Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

ADMINSITRASI DAN SUPERVISI PENDIDIKAN


ADMINISTRASI KURIKULUM

Dosen Pengampu:
Dra. Anisah, M.Pd.

Disusun Oleh:
Kelompok 2

Tistanawaty 20005066
Yunelgi Nurwahyu 20018101
Muhammad Riyadhil Fauzi 20076056

UNIVