Anda di halaman 1dari 16

ANALISIS MANAJEMEN PERENCANAAN KURIKULUM BAHASA ARAB DALAM

MENGHASILKAN KULAIFIKASI LUSUSAN PBA

M. Imam Zaenal Abidin

UIN Maulana Malik Ibrahim Malang


210104320006@student.uin-malang.ac.id

Abstrak

Kurikulum sebagai rancangan pendidikan mempunyai kedudukan yang sangat strategis dalam
seluruh aspek kegiatan pendidikan. Pendidikan tidak mungkin berjalan dengan baik atau berhasil
mencapai tujuan yang telah ditetapkan jika pendidikan tidak dijalankan sesuai dengan
perencanaan kurikulum. Kurikulum yang dibuat tidak dapat mencapai kesempurnaan jika dalam
penyusunan kurikulum tidak memahami secara utuh hakikat dan fungsi kurikulum. Mengingat
pentingnya peranan kurikulum di dalam pendidikan dan dalam perkembangan kehidupan
manusia, maka dalam menyusun kurikulum tidak bisa dilakukan tanpa memahami konsep dasar
dari kurikulum, dalam meningkatkan mutu lulusan maka tidak lepas dari faktor perencanaaan
kurikulum yang baik, Oleh karena itu perencanaan kurikulum sangat berpengaruh dalam
menentukan keberhasilan suatu pembelajaran yang bermutu. Berdasarkan hal tersebut penelitian
ini bertujuan untuk menjelaskan upaya manajemen perencanaan kurikulum dalam menghasilkan
kulaifikasi lususan PBA di madrasah maupun di perguruan Tinggi,
Kata Kunci: Manajemen perencanaan kurikulum, kulaifikasi lususan, Pendidikan Bahasa Arab

Pendahuluan

Pendidikan adalah salah satu faktor utama yang menjadikan manusia sebagai insan yang
berkualitas dalam berkehidupan social karena Pendidikan merupakan pilar penerus perbaikan
kondisi yang ada setiap saat, setiap hari manusia dituntut untuk selalu melakukan kreatifitas
(inovasi) dan pembaharuan serta memiliki pengetahuan, daya cipta dan keterampilan hidup yang
lebih baik, salah satu aspek pendidikan adalah pembelajaran, pembelajaran merupakan suatu
aktivitas atau suatu proses mengajar dan belajar. Aktivitas ini merupakan proses komunikasi dua
arah, antara pihak guru dan peserta didik. Undang-undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional menyatakan; “Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan
pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar, Oleh sebab itu, kegiatan pembelajaran
akan bermuara pada dua kegiatan pokok, pertama, bagaimana orang melakukan tindakan
perubahan tingkah laku melalui kegiatan belajar; kedua, bagaimana orang melakukan tindakan
penyampaian ilmu pengetahuan melalui kegiatan mengajar hal ini menunjukkan bahwa makna
pembelajaran merupakan kondisi eksternal kegiatan belajar yang antara lain dilakukan oleh guru
dalam mengondisikan seseorang untuk belajar demi mewujudkan tujuan pendidikan.1

Penyebab rendahnya mutu pendidikan di Indonesia antara lain adalah masalah efektivitas,
efisiensi dan standardisasi pengajaran. Hal tersebut masih menjadi masalah pendidikan di
Indonesia pada umumnya. Adapun permasalahan khusus dalam dunia pendidikan yaitu: 1.
Rendahnya sarana fisik, 2. Rendahnya kualitas guru, 3. Rendahnya kesejahteraan guru, 4.
Rendahnya prestasi siswa, 5. Rendahnya kesempatan pemerataan Pendidikan, 6. Rendahnya
relevansi pendidikan dengan kebutuhan, 7. Mahalnya biaya pendidikan.

Berdasarkan alur pemikiran di atas peneliti menganggap studi tentang perencanaaan


kurikulum layak dan menarik untuk dilakukan penelitian. hal ini dilakukan untuk mengetahui apa
faktor yang menyebabkan hal tersebut terjadi, dan apa yang dilakukan pihak terkait (pimpinan)
dalam menyikapi hal tersebut melalui manajemen perencanaan kurikulum sebagai upaya
peningkatan kualitas pembelajaran.

Manajemen dalam perencanaan kurikulum sendiri dapat diartikan sebagai keahlian atau
kemampuan merencanakan dan mengorganisasi kurikulum, artinya kegiatan yang berkaitan
dengan usaha merumuskan suatu program yang di dalamnya memuat sesuatu yang akan
dilaksanakan, penentuan tujuan, kebijakan arah, prosedur dan tujuan yang harus ditempuh karena
melakukan segala sesuatu itu harus dikerjakan dan dikelola dengan baik, rapi, tertib dan teratur.
Tidak boleh dilakukan secara asal-asalan agar didapatkan hasil yang maksimal. Manajemen dalam
arti mengatur sesuatu agar dilakukan dengan baik, tepat, teratur dan tuntas merupakan hal yang
sangat penting karena suatu hal apapun tanpa proses manajemen maka hasilnya juga akan kurang

1
Ahmadi, Meningkatkan Kemampuan Guru dalam Menyusun Perangkat Pembelajaran Inovatif Melalui Lesson
Study (September, 2013), 7
baik, sebaliknya sesulit dan sebesar apapun suatu hal apabila diproses dengan manajemen yang
baik maka bisa dipastikan akan berhasil dengan baik, efektif dan efisien.

Peranan manajemen sangat signifikan dalam menentukan kualitas sebuah lembaga


pendidikan. Karena bidang garapannya meliputi perencanaan, pengorganisasian, penggerakan,
pengawasan atau evaluasi dan pemberdayaan segala sumber daya yang ada. Begitu juga
pendidikan tidak akan berhasil tanpa diatur sesuai dengan fungsi dan peran masing-masing secara
efektif dan efisien. Berdasarkan atas pernyataan-pernyataaan masalah pembelajaran yang telah
dijelaskan di atas, maka untuk mencapai suatu pembelajaran yang baik dan berkualitas demi
terwujudnya pendidikan yang bermutu yang berpengaruh dengan kualifikasi lulusan PBA

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan studi kepustakaan (library research). Dalam memperoleh data
penelitian, peneliti mengumpulkan, menganalisis, mengorganisasi sumber dari artikel, buku,
penelitian terdahulu tentang model dan pendekatan pengembangan kurikulum bahasa Arab.
Kemudian peneliti menyimpulkan dan menyajikan data-data tersebut. Selanjutnya data-data
tersebut dianalisi dengan menggunakan Analisis deskriptif.

Pembahasan
Dalam pendidikan, manajemen didasarkan pada peningkatan mutu atau kualitas
pendidikan yang ditangani secara efisien, artinya berbagai sumber yang memengaruhi proses
pendidikan perlu ditangani secara jelas, terkendali dan terarah.

Dalam sistem pendidikan nasional dinyatakan bahwa kurikulum adalah seperangkat


rencana dan pengaturan mengenai isi dan lahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai
pedoman dalam penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar.2

Menurut Nasution, lazimnya kurikulum dipandang sebagai suatu rencana yang disusun
untuk melancarkan proses belajar mengajar di bawah bimbingan dan tanggung jawab sekolah atau
lembaga pendidikan beserta staf pengajarnya. Dan sejumlah ahli teori kurikulum berpendapat

2
Oemar Hamalik, Manajemen Pengembangan Kurikulum (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), 91-92.
bahwa kurikulum bukan hanya meliputi semua kegiatan yang direncanakan melainkan juga
peristiwa-peristiwa yang terjadi di bawah pengawasan sekolah3

Menurut Horold Koontz dan Cyril O’Donnel, Manajemen adalah Usaha untuk mencapai
tujuan tertentu melalui kegiatan orang lain.4 G.R. Terry mengatakan bahwa manajemen merupakan
suatu proses khas yang terdiri atas tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian,
penggerakan, dan pengendalian yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran yang
telah ditentukan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya.

Dari pengertian yang dikemukakan oleh Terry di atas, langkah awal atau yang pertama kali
dilakukan oleh seorang manajer adalah planning (perencanaan). Perencanaan adalah kegiatan yang
berkaitan dengan usaha merumuskan suatu program yang di dalamnya memuat sesuatu yang akan

dilaksanakan, penentuan tujuan, kebijakan arah, prosedur dan tujuan yang harus ditempuh.
Manajemen kurikulum adalah segenap proses usaha bersama untuk memerlancar pencapaian
tujuan pengajaran dengan titik berat pada usaha, meningkatkan kualitas interaksi belajar mengajar.

Manajemen dalam perencanaan kurikulum dapat diartikan sebagai keahlian atau


kemampuan merencanakan dan mengorganisasi kurikulum. Siapa yang bertanggung jawab dan
bagaimana perencanaan kurikulum itu dilaksanakan secara profesional merupakan dua hal yang
perlu diungkapkan dalam perencanaan kurikulum.

1. Organisasi Kurikulum.

Orgaisasi kurikulum adalah pola atau bentuk penyusunan bahan pelajaran yang akan
disampaikan kepada murid-murid.5 Organisasi kurikulum ini sangat erat kaitannya dengan
pencapaian tujuan pendidikan, karena kurikulum memuat aturan-aturan dalam proses belajar
mengajar untuk mencapai tujuan tersebut. Menurut Suryosobroto pola pengorganisasian
kurikulum ada 3 macam. 6

a. Separated Subject Curriculum

3
S Nasution, Kurikulum dan Pengajaran, Cet. VI, (Jakarta : Bumi Aksara, 2006), 5
4
Hikmat, Manajement Pendidikan (Bandung : Pustaka Setia, 2009), 12.
5
Suryosubroto, Manajemen Pendidikan di Sekolah (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2004), 33
6
bid,34.
Kurikulum model ini menyajikan segala bahan pelajaran dalam berbagai macam mata
pelajaran (subjects) yang terpisah-pisah satu sama lain, seakan akan ada batas pemisah antara
mata pelajaran yang satu sama lain, juga antara suatu kelas dengan kelas lain.

b. Correlated Curriculum

Pada dasarnya organisasi kurikulum ini menghendaki agar mata pelajaran satu sama
lain ada hubungan, bersangkut paut (Correlated) walaupun mungkin batas-batas yang satu
dengan yang lain, masih dipertahankan.

c. Integrated Curriculum

Kurikulum ini meniadakan batas-batas antara berbagai mata pelajaran dan menyajikan
bahan pelajaran dalam bentuk unit atau keseluruhan.

2. Prinsip Perencanaan Kurikulum

Ada delapan prinsip yang harus diperhatikan dalam kegiatan perencanaan kurikulum,
yaitu:

a. Perencanaan yang dibuat harus memberikan kemudahan dan mampu memicu pemilihan dan
pengembangan pengalaman belajar yang potensial sesuai dengan hasil (tujuan) yang
diharapkan sekolah.
b. Perencanaan hendaknya dikembangkan oleh guru sebagai pihak yang langsung bekerja sama
dengan siswa.
c. Perencanaan harus memungkinkan para guru menggunakan prinsip-prinsip belajar dalam
memilih dan memajukan kegiatan-kegiatan belajar di sekolah.
d. Perencanaan harus memungkinkan para guru menyesuaikan pengalamanpengalaman dengan
kebutuhan-kebutuhan pengembangan, kesanggupan, dan taraf kematangan siswa (level of
pupils)
e. Perencanaan harus menggiatkan para guru untuk mempertimbangkan pengalaman belajar
sehingga anak-anak dilibatkan dalam kegiatan-kegiatan di dalam dan di luar sekolah.
f. Perencanaan harus merupakan penyelenggaraan suatu pengalaman belajar yang kontinu
sehingga kegiatan-kegiatan belajar siswa dari sejak awal sungguh mampu memberikan
pengalaman.
g. Kurikulum harus direncanakan sedemikian rupa sehingga mampu membantu pembentukan
karakter, kepribadian, dan perlengkapan pengetahuan dasar siswa yang bernilai demokratis
dan yang sesuai dengan karakter kebudayaan bangsa Indonesia.
h. Perencanaan harus realistis, feasible (dapat dikerjakan), dan acceptable (dapat diterima dengan
baik)

Sedangkan karakteristik dalam perencanaan kurikulum, terdapat beberapa aspek yang


harus diperhatikan. Aspek-aspek yang menjadi prinsip karakter perencanaan kurikulum
tersebut adalah sebagai berikut:

a. Perencanaan kurikulum harus berdasarkan konsep yang jelas tentang berbagai hal yang
menjadikan kehidupan menjadi lebih baik, karakteristik manusia sekarang dan masa depan,
serta kebutuhan dasar manusia.

