurangi
konsultasi umum dll (Karim, 2004 : 260). nilai guna barang atau jasa tersebut
Konsumsi terhadap barang di secara bertahap. Sebagai contohnya
klasifikasikan dalam tiga kelompok, yaitu memakai pakaian dan kendaraan.
konsumsi barang primer (keperluan Menghabiskan kebutuhan secara fisik
dasar), konsumsi barang skunder seseorang melakukan konsumsi
(kenyamanan), dan konsumsi barang bertujuan untuk mencukupi kebutuhan
tersier (kemewahan). Kesenangan atau mereka secara fisik. Sebagai contoh:
keindahan diperbolehkan asal tidak mengenakan pakaian yang bagus agar
berlebihan, yaitu tidak melampaui batas penampilannya bertambah baik.
yang yang dibutuhkan oleh tubuh dan Sedangkan tujuan konsumsi dalam
tidak pula melampaui batas-batas Islam konsumsi untuk diri sendiri dan
makanan yang di halalkan. Dalam hal keluarga. Allah Swt melarang perbuatan
konsumsi Islam mengajarkan sangat pemborosan dan berlebih-lebihan.
moderat dan sederhana, tidak berlebihan, Sebagai contoh: membeli makanan,
tidak boros, dan tidak kekurangan karena pakaian dan lain-lain untuk dirinya dan
pemborosan adalah saudara setan. keluarganya dirumah secara wajar.
Konsumen Muslim tidak akan Konsumsi sebagai tanggung jawab sosial
melakukan permintaan terhadap barang Islam melarang pemupukan harta, yang
sama banyak dengan pendapatannya, akan berakibat terhentinya arus

SYARIKAT : Jurnal Rumpun Ekonomi Syariah Volume 4, Nomor 2, Desember 2021

3
p-ISSN 2654-3923
e-ISSN 2621-6051

peredaran harta. Contoh: Membayar konsumen yang kemudian mempengaruhi


Zakat, sedekah, dan infaq (Adesy, keputusan konsumen tentang barang apa
2016:321). yang dianggap bisa memberikan utility
Dalam kehidupan manusia yang paling tinggi. Ada beberapa faktor yang
paling mendominasi adalah sifat diidentifikasi dapat mempengaruhi
materialistis. Keinginan manusia adalah tingkat utility yang diterima seorang
tidak terbatas, sehingga berbagai upaya konsumen, di antaranya adalah nilai guna
manusia dilakukan cenderung hanya barang tersebut, frekuensi konsumsi,
untuk dapat memenuhi dan memuaskan tempat, selera, tingkat
semua keinginan yang ada dalam diri kebutuhan/keinginan konsumen, dan
mereka. Faktanya, manusia memiliki tingkat pengorbanan konsumen untuk
kelemahan dan kekurangan, sehingga mendapatkan barang tersebut (Rasul
tidak semua keinginannya dapat et.al, 2013 : 93).
dipenuhi. Syariah Islam memiliki batasan
dalam upaya untuk memenuhi keinginan Mashlahah
dalam mengkonsumsi. Mashlahah secara etimologi berarti
sesuatu yang baik, dirasakan lezat, oleh
Utility karena menimbulkan kesenangan dan
Dalam konsep ekonomi kepuasan serta diterima oleh akal yang
konvensional, konsumen dalam sehat. Tujuan Allah Swt dalam
mengeluarkan uangnya diasumsikan menetapkan hukum adalah untuk
selalu bertujuan untuk memperoleh memberikan kemaslahatan kepada umat
kepuasan (utility) dalam kegiatan manusia dalam kehidupannya di dunia
konsumsinya. Utility secara bahasa maupun dalam persiapannya menghadapi
berarti berguna (usefulness), membantu kehidupan akhirat (Syarifuddin,
(helpfulness) atau menguntungkan 2008:232).
(advantage). Utility adalah suatu ukuran Sedangkan makna terminologinya
kepuasan/kebahagiaan yang diperoleh yaitu: Al-Mashlahah adalah segala sesuatu
konsumen dari sekelompok barang yang bermanfaat bagi manusia, yang
(Ridwan et.al, 2017 : 21). dapat diraih oleh manusia dengan cara
Dalam konteks ekonomi, utilitas memperolehnya maupun dengan cara
dimaknai sebagai kegunaan barang yang menghindarinya. Seperti halnya
dirasakan oleh seorang konsumen dalam menghindari perbudakan yang tentu
mengonsumsi suatu barang. Karena rasa membahayakan manusia (Fauzia,
inilah maka sering kali utilitas dimaknai 2014:47).
juga sebagai rasa puas dan kepuasan yang Maslahah adalah segala bentuk
dirasakan oleh seorang konsumen dalam keadaan baik material maupun non
mengonsumsi suatu barang atau jasa. Jadi, material, yang mampu meningkatkan
kepuasan dan utilitas dianggap sama, kedudukan manusia yang paling mulia.
meskipun sebenarnya kepuasan adalah Dalam konsep Islam kita akan
akibat yang ditimbulkan oleh utilitas mendapatkan kepuasan yang maksimum
(Adesy, 2016 : 326). jika konsumsi kita mengandung
Utility yang diperoleh tidak semata- mashlahah. Pencapaian maslahah
mata didasarkan pada fungsi barang yang merupakan tujuan dari syariat Islam
dikonsumsi. Tetapi ada faktor lain yang (Maqashid Syariafi), yang tentu saja harus
melekat pada barang tersebut atau pada

SYARIKAT : Jurnal Rumpun Ekonomi Syariah Volume 4, Nomor 2, Desember 2021

4
p-ISSN 2654-3923
e-ISSN 2621-6051

menjadi tujuan dari kegiatan konsumsi tersebut tidak disyariatkan ataupun


seorang Muslim (Adesy, 2016 : 326). dihilangkan (Fauzia, 2014: 51).
Menurut Jalal al-Din al-Rahman
menyebutkan defenisi mashlahah yaitu: METODE PENELITIAN
‫االًساى ًفع على الباعثة األعول‬ Penelitian pada metode ini
Artinya: “segala sesuatu yang menggunakan Penelitian Kepustakaan
mengandung manfaat bagi manusia”. (Library Research). Dan yang di jadikan
sebagai data primer dalam penelitian ini
Jenis-jenis dan Sifat Mashlahah yakni data yang di peroleh langsung dari
Pembagian maslahah secara umum sumber utama yaitu buku-buku mengenai
dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu : utility, maslahah dalam konsep ekonomi
1. Al-mashlahah almu'tabarah adalah mikro syariah. Penelitian ini merupakan
kemaslahatan yang bisa dijadikan penelitian deskriptif yang mana akan
hujjah dan tidak diragukan lagi mengkaji lebih jauh tentang relevansi
penggunaannya. Dalam kasus hukum utility dan mashlahah dalam ekonomi
yang secara eksplisit dijelaskan dalam mikro syariah.
Al-Qur'an dan Hadis, kemaslahatan ini
dapat ditelusuri melalui teks yang ada. PEMBAHASAN
Maka kemaslahatan seperti ini lazim Dasar Hukum Konsumsi
dijadikan titik tolak penetapan hukum; Islam mengajarkan agar setiap
2. Al-mashiahahal nulghiih adalah manusia menyadari bahwa pemilik yang
kemaslahatan yang tidak ada teksnya sebenarnya terhadap segala sesuatu yang
dalam syari'ah, bahkan bertentangan di langit maupun di muka bumi, termasuk
dengan Al-Qur'an dan Hadis. Dan harta yang diperoleh oleh setiap manusia
menjadikan mashlahah itu sendiri bahkan diri manusia itu sendiri adalah
dihilangkan (mulghah) dan tidak Allah Swt. Kepemilikan manusia terhadap
dianggap. Kemaslahatan seperti ini harta bendanya hanya bersifat relatif,
dipandang batil oleh syara' dan tidak sebatas hak pakai. Hak pakai ini pun
berlaku untuk menetapkan suatu harus sesuai dengan peraturan-Nya. Kelak
hukum. Mashlahah ini bersifat sangat setiap manusia akan diminta
subjektif dan terkesan dibuat-buat. pertanggungjawabannya tentang
3. Al-mashlahah al-mursalah adalah pemakaian harta benda yang dititipkan
ketika tidak ada teks yang oleh Allah itu telah sesuai atau tidak
membatalkannya dan juga tidak ada dengan petunjuk dan ketentuan-Nya.
ketentuaan khusus yang terkait Semua harta benda telah
dengannya. Atau bisa disimpulkan diamanatkan Allah kepada manusia agar
bahwa al-mashlahah almursalah dalah dijadikan sarana beribadah kepada-Nya.
kemaslahatan yang tidak disebutkan Di samping itu, selalu diingatkan Allah
ataupun dihapuskan oleh dalil syariah. bahwa harta benda tidak hanya sebagai
Ketika ada suatu perkara, maka syari' perhiasan hidup yang menyenangkan,
(Allah) tidak mensyariatkan suatu tetapi juga sebagai pengujian keimanan
hukum. Dan hakikat dari al-mashlahah dan ketakwaan seseorang keapadanya
almursalah dalah semua kemaslahatan (Rivai, 2010: 17).
dan juga manfaat yang masuk dalam Konsep prilaku konsumsi dalam
area maqashid al-syari'ah, ketika hal ekonomi Islam tidak boleh boros dan
mengkonsumsi suatu barang/jasa secara

