Anda di halaman 1dari 31

 

MAKALAH MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH

“Manajemen Kurikulum & Program Pengajaran”

Disusun Oleh Kelompok 1:

Dwi Rintang Ambarwati (E1E216046)

Dwi Rahma Sri Hardianti (E1E216047)

Eliyantika (E1E2160)

Heri Ahmad Yani (E1E2160)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

UNIVERSITAS MATARAM

2018/2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kurikulum adalah suatu sistem yang mempunyai komponen-komponen yang saling berkaitan
erat dan menunjang satu sama lain. Komponen-komponen kurikulum tersebut terdiri dari tujuan,
materi pembelajaran, metode, dan evaluasi. Dalam bentuk sistem ini kurikulum  akan berjalan
menuju suatu tujuan pendidikan dengan adanya saling kerja sama diantara seluruh subsistemnya.
Apabila salah satu dari variabel kurikulum tidak berfungsi dengan baik maka sistem kurikulum
akan berjalan kurang baik dan maksimal.

Berangkat dari bentuk kurikulum tersebut, maka dalam pelaksanaan kurikulum sangat diperlukan
suatu pengorganisasian pada seluruh komponennya. Dalam proses pengorganisasian ini akan
berhubungan erat dengan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengontrolan.
Sedangkan manajemen adalah salah satu displin ilmu yang implikasinya menerapkan proses-
proses tersebut. Maka dalam penerapan pelaksanaan kurikulum, seorang yang mengelola
lembaga pendidikan harus menguasai ilmu manajemen, baik untuk mengurus pendidikan
ataupun kurikulumnya. Oleh karena itu, makalah ini akan membahas tentang pengertian, tujuan,
fungsi, prinsip-prinsip, ruang lingkup, proses, dan faktor pendukung serta penghambat
manajemen kurikulum, serta hubungan teori pendidikan dan kurikulum.

Program pengajaran merupakan suatu rencana pengajaran sebagai panduan bagi guru atau
pengajar dalam melaksnakan pengajaran. Agar pengajaran bisa berjalan dengan efektif dan
efisien, maka perlu kiranya dibuat suatu program pengajaran. Program pengajaran yang dibuat
oleh guru tidak selamanya bisa efektif dan dapat dilaksanakan dengan baik, oleh karena itulah
agar program pengajaran yang telah dibuat yang memiliki kelemahan tidak terjadi lagi pada
program pengajaran berikutnya, maka perlu diadakan evaluasi program pengajaran.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada makalah ini adalah:

1. Apa pengertian dari manajemen kurikulum?

2. Apa saja tujuan manajemen kurikulum?

3. Apa saja fungsi manajemen kurikulum?

4. Bagaimana prinsip-prinsip manajemen kurikulum?

5. Bagaimana ruang lingkup manajemen kurikulum?

6. Bagaimana proses manajemen kurikulum?

7. Apa saja faktor pendukung dan penghambat proses manajemen kurikulum?

8. Bagaimana proses evaluasi program pengajaran?

C. Manfaat Penulisan

Makalah ini diharapkan dapat membantu pembaca mengetahui:

1. Pengertian manajemen kurikulum.

2. Tujuan manajemen kurikulum.

3. Fungsi manajemen kurikulum.

4. Prinsip-prinsip manajemen kurikulum.

5. Ruang lingkup manajemen kurikulum.

6. Proses manajemen kurikulum.

7. Faktor pendukung dan penghambat proses manajemen kurikulum.


8. Proses evaluasi program pengajaaran

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Manajemen Kurikulum

Manajemen berasal dari bahasa Inggris ‘management’ dengan kata kerja to manage, diartikan
secara umum sebagai mengurusi atau kemampuan menjalankan dan mengontrol suatu urusan
atau “act of running and controlling a business” (Oxford, 2005).

Sementara, Malayu S.P. Hasibuan (1995) dalam bukunya “Manajemen Sumber Daya Manusia”
mengemukakan bahwa manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber
daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan
tertentu.

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran
serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk
mencapai tujuan pendidikan tertentu. Tujuan tertentu ini meliputi tujuan pendidikan nasional
serta kesesuaian  dengan kekhasan, kondisi dan potensi daerah, satuan pendidikan dan peserta
didik. Oleh sebab itu kurikulum disusun oleh satuan pendidikan untuk memungkinkan
penyesuaian program pendidikan dengan kebutuhan dan potensi yang ada di daerah.

Kurikulum berasal dari bahasa Yunani yaitu jarak yang harus ditempuh. Secara sempit atau
tradisional, kurikulum adalah sekedar memuat dan dibatasi pada sejumlah mata pelajaran yang
diberikan guru pada siswa guna mendapatkan ijazah. Sedang secara modern, kurikulum adalah
semua pengalaman yang diharapkan dimiliki peserta didik dibawah bimbingan guru dengan titik
berat pada usaha meningkatkan kualitas interaksi belajar-mengajar.
Untuk mendapatkan rumusan tentang pengertian kurikulum, para ahli mengemukakan pandangan
yang beragam. Dalam pandangan klasik, lebih menekankan kurikulum dipandang sebagai
kumpulan pelajaran di suatu sekolah. Pelajaran-pelajaran dan materi apa yang harus ditempuh di
sekolah, itulah yang disebut kurikulum.

Dalam pandangan modern, pengertian kurikulum lebih dianggap sebagai suatu pengalaman atau
sesuatu yang nyata terjadi dalam proses pendidikan, seperti dikemukakan oleh Caswel dan
Campbell (1935) yang mengatakan bahwa kurikulum “… to be composed of all the experiences
children have under the guidance of teachers”. Dipertegas lagi oleh pemikiran Ronald C. Doll
(1974) yang mengatakan bahwa “ …the curriculum has changed from content of courses study
and list of subject and courses to all experiences which are offered to learners under the auspices
or direction of school”.

Manajeman kurikulum adalah sebagai suatu sistem pengelolaan kurikulum yang komperatif,
komprehensif, sistemik dan sistematik dalam rangka mewujudkan ketercapaian tujuan
kurikulum. Dalam pelaksanaannya, manajemen kurikulum harus di kembangkan sesuai dengan
konteks Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dan Kurikulum Tingkat Satuan pendidikan
(KTSP). oleh karna itu, otonomi yang di berikan pada lembaga pendidika atau sekolah dalam
mengelola kurikulum secara mandiri dengan memproritaskan kebutuhan dan ketercapaian saran
dan visi dan misi lembaga pendidikan atau sekolah tidak mengabaikan kebijakan nasional yang
telah ditetapkan.

Manajemen kurikulum merupakan subtansi manajemen yang utama di sekolah. Prinsip dasar
manajemen kurikulum ini adalah berusaha agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik,
dengan tolok ukur pencapaian tujuan oleh siswa dan mendorong guru untuk menyusun dan terus
menerus menyempurnakan strategi pembelajarannya.