b. Perencanaan kurikulum harus dibuat dalam kerangka kerja yang komprehensif, yang
memertimbangkan dan mengordinasi unsur esensial belajar mengajar efektif.

c. Perencanaan kurikulum harus bersifat reaktif dan antisipatif Pendidikan harus responsif
terhadap kebutuhan individual siswa, untuk membantu siswa tersebut menuju kehidupan yang
kondusif.

d. Tujuan-tujuan pendidikan harus meliputi rentang yang luas akan kebutuhan dan minat yang
berkenaan dengan individu dan masyarakat.

e. Rumusan berbagai tujuan pendekatan harus diperjelas dengan ilustrasi konkrit, agar dapat
digunakan dalam rencana pengembangan rencana kurikulum yang spesifik.

f. Masyarakat luas mempunyai hak dan tanggung jawab untuk mengetahui berbagai hal yang
ditujukan bagi anak-anak mereka melalui perumusan tujuan pendidikan

g. Dengan keahlian profesional mereka, pendidik berhak dan bertanggung jawab


mengidentifikasikan program sekolah yang akan membimbing siswa ke arah pencapaian
tujuan pendidikan.

h. Perencanaan dan pengembangan kurikulum paling efektif jika dikerjakan secara bersama-
sama.
i. Perencanaan kurikulum harus memuat artikulasi program sekolah dan siswa pada setiap
jenjang dan tingkatan sekolah

j. Program sekolah harus dirancang untuk mengoordinasikan semua unsur dalam kurikulum
kerangka kerja pendidikan.

k. Masing-masing sekolah mengembangkan dan memerhalus suatu struktur organisasi yang


memfasilitasi studi masalah-masalah kurikulum dan mensponsori kegiatan perbaikan
kurikulum.

l. Perlunya penelitian tindakan dan evaluasi, untuk menyediakan revitalisasi rencana dan
program kurikulum.

m. Partisipasi kooperatif harus dilaksanakan dalam kegiatan-kegiatan perencanaan kurikulum,


terutama keterlibatan masyarakat dan para siswa dalam perencanaan situasi belajar-mengajar
yang spesifik.

n. Dalam perencanaan kurikulum, harus diadakan evaluasi secara kontinu terhadap semua aspek
pembuatan keputusan kurikulum, yang juga meliputi analisis terhadap proses dan konten
kegiatan kurikulum.

o. Berbagai jenjang sekolah, dari taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi, hendaknya
merespon dan mengakomodasi perubahan, pertumbuhan, dan perkembangan siswa. 7 Model
Perencanaan Kurikulum Perencanaan kurikulum merupakan kegiatan yang komplek yang
berkaitan dengan pengambilan keputusan. Maka dalam mendiskusikan dan
mengoordinasikan proses diperlukan model-model dalam penyajiannya, yakni berdasarkan
asumsi-asumsi rasionalitas tentang pemrosesan informasi atau data secara cermat. Adapun
model-model dalam perencanaan kurikulum yang disebutkan oleh Oemar Hamalik adalah.8

3. Model Perencanaan Kurikulum.

Perencanaan kurikulum merupakan kegiatan yang komplek yang berkaitan dengan


pengambilan keputusan. Maka dalam mendiskusikan dan mengoordinasikan proses diperlukan

7
Oemar Hamalik, Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2008), 172-174.
model-model dalam penyajiannya, yakni berdasarkan asumsi-asumsi rasionalitas tentang
pemrosesan informasi atau data secara cermat.

Pembelajaran Bahasa Arab

Pembelajaran adalah rangkaian peristiwa (events) yang memengaruhi pembelajaran


seehingga proses belajar dapat berlangsung dengan mudah (Gagne dan Brigga). Pembelajaran
tidak hanya terbatas pada event-event yang dilakukan oleh guru, tetapi mencakup semua events
yang mempunyai pengaruh langsung pada proses belajar yang meliputi kejadian-kejadian yang
diturunkan dari bahan-bahan

cetak, gambar, program radio, televise, film, slide, maupun kombinasi dari bahan-bahan
tersebut.9

1. Input Pembelajaran

Input pembelajaran adalah segala sesuatu yang harus ada dan tersedia karena dibutuhkan
untuk berlangsungnya suatu proses. Segala sesuatu yang dimaksud adalah berupa sumberdaya,
perangkat-perangkat lunak serta harapan-harapan sebagai alat dan pemandu bagi berlangsungnya
proses.47 Input sumber daya terbagi menjadi dua, antara lain:

a. Input sumber daya manusia, meliputi: kepala sekolah, guru (termasuk guru BP),
karyawan, dan siswa.
b. Input sumber daya nonmanusia, meliputi: peralatan, perlengkapan, uang, bahan, dan
lain-lain.
c. Input perangkat lunak yaitu yang meliputi: struktur organisasi sekolah, peraturan
perundang-undangan, deskripsi tugas, rencana pendidikan, program pendidikan, dan
lain-lain.
d. Input harapan-harapan yang berupa: visi, misi, tujuan, dan sasaran-sasaran yang ingin
dicapai oleh sekolah tersebut semakin tinggi tingkat kesiapan input, maka semaki tinggi
pula mutu input tersebut.

9
Abdul Majid, Strategi Pembelajaran (Bndung: PT. Remaja Rosdakarya. 2013), 283
Dari pembagian berbagai macam jenis-jenis input di atas, sudah jelas bahwa tinggi
rendahnya mutu input dapat diukur dari kesiapan tingkat input itu sendiri. Adapun karakteristik
dari input pendidikan antara lain sebagai berikut

a. Memiliki kebijakan mutu


1) Tujuan sekolah jelas tentang kebijakan mutu
2) Kebijakan mutu disusun oleh kepala sekolah dan disosialisasikan kepada warga
sekolah
3) Pemikiran, tindakan, kebiasaan, karakter diwarnai kebijakan mutu.
b. Sumber daya manusia disiapkan untuk berkualitas
1) Sumber daya manusia disiapkan untuk berkualitas
2) Dana, peralatan, perlengkapan, bahan, sistem, organisasi, masyarakat.
3) Mampu mendayagunakan sumber daya terbatas demi mutu.
c. Memiliki harapan prestasi yang tinggi
1) Memiliki dorongan prestasi anak didik dan sekolah yang tinggi
2) Kepala sekolah memiliki komitmen dan motivasi tinggi untuk mutu
3) Guru dan karyawan memiliki komitmen dan motivasi tinggi untuk mutu anak
didiknya, walau sumber daya sekolah terbatas.
d. Fokus pada pelanggan
1) Pelanggan, terutama peserta didik sebagai fokus kegiatan sekolah
2) Pemuasan pelanggan dengan mendayagunakan sumber daya maksimal
e. Manajemen yang tertata dan jelas
1) Rencana sistematis dan rinci
2) Tugas jelas
3) Program pendukung rencana
4) Aturan main yang pasti
5) Kendali mutu yang berjalan efektif dan efisien
2. Proses Pembelajaran
Proses pendidikan adalah berubahnya sesuatu menjadi sesuatu yang lain.10 Sesuatu
yang berpengaruh terhadap berlangsungnya proses disebut input, sedangkan sesuatu dari hasil
proses disebut output. Dalam pendidikan berskala mikro (di tingkat sekolah), proses yang
dimaksud adalah proses dalam pengambilan keputusan, proses pengelolaan kelembagaan,
proses pengelolaan program, proses belajar mengajar, dan proses monitoring dan evaluasi.
Dengan catatan bahwa proses belajar mengajar memiliki timgkat kepentingan tertinggi
dibanding dengan proses-proses lainnya.

Proses akan dikatakan memiliki mutu yang tinggi apabila pengoordinasian dan
penyerasian serta pemaduan input (guru, siswa, kurikulum, uang, peralatan, dan lain-lain)
dilakukan secara harmonis, sehingga mampu menciptakan situasi pembelajaran yang
menyenangkan (enjoyable learning), mampu mendorong motivasi dan minat belajar, dan
benar-benar mampu memberdayakan peserta didik. Kata memberdayakan mempunyai arti
bahwa peserta didik tidak sekedar menguasai pengetahuan yang diajarkan oleh gurunya,
namun pengetahuan yang mereka dapatkan tersebut juga telah menjadi muatan nurani peserta
didik yaitu mereka mampu menghayati, mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari, dan yang
terpenting peserta didik tersebut mampu belajar secara terus-menerus atau mampu
mengembangkan dirinya. Dalam proses pendidikan, mencakup hal-hal sebagai berikut