SYARIKAT : Jurnal Rumpun Ekonomi Syariah Volume 4, Nomor 2, Desember 2021

5
p-ISSN 2654-3923
e-ISSN 2621-6051

berlebih-lebihan dan adanya batasan- bukan memaksimalkan kepuasan


batasan dalam konsumsi, karena (maximum utility).
konsumsi dalam ekonomi Islam harus
memperhatikan tujuan dari ekonomi Analisis Relevansi Utility dan
Islam itu sendiri yaitu mencari maslahah Mashlahah
untuk mencapai falah, seperti yang Konsumsi memiliki urgensi yang
terdapat dalam Al Qur’an pada Surah Al- sangat besar dalam setiap perekonomian.
Maidah ayat: 87-88 : Karena tiada kehidupan bagi manusia
َّ ‫ت َها َٰٓ أ َ َح َّل‬
ُ‫ٱَّلل‬ َ ْ‫ٌَََٰٰٓأٌَُّ َها ٱلَّذٌِيَ َءا َهٌُىاْ َال ت ُ َح ِ ّز ُهىا‬
ِ َ‫ط ٍِّ َٰب‬ tanpa konsumsi. Oleh karena itu, kegiatan
ْ‫ َوكُلُىا‬٧٨ َ‫ٱَّللَ َال ٌ ُِحبُّ ۡٱل ُوعۡ تَدٌِي‬ َّ ‫لَ ُك ۡن َو َال ت َعۡ تَد َُٰٓو ْۚاْ ِإ َّى‬ ekonomi mengarah kepada pemenuhan
َ ‫ٱَّللُ َح َٰلَ اٗل‬ tuntutan konsumsi bagi manusia.
‫ِي أًَتُن ِبِۦه‬ َّ ْ‫ط ٍِّ ْۚباا َوٱتَّقُىا‬
َٰٓ ‫ٱَّللَ ٱلَّذ‬ َّ ‫ِه َّوا َرسَ قَ ُك ُن‬
Dalam ekonomi mikro syariah,
٧٧ َ‫ُه ۡؤ ِهٌُىى‬ kepuasan konsumsi dikenal dengan
Artinya: “Hai orang-orang yang maslahah dengan pengertian terpenuhi
beriman, janganlah kamu haramkan apa- keputuhan baik bersifat fisik maupun
apa yang baik yang telah Allah halalkan spritual. Islam sangat mementingkan
bagi kamu, dan janganlah kamu keseimbangan fisik dan dan non fisik yang
melampaui batas. Sesungguhnya Allah didasarkan atas nilai-nilai syariah.
tidak menyukai orang-orang yang Seorang Muslim untuk mencapai tingkat
melampaui batas”. kepuasan harus mempertimbangkan
“Dan makanlah makanan yang halal beberapa hal, yaitu barang yang
lagi baik dari apa yang Allah telah dikonsumsi adalah halal, baik secara
rezekikan kepadamu, dan bertakwalah zatnya maupun cara memperolehnya,
kepada Allah yang kamu beriman kepada- tidak bersifat israf (royal) dan tabzir (sia-
Nya”. sia). Oleh karena itu, kepuasan seorang
Dan juga dalam Surah Al-A’raf ayat Muslim tidak didasarkan banyak
31 yang berbunyi: sedikitnya barang yang dikonsumsi, tetapi
ْ‫ٌََٰبٌَِ ًَٰٓ َءادَ َم ُخذُواْ ِسٌٌَت َ ُك ۡن ِعٌد َ ُك ِّل َه ۡس ِج ٖد َوكُلُىا‬ didasarkan atas berapa besar nilai ibadah
١٣ َ‫ٱش َزبُىاْ َو َال ت ُ ۡس ِزفُ َٰٓى ْۚاْ ِإًَّ ۥهُ َال ٌ ُِحبُّ ۡٱل ُو ۡس ِزفٍِي‬
ۡ ‫َو‬ yang didapatkan dari yang
Artinya: “Hai anak Adam, pakailah dikonsumsinya (Rozalinda, 2014: 97).
pakaianmu yang indah di setiap Islam mengajarkan agar manusia
(memasuki) mesjid, makan dan minumlah, menjalani kehidupannya secara benar,
dan janganlah berlebih-lebihan. sebagaimana yang telah diatur oleh Allah
Sesungguhnya Allah tidak menyukai swt. Ukuran baik dan buruk kehidupan
orang-orang yang berlebih-lebihan”. sesungguhnya tidak diukur dari indikator
Berdasarkan ayat Al-Qur’an dan di lain melainkan dari sejauh mana seorang
atas dapat dijelaskan bahwa yang manusia berpegang teguh pada
dikonsumsi itu adalah barang atau jasa kebenaran. Selain itu juga harus mampu
yang halal, bermanfaat, baik, dan tidak membedakan atara keinginan dan
berlebih-lebihan (secukupnya). Tujuan kebutuhan sebagaimana berikut :
mengkonsumsi dalam Islam adalah untuk
memaksimalkan Maslahah (kebaikan)

