Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH PENELITIAN

Fungsi – fungsi Manajemen Kurikulum

(Perubahan Paradigma Pendidikan Nasional, Implikasi Perubahan Paradigma Terhadap


Perubahan Kurikulum, Mengelola Perencanaan Kurikulum, Pelaksanaan dan Evaluasi)

Tugas Individu
Pada Mata Kuliah
Telaah dan pengembangan kurikulum Bahasa arab

Team Teaching:
Prof. Dr. Aziz Fachrurrozi, M.A.
Dr. Ubaid Ridlo, M.A.

Oleh:
Nama : Akhmad Johar Paridi
NIM : 21200120000003

MAGISTER PENDIDIKAN BAHASA ARAB


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2021
Abstrak: Perubahan teknologi dari masa ke semasa mengalami perkembangan yang berdampak
kepada perubahan paradigma Pendidikan yang mengakibatkan terjadinya implikasi terhadap
perubahan kurikulum. Dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan, salah satu komponen
penting di dalamnya adalah system Pendidikan dan kurikulum. Kurikulum adalah suatu sistem
yang mempunyai komponen-komponen yang saling berkaitan dan menunjang satu sama lain.
dalam pelaksanaan kurikulum diperlukan suatu perencanaan, pelaksaan dan melakukan evaluasi
terhadap kurikulum.
Abstract: Technological changes from time to time experience developments that have an
impact on changes in the educational paradigm that result in curriculum changes. In an effort to
improve the quality of education, one of the important components in it is the education system
and curriculum. The curriculum is a system that has components that are interrelated and support
each other. In implementing the curriculum, it is necessary to plan, implement and evaluate the
curriculum

Kata kunci: Manajemen, Kurikulum, Pendidikan Nasional


Pada dasarnya kurikulum itu berfungsi sebagai pedoman atau acuan. Bagi guru,
kurikulum itu berfungsi sebagai pedoman dalam melaksanakan proses pembelajaran. Bagi
sekolah atau pengawas, berfungsi sebagai pedoman dalam melaksanakan supervisi atau
pengawasan. Bagi orang tua, kurikulurn itu berfungsi sebagai pedoman dalam membimbing
anaknya belajar di rumah. Bagi masyarakat, kurikulum itu berfungsi sebagai pedoman untuk
memberikan bantuan bagi terselenggaranya proses pendidikan di sekolah. Bagi siswa itu sendiri,
kurikulum berfungsi sebagai suatu pedoman belajar.
Adapun fungsi kurikulum secara umum adalah1:
1. Meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumber daya kurikulum.
2. Meningkatkan keadilan (equality) dan kesempatan pada siswa untuk mencapai hasil yang
maksimal melalui kegiatan intrakurikuler dan ekstrakurikuler
3. Meningkatkan relevansi dan efektivitas pembelajaran sesuai dengan kebutuhan peserta
didik maupun lingkungan.
4. Meningkatkan efektivitas kinerja guru maupun aktivitas siswa dalam mencapai tujuan
pembelajaran
5. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas proses belajar mengajar.

Berkaitan dengan fungsi kurikulum bagi siswa sebagai subjek didik sebagai berikut:
1. Fungsi Penyesuaian (the adjustive or adaptive function)
2. Fungsi Integrasi (the integrating function)
3. Fungsi Persiapan (the propaedeutic function)
4. Fungsi Pemilihan (the selective function)
5. Fungsi Diagnostik (the diagnostic function)
6. Fungsi Diferensiasi (the differentiating function)

Berkenaan dengan fungsi-fungsi manajemen ini, H. Siagian (1977) mengungkapkan pandangan


Menurut G.R. Terry terdapat empat fungsi di antaranya adalah:
1. Perencanaan(planning)
Perencanaan (planning) adalah pemilihan atau penetapan tujuan organisasi dan penentuan
strategi, kebijaksanaan, proyek, program, prosedur, metode, sistem, anggaran dan standar
yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan.
Arti penting perencanaan terutama adalah memberikan kejelasan arah bagi setiap
kegiatan, sehingga setiap kegiatan dapat diusahakan dan dilaksanakan seefisien dan
seefektif mungkin.
2. Pengorganisasian (organizing)
Fungsi manajemen berikutnya adalah pengorganisasian (organizing). George R. Terry
(1986) mengemukakan bahwa : “Pengorganisasian adalah tindakan mengusahakan
hubungan-hubungan kelakuan yang efektif antara orang-orang, sehingga mereka dapat