a. Keefektifan proses belajar mengajar


1) Internalisasi apa yang dipelajari
2) Mampu belajar cara belajar yang baik
b. Kepemimpinan sekolah yang kuat
1) Kepala sekolah memiliki kelebihan dan wibawa (pengaruh)
2) Kepala sekolah harus mengoordinasi, menggerakkan, menyerasikan sumberdaya
3) Prakarsa kreatif
c. Manajemen yang efektif
Analisis kebutuhan, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, kinerja, pengembangan,
hubungankerja, imbaljasaproporsional.
d. Memiliki budaya mutu

10
Dikmenum, Peningkatan Mutu Pendidikan Berbasis sekolah: Suatu Konsepsi Otonomi Sekolah (Paper Kerja),
204
a. Informasi kualitas untuk perbaikan, bukan untuk mengontrol
b. Kewenangan sebatas tanggungjawab
c. Hasil diikuti rewards atau punishment
d. Kolaborasi dan sinergi, bukan persaingan sebagai dasar kerjasama
e. Warga sekolah merasa aman dan nyaman bekerja
f. Suasana keadilan
g. Imbal jasa sepadan dengan nilai pekerjaan
e. Memiiiki Teamwork kompak, cerdas, dinainis Output pendidikan hasil kolektif, bukan
hasil individual
f. Memiliki kemandirian
a. Sekolah memiliki kewenangan melakukan yang terbaik bagi sekolahnya
b. Memiliki kemampuan dan kesanggupan kerja tanpa bergantung atasan
c. Memiliki sumber daya yang cukup
g. Partisipasi warga sekolah dan masyarakat. Partisipasi rasa memiliki, rasa tanggung
jawab, tingkat dedikasi
h. Memiliki keterbukaan manajemen Keterbukaan pembuatan keputusan, penggunaan
uang, penyusunan program, pelaksanaan, dan evaluasi program
i. Memiliki kemauan untuk berubah (psikologis dan fisik) 1) Perubahan adalah
kenikmatan, kemapanan adalah musuh sekolah 2) Perubahan terkaitan dengan
peningkatan lebih baik, terutama untuk anak
j. Evaluasi dan perbaikan berkelanjutan
1) Evaluasi tidak hanya untuk mengetahui daya serap, tetapi bagaimana memerbaiki dan
meningkatkan PBM di sekolah.
2) Evaluasi program sekolah secara kontinu
3) Tiada hari tanpa perbaikan
4) Sistem mutu baku sebagai acuan perbaikan
k. Responsif dan antisipatif terhadap kebutuhan
1) Tanggap terhadap aspirasi peningkatan mutu
2) Membaca lingkungan dan menanggapi cepat dan tepat
l. Sekolah memiliki akuntabilitas Pertanggungjawaban sekolah terhadap: orang tua,
masyarakat, siswa, pemerintah.
m. Memiliki Sustainabilita Peningkatan SDM, diversifikasi sumber dana, swadana,
dukungan masyarakat yang tinggi.
3. Output pembelajaran

Output pendidikan adalah kinerja sekolah. Sedangkan kinerja sekolah itu sendiri
adalah prestasi sekolah yang dihasilkan dari proses atau perilaku sekolah. Kinerja sekolah
dapat diukur dari kualitasnya, efektivitasnya, produktivitasnya, efesiensinya, inovasinya,
kualitas kehidupan kerjanya, dan moral kerjanya.11

Kualitas adalah gambaran dan karakteristik menyeluruh dari barang atau jasa yang
menunjukkan kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan yang ditentukan atau yang
tersirat. Efektivitas adalah ukuran yang menyatakan sejauh mana sasaran (kuantitas,
kualitas, dan waktu) yang telah dicapai. Produktivitas adalah hasil perbandingan antara
output dan input. Baik output dan input adalah dalam bentuk kuantitas. Kuantitas input
berupa tenaga kerja, modal, bahan, dan energi. Sedangkan kuantitas output berupa jumlah
barang atau jasa yang tergantung pada jenis pekerjannya. Output sekolah dapat dikatakan
berkualitas dan bermutu tinggi apabila prestasi pencapaian siswa menunjukan pencapaian
yang tinggi dalam bidang:

a. Prestasi akademik, berupa nilai ujian semester, ujian nasional, karya ilmiah, dan lomba
akademik.
b. Prestasi nonakademik, berupa kualitas iman dan takwa, kejujuran, kesopanan, olahraga,
kesenian, keterampilan, dan kegiatan-kegiatan ekstrakulikuler lainnya. Mutu sekolah
dipengaruhi oleh banyak tahapan kegiatan yang saling berhubungan (proses) seperti
perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan.
4. Kualitas Pembelajaran

