Disusun oleh :
RAFLI BAHTIAR ( 212010200308)
A. Latar Belakang
Pendidikan adalah segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala
lingkungan dan sepanjang hidup (Redja Mudyahardjo, 2006: 3). Pendidikan memiliki
peran yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Melalui pendidikan, kualitas
hidup dan harkat martabat manusia dapat ditingkatkan. Selain itu pendidikan juga
berfungsi untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan yang dimiliki oleh
siswa. Pendidikan sampai sekarang dianggap sebagai media utama bagi pembentukan
kepribadian serta kecerdasan peserta didik.
Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yang tertuang dalam Undang-
undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional yang menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggungjawab.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana peran guru dalam implementasi pembelajaran akhlak di SD
Muhammadiyah 1 Candi?
2. Implementasi akhlak apa saja yang sudah diterapkan pada para siswa?
3. Apakah ada kegiatan disekolah terkait dengan impelemtasi pembelajaran?
4. Bagaimana implementasi akhlak terkait dengan proses pembelajaran?
C. Tujuan
Berdasarkan analisis masalah di atas, tujuan yang ingin dicapai melalui
kegiatan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan implementasi pembelajaran
akhlak siswa di Sekolah Dasar Muhammadiyah 1 Candi.
D. Metode Penelitian
A. Implementasi
Implementasi berarti pelaksanaan atau penerapan (Kamus Besar Bahasa
Indonesia, 2002). Kata implementasi bermuara pada pengertian suatu aktifitas yaitu
adanya reaksi atau tindakan mekanisme suatu sistem, implementasi bukan suatu
aktifitas tetapi suatu kegiatan yang terencana dan dilakukan secara sungguh-sungguh
berdasarkan norma tertentu untuk mencapai tujuan kegiatan. Sedangkan Pengertian
Impelementasi Menurut Para Ahli sebagai berikut:
a. Menurut Browne dan Wildavsky
Dalam implementasi sederhana bisa berarti eksekusi atau aplikasi. Browne dan
Wildavsky (Usman, 2004) berpendapat bahwa “implementasi adalah perluasan
aktivitas menyesuaikan satu sama lain”.
b. Menurut Syukur dan Surmayadi
Syukur dan Surmayadi (2005: 79) mengemukakan ada tiga unsur penting
dalam proses implementasi, yaitu: (1) adanya program atau kebijakan yang sedang
dilaksanakan. (2) kelompok sasaran, yaitu kelompok masyarakat yang menjadi
sasaran dan ditetapkan untuk manfaat dari program, perubahan atau perbaikan
elemen, baik untuk organisasi atau individu yang bertanggung jawab untuk
memperoleh pelaksanaan dan pengawasan proses implementasi.
c. Menurut Nurdin Usman
Menurut Nurdin Usman dalam bukunya berjudul Konteks Berbasis
Implementasi Kurikulumnya menyatakan pendapatnya mengenai implementasi
atau pelaksanaan sebagai berikut: “Implementasi diarahkan untuk kegiatan,
tindakan, tindakan atau mekanisme sistem Implementasi tidak hanya aktivitas,
tetapi kegiatan dan untuk mencapai tujuan dari kegiatan yang direncanakan”.
(Usman, 2002: 70).
d. Menurut Hanifah Harsono
Menurut Hanifah Harsono dalam bukunya yang berjudul Implementasi
Kebijakan dan Politik menyatakan pendapatnya mengenai implementasi atau
pelaksanaan sebagai berikut: Implementasi adalah proses untuk melaksanakan
kebijakan tersebut ke dalam tindakan kebijakan politik dalam pembangunan
kebijakan administrasi dalam rangka meningkatkan program.Pengertian-
pengertian di atas memperlihatkan bahwa kata implementasi bermuara pada
aktivitas, adanya aksi, tindakan, atau mekanisme suatu sistem”. (Harsono, 2020:
67) Ungkapan mekanisme mengandung arti bahwa implementasi bukan sekadar
aktivitas, tetapi suatu kegiatan yang terencana dan dilakukan secara sungguh-
sungguh berdasarkan acuan norma tertentu untuk mencapai tujuan kegiatan.