1
. Ibrahim Nasbi, Manajemen Kurikulum: Sebuah Kajian Teoritis, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, UIN Alauddin
Makassar, 2017.
bekerja sama secara efisien, dan memperoleh kepuasan pribadi dalam melaksanakan
tugas-tugas tertentu, dalam kondisi lingkungan tertentu guna mencapai tujuan atau
sasaran tertentu”
Dari pendapat diatas dapat dipahami bahwa pengorganisasian pada dasarnya merupakan
upaya untuk melengkapi rencana-rencana yang telah dibuat dengan susunan organisasi
pelaksananya. Hal yang penting untuk diperhatikan dalam pengorganisasian adalah
bahwa setiap kegiatan harus jelas siapa yang mengerjakan, kapan dikerjakan, dan apa
targetnya.
3. Pelaksanaan (actuating)
Dalam hal ini, George R. Terry (1986) mengemukakan bahwa actuating merupakan
usaha menggerakkan anggota-anggota kelompok sedemikian rupa hingga mereka
berkeinginan dan berusaha untuk mencapai sasaran perusahaan dan sasaran anggota-
anggota perusahaan tersebut oleh karena para anggota itu juga ingin mencapai sasaran-
sasaran tersebut.
4. Pengawasan (controlling)
Pengawasan (controlling) merupakan fungsi manajemen yang tidak kalah pentingnya
dalam suatu organisasi. Semua fungsi terdahulu, tidak akan efektif tanpa disertai fungsi
pengawasan. Dalam perspektif persekolahan, agar tujuan pendidikan di sekolah dapat
tercapai secara efektif dan efisien, maka proses manajemen pendidikan memiliki peranan
yang amat vital.
A. Perubahan Paradigma Pendidikan Nasional
Seiring dengan berkembangnya cara berfikir dan teori pembelajaran modern, muncul
pemikiran kritis untuk merenovasi proses pembelajaran yang berkualitas, humanis, dinamis
dan konstruktif sebagai upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional. Salah satu
kebijakan Pendidikan di Indonesia adalah melakukan pembaharuan dan pemantapan system
Pendidikan nasional berdasarkan prinsip desentralisai2, otonomi keilmuan manajemen. Maka
pencarian paradigma baru pendidikan merupakan upaya yang mendesak untuk pelaksanaan
kebijakan dan praktek Pendidikan yang baik (Sudarsono).3
Pada Undang-Undang Nomor 20, 2003 tentang Perlunya dilakukan paradigma baru pada
Pendidikan didasari pleh sejumlah factor, di antaranya adanya akumulasi dari kebijakan
Pendidikan masa lalu, juga disebabkan oleh tantangan dan kebutuhan dan kemajuan global,
Kemajuan teknologi komunikasi dan informasi yang berkembang begitu pesat pada era
globalisasi, membawa perubahan yang sangat radikal4. Dengan ini adanya penerapan prinsip
demokrasi, desentralisasi, keadilan, dan menjunjung tinggi hak asasi manusia dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara.
Upaya tersebut ditegaskan melalui beberapa kebijakan dan peraturan antara lain:
1. UU No. 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak,
2
. penyelenggaraan urusan pemerintah pusat kepada daerah melalui wakil perangkat pusat yang ada di daerah
(KBBI).
3
. Wasitohadi. Evaluasi implementasi paradigma baru pendidikan pascareformasi pada jenjang sd di kota salatiga,
hal: 179-178, 2014.
4
. Festiyed. Perubahan paradigma proses pembelajaran dalam memberikan layanan profesional berbasis karakter.
Jurusan Fisika FMIPA UNP Padang, 2013
2. UU No. 20 tahun 2003 tentang sisdiknas,
3. UU No. 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen, PP No. 19 tahun 2005 tentang estándar
nasional pendidikan,
4. Kepmendiknas No. 129a tentang stándar pelayanan minimal bidang pendidikan. PP
(Peraturan Pemerintah) nomor 8 tahun 2012 tentang KKNI (Kerangka kualifikasi
nasional indonesia).
Mengenai perubahan/ pergeseran paradigma tersebut, dalam UU Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional, disebutkan sebagai berikut:
1. Pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif
dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan
kemajemukan bangsa.
2. Pendidikan diselenggarakan sebagai satu kesatuan yang sistemik dengan sistem terbuka
dan multimakna.
3. Pendidikan diselenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan
peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat.
4. Pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan, membangun kemauan, dan
mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran.
5. Pendidikan diselenggarakan dengan mengembangkan budaya membaca, menulis, dan
berhitung bagi segenap warga masyarakat.
6. Pendidikan diselenggarakan dengan memberdayakan semua komponen ma-syarakat
melalui peran serta dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu layanan Pendidikan.
Dari prinsip-prinsip ini, tampak bahwa telah terjadi perubahan paradigma
pendidikan dalam sistem pendidikan nasional. Hal ini terlihat dari prinsip
penyelenggaraan pendidikan yang jauh lebih demokratis dan berorientasi pada teori dan
praksis pendidikan yang semakin mengedepankan nilai-nilai demokrasi dan nilai-nilai
global-universal.
1. Makna Paradigma5
Sejatinya Paradigma merupakan suatu ilmu dirumuskan oleh Thomas Kuhn (1962),
kemudian dipopulerkan oleh Robert Friedrichs (1970) sebagai kerangka teoritis, atau
suatu cara memandang dan memahami alam, yang telah digunakan oleh komunitas
ilmuwan sebagai pandangan dunianya. Paradigma berfungsi sebagai lensa, sehingga
melalui lensa ini para ilmuwan dapat mengamati dan memahami masalah-masalah ilmiah
dalam bidang masing-masing dan jawaban-jawaban ilmiah terhadap masalah-masalah
tersebut.
Dalm hal ini, beberapa arti dari paradigma di antaranya:
1. Menurut Kuhn, paradigma adalah cara mengetahui realitas social yang dikonnstruksi
oleh mode of thought (cara berfikir) atau mode of inquiry (cara bertanya) tertentu,
yang kemudian menghasilkan mode of knowing (ragam pengetahuan) yang spesifik6.

5
. Farid Anfasa Moeloek, BSNP (Badan Standar Nasional Pendidikan, 2010) Paradigma Pendidikan Nasional Abad
XXI, , hlm: 6-7.
6
. M. Fakhruddin, perubahan Paradigma dalam Organisasi Belajar di abad 21, 2013, hlm: 110.
2. George Ritzer (1980), menyatakan paradigma sebagai pandangan yang mendasar dari
para ilmuan tentang apa yang menjadi pokok persoalan yang semestinya dipelajari
oleh salah satu cabang atau disiplin ilmu pengetahuan7..
3. Paradigma diartikan sebagai alam disiplin intelektual, yaitu cara pandang seseorang
terhadap diri dan lingkungannya yang akan memengaruhinya dalam berpikir
(kognitif), bersikap (afektif), dan bertingkah laku (konatif).
4. Paradigma juga dapat berarti seperangkat asumsi, konsep, nilai, dan praktek yang
diterapkan dalam memandang realitas kepada sebuah komunitas yang sama,
khususnya, dalam disiplin intelektual.
5. Kerangka atau cara berpikir8.
2. Makna Pendidikan
Beberapa arti Pendidikan sebagai berikut:
1. Pendidikan merupakan suatu sistem yang mempunyai unsur-unsur tujuan/sasaran
pendidikan, peserta didik, pengelola pendidikan, struktur atau jenjang, kurikulum dan
peralatan/fasilitas9.
2. Dalam pendidikan yang merupakan Ide dasarnya adalah membangun manusia supaya
dia mampu survive melindungi dirinya sendiri terhadap alam serta mengatur
hubungan sosial antar manusia (Freud, 2007: 55- 56).
3. Menurut Ki Hajar Dewantoro: pendidikan adalah daya upaya untuk memajukan
bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin karakter), pikiran (intelek), dan tubuh
anak. Ketiga-tiganya tidak boleh dipisah– pisahkan, agar supaya kita dapat
memajukan kesempurnaan hidup, kehidupan dan penghidupan anak–anak didik
selaras dengan dunianya10.
Paradigma Pendidikan Nasional dapat dirumuskan sebagai berikut ini:
a. Paradigma pendidikan adalah suatu cara memandang dan memahami pendidikan, dan
dari sudut pandang ini kita mengamati dan memahami masalah-masalah pendidikan
yang dihadapi dan mencari cara mengatasi permasalahan tersebut.
b. Paradigma pendidikan nasional adalah suatu cara memandang dan memahami
pendidikan nasional, dan dari sudut pandang ini kita mengamati dan memahami
masalah dan permasalahan yang dihadapi dalam pendidikan nasional, dan mencari
cara mengatasi permasalahan tersebut.
1) Falsafah Pendidikan.
Secara segnifikan bahwa Pendidikan mengalami perubahan dari waktu ke waktu dari
pendidik dan peserta didik ke yang lain. Pendidikan pada dasarnya dipahami sebagai
proses, di mana pendidik melakukan transfer pengetahuan, kecakapan dan nilai-
Paradigma Pendidikan nilai kepada anak didik dalam suatu proses pembentukan
kemampuan fisik (yang sehat), kemampuan nalar (yang cerdas) maupun karakter