Manajemen kurikulum adalah segenap proses usaha bersama untuk memperlancar pencapaian
tujuan pengajaran dengan titik berat pada usaha meningkatkan kualitas interaksi belajar
mangajar. Sedangkan kurikulum sendiri mempunyai arti yang sempit dan arti yang luas.
Kurikulum dalam arti sempit adalah jadwal pelajaran atau semua pelajaran baik teori maupun
praktek yang diberikan kepada siswa selama mengikuti suatu proses pendidikan tertentu.
Sedangkan dalam arti luas kurikulum diartikan sebagai berikut. Sebenarnya terdapat tiga jenis
organisasi kurikulum yaitu:

1. Kurikulum Terpisah (Sparated Subject Curriculum) di mana bahan pelajaran disajikan


secara terpisah – pisah seolah – olah ada batas antara bidang studi dan antara bidang studi
yang sama di kelas yang berbeda.

2. Kurikulum Berhubungan (Correlated Curriculum) yaitu kurikulum yang menunjukan


adanya hubungan antara mata pelajarah yang satu dengan yan lain. Seperti IPS (gabungan
dari mata pelajaran Sejarah Geografi, Ekonomi, Sosiologi ), IPA (gabungan dari Fisika,
Biologi, Kimia).

3. Kurikulum terpadu (Integrated Curriculum) yaitu kurikulum yang meniadakan batas –


batas antara berbagai bidang dan didalam mata pelajaran tersebut terdapat keterpaduan
mata pelajaran serta menyajikan bahan pelajaran dalam bentuk unik. [3]

B. Tujuan Manajemen Kurikulum

Komponen tujuan berhubungan dengan arah atau hasil yang ingin dicapai. Dalam skala makro,
rumusan tujuan kurikulum erat kaitannya dengan filsafat atau sistem nilai yang dianut
masyarakat. Bahkan, rumusan tujuan menggambarkan suatu yang dicita-citakan masyarakat.
Misalkan filsafat atau sistem nilai yang dianut masyarakat Indonesia adalah Pancasila, maka
tujuan yang diharapkan tercapai oleh suatu kurikulum adalah membentuk masyarakat yang
pancasilais. Dalam skala mikro, tujuan kurikulum berhubungan dengan visi dan misi sekolah
serta tujuan-tujuan yang lebih sempit seperti tujuan setiap mata pelajaran dan tujuan proses
pembelajaran.

Manajemen kurikulum dan pembelajaran bertujuan untuk:

1. Pencapaian pengajaran dengan menitik beratkan pada peningkatan kualitas interaksi


belajar mengajar.

2. Mengembangkan sumber daya manusia dengaan mengacu pada pendayagunaan


seoptimal mungkin.

3. Pencapaian visi dan misi pendidikan nasional.


4. Meningkatkan kualitas belajar mengajar disuatu pendidikan tertentu. [3]

Untuk mengakomodasi perbedaan pandangan tersebut, Hamid Hasan (1988) mengemukakan


bahwa tujuan dasar kurikulum dapat ditinjau dalam empat dimensi, yaitu:

1. Kurikulum sebagai suatu ide, adalah kurikulum yang dihasilkan melalui teori-teori dan
penelitian, khususnya dalam bidang kurikulum dan pendidikan.

2. Kurikulum sebagai suatu rencana tertulis, adalah sebagai perwujudan dari kurikulum
sebagai suatu ide yang diwujudkan dalam bentuk dokumen, yang di dalamnya memuat
tentang tujuan, bahan, kegiatan, alat-alat, dan waktu.

3. Kurikulum sebagai suatu kegiatan, merupakan pelaksanaan dari kurikulum sebagai suatu
rencana tertulis, dan dilakukan dalam bentuk praktek pembelajaran.

4. Kurikulum sebagai suatu hasil, merupakan konsekwensi dari kurikulum sebagai suatu
kegiatan, dalam bentuk ketercapaian tujuan kurikulum yakni tercapainya perubahan
perilaku atau kemampuan tertentu dari para peserta didik.

Berdasarkan uraian di atas bisa disimpulkan bahwa kurikulum merupakan dokumen perencanaan
yang mencakup:

1. Tujuan yang harus diraih

2. Isi dan pengalaman belajar yang harus diperoleh siswa

3. Strategi dan cara yang dapat dikembangkan

4. Evaluasi yang dirancang untuk mengumpulkan informasi mengenai pencapaian tujuan

5. Penerapan dari isi dokumen yang dirancang dalam bentuk nyata.

Dengan demikian, pengembangan kurikulum meliputi penyusunan dokumen, implementasi


dokumen serta evaluasi dokumen yang telah disusun. (Wina Sanjaya, 2008).

Dalam perspektif kebijakan pendidikan nasional sebagaimana dapat dilihat dalam Undang-
Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 dinyatakan bahwa: “Kurikulum adalah
seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu”.

C. Fungsi Manajemen Kurikulum

Dikemukakan di atas bahwa manajemen pendidikan merupakan suatu kegiatan. Kegiatan


dimaksud tak lain adalah tindakan-tindakan yang mengacu kepada fungsi-fungsi manajamen.
Berkenaan dengan fungsi-fungsi manajemen ini, H. Siagian (1977) mengungkapkan pandangan
dari beberapa ahli, sebagai berikut:

Menurut G.R. Terry terdapat empat fungsi manajemen kurikulum, yaitu :

1. Perencanaan (planning).

2. Pengorganisasian (organizing).

3. Pelaksanaan (actuating).

4. Pengawasan (controlling).

Untuk memahami lebih jauh tentang fungsi-fungsi manajemen pendidikan, di bawah akan
dipaparkan tentang fungsi-fungsi manajemen pendidikan dalam perspektif persekolahan, dengan
merujuk kepada pemikiran G.R. Terry, meliputi :

1. Perencanaan (planning)

Perencanaan (planning) adalah pemilihan atau penetapan tujuan organisasi dan penentuan
strategi, kebijaksanaan, proyek, program, prosedur, metode, sistem, anggaran dan standar
yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan.

Arti penting perencanaan terutama adalah memberikan kejelasan arah bagi setiap
kegiatan, sehingga setiap kegiatan dapat diusahakan dan dilaksanakan seefisien dan
seefektif mungkin. T. Hani Handoko mengemukakan sembilan manfaat perencanaan
bahwa perencanaan:

a. Membantu manajemen untuk menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan


lingkungan
b. Membantu dalam kristalisasi persesuaian pada masalah-masalah utama

c. Memungkinkan manajer memahami keseluruhan gambaran

d. Membantu penempatan tanggung jawab lebih tepat

e. Memberikan cara pemberian perintah untuk beroperasi

f. Memudahkan dalam melakukan koordinasi di antara berbagai bagian organisasi

g. Membuat tujuan lebih khusus, terperinci dan lebih mudah dipahami

h. Meminimumkan pekerjaan yang tidak pasti

i. Menghemat waktu, usaha dan dana

2. Pengorganisasian (organizing)

Fungsi manajemen berikutnya adalah pengorganisasian (organizing). George R. Terry


(1986) mengemukakan bahwa : “Pengorganisasian adalah tindakan mengusahakan
hubungan-hubungan kelakuan yang efektif antara orang-orang, sehingga mereka dapat
bekerja sama secara efisien, dan memperoleh kepuasan pribadi dalam melaksanakan
tugas-tugas tertentu, dalam kondisi lingkungan tertentu guna mencapai tujuan atau
sasaran tertentu”

Dari pendapat diatas dapat dipahami bahwa pengorganisasian pada dasarnya merupakan
upaya untuk melengkapi rencana-rencana yang telah dibuat dengan susunan organisasi
pelaksananya. Hal yang penting untuk diperhatikan dalam pengorganisasian adalah
bahwa setiap kegiatan harus jelas siapa yang mengerjakan, kapan dikerjakan, dan apa
targetnya.
Berkenaan dengan pengorganisasian ini,

Hadari Nawawi (1992) mengemukakan beberapa asas dalam organisasi, diantaranya


adalah :

a. Organisasi harus profesional, yaitu dengan pembagian satuan kerja yang sesuai
dengan kebutuhan
b. Pengelompokan satuan kerja harus menggambarkan pembagian kerja

c. Organisasi harus mengatur pelimpahan wewenang dan tanggung jawab

d. Organisasi harus mencerminkan rentangan control

e. Organisasi harus mengandung kesatuan perintah

f. Organisasi harus fleksibel dan seimbang.

3. Pelaksanaan (actuating)

Dari seluruh rangkaian proses manajemen, pelaksanaan (actuating) merupakan fungsi


manajemen yang paling utama. Dalam fungsi perencanaan dan pengorganisasian lebih
banyak berhubungan dengan aspek-aspek abstrak proses manajemen, sedangkan fungsi
actuating justru lebih menekankan pada kegiatan yang berhubungan langsung dengan
orang-orang dalam organisasi

Dalam hal ini, George R. Terry (1986) mengemukakan bahwa actuating merupakan
usaha menggerakkan anggota-anggota kelompok sedemikian rupa hingga mereka
berkeinginan dan berusaha untuk mencapai sasaran perusahaan dan sasaran anggota-
anggota perusahaan tersebut oleh karena para anggota itu juga ingin mencapai sasaran-
sasaran tersebut.

Dari pengertian di atas, pelaksanaan (actuating) tidak lain merupakan upaya untuk
menjadikan perencanaan menjadi kenyataan, dengan melalui berbagai pengarahan dan
pemotivasian agar setiap karyawan dapat melaksanakan kegiatan secara optimal sesuai
dengan peran, tugas dan tanggung jawabnya.

Hal yang penting untuk diperhatikan dalam pelaksanan (actuating) ini adalah bahwa
seorang karyawan akan termotivasi untuk mengerjakan sesuatu jika :

a. Merasa yakin akan mampu mengerjakan,

b. Yakin bahwa pekerjaan tersebut memberikan manfaat bagi dirinya,


c. Tidak sedang dibebani oleh problem pribadi atau tugas lain yang lebih penting,
atau mendesak,

d. Tugas tersebut merupakan kepercayaan bagi yang bersangkutan

e. Hubungan antar teman dalam organisasi tersebut harmonis.

4. Pengawasan (controlling)

Pengawasan (controlling) merupakan fungsi manajemen yang tidak kalah pentingnya


dalam suatu organisasi. Semua fungsi terdahulu, tidak akan efektif tanpa disertai fungsi
pengawasan.

Dalam perspektif persekolahan, agar tujuan pendidikan di sekolah dapat tercapai secara
efektif dan efisien, maka proses manajemen pendidikan memiliki peranan yang amat
vital. Karena bagaimana pun sekolah merupakan suatu sistem yang di dalamnya
melibatkan berbagai komponen dan sejumlah kegiatan yang perlu dikelola secara baik
dan tertib. Sekolah tanpa didukung proses manajemen yang baik, boleh jadi hanya akan
menghasilkan kesemrawutan lajunya organisasi, yang pada gilirannya tujuan pendidikan
pun tidak akan pernah tercapai secara semestinya.

Dengan demikian, setiap kegiatan pendidikan di sekolah harus memiliki perencanaan


yang jelas dan realisitis, pengorganisasian yang efektif dan efisien, pengerahan dan
pemotivasian seluruh personil sekolah untuk selalu dapat meningkatkan kualitas
kinerjanya, dan pengawasan secara berkelanjutan.

Menurut sumber lain, fungsi-fungsi dari manajemen adalah sebagai berikut:

1. Meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumberdaya kurikulum, karena


pemberdayaan sumber dan komponen kurikulum dapat dilakukan dengan
pengelolaan yang terencana.
2. Meningkatkan keadilan dan kesempatan bagi peserta didik untuk mencapai hasil
yang maksimal melalui rangkaian kegiatan pendidikan yang dikelola secara
integritas dalam mencapai tujuan.

3. Meningkatkan motivasi pada kinerja guru dan aktifitas siswa karena adanya
dukungan positif yang diciptakan dalam kegiatan pengelolaan kurikulum.

4. Meningkatkan pastisipasi masyarakat untuk membantu pengembangan kurikulum,


kurikulum yang dikelola secara profesional akan melibatkan masyarakat dalam
memberi masukan supaya dalam sumber belajar disesuaikan dengan kebutuhan
setempat. [1]

D. Prinsip-prinsip Manajemen Kurikulum

Prinsip yang harus diperhatikan dalam melaksanakan manajemen kurikulum adalah sebagai
berikut:

1. Produktivitas

Hasil yang akan diperoleh dalam kegiatan kurikulum merupakan aspek yang harus
dipertimbangkan dalam manajemen kurikilum. Pertimbangan bagaimana agar peserta didik dapat
mencapai hasil belajar sesuai dengan tujuan kurikulum harus menjadi sasaran dalam manajemen
kurikulum.

2. Demokratisasi

Pelaksanaan manajemen kurikulum harus berasaskan pada demokrasi yang menempatkan


pengelola, pelaksana, dan subjek didik pada posisi yang seharusnya dalam melaksanakan tugas
dengan penuh tanggungjawab untuk mencapai tujuan kurikulum.

3. Kooperatif

Untuk memperoleh hasil yang diharapkan dalam kegiatan manajemen kurikulum perlu adanya
kerjasama yang positif dari berbagai pihak yang terlibat.

4. Efektifititas dan efisiensi


Rangkaian kegiatan manajemen kurikulum harus mempertimbangkan efektifititas dan efisiensi
untuk mencapai tujuan kurikulum, sehingga kegiatan manajemen kurikulum tersebut
memberikan hasil yang berguna dengan biaya, tenaga, dan waktu yang relative singkat.

5. Mengarahkan visi, misi, dan tujuan yang ditetapkan dalam kurikulum

Proses manajemen kurikulum harus dapat memperkuat dan mengarahkan visi, misi, dan tujuan
kurikulum. Dalam proses pendidikan perlu dilaksanakan manajemen kurikulum untuk
memberikan hasil kurikulum yang lebih efektif, efisien, dan optimal dalam memberdayakan
berbagai sumber daya maupun komponen kurikulum.

a. Menetapkan Visi Rumusan visi merupakan penjabaran visi institusi


(universitas) ke fakultas, jurusan/bagian/program
studi. Perumusan visi didasarkan atas pertimbangan
societal needs, professional needs, dan academic
needs

b. Menuliskan Misi Mendeskripsikan tentang apa yang hendak dicapai


dan untuk siapa

c. Profil lulusan Deskripsi singkat tentang peran yang dapat dilakukan


seorang lulusan, dan bukan gambaran singkat tentang
data lulusan

d. Analisis tugas Menjabarkan nomor c dengan membuat indikatornya


(dokter, pendidik, hukum, ekonom, dan sebagainya)

e. Perumusan kompetensi Lulusan seperti apa yang akan dibentuk melalui


program pendidikan ini

f. Kajian elemen - Bahan kajian tentang disiplin ilmu secara


kompetensi komprehensip dan sistemik untuk membentuk sebuah
kompetensi.
- Untuk membentuk sebuah kompetensi diperlukan
beberapa bahan kajian.

- Bahan kajian nantinya akan diturunkan menjadi


mata kuliah

g. Menetapkan elemenElemen kompetensi meliputi: landasan kepribadian,


kompetensi penguasaan ilmu dan keterampilan, kemampuan
berkarya, sikap perilaku dalam berkarya, dan
pemahaman kaidah berkehidupan bermasyarakat.

h. Identifikasi nama mataPenamaan mata kuliah berdasarkan rumpun topik


kuliah kajian dari kolom ( f )

i. Identifikasi pengalamanPerekayasaan kegiatan belajar agar mahasiswa dapat


belajar melakukan sendiri sehingga kompetensi dapat
tercapai/terbentuk

j. Sumber-sumber belajar Menunjukkan berbagai sumber belajar yang dapat


diakses guna mendukung baik langsung maupun tidak
langsung dalam proses pembelajaran (paper, person
maupun place)

k. Penentuan bobot SKS Disesuaikan dengan urgensi dan status materi

l. Alokasi waktu Ditetapkan berdasarkan pengalaman belajar, luas


bahan, tingkat kesulitan, dsb.

E. Ruang Lingkup Manajemen Kurikulum

Manajemen kurikulum adalah bagian dari studi kurikulum. Para ahli pendidikan pada umumnya
telah mengenal bahwa kurikulum suatu cabang dari disiplin ilmu pendidikan yang mempunyai
ruang lingkup sagat luas. Studi ini tidak hanya membahas tentang dasar-dasarnya, tetapi juga
mempelajari kurikulum secara keseluruhan yang dilaksanakan dalam pendidikan. [1]

Secara sederhana dan lebih mudah dipelajari secara mendalam, maka ruang lingkup manajemen
kurikulum adalah sebagai berikut:

a. Manajemen perencanaan,

b. Manajemen pelaksanaan kurikulum,

c. Supervisi pelaksanaan kurikulum,

d. Pemantauan dan penilaian kurikulum,

e. Perbaikan kurikulum,

f. Desentralisasi dan sentralisasi pengembangan kurikulum.

Dari keterangan ini tampak sangat jelas bahwa ruang lingkup manajemen kurikulum itu adalah
prinsip dari proses manajemen itu sendiri. Hal ini dikarenakan dalam proses pelaksanaan
kurikulum punya titik kesamaan dalam prinsip proses manajemen. Sehingga para ahli dalam
pelaksanaan kurikulum mengadakan pendekatan dengan ilmu manajemen. Bahkan kalau dilihat
dari cakupanya yang begitu luas, manajemen kurikulum merupakan salah satu disiplin ilmu yang
bercabang pada kurikulum. Dalam sebuah kurikulum terdiri dari beberapa unsur komponen yang
terangkai pada suatu sistem. Sistem kurikulum bergerak dalam siklus yang secara bertahap,
bergilir, dan berkesinambungan. Oleh sebab itu, sebagai akibat dari yang dianutnya, maka
manajemen kurikulum juga harus memakai pendekatan sistem. Sistem kurikulum adalah suatu
kesatuan yang di dalamnya memuat beberapa unsur yang saling berhubungan dan bergantung
dalam mengemban tugas untuk mencapai suatu tujuan.

Kurikulum sendiri dapat dipahami dengan arti sempit sekali, sempit, dan luas. Pengertian
kurikulum dalam arti sempit sekali adalah jadwal pelajaran. Kemudian pengertian kurikulum
dalam arti sempit adalah jadwal pelajaran atau semua pelajaran baik teori maupun praktek yang
diberikan kepada siswa selama mengikuti suatu proses pendidikan tertentu. Kurikulum dalam
pengertian ini terbatas pada pemberian bekal pengetahuan dan keterampilan kepada siswa untuk
kepentingan mereka melanjutkan pekerjaan maupun terjun ke dunia kerja. Dengan melihat pada
kurikulum sebagai suatu lembaga pendidikan maka dapat dilihat apakah lulusannya mempunyai
keahlian dalam level apa. Sedangkan dalam arti luas kurikulum diartikan sebagai seperangkat
rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan
sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu. Tujuan tertentu ini meliputi tujuan-tujuan pendidikan nasional serta kesesuaian dengan
kekhasan, kondisi dan potensi daerah, satuan pendidikan dan peserta didik. Oleh sebab itu
kurikulum disusun oleh satuan pendidikan untuk memungkinkan penyesuaian program
pendidikan dengan kebutuhan dan potensi yang ada di daerah. Ruang lingkup manajemen
kurikulum meliputi:

1. Perencanaan

Perencanaan kurikulum di bedakan menjadi dua yakni tingkat pusat dan yang
diaksanakan oleh sekolah:

a. Perencanaan tingkat pusat, meliputi tujuan pendidikan, bahan pelajaran. Dalam tujuan
pendidikan terdapat TIU dan TIK.

b. Bahan pembelajaran,dari pusat kemudian di serahkan kepada sekolah dalam bentuk


Garis-Garis Besar Program Pengajaran ( GBPP). Perencanaan yang harus dilakukan
disekolah.

2. Pelaksanaan

Pelaksanaan kurikulum merupakan interaksi belajar mengajar yang setidaknya melalui


tiga tahap yaitu :

a. Tahap persiapan pembelajaran, adalah kegiatan yang dialakukan guru sebelum


melakukan proses pembelajaran.

b. Tahap pelaksanaan pembelajaran, adalah kegiatan pembelajaran yang dilakukan


oleg guru dan murid mengenai pokok bahasan yang harus di sampaikan. Dalam
tahap ini terbagi menjadi tiga bagian yaitu pendahuluan, pelajaran inti, dan
evaluasi.

c. Tahap penutupan, adalah kegiatan yang dilakukan setelah penyampaian materi.


3. Evaluasi

Evaluasi merupakan bagian dari sistem manajemen yaitu perencanaan, organisasi,


pelaksanaan, monitoring dan evaluasi. Kurikulum juga dirancang dari tahap perencanaan,
organisasi kemudian pelaksanaan dan akhirnya monitoring dan evaluasi. Tanpa evaluasi,
maka tidak akan mengetahui bagaimana kondisi kurikulum tersebut dalam rancangan,
pelaksanaan serta hasilnya.

F. Proses Manajemen Kurikulum

1. Manajemen Perencanaan Kurikulum

Perencanaan kurikulum adalah suatu proses sosial yang kompleks dan menuntut berbagai jenis
tingkat pembuatan keputusan kebutuhan untuk mendiskusikan dan mengkoordinasikan proses
penggunaan model-model aspek penyajian kunci. Sebagaimana pada umumnya rumusan model
perencanaan harus berdasarkan asumsi-asumsi rasionalitas dengan pemrosesan secara cermat.
Proses ini dilaksanakan dengan pertimbangan sistematik tentang relevansi pengetahuan filosofis
(isu-isu pengetahuan yang bermakna), sosiologis (argumen-argumen kecenderungan sosial), dan
psikologi (dalam menentukan urutan materi pelajaran).

Perencanaan kurikulum dijadikan sebagai pedoman yang berisi petunjuk tentang jenis dan
sumber peserta yang diperlukan, media penyampaian, tindakan yang perlu dilakukan, sumber
biaya, tenaga, sarana yang diperlukan, sistem kontrol, dan evaluasi untuk mencapai tujuan
organisasi. Dengan perencanaan akan memberikan motivasi pada pelaksanaan sistem pendidikan
sehingga dapat mencapai hasil yang optimal.

Kegiatan inti pada perencanaan adalah merumuskan isi kurikulum yang memuat seluruh materi
dan kegiatan yang dalam bidang pengajaran, mata pelajaran, masalah-masalah, proyek-proyek
yang perlu dikerjakan. Isi kurikulum dapat disusun sebagai berikut:

a. Bidang-bidang keilmuan yang terdiri atas ilmu-ilmu sosial, administrasi, ekonomi,


komunikasi, IPA, matematika, dan lain-lain.

b. Jenis-jenis mata pelajaran disusun dan dikembangkan bersumber dari bidang-bidang


tersebut sesuai dengan tuntutan program.
c. Tiap mata pelajaran dikembangkan menjadi satuan-satuan bahasan atau standar
kopetensi dan kopetensi dasar.

d. Tiap-tiap mata pelajaran dikembangkan dalam bentuk silabus.

Dari rumusan perencanaan di atas penulis menyimpulkan bahwa kurikulum itu tidak hanya
memuat pada rangkaian susunan mata pelajaran, tetapi juga memuat seluruh aspek kegiatan
pendidikan dan pendukung-pendukungnya. Hanya saja dalam perumusan lebih banyak
difokuskan pada perencanaan pengajaran dengan menyusun materi ajar. Karena materi pelajaran
adalah sesuatu yang dianggap sangat urgen dalam kurikulum. Maka dalam perumusanya juga
sangat diperlukan adanya landasan yang kokoh untuk sebagai pedoman.

2. Manajemen Pengorganisasian dan Pelaksanaan Kurikulum

Manajemen pengorganisasian dan pelaksanaan kurikulum adalah berkenaan dengan semua


tindakan yang berhubungan dengan perincian dan pembagian semua tugas yang memungkinkan
terlaksana. Dalam manajemen pelaksanaan kurikulum bertujuan supaya kurikulum dapat
terlaksana dengan baik. Dalam hal ini manajemen bertugas menyediakan fasilitas material,
personal dan kondisi-kondisi supaya kurikulm dapat terlaksana.

Pelaksanaan kurikulum dibagi menjadi dua:

a. Pelaksanaan kurikulum tingkat sekolah, yang dalam hal ini langsung ditangani oleh
kepala sekolah. Selain dia bertanggung jawab supaya kurikulum dapat terlaksana di
sekolah, dia juga berkewajiban melakukan kegiatan-kegiatan yakni menyusun
kalender akademik yang akan berlangsung disekolah dalam satu tahun, menyusun
jadwal pelajaran dalam satu minggu, pengaturan tugas dan kewajiban guru, dan lain-
lain yang berkaitan tentang usaha untuk pencapaian tujuan kurikulum.

b. Pelaksanaan kurikulum tingkat kelas, yang dalam hal ini dibagi dan ditugaskan
langsung kepada para guru. Pembagian tugas ini meliputi:

1) kegiatan dalam bidang proses belajar mengajar,

2) pembinaan kegiatan ekstrakulikuler yang berada diluar ketentuan kurikulum


sebagai penunjang tujuan sekolah,
3) kegiatan bimbingan belajar yang bertujuan untuk mengembangkan potensi yang
berada dalam diri siswa dan membantu siswa dalam memecahkan masalah.

3. Manajemen Pemantauan dan Penilaian Kurikulum

Pemantauan kurikulum adalah pengumpulan informasi berdasarkan data yang tepat, akurat, dan
lengkap tentang pelaksanaan kurikulum dalam jangka waktu tertentu oleh pemantau ahli untuk
mengatasi permasalahan dalam kurikulum. Pelaksanaan kurikulum di dalam pendidikan harus
dipantau untuk meningkatkan efektifitasnya. Pemantauan ini dilakukan supaya kurikulum tidak
keluar dari jalur. Oleh sebab itu seorang yang ahli menyusun kurikulum harus memantau
pelaksanaan kurikulum mulai dari perencanaan sampai mengevaluasinya.

Secara garis besar pemantauan kurikulum bertujuan untuk mengumpulkan seluruh informasi
yang diperlukan untuk pengambilan keputusan dalam memecahkan masalah. Dalam tataran
praktis, pemantauan kurikulum memuat beberapa aspek, yaitu sebagai berikut:

a. Peserta didik, dengan mengidentifikasi pada cara belajar, prestasi belajar, motivasi
belajar, keaktifan, kreativitas, hambatan dan kesulitan yang diahadapi.

b. Tenaga pengajar, dengan memantau pada pelaksanaan tanggung jawab, kemampuan


kepribadian, kemampuan kemasyarakatan, kemampuan profesional, dan loyalitas
terhadap atasan.

c. Media pengajaran, dengan melihat pada jenis media yang digunakan, cara
penggunaan media, pengadaan media, pemeliharaan dan perawatan media.

d. Prosedur penilaian: instrument yang dihadapi siswa, pelaksanaan penilaian, pelaporan


hasil penilaian.

e. Jumlah lulusan: kategori, jenjang, jenis kelamin, kelompok usia, dan kualitas
kemampuan lulusan.

4. Perbaikan Kurikulum
Kurikulum suatu pendidikan itu tidak bisa bersifat selalu statis, akan tetapi akan senantiasa
berubah dan bersifat dinamis. Hal ini dikarenakan kurikulum itu sangat dipengaruhi oleh
perubahan lingkungan yang menuntutnya untuk melakukan penyesuaian supaya dapat memenuhi
permintaan. Permintaan itu baik dikarenakan adanya kebutuhan dari siswa dan kebutuhan
masyarakat yang selalu mengalami perkembangan dan pertumbuhan terus menerus.

Perbaikan kurikulum intinya adalah untuk meningkatkan kualitas pendidikan yang dapat disoroti
dari dua aspek, proses, dan produk. Kriteria proses menitikberatkan pada efisiensi pelaksanaan
kurikulum dan sistem intruksional, sedangkan kualitas produk melihat pada tujuan pendidikan
yang hendak dicapai dan output (kelulusan siswa).

Berkaitan dengan prosedur perbaikan, seluruh komponen sumber daya manusiawi, seperti:
administrator, pemilik sekolah, kepala sekolah, guru-guru, siwaswa, serta masyarakat
mempuanyai sangat berperan besar. Tanggung jawab masing-masing harus dirumuskan secara
jelas. Selain itu aspek evaluasi juga harus dikaji sejak awal perencanaan program perbaikan
kurikulum. Dengan evaluasi yang tepat dan data informasi yang akurat akan sangat diperlukan
dalam membuat keputusan kurikulum dan intruksional.

Chamberlain telah merumuskan tindakan-tindakan yang dilakukan dalam perbaikan:

a. mengidentfikasi masalah sebenarnya sebagai tuntutan untuk mengetahui tujuan,

b. mengumpulkan fakta atau informasi tambahan,

c. mengajukan kemungkinan pemecahan dengan keputusan yang optimal dan


diharapkan,

d. memilih pemecahan sebagai percobaan,

e. merencanakan tindakan yang dikehendaki untuk melaksanakan penyelesaian,

f. melakukan solusi percobaan,

g. evaluasi.

Sedangkan dalam konteks Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Tita Lestari (2006)
mengemukakan tentang siklus proses manajemen kurikulum yang terdiri dari empat tahap :
1. Tahap perencanaan

Meliputi langkah-langkah:

a. Analisis kebutuhan

b. Merumuskan dan menjawab pertanyaan filosofis

c. Menentukan disain kurikulum

d. Membuat rencana induk (master plan) pengembangan, pelaksanaan, dan penilaian.

2. Tahap pengembangan

Meliputi langkah-langkah:

a. Perumusan rasional atau dasar pemikiran

b. Perumusan visi, misi, dan tujuan

c. Penentuan struktur dan isi program

d. Pemilihan dan pengorganisasian materi

e. Pengorganisasian kegiatan pembelajaran

f. Pemilihan sumber, alat, dan sarana belajar

g. Penentuan cara mengukur hasil belajar.

3. Tahap implementasi atau pelaksanaan

Meliputi langkah-langkah:

a. Penyusunan rencana dan program pembelajaran (Silabus, RPP: Rencana Pelaksanaan


Pembelajaran)

b. Penjabaran materi (kedalaman dan keluasan)

c. Penentuan strategi dan metode pembelajaran


d. Penyediaan sumber, alat, dan sarana pembelajaran

e. Penentuan cara dan alat penilaian proses dan hasil belajar

f. Petting lingkungan pembelajaran

4. Tahap penilaian:

Terutama dilakukan untuk melihat sejauh mana kekuatan dan kelemahan dari kurikulum
yang dikembangkan, baik bentuk penilaian formatif maupun sumatif.

Penilailain kurikulum dapat mencakup Konteks, input, proses, produk (CIPP) Penilaian
konteks: memfokuskan pada pendekatan sistem dan tujuan, kondisi aktual, masalah-
masalah dan peluang. Penilaian Input: memfokuskan pada kemampuan sistem, strategi
pencapaian tujuan, implementasi design dan cost benefit dari rancangan. Penilaian proses
memiliki fokus yaitu pada penyediaan informasi untuk pembuatan keputusan dalam
melaksanakan program. Penilaian product berfokus pada mengukur pencapaian proses
dan pada akhir program (identik dengan evaluasi sumatif).

G. Faktor Pendukung dan Penghambat Proses Manajemen Kurikulum

Dalam kurikulum terdapat sejumlah hal yang mendukung terhadap proses menejemen
kurikulum, antara lain dapat dikemumakan dibawah ini :

1. Faktor peserta didik dalam pengembangan kurikulum karena kurikulum dikembangkan


dan didesin sesuai dengan kebutuhan dan minat peserta didik, maka pola yang digunakan
berpusat pada bahan ajar berupa isi atau materi yang akan diajarkan kepada peserta didik.

2. Faktor sosial budaya dalam manajemen kurikulum karena kurikulum disesuaikan dengan
tuntunan dan tekanan serta kebutuhan masyarakat yang berbeda-beda.

3. Faktor politik dalam manajemen kurikulum merupakan hal yang berpengaruh karena
politik yang melandasi arah kebijakan dari pengembangan kurikulum itu sendiri.

4. Faktor ekonomi dalam manajemen kurikulum merupakan hal yang memiliki pengaruh
yang cukup besar karena faktor ekonomi yang dapat mengembangkan sekaligus
mendorong pola pengembangan kurikulum mulai dari tingkat atas sampai tingkat bawah,
mulai dari pelaku kebijakan sampai pada pelaku di lapangan ( di sekolah-sekolah ).

5. Faktor perkembangan teknologi dalam manajemen kurikulum karena perkembangan


teknologi menjadi salah satu faktor pendukung dalam pengembangan kurikulum
disebabkan pola fakir masyarakatpun yang semakin komplek dalam perkembangan
teknologi sehingga dituntut untuk dapat melihat dan menyesuiakan dengan perubahan-
perubahan yang terjadi didalam masyarakat.

Pendidikan di Indonesia di arahkan untuk menciptakan suatu individu atau masyarakat yang
memiliki sikap kemandirian sehingga tertanam sebuah keterampilan dan pengetahuan yang baik
yang dapat menunjang kehidupan dirinya sendiri maupun orang disekitarnya. Tetapi pada
kenyataannya di lapangan pendidikan di Indonesia kurang terpola dengan baik dan kurang jelas
arah tujuannya, hal tersebut terkait erat dengan hambatan-hambatan yang terjadi pada
manajemen kurikulum itu sendiri, hal itu dapat dilihat dari :

1. Ketidaksinambungan dan ke tidak sinergian antara pendidik yang ada di lapangan dengan
pendidik yang memberikan kebijakan di atasnya.

2. Keterbatasan akan sarana dan prasarana.

3. Lemahnya pengawasan guru di lapangan yang menyebabkan tingkat kedisiplinan cukup


rendah.

4. Kualifikasi pendidikan guru yang tidak sesuai dengan bidangnya, yang berujung pada
tingkat profesionalisme guru dalam kegiatan pembelajaran atau penyampaian materi
pelajaran.

H. Evaluasi Program Pengajaran

Program pengajaran merupakan suatu rencana pengajaran sebagai panduan bagi guru atau
pengajar dalam melaksnakan pengajaran. Agar pengajaran bisa berjalan dengan efektif dan
efisien, maka perlu kiranya dibuat suatu program pengajaran. Program pengajaran yang dibuat
oleh guru tidak selamanya bisa efektif dan dapat dilaksanakan dengan baik, oleh karena itulah
agar program pengajaran yang telah dibuat yang memiliki kelemahan tidak terjadi lagi pada
program pengajaran berikutnya, maka perlu diadakan evaluasi program pengajaran.

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka yang menjadi permasalahan dalam
tulisan ini adalah: Apakah yang dimaksud dengan evaluasi program? mengapa evaluasi program
perlu dilaksanakan? Apakah yang menjadi objek atau sasaran dari evaluasi? dan Bagaimanakah
cara melaksanakan evaluasi program?

Menurut Arikunto (1999: 290) "Evaluasi program adalah suatu rangkaian kegiatan yang
dilakukan dengan sengaja untuk melihat keberhasilan program". Ada beberapa pengertian
tentang program itu sendiri, diantaranya program adalah rencana dan kegiatan yang direncanakan
dengan seksama. Jadi dengan demikian melakukan evaluasi program adalah kegiatan yang
dimaksudkan untuk mengetahui seberapa tinggi tingkat keberhasilan dari kegiatan yang
direncanakan.

Yang menjadi titik awal dari kegiatan evaluasi program adalah keingintahuan penyusun program
untuk melihat apakah tujuan program sudah tercapai atau belum. Jika sudah tercapai bagaimana
kualitas pencapaian kegiatan tersebut, jika belum tercapai bagaimanakah dari rencana kegiatan
yang telah dibuat yang belum tercapai, apa sebab bagian rencana kegiatan tersebut belum
tercapai, adakah factor lain yang mempengaruhi ketidakberhasilan program tersebut.

Untuk menentukan seberapa jauh target program sudah tercapai, yang menjadikan tolak ukur
adalah tujuan yang sudah dirumuskan dalam tahap perencanaan kegiatan sebelumnya.

Sasaran evaluasi adalah untuk mengetahui keberhasilan suatu program. Sebagimana yang
dikemukakan oleh Ansyar (1989: 134) bahwa ".evaluasi mempunyai satu tujuan utama yatu
untuk mengetahui berhasil tidaknya suatu program" Guru adalah orang yang paling penting
statusnya dala kegiatan belajar mengajar, karena guru memegang tugas yang amat penting, yaitu
mengatur dan mengemudikan kegiatan kelas. Untuk membuat proses belajar mengajar lebih
efektif maka tugas guru adalah menciptakan suasana kelas yang kondusif untuk pembelajara.
Untuk menciptakan suasana kelas yang kondusif tersebut perlu dirancang program pengajaran.
Berhasil tidaknya suatu program pengajaran, tentu tidak bisa diketahui begitu saja, tanpa adanya
evaluasi program. Oleh karena itu evaluasi program perlu dilaksanakan oleh guru dalam rangka
mengetahui seberapa jauh proram pengajaran telah berlangsung atau terlaksana, dan jika
terlaksana seberapa baik pelaksanaan program tersebut. Pendek kata, evaluasi program
dilaksanakan untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari program pengajaran.

Dalam melakukan evaluasi program, apanya dari program yang dievaluasi?

a. Input

Siswa adalah subjek yang menerima pelajaran. Ada siswa pandai, kurang pandai, dan
tidak pandai. Setiap siswa mempunyai bakat intelektual, emosional, social yang berbeda.
Oleh karena itu dalam pembuatan program pengajaran hendaknya guru juga perlu
memperhatikan aspek-aspek individu tersebut. Secara umum, hal-hal yang ada pada
siswa berpengaruh terhadap keberhasilan belajar.

b. Materi atau kurikulum

Di Indonesia, kurikulum berlaku secara nasional karena kita menganut system


sentralisasi. Meskipun penyusunan dan pengembangan kurikulum sekolah sudah
dilakukan secara cermat dan melibatkan banyak pihak, namun tidak mustahil bahwa di
lapangan masih juga dijumpai kelemahan dan hambatan. Wilayah Indonesia yang
sedemikian luas mengandung keragaman yang tidak sedikit. Itulah sebabnya guru perlu
dibekali dengan kemampuan untuk melakukan evaluasi program, termasuk mengevaluasi
materi kurikulum. Sasaran yang perlu dievaluasi dari komponen kurikulum ini anatara
lain, kejelasan pedoman untuk dipahami, kejelasan materi yang terantum dalam GBPP,
urutan penyajian materi, kesesuaian antara sumber yang disarankan dengan materi
kurikulum dan sebagainya.

c. Guru

Guru merupakan komponen penting dalam kegiatan belajar mengajar. Guru adalah orang
yang diberi kepercayaan untuk meciptakan suasana kelas yang kondusif untuk
pembelajaran. Guru adalah manusia biasa yang mempunyai banyak keterbatasan. oleh
karena itu untuk menutupi kelemahan guru perlu dilakukan pembinaan dan penataran
dalmrangka melaksanakan pembelajaran

d. Metode atau pendekatan dalam mengajar


Berbeda dengan evaluasi terhadap kurikulum, evaluasi terhadap metode mengajar
merupakan kegiatan guru untuk meninjau kembali tentang metode mengajar, pendekatan,
atau strategi pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam menyampaikan materi
kurikulum kepada siswa. Metode mengajar adalah cara-cara atau teknik yang digunakan
dalam mengajar. Sedangkan strategi pembelajaran menunjuk kepada bagaimana guru
mengatur waktu pemenggalan penyajian, pemilihan metoda, pemilihan pendekatan dan
sebagainya.

e. Sarana

Komponen lain yang perlu dievaluasi oleh guru dalam melaksanakan kegiatan belajar
mengajar adalah sarana pendidikan, yanga meliputi alat pelajaran dan media pendidikan.
Sebelum guru memulai kegiatan mengajar, bahkan sebelum atau sekurang-kurangnya
pada waktu menyusun rencana mengajar, guru telah memilih alat yang kira-kira dapat
membantu melancarkan dan memperjelas konsep yang diajarkan. Selain guru, mungkin
siswa juga dapat dijadikan titik tolak dalam menentukan apakah sarana yang digunakan
di dalam kegiatan belajar mengajar sudah tepat. Mungkin saja pada waktu menentukan
alat pelajaran guru berpikir bahwa pilihannya sudah tepat. Tetapi ternyata di dalam
praktek pelaksanaan pengajaran, alat tersebut ternyata kurang atau sama sekali tidak
tepat. Proses pengajarannya tidak menjadi semakin lancar, tetapi mungkin bahkan kacau
balau. Apabila guru menjumpai dalam mengajar atau ketidak berhasilan siswa dengan
nilai rendah-rendah, ia dapat mecoba mengadakan evaluasi terhadap sarana yang
digunakan. Sasaran evaluasi yang berkenaan antara lain kelengkapannya, ragam jenisnya,
modelnya, kemudahannya untuk digunakan, mudah dan sukarnya diperoleh, kecocokan
dengan materi yang diajarkan, jumlah persediaan dibandingkan dengan banyaknya siswa
yang memerlukan.

f. Lingkungan

Ada dua macam lingkungan, yaitu lingkungan manusia dan lingkungan bukan manusia.
Yang dapat digolongkan sebagai lingkungan masukan lingkungan manusia bukan hanya
bukan hanya kepala sekolah, guru-guru, dan pegawai tata usaha di sekolah itu, tetapi
siapa saja yang dengan atau tidak sengaja berpengaruh terhadap tingkat hasil belajar
siswa. Sedangkan yang dimaksudkan dengan lingkungan bukan manusia adalah segala
hal yang berada di lingkungan siswa yang secara langsung maupun tidak, berpengaruh
terhadap prestasi belajar siswa. Yang termasuk kategori lingkungan bukan manusia
misalnya suasana sekolah, halaman sekolah, keadaan gedung dan sarana lain. Pengaruh
lingkungan bukan manusia dapat positif maupun negative. Tatanan perabot kelas yang
rapi dapat berpengaruh terhadap kesejukan suasana sehingga siswa dapat belajar dengan
tenteram. Sebaliknya suasana yang gaduh di luar kelas dapat mengganggu konsentrasi
siswa dan menyebabkan siswa tidak dapat seperti yang diharapkan.

Apabila guru ingin melakukan evaluasi program dengan lebih seksama, terlebih dahulu
hendaknya menyusun rencana evaluasi sekaligus menyusun instrument pengumpulan data.
Instrument pengumpulandat bisa berupa angket, pedoman wawancara, pedoman pengamatan dan
lain sebagainya. Sebagai cara yang paling sederhana adalah menagadakan pendekatan terhadap
peristiwa yang dialami sehari-hari di kelas.

Untuk mengevaluasi progam seorang guru tidak perlu dibebani secara sistematis sebagaimana
layaknya seorang peneliti. Akan tetapi guru cukup membuat acuan singkat dan sederhana yang
disusun dalm bentuk pertanyaan. Dari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut guru akan
memperoleh umpan terhadap apa yang dilakukan. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan
berkaitan dengan objek atau sasaran evaluasi program yang meliputi keenam aspek tersebut di
atas.

Pengajaran dan pembelajaran adalah merupakan suatu aktivitas yang dilaksanakan oleh seorang
guru. Agar program pengajaran yang telah dilaksanakan itu baik atau tidak perlu dilaksanakan
suatu penilaian, yang sering dikenal dengan evaluasi program pengajaran. Evaluasi program
pengajaran ini meliputi 1) Input (masukan), 2) materi atau kurikulum, 3) Guru, 4) Metode atau
pendekatan dalam mengajar, 5) Sarana: alat pelajaran ata media pendidikan, 6) lingkungan

Sebagai kelengkapan administrasi pengajaran di sekolah dipelukan 17 format yang harus diisi
oleh Kepala Sekolah maupun Guru secara rutin, teratur dan benar. Untuk itu disediakan format
serta petunjuk pengisiannya. Format-format ini adalah sebagai berikut :

PK-1 = Jadwal Pelajaran Sekolah


PK-2 = Daftar Pembagian Tugas Mengajar Bagi Guru

PK-3 = Daftar Pemeriksaan Tugas Mengajar Bagi Guru

PK-4 = Daftar Penyelesaian Kasus di Sekolah

PK-5 = Daftar Hasil Evaluasi Belajar Tahap Akhir

PK-6 = Rekapitulasi Kenaikan Kelas / Kelulusan

PK-7 = Daftar Penyerahan STTB kepada Lulusan EBTA/EBTANAS

PK-8 = Rekapitulasi Pelaksanaan Supervisi Kelas

PK-9 = Hubungan Kemasyarakatan

PK-10 = Laporan Penelitian Hasil Belajar Siswa

PK-11 = Jadwal Pelajaran

PK-12 = Program Semester Guru

PK-13 = Persiapan Mengajar

PK-14 = Program Bimbingan

PK-15 = Daftar Nilai

PK-16 = Pencapaian Target dan Daya Serap Kurikulum

PK-17 = Daftar Penyerahan Raport


BAB III

PENUTUP

SIMPULAN

Manajeman kurikulum adalah sebagai suatu sistem pengelolaan kurikulum yang komperatif,
komprehensif, sistemik dan sistematik dalam rangka mewujudkan ketercapaian tujuan
kurikulum. Manajemen kurikulum dan pembelajaran bertujuan untuk (1) Pencapaian pengajaran
dengan menitik beratkan pada peningkatan kualitas interaksi belajar mengajar.(2)
Mengembangkan sumber daya manusia dengaan mengacu pada pendayagunaan seoptimal
mungkin.(3) Pencapaian visi dan misi pendidikan nasional.(4) Meningkatkan kualitas belajar
mengajar disuatu pendidikan tertentu.

Program pengajaran merupakan suatu rencana pengajaran sebagai panduan bagi guru atau
pengajar dalam melaksnakan pengajaran. Agar pengajaran bisa berjalan dengan efektif dan
efisien, maka perlu kiranya dibuat suatu program pengajaran. Program pengajaran yang dibuat
oleh guru tidak selamanya bisa efektif dan dapat dilaksanakan dengan baik, oleh karena itulah
agar program pengajaran yang telah dibuat yang memiliki kelemahan tidak terjadi lagi pada
program pengajaran berikutnya, maka perlu diadakan evaluasi program pengajaran.
DAFTAR PUSTAKA

Muslichatun, Diana. Makalah Manajemen Kurikulum, 2013.


http://k3311020.blogspot.com/2013/05/makalah-manajemen-kurikulum.html. 12 Mei 2019, 16.32

Alank Zainuddin. http://alankzainuddin.blogspot.com/ 12 Mei 2019, 17.15

Anda mungkin juga menyukai