Kriteria pribadi yang dianggap terdidik secara moral juga dapat dilihat dari
pendekatan cognitive-development. Tokoh pendekatan ini, Kohlberg (Cheppy
Haricahyono, 1995: 361), berpendapat bahwa pribadi manusia yang terdidik secara
akhlak adalah pribadi-pribadi yang mampu menunjukkan kombinasi dari berbagai
karakteristik dalam menghadapi situasi akhlak. Karakteristik yang dimaksud
antara lain: refleksi, berprinsip, memancarkan nilai-nilai keadilan, memiliki disposisi
dalam bertindak, dan sadar akan keharusan untuk berinteraksi dengan situasi
sosialnya
Telah disebutkan bahwa akhlak dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu
akhlak yang bersifat universal dan nonuniversal. Kedua jenis moral ini saling
berhubungan dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Setiap manusia yang
bermoral di dalam dirinya pastilah memiliki kedua jenis moral tersebut. Berdasarkan
pendapat para ahli, pribadi manusia yang bermoral itu dapat diamati dari sikap dan
prilakunya. Seseorang yang terdidik secara moral, cenderung menunjukkan perilaku
yang sejalan dengan moral itu sendiri. Perilaku itu antara lain: bertanggung jawab,
peduli pada sesama dan lingkungan sosialnya, ramah, berpikiran terbuka, beribadah
kepada Tuhan, dsb
B. Hasil Penelitian
Hal ini sesuai dengan Pusat Kurikulum (2011: 8) bahwa kegiatan rutin
merupakan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus dan konsisten oleh
peserta didik. Di SD Muhammadiyah 1 Candi kegiatan seperti doa di pagi hari,
salat Dhuha dan salat Dhuhur berjamaah rutin dilakukan setiap harinya. Siswa
yang terlambat datang ke sekolah biasanya tidak langsung masuk tetapi menunggu
di luar kelas hingga doa pagi selesai. Setelah itu siswa yang terlambat tadi diminta
untuk berdoa sendiri di depan kelas. Selain doa pagi, kegiatan rutin yang biasa
dilakukan di SD Muhammadiyah 1 Candi adalah Salat Dhuha dan salat Dhuhur
berjamaah.
Salat Dhuha dan salat Dhuhur rutin dilakukan oleh guru dan juga siswa.
Ketentuan melaksanakan salat Dhuha dan salat Dhuhur tertulis dalam tata tertib
sekolah. Salat Dhuha biasanya dilaksanakan siswa saat jam istirahat. Tidak hanya
siswa, guru pun melaksanakan salat Dhuha di masjid sekolah. Salat Dhuhur
dilaksanakan secara berjamaah oleh guru, siswa dan juga karyawan. Setiap kali
adzan Dhuhur mulai berkumandang, terlihat baik siswa maupun guru bergegas
menuju masjid sekolah.
3. Keteladanan
Berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan bahwa keteladanan yang diberikan
kepala sekolah dan guru kepada siswa antara lain adalah kepala sekolah dan guru
senantiasa mewajibkan pada siswa untuk mengenakan pakaian yang bersih, rapi
dan sopan sesuai dengan aturan yang berlaku, teladan dalam kedisiplinan,
senantiasa menjaga kebersihan, teladan dalam hal akhlaq dan adab. Dalam
pelaksanaan penanaman akhlak siswa, keteladanan kepala sekolah dan guru
memiliki peran yang penting. Menurut Pupuh Fathurohman (2013: 161), guru
hendaklah menampilkan diri sebagai sosok yang sopan, berwibawa menjaga tata
karma berdisiplin dan senantiasa menyenangkan.
Guru menyadari bahwa setiap perkataannya selalu dilihat dan ditiru oleh
siswa, oleh karena itu para guru selalu menjaga perkataannya dan berbicara
dengan baik dan sopan terutama saat ada siswa di sekitarnya.
C. Lampiran
A. Kesimpulan
Aba, A. (2020, Desember 28). Implementasi Kepribadian Muhammadiyah dalam Pembelajaran Pendidikan
Kewargaanegaraan Pada Mahasiswa. Retrieved from
https://digilibadmin.unismuh.ac.id/upload/12235- Full_Text.pdf
Falahudin, I. (2014). Pemanfaatan Media Dalam Pembelajaran. Jurnal Lingkar Widyaiswara, Edisi 1 No.4.
Hardianto. (2011). Media Pembelajaran Dalam Pendidikan Agama Islam. Jurnal Pendidikan Islam, Vol. 3
No.1.
Hasibuan, N. (2016). Implementasi Media Pembelajaran Dalam pendidikan Agama Islam. Jurnal Darul 'Ilmi
, Vol.4 No.1.
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R & D. Bandung: Alfabeta.
Vitasari, N. (2015, Oktober 28). Pelaksanaan Penanaman Moral Siswa Di Sekolah Dasar Muhammadiyah
Wirobrajan III. Retrieved from https://core.ac.uk/download/pdf/33525211.pdf