7
. Salim, Agus, Teori dan Paradigma Penelitian Sosial, (PT. Tiara Kencana, Yogyakarta. 2001).
8
. KBBI ()
9
. Fuad Ihsan, Dasar-dasar Kependidikan (Jakarta: Rineka Cipta,), 107, 2008.
10
. BSNP (Badan Standar Nasional Pendidikan , 2010) Paradigma Pendidikan Nasional Abad XXI, Farid Anfasa
Moeloek, hlm: 6-7.
(yang utama), melalui suatu proses yang merupakan upaya sosialisasi dan enkulturasi
yang terlembaga, baik dalam ranah formal, non formal, dan informal.
Dalam kerangka konsep Ki Hajar Dewantara pendidikan yang humanis menekankan
pentingnya pelestarian eksistensi manusia, dalam arti membantu manusia menjadi
lebih manusiawi, lebih berbudaya, sebagai manusia yang utuh berkembang,
menyangkut daya cipta (kognitif), daya rasa (afektif), dan daya karsa (konatif).
B. Implikasi Perubahan Paradigma Terhadap Perubahan Kurikulum
Sejak Indonesia merdeka, pendidikan telah mengalami berbagai perubahan dan
perbaikan kebijakan kurikulum. Perubahan teknologi dari masa ke semasa mengalami
perkembangan yang berdampak kepada perubahan paradigma Pendidikan yang
mengakibatkan terjadinya implikasi terhadap perubahan kurikulum, karena adanya
perubahan dalam system Pendidikan tidak terlepas dari perubahan kueikulum. Dalam rangka
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran tersebut diperlukan suatu kurikulum
yang dijadikan sebagai pedoman bagi para pendidik dalam menyelenggarakan kegiatan
pembelajaran.
Dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 pada Bagian
konsideran dijelaskan bahwa pentingnya dilakukan pembaharuan pendidikan secara
terencana, terarah, dan berkesinambungan, dan salah satu strategi pembangunan pendidikan
nasional ini adalah pengembangan dan pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi
kurikulum memilik peranan penting dalam mencapai tujuan Pendidikan, di antara
peranan kurikulum adalah11:
1. Peranan konservatif
Kurikulum dalam hal peranan ini bertugas sebagai mentransmisasikan nilai yang ada
di masyarakat kepada peserta didik, sehingga warisan budaya masyarakat tetap di
pelajari oleh sekolah.
2. Peranan kritis/ evaluative
yaitu bahwa kebudayaan sekolah bukan saja mewariskan budaya yang ada tetapi
menilai apakah budaya yang selalu berubah-ubah sesuai dengan perkembangan
zaman.
3. Peranan kreatif
Kurikulum dengan kratifnya, selalu mengalami pembaharuan sesuai dengan
perkembangan zaman.
Dari sekian banyak unsur sumber daya pendidikan, kurikulum merupakan salah
satu unsur yang mampu memberikan kontribusi yang signifikan untuk mewujudkan
proses berkembang kualitas potensi peserta didik. Di antara bentuk perubahan
kurikulum akibat dari perubahan paradigma Pendidikan adalah Kurikulum 2013,
dapat dikatakan Kurikulum 2013 merupakan ikhtiar dan produk akademik yang
didasarkan atas hasil penilaian nasional Pendidikan setelah kurikulum 1975 dan

11
. Aslan, Wahyudin, Kurikulum dalam Tantangan Perubahan, , 2020, hlm: 49.
kurikulum PPSP (Proyek Perintis Sekolah Pembangunan (1974–1981) (Soedijarto,
2004: 90)12.

Perubahan kurikulum terjadi dari prakemerdekaan dengan bentuk yang sangat sederhana,
dan masa kemerdekaan yang terus menerus disempurnakan yaitu pada tahun 1947, 1952,
1964, 1968, 1975, 1984, 1994, 2004, 2006, dan tahun 2013 13. Dengan berbagai kebijakan
perubahan kurikulum yang didasarkan pada hasil analisis, evaluasi, prediksi dan berbagai
tantangan yang dihadapi baik internal maupun eksternal yang terus berubah.

Surakhmad dalam bukunya Alhamuddin yang berjudul “Politik Kebijakan Pengembangan


Kurikulum di Indonesia Sejak Zaman Kemerdekaan Hingga Reformasi 1947-2013” mengatakan
bahwa akan terjadi perubahan yang sangatmutlak dalam berbagai bidang. Perubahan orientasi,
desain, model dan lain sebagainya dengan tujuan utama untuk meningkatkan mutu dan kualitas
pendidikan nasional serta mensejajarkan dengan pendidikan-pendidikan yang ada di dunia.
Sejarah dan bukti perubahan dan perkembangan Kurikulum di Indonesia14
1. Masa Orde Lama (1945 – 1965)
a) Kurikulum 1947, “Rentjana Pelajaran 1947”
b) Kurikulum 1952 “Rentjana Pelajaran Terurai 1952”
c) Kurikulum 1964 Rentjana Pendidikan 1964
2. Masa Orde Baru (1966-1998)
a) Kurikulum 1968
b) Kurikulum 1975
c) Kurikulum 1984 Kurikulum 1975 yang Disempurnakan
d) Kurikulum 1994 (Separate Subject Curriculum)
3. Masa Revormasi (1999 – Sekarang)
a) Kurikulum 2004, “KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi)”
b) Kurikulum 2006, “KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan)”
c) Kurikulum 2013

Kurikulum sendiri bersifat:

1. Dinamis, yaitu berkembang dan disesuaikan dengan perkembangan zaman serta


terbuka terhadap kritik.
2. Kontekstual, karena sangat dibutuhkan dan didasarkan pada konteks zamannya.
3. Relative, sebab kebijakan kurikulum yang dihasilkan dipandang bagus atau
sempurna pada zamannya, dan akan menjadi tidak relevan pada zaman-zaman

12
. Mohammad Imam Farisi, Kurikulum Rekontruksionis dan Implikasinya Terhadap Ilmu Pengetahuan sosial:
Analisis Dokumen Kurikulum 2013, hal: 104.
13
. Arif Munandar, Pengantar kurikulum, (Yogyakarta : CV Budi Utama, 2012), hlm. 50.
14
. Dicky Wirianto, Perspektif Historis Transformasi Kurikulum di Indonesia, Jurnal, Islamic Studies Journal, Vol. 2
No. 1 Januari - Juni 2014.
berikutnya. Maka prinsip dasar dalam kebijakan kurikulum adalah change and continuity
yaitu perubahan yang dilakukan secara terus menerus15.