Tabel 1. Perbedaan Keinginan dan Kebutuhan


Karakteristik Keinginan Kebutuhan

SYARIKAT : Jurnal Rumpun Ekonomi Syariah Volume 4, Nomor 2, Desember 2021

6
p-ISSN 2654-3923
e-ISSN 2621-6051

Sumber Hawa Nafsu Fitrah Manusia


Hasil Kepuasan Manfaat dan Berkah
Ukuran Preferensi Fungsi
Sifat Subjektif Objektif
Tuntutan Islam Dibatasi/Dikendalikan Dipenuhi

Perbedaan yang mendasar dapat lebih besar daripada mengambil sedikit


kita lihat dari table di atas yakni manfaat. Jadi, perilaku konsumsi seorang
kebutuhan merupakan hal yang tidak bisa Muslim harus senantiasa mengacu pada
di tunda, karena menjadi tuntutan bagi tujuan syariat, yaitu memelihara maslahat
semua orang. Semua orang dapat dan menghindari mudarat.
merasakan fungsi, manfaat dan berkah Dalam ekonomi konvensional,
(mashlahah) dari apa yang di konsumsi diasumsikan selalu bertujuan
konsumsinya. Sedangkan keinginan untuk memperoleh kepuasan (utility).
timbul dari hasrat manusia, dalam pilihan Konsumsi dalam Islam tidak hanya
untuk mengkonsumsi sesuai dengan bertujuan mencari kepuasan fisik, tetapi
selera dan sifatnya subjektif, bisa berbeda lebih mempertimbangkan aspek
antara seseorang dengan orang lain. mashlahah yang menjadi tujuan dari
Tetapi keinginan ini dapat dikendalikan, syariat islam.
jika ditunda tidak akan mendatangkan Mashlahah dalam ekonomi mikro
kemudharatan. Jadi jelas Islam syariah, ditetapkan sesuai dengan prinsip
memisahkan antara kebutuhan dengan rasionalitas Muslim, bahwa setiap pelaku
keinginan, karena jika mengikuti ekonomi selalu ingin meningkatkan
keinginan maka akan mengarah pada maslahah yang diperolehnya. Seorang
konsumerisme. konsumen Muslim mempunyai keyakinan
Teori nilai guna (utility) apabila bahwa, bahwasanya kehidupannya tidak
dianalisis dari teori mashlahah, kepuasan hanya didunia tetapi akan ada kehidupan
bukan didasarkan atas banyaknya barang di akhirat kelak.
yang dikonsumsi tetapi didasarkan atas Perbedaan antara mashlahah dan
baik atau buruknya seseuatu itu terhadap utility yaitu:
diri dan lingkungannya. Jika 1. Mashlahah individual akan relatif
mengonsumsi sesuatu tidak konsisten dengan mashlahah sosial,
mendatangkan kemanfaatan pada diri sebaliknya utilitas individu mungkin
atau lingkungan maka tindakan itu harus saja berseberangan dengan utilitas
ditinggalkan sesuai dengan kaidah ushul sosial. Hal ini terjadi karena dasar
fiqh : penentuannya yang relatif objektif,
‫المفافع جلب من أولى درءالمفاسد‬ sehingga lebih mudah
Artinya: Menolak segala bentuk diperbandingkan, dianalisis dan