Istilah kualitas berasal dari bahasa inggris (Quality) dan sepadan dengan kata mutu
dalam bahasa Indonesia, merupakan istilah yang sudah tidak asing atau dikenal dalam
kehidupan sehari-hari. Kata ini biasanya didahului atau dibarengi dengan kata lain, seperti
kualitas ekspor, kualitas impor, kualitas keimanan, kualitas kecerdasan, guru yang

11
bid, 213.
berkualitas, siswa yang berkualitas, dan lain sebagainya. Jadi kualitas adalah tingkatan atau
baik buruknya sesuatu baik yang berupa benda atau manusia.

5. Indikator Kualitas Pembelajaraan

Secara konseptual kualitas perlu diperlakukan sebagai dimensi indikator yang


berfungsi sebagai indikasi atau penunjuk dalam kegiatan pengembangan profesi, baik yang
berkaitan dengan usaha penyelenggaraan lembaga pendidikan maupun kegiatan
pembelajaran di kelas.

Hal ini diperlukan karena beberapa alasan berikut:


a. Prestasi Siswa Meningkat Prestasi siswa yang dapat dijadikan tolak ukur keberhasilan
dalam pembelajaran yang selama ini pendidikan agama berlangsung mengedepankan
aspek kognitif (pengetahuan), aspek afektif (rasa) dan psikomotorik (tingkah laku).
b. Siswa Mampu Bekerja sama Di dalam pembelajaran diperlukan suatu kerja sama antar
siswa ataupun siswa dengan guru. Dengan adanya kekompakan akan timbul suasana
pembelajaran yang kondusif dan menyenangkan. Keharmonisan perlu dijaga dan
dipelihara dengan mewujudkan sikap: 1) adanya saling pengertian untuk tidak saling
mendominasi; 2) adanya saling menerima untuk tidak saling berjalan menurut
kemauannya sendiri; 3) adanya saling percaya untuk tidak saling mencurigai; 4) adanya
saling menghargai; dan 5) saling kasih sayang untuk tidak saling membenci dan iri hati.
c. Adanya Pembelajaran yang Menyenangkan
Pembelajaran yang menyenangkan sangat diperlukan untuk membantu siswa dalam
menyerap dan memahami pelajaran yang diserap oleh guru, karena apabila siswa tidak
menyenangi pembelajaran maka materi pelajaran tidak akan membekas pada diri siswa.
Pembelajaran yang menyenangkan ini biasanya dengan menggunakan metode yang
bervariasi dan pembentukan suasana kelas yang menarik.
d. Mampu Berinteraksi dengan Mata Pelajaran Lain Problematika kehidupan dunia tidak
hanya ada pada masalah keagamaan saja, akan tetapi lebih banyak dalam bidang-bidang
keduniaan. Dalam hal ini pendidikan agama bisa menjadi solusi dari semua bidang
asalkan pembelajaran pendidikan agama islam yang dilaksanakan mampu berinteraksi
dengan mata pelajaran lain.
e. Mampu Mengontekstualkan Hasil Pembelajaran Pembelajaran kontekstual sangat
diperlukan untuk membiasakan dan melatih siswa dalam bersosial, bekerja sama dan
memecahkan masalah. Belajar akan lebih bermakna apabila anak mengalami sendiri apa
yang dipelajarinya bukan mengetahuinya.
f. Pembelajaran yang Efektif di Kelas dan lebih Memberdayakan Potensi Siswa Kualitas
pembelajaran harus ditingkatkan untuk meningkatkan kualitas hasil pendidikan. Secara
mikro ditemukan strategi atau pendekatan pembelajaran yang efektif di kelas dan lebih
memberdayakan potensi siswa
g. Pencapaian Tujuan dan Target Kurikulum Pencapaian tujuan dan target kurikulum
merupakan tugas yang harus dilaksanakan oleh guru dan siswa dalam setiap
pembelajarannya. Tujuan dan target-target tersebut bisa dijadikan tujuan minimal
maupun myang harus dicapai tergantung kepada kemampuan pihak sekolah yang terdiri
dari guru dan unsur-unsur lain yang melaksanakannya.