C. Mengelola Perencanaan Kurikulum, Pelaksanaan dan Evaluasi


Dalam rangka mengembangkan dan mengelola suatu kurikulum perlu adanya
pembaharuan dan perbaikan system Pendidikan nasional dengan menetapkan visi misi, dan
strategi pembangunan Pendidikan nasional.
1. Perencanaan Kurikulum
Maksud dari perencanaan kurikulum adalah keahlian “managing” dalam arti
kemampuan merencanakan dan mengorganisasikan kurikulum. Adapun hal-hal yang
perlu diperhatikan dalam proses perencanaan kurikulum adalah siapa yang bertanggung
jawab dalam perencanaan kurikulum, dan bagaimana perencanaan kurikulum itu
direncanakan secara professional. Perencanaan Kurikulum merupakan kesempatan
membina peserta didik menuju perubahan tingkah laku, sikap, pemahaman serta
keterampilan siswa sesuai yang diinginkan16.
Perencanaan kurikulum harus memperhatikan karakteristik kurikulum yang baik,
baik dari segi isi, pengorganisasian maupun peluang untuk menciptakan pembelajaran
yang baik akan mudah diwujudkan oleh pelaksana kurikulum dalam hal ini guru17
Pada pendekatan yang bersifat “administrative approach” kurikulum direncanakan
oleh pihak atasan kemudian diturunkan kepada instansi-instansi bawahan sampai kepada
guru-guru. Jadi form the top down, dari atas ke bawah atas inisiatif administrator. Dalam
kondisi ini guru-guru tidak dilibatkan, mereka lebih bersifat pasif yaitu sebagai penerima
dan pelaksana di lapangan. Jadi semua ide, gagasan dan inisiatif berasal dari pihak atasan
(Oemar Hamalik, 2010: 150).
Sebaliknya pada pendekatan yang bersifat “grass roots approach” yaitu yang
dimulai dari bawah, pihak guru atau sekolah secara individual dengan harapan bisa
meluas ke sekolah-sekolah lain. Kepala sekolah serta guru dapat merencanakan
kurikulum atau perubahan kurikulum karena melihat kekurangan dalam kurikulum yang
berlaku.
1. Fungsi Perencanaan Kurikulum, di antaranya adalah18:
1. Sebagai pedoman atau alat manajemen yang berisi petunjuk yang perlu dilakukan,
tindakan, sumer daya, tenaga, sarana, system untuk mencapai sebuah tujuan tertentu.
2. Sebagai penggerak untuk menciptakan perubahan yang lebih baik

15
. Imam Machali, Kebijakan Perubahan Kurikulum 2013 dalam Menyongsong Indonesia Emas Tahun 2045 , 2014,
hlm: 72.
16
. omear Hamalik, Manajemen Pengembangan Kurikulum, Bandung (PT Rosdakarya 2012), hlm: 137.
17
. Rusman, Manajemen Kurikulum, cetakan ke-4. (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012), hal. 3.
18
. Maslahah, Perencanaan, Pelaksanaan dan Evaluasi Kurikulum Bahasa Arab Madrasah Full Day School di Mts
Nurul Ummah Kotagede, (Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2017), hlm.52-53.
3. Sebagai motivasi penyelenggara pelaksanaan sistem Pendidikan dalam mencapai
tujuan tertentu19.
2. Asas-asas perencanaan kurikulum, sebagai berikut:
1. Objective. Memiliki tujuan yang jelas dan spesifik berdasarkan tujuan Pendidikan
nasional.
2. Keterpaduan
Memadukan jenis serta sumber dari semua disiplin ilmu, keterpaduan sekolah dengan
masyarakat, keterpaduan internal, serta keterpaduan dalam penyampaian.
3. Manfaat
Manfaat dari perencanaan kurikulum sebagai bahan masukan untuk mengambil
keputusan dan Tindakan .
4. Efisiensi dan efektivitas
Yakni berdasarkan prinsip efisiensi dana, tenaga, dan waktu serta efektif dalam
mencapai tujuan yang diinginkan.
5. Kesesuaian
Sesuai dengan sarana peserta didik, kemampuan tenaga kependidikan, dan perubahan
dan perkembangan masyarakat.
3. Model-model perencanaan kurikulum, di antaranya:
a) Model perencanaan rasional deduktife atau rasional yakni menitik beratkan logika
dalam merancang program kurikulum.
b) Model perencanaan interaktif rasional, memandang rasionalisme sebagai tuntutan
kesepakatan antara pendapat-pendapat yang berbeda yang tidak mengikti urutan
logika.
c) The dicipines model, perencanaan ini menitikberatkan kepada guru-guru.
d) Model tanpa perencanaan (non planning model), berdasarkan inisiatif guru-guru di
dalam ruangan kelas sebagai bentuk keputusan.
4. Perogram tambahan yang harus ada dalam perencanaan kurikulum20
a) Program Tahunan
b) Program Semester
c) Program Modul (Pokok Bahasan)
d) Program Mingguan dan Harian
e) Program Pengayaan dan Remidial
f) Program Bimbingan dan Konseling Pendidikan
5. Susunan isi kurikulum21
a) Bidang-bidang keilmuan yang terdiri atas ilmu-ilmu sosial, administrasi, ekonomi,
komunikasi, IPA, matematika, dan lain-lain.
b) Jenis-jenis mata pelajaran disusun dan dikembangkan bersumber dari bidang-bidang
tersebut sesuai dengan tuntutan program.
19
. Ibrahim Nasbi, Manajemen Kurikulum: Sebuah Kajian Teoritis, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, (UIN
Alauddin Makassar, 2017).
20
. E Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi konsep, Karasteristik, dan Impelentasi, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2010), hlm. 95.
21
. Nurul Huda, Manajemen Pengembangan Kurikulum, Universitas Nurul Jadid, hlm 60.
c) Tiap mata pelajaran dikembangkan menjadi satuan-satuan bahasan atau standar
kopetensi dan kopetensi dasar.
d) Tiap-tiap mata pelajaran dikembangkan dalam bentuk silabus dan RPP.