kemudaratan lebih diutamakan daripada disesuaikan antara satu orang dengan
menarik manfaat (Rozalinda, 2014: 99). yang lainnya, antara individu dan
Jika mengkonsumsi sesuatu sosial.
kemungkinan mengandung mudarat atau 2. Jika mashlahah dijadikan tujuan bagi
mashlahat maka menghindari pelaku ekonomi (produsen,
kemudaratan harus lebih diutamakan distributor dan konsumen), maka
karena akibat dari kemudaratan yang arah pembangunan menuju ke titik
ditimbulkan mempunyai dampak yang yang sama. Maka hal ini akan

SYARIKAT : Jurnal Rumpun Ekonomi Syariah Volume 4, Nomor 2, Desember 2021

7
p-ISSN 2654-3923
e-ISSN 2621-6051

3. meningkatkan efektivitas tujuan Kurva Indiferens (Kurva Kepuasan


pembangunan yaitu kesejahteraan Sama)
hidup. Konsep ini berbeda dengan Kurva indiferens adalah kurva yang
utilitas, dimana konsumen bertujuan menunjukkan kombinasi beberapa barang
memenuhi want-nya, adapun yang ingin dikonsumsi oleh seseorang
produsen dan distributor memenuhi konsumen yang memberikan tingkat
kelangsungan dan keuntungan kepuasan yang sama.
maksimal. Dengan demikian ada Ciri-ciri kurva indiferens :
perbedaan arah dalam tujuan 1. Memiliki kemiringan/slope negative.
aktivitas ekonomi yang ingin dicapai. 2. Cembung kearah titik origin (convex).
4. Mashlahah merupakan konsep
pemikiran yang terukur dan dapat
diperbandingkan, sehingga lebih
mudah dibuatkan prioritas dan
pentahapan pemenuhannya. Hal ini
akan mempermudah perencanaan
alokasi anggaran dan pembangunan
ekonomi secara keseluruhan.
Sebaliknya akan tidak mudah
mengukur tingkat utilitas dan
membandingkan antara satu orang 1. Semakin ke kanan menunjukkan
dengan yang lainnya, meskipun tingkat kepuasan yang semakin tinggi.
dalam mengonsumsi barang ekonomi
yang sama dalam kualitas dan
kuantitasnya (Fauzia, 2014:167).
Mengurangi konsumsi suatu barang
sebelum mencapai kepuasan maksimal
adalah prinsip konsumsi yang diajarkan
Rasulullah, seperti makan sebelum lapar
dan berhenti sebelum kenyang. Karena
tambahan nilai guna yang akan diperoleh
akan semakin menurun apabila seseorang 2. Tidak saling berpotongan.
terus mengonsumsinya. Pada akhirnya,
tambahan nilai guna akan menjadi negatif
apabila konsumsi terhadap barang
tersebut terus ditambah. nilai guna
marginal yang semakin menurun
menjelaskan bahwa penambahan terus
menerus dalam mengonsumsi suatu
barang, tidak akan menambah kepuasan
dalam konsumsi karena tingkat kepuasan
terhadap barang tersebut akan semakin
menurun. Dengan demikian maslahah adalah
tujuan konsumsi untuk memperoleh
kebahagiaan dunia dan akhirat. Maka dari
itu tujuan konsumsi seorang Muslim