Maka indikator kualitas pembelajaran dapat dilihat antara lain dari perilaku
pembelajaran guru, perilaku dan dampak belajar siswa, iklim pembelajaran, materi
pembelajaran, media pembelajaran, dan sistem pembelajaran. 12

6. Faktor-faktor yang memengaruhi kualitas pembelajaran.

Dalam hal pembelajaran harus ditunjang dengan sebaik-baiknya dan


selengkaplengkapnya agar proses pembelajaran menjadi lancar, adapun hal- hal yang dapat
menunjang proses pembelajaran tersebut diantaranya adalah :

a. Pengetahuan
b. Kemampuan membuat perencanaan pembelajaran.
c. Kemampuan menggunakan media atau alat bantu pelajaran
d. Kemampuan menggunakan metode
e. Kemampuan mengelola kelas.
f. Kemampuan mengevaluasi.

12
(DOCX) Pengertian Kualitas Pembelajaran Dan Indikator Kualitas Pembelajaran - DOKUMEN.TIPS
Dan ada beberapa faktor yang perlu mendapatkan perhatian dalam upaya
meningkatkan kualitas pembelajaran diantaranya:

a. Peserta didik
1) Faktor intern
a. Faktor jasmani, meliputi faktor kesehatan, kebugaran tubuh. Siswa yang sehat
bdannya akan lebih baik hasil belajarnya dari siswa yang sakit.
b. Faktor psikologis, diantaranya yang amat berpengaruh adalah intelegensia,
perhatian, minat, bakat, motif, kematangan kesiapan,dan kelelahan.
2) Faktor ekstern
Di antara faktor ekstern itu adalah:
a. Keluarga
Dalam keluarga yang menjadi penanggung jawab adalah orang tua, keluarga
sangat memengaruhi hasil belajar peserta didik.
b. Faktor sekolah
Faktor sekolah juga tidak kalah pentingnya di dalam menciptakan kondisi
pembelajaran yang baik, meliputi guru, sarana, kurikulum dan lingkungan
sekolah hubungan guru dengan siswa.
c. Faktor masyarakat
Karena peserta didik hidup berkecimpung di tengah-tengah masyarakat, maka
lingkungan masyarakat sangat berpengaruh bagi peserta didik.
d. Sarana dan Fasilitas
Pembelajaran akan lebih sukses lagi apabila peserta didik terlibat secara fisik
dan phisikis. Seorang siswa yang hanya mendengar dari gurunya tentang cerita,
sangat jauh bedanya apabila si guru dapat memerlihatkan gambar. Contoh nya
apabila mengajarkan tentang salat, akan lebih baik lagi apabila guru
menggunakan gambar orang yang sedang salat.
b. Pendidik

Seperti yang telah diungkapkan di atas bahwa guru adalah faktor pendidikan
yang amat penting sebab ditangan guru yang berkompeten metode, kurikulum, alat
pembelajaran lainnya akan hidup dan berperan.
c. Lingkungan

Lingkungan ada dua macam, yaitu lingkungan fisik dan lingkungan sosial,
lingkungan fisik yakni suasana dan keadaan berlangsungnya.

Daftar Pustaka

B.Suryosubroto. Manajemen Pendidikan Di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta, 2004

Hikmat. Manajement Pendidikan, (Bandung : Pustaka Setia, 2009)

Majid, Abdul. Strategi Pembelajaran, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2013

Nasution, Kurikulum dan Pengajaran. Jakarta : Bumi Aksara, 2006.

Oemar Hamalik. Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung : PT Remaja Rosdakarya,

2008.

Oemar Hamalik.. Manajemen Pengembangan Kurikulum. Bandung : PT Remaja Rosdakarya,

2006.

Suryosubroto. Manajemen Pendidikan di Sekolah. Jakarta : PT Rineka Cipta, 2004.

Anda mungkin juga menyukai