2. Pelaksanaan Kurikulum
Pembinaan kurikulum pada dasarnya merupakan usaha pelaksaan kurikulum pada suatu
lembaga sekolah yang direalisasikan dalam proses belajar mengajar sesuai dengan prinsip-
prinsip dab tuntunan kurikulum yang telah disepakati dan dikembangkan sebelumnya.
Dalam proses pendidikan perlu dilaksanakan manajemen kurikulum agar perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi kurikulum berjalan dengan efektif, efisien, dan optimal dalam
memberdayakan berbagai sumber belajar, pengalaman belajar, maupun komponen
kurikulum. Adapun Pelaksanaan Kurikulum adalah kegiatan pengelolaan pembelajaran, dan
guru mempunyai hak penuh untuk mengaplikasikan rencana-rencana yang telah dibuat pada
saat perencanaan kurikulum22
Dalam melaksanakan kurikulum terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan di
antanya adalah:
1. Produktivitas, hasil dari kegiatan kurikulum yang melalui pertimbangan bagaiamana
peserta didik mampu mencapai hasil belajar sesuai dengan tujuan yang diinginkan.
2. Demokratisasi, dalam pelaksanaan kurikulum harus berdasarkan demokrasi, yang
menempatkan mengelola, pelaksana dan subjek didik pada posisi yang seharusnya terkait
tugas dan kewajban serta tanggung jawab masing-masing subjek guna mencapai tujuan
yang diinginkan.
3. Koopratif, adanya kerja sama yang positif dari berbagai subjek yang terlibat.
4. Efektivitas dan efesiensi
5. Mengarahkan visi, misi dan tujuan yang ditetapkan dalam kurikulum, proses manajemen
kurikulum harus dapat memperkuat dan mengarahkan visi, misi, dan tujuan kurikulum
(Rusman, 2009: 4)23
Pelaksanaan kurikulum dibagi menjadi dua tingkat:
1. Kurikulum tingkat sekolah, yaitu pelaksaannya sepenuhnya menjadi tanggung jawab
kepala sekolah untuk melaksanakan kurikulum.
2. Kurikulum tingkat kelas, yaitu pelaksaan kurikulum diatur oleh guru guna menjamin
kelancaran pelaksanaan krikulum pada suatu sekolah.
Dalam proses pembelajaran di sekolah sebagai bentuk pelaksanaan kurikulum
baik yang sudah dikembangkan, ada hal-hal penting yang perlu diperhatikan adalalah
meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang memuat identitas
mata pelajaran, standar kompetensi (SK), kompetensi dasar (KD), indikator

22
. Anonim, PP No.13 Th.2015 (Perubahan kedua atas PP No.19 Th.2005) tentang SNP (Standar Nasional
Pendidikan).
23
. omear Hamalik, Manajemen Pengembangan Kurikulum, Bandung: PT Rosdakarya, hal: 320, 2012.
pencapaian kompetensi, tujuan pembelajaran, materi ajar, alokasi waktu, metode
pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian hasil belajar, dan sumber belajar24.
Hal-hal penting yang perlu diperhatikan dalam proses pembelajaran di sekolah
adalalah:
1. Silabus
Silabus merupakan acuan dasar pengembangan RPP yang dikembangkan
oleh satuan Pendidikan berdasarkan Standar isi (SI) dan Standar Kompetensi
Lulusan (SKL), serta panduan penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP). Silabus meliputi pemuatan identitas mata pelajaran, atau
judul pelajaran, SK, KD, materi pembelajaran, indicator pencapaian kompetensi,
kegiatan pembelajaran, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar.
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Rencan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) bertujuan untuk mengukur
capaian KD, mulai dari memperhatikan tujuan pembelajaran dari segi cognitive,
affective, dan psikomotorik. Setiap guru pada satuan pendidikan memiliki
kewajiban untuk Menyusun RPP secara lengkap dan sistematis demi mencapai
pembelajaran yang berlangsung secara effectife, interaktif, inspiratif,
menyenangkan, memotovasi, dll.
RPP disusun untuk setiap KD yang dapat dilaksanakan dalam satu kali
pertemuan atau lebih, Adapun komponen RPP meliputi:
1. Identitas mata pelajaran, meliputi : satuan pendidikan, kelas, semester,
program/program keahlian, mata pelajaran atau tema pelajaran, jumlah
pertemuan.
2. Standar kompetensi, merupakan kualifikasi kemampuan peserta didik yang
menggambarkan penguasaan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang
diharapkan dicapai pada setiap kelas dan/atau semester pada suatu mata
pelajaran.
3. Kompetensi dasar, merupakan satuan kemampuan yang harus dikuasai oleh
peserta didik dalam suatu bidang atau mata pelajaran tertentu sebagai rujukan
dalam penyusunan indicator kompetensi.
4. Indikator pencapaian kompetensi, merupakan suatau ukuran yang bertujuan
untuk mengetahui ketercapaian tertentu yang menjadi acuan penilaian dalam
suatu mata pelajaran yang mencangkup pengetahuan, sikap, dan keterampilan
peserta didik.
5. Tujuan pembelajaran.
6. Materi ajar, meliputi konsep, fakta, prinsip yang disesuaikan dengan rumusan
indicator pencapaian kompetensi.
7. Alokasi waktu, ditentukan sesuai dengan keperluan untuk pencapaian KD .
8. Metode pembelajaran
. Peraturan Mendiknas RI Nomor 41, Tahun 2007, tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan
24