SYARIKAT : Jurnal Rumpun Ekonomi Syariah Volume 4, Nomor 2, Desember 2021

8
p-ISSN 2654-3923
e-ISSN 2621-6051

bukanlah mencari utility, melainkan memang relatif lebih obyektif


mencari maslahah. Konsep utility atau dibandingkan kebutuhan. Karna dalam
kepuasan sangat berbeda dengan konsep konsep konsumsi dalam ekonomi mikro
maslahah atau kemanfaatan yang menjadi syariah adanya batasan-batasan dalam
tujuan dalam konsumsi yang Islam. mengkonsumsi suatu barang/jasa yang
Konsep utility bersifat sangat subjek sudah diatur sangat jelas dalam Al-Qur’an
karena bertolak dari pemenuhan dan Hadist.
kebutuhan yang memang bersifat subjek.
Sementara itu konsep maslahah relatif DAFTAR RUJUKAN
lebih obyektif karena bertolak dari Adesy, Fordeby. (2016). Ekonomi dan
pemenuhan keinginan yang memang Bisnis Islam. Jakarta: PT Raja
relatif lebih obyektif dibandingkan Grafindo Persada.
kebutuhan. Fauzia, Ika Yunia & Abdul Kadir Riyadi.
(2014). Prinsip Dasar Ekonomi
SIMPULAN Islam; Perspektif Maqashid al-
Berdasarkan uraian di atas dapat di Syari’ah. Jakarta: Kencana.
tarik kesimpulan bahwa konsumsi Iifi, Diana. (2004). Hadits-Hadits
memiliki urgensi yang sangat besar dalam Ekonomi. Malang : UIN Malang
setiap perekonomian. Karena tiada Press.
kehidupan bagi manusia tanpa konsumsi. Karim. Adiwarman. (2004) Sejarah
Oleh karena itu, kegiatan ekonomi Pemikiran Ekonomi Islam.
mengarah kepada pemenuhan tuntutan Jakarta: Raja Grafindo Persada.
konsumsi bagi manusia. Dalam ekonomi Rasul, Abdul dkk. (2013). Ekonomi Mikro.
mikro syariah tingkatan konsumsi Jakarta : Penerbit Mitra
terhadap barang-barang ini biasanya di Wacana Media.
istilahkan dengan barang-barang yang Ridwan, M et.al. (2017). Ekonomi Mikro
bersifat daruriyat, tahsiniyat,dan hajiyat. Islam. Medan : Diktat.
tujuan konsumsi dalam Islam Konsumsi Rivai, Veithzal & Arviyan Arifin. (2010).
untuk diri sendiri dan keluarga. Allah Swt Islamic Banking; Sebuah Teori,
melarang perbuatan pemborosan dan Konsep dan Aplikasi. Jakarta:
berlebih-lebihan. Bumi Akasara.
Konsumsi dalam ekonomi mikro Rozalinda. (2014). Ekonomi Islam; Teori
syariah berbeda dengan teori konsumsi dan Aplikasinya pada Aktivitas
konvensioal dimana dalam konsumsi Ekonomi. Jakarta: PT.
konvensional mengenal maximum utility. RajaGrafindo Persada.
Hal in selalu diasumsikan bertujuan untuk Subagiyo, Rokhmat. (2016). Rancang
memperoleh kepuasan (utility). Namun Bangun Ekonomi Mikro Islam.
dalam teori Islam tujuan utama konsumsi Jakarta : Grafindo Persada.
ialah untuk memaksimalkan maslahah, Syarifuddin, Amir. (2008). Ushul Fiqih.
bukan memaksimalkan kepuasan Jakarta: Predana.
(maximum utility). Konsep utility bersifat
sangat subjek karena bertolak dari
pemenuhan kebutuhan yang memang
bersifat subjek. Sementara itu konsep
maslahah relatif lebih obyektif karena
bertolak dari pemenuhan keinginan yang

SYARIKAT : Jurnal Rumpun Ekonomi Syariah Volume 4, Nomor 2, Desember 2021

Anda mungkin juga menyukai