Menengah, hal: 2017.


9. Kegiatan pembelajaran. Adapun Kegiatan pembelajaran, meliputi: pendahuluan,
inti, dan penutup
10. Penilaian hasil belajar. Proses penilaian disesuaikan dengan indikator
pencapaian kompetensi dan mengacu kepada Standar Penilaian.
11. Sumber belajar. Penentuan sumber belajar didasarkan pada standar kompetensi
dan kompetensi dasar, serta materi ajar, kegiatan pembelajaran, dan indikator
pencapaian kom petensi25.
3. Evaluasi Kurikulum
1) Pengertian Evaluasi
Secara etimologi “evaluasi” berasal dari bahasa Inggris yaitu evaluation dari akar
kata value yang berarti nilai atau harga 26. Sedangkan secara terminologi,
pengertian evaluasi diantaranya:
a. Edwind mengatakan bahwa evaluasi mengandung pengertian suatu
tindakan atau proses dalam menentukan nilai sesuatu27.
b. M.Chabib Thoha mendefinisikan evaluasi merupakan kegiatan yang
terencana untuk mengetahui keadaan objek dengan menggunakan
instrumen dan hasilnya dibandingkan dengan tolok ukur untuk
memperoleh kesimpulan28.
c. Djemari Mardapi menjelaskan bahwa evaluasi merupakan salah satu
rangkaian kegiatan dalam meningkatkan kualitas, serta kinerja atau
produktivitas suatu satuan lembaga dalam melaksanakan program29.

Adapun Evaluasi kurikulum adalah suatu tindakan pengendalian, penjaminan dan


penetapan mutu kurikulum, berdasarkan pertimbangan dan kriteria tertentu, sebagai
bentuk akuntabilitas pengembangan kurikulum dalam rangka menetukan keefektifan
kurikulum.

Evaluasi kurikulum bertujuan untuk memperbaiki dan menyempurnakan dan


mengembangkan program yang sudah ada pada kurikulum dan bagaimana program
tersebut dapat berjalan baik, dan sejauhamana siswa telah mencapai tujuan pembelajaran.
Tanpa evaluasi maka tidak akan mengetahui bagaimana hasil dari kurikulum tersebut.
Dalam pelaksanaan penerapan evaluasi pada suatu kurikulum tidak menutup
kemungkinan adanya kesulitan-kesulitan, di antaranya adalah:
1. Kesulitan dalam pengukuran
2. Kesulitan dalam menstandarkan intervensi dalam Pendidikan

25
. Peraturan Mendiknas RI Nomor 41, Tahun 2007, tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan
Menengah, hal: 2017.
26
. Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta : PT. Grafindo Persada, 2005), h.1
27
. Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), h.331.
28
. M. Chabib Thoha, Teknik Evaluasi Pendidikan (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 1990), h.17.
29
. Djemari Mardapi, Teknik Penyusunan Instrumen Tes dan Non Tes.( Yogyakarta: Mitra Cendikia,2008) h.8.
3. Pengaruh intervensi dalam pendidikan mudah dipengaruhi oleh faktor-faktor lain
sehingga pengaruh intervensi tersebut seakan-akan lemah30.

Dapat disimpulkan bahwa Evaluasi kurikulum yang dilakukan dijadikan sebagai


umpan balik apakah tujuan dari kurikulum sudah tercapai secara maksimal, dan juga
untuk mengetahui area kelemahan kurikulum sehingga dapat dilakukan perbaikan menuju
yang lebih baik.

KESIMPULAN
Dapat disimpulkanbahwa berlakunya paradigma baru pendidikan tersebut akan mewarnai
dan berdampak positif terhadap sistem dan praksis penyelenggaraan pendidikan. Sistem
manajemen pendidikan mulai dari proses perumusan kebijakan, penyusunan program, hingga
praksis penyelenggaraan pendidikannya, baik di tingkat pusat, daerah maupun satuan
Pendidikan. Dan Kurikulum wajib mengalami perubahan karena perkembangan teknologi terus
berjalan
Perubahan system pembelajaran berubah akan berdampak kepada perubahan paradigma
Pendidikan yang mengakibatkan terjadinya implikasi terhadap perubahan kurikulum. Dalam
upaya meningkatkan mutu pendidikan, salah satu komponen penting di dalamnya adalah system
Pendidikan dan kurikulum. Kurikulum adalah suatu sistem yang mempunyai komponen-
komponen yang saling berkaitan dan menunjang satu sama lain. dalam pelaksanaan kurikulum
diperlukan suatu perencanaan, pelaksaan dan melakukan evaluasi terhadap kurikulum.

30
. omear Hamalik, Manajemen Pengembangan Kurikulum, Bandung: PT Rosdakarya, hal: 320, 2012.
DAFTAR PUSTAKA
Ibrahim Nasbi, Manajemen Kurikulum: Sebuah Kajian Teoritis, Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan, UIN Alauddin Makassar, 2017.

penyelenggaraan urusan pemerintah pusat kepada daerah melalui wakil perangkat pusat yang ada
di daerah (KBBI).

Wasitohadi. Evaluasi implementasi paradigma baru pendidikan pascareformasi pada jenjang sd


di kota salatiga, hal: 179-178, 2014.

Festiyed. Perubahan paradigma proses pembelajaran dalam memberikan layanan profesional


berbasis karakter. Jurusan Fisika FMIPA UNP Padang, 2013

Farid Anfasa Moeloek, BSNP (Badan Standar Nasional Pendidikan, 2010) Paradigma
Pendidikan Nasional Abad XXI, , hlm: 6-7.

M. Fakhruddin, perubahan Paradigma dalam Organisasi Belajar di abad 21, 2013, hlm: 110.

Salim, Agus, Teori dan Paradigma Penelitian Sosial, (PT. Tiara Kencana, Yogyakarta. 2001).

Fuad Ihsan, Dasar-dasar Kependidikan (Jakarta: Rineka Cipta,), 107, 2008.

BSNP (Badan Standar Nasional Pendidikan , 2010) Paradigma Pendidikan Nasional Abad XXI,
Farid Anfasa Moeloek, hlm: 6-7.

Aslan, Wahyudin, Kurikulum dalam Tantangan Perubahan, , 2020, hlm: 49.

Mohammad Imam Farisi, Kurikulum Rekontruksionis dan Implikasinya Terhadap Ilmu


Pengetahuan sosial: Analisis Dokumen Kurikulum 2013, hal: 104.

Arif Munandar, Pengantar kurikulum, (Yogyakarta : CV Budi Utama, 2012), hlm. 50.

Dicky Wirianto, Perspektif Historis Transformasi Kurikulum di Indonesia, Jurnal, Islamic


Studies Journal, Vol. 2 No. 1 Januari - Juni 2014.
Imam Machali, Kebijakan Perubahan Kurikulum 2013 dalam Menyongsong Indonesia Emas
Tahun 2045 , 2014, hlm: 72.

omear Hamalik, Manajemen Pengembangan Kurikulum, Bandung (PT Rosdakarya 2012), hlm:
137.

Rusman, Manajemen Kurikulum, cetakan ke-4. (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012), hal. 3.

Maslahah, Perencanaan, Pelaksanaan dan Evaluasi Kurikulum Bahasa Arab Madrasah Full Day
School di Mts Nurul Ummah Kotagede, (Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2017), hlm.52-53.

Ibrahim Nasbi, Manajemen Kurikulum: Sebuah Kajian Teoritis, Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan, (UIN Alauddin Makassar, 2017).

E Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi konsep, Karasteristik, dan Impelentasi, (Bandung:


PT Remaja Rosdakarya, 2010), hlm. 95.

Nurul Huda, Manajemen Pengembangan Kurikulum, Universitas Nurul Jadid, hlm 60.

Anonim, PP No.13 Th.2015 (Perubahan kedua atas PP No.19 Th.2005) tentang SNP (Standar
Nasional Pendidikan).

omear Hamalik, Manajemen Pengembangan Kurikulum, Bandung: PT Rosdakarya, hal: 320,


2012.

Peraturan Mendiknas RI Nomor 41, Tahun 2007, tentang Standar Proses untuk Satuan
Pendidikan Dasar dan Menengah, hal: 2017.

Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta : PT. Grafindo Persada, 2005), h.1

Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), h.331.

M. Chabib Thoha, Teknik Evaluasi Pendidikan (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 1990), h.17.

Djemari Mardapi, Teknik Penyusunan Instrumen Tes dan Non Tes.( Yogyakarta: Mitra
Cendikia,2008) h.8.

omear Hamalik, Manajemen Pengembangan Kurikulum, Bandung: PT Rosdakarya, hal: 320,


2012.

Anda mungkin juga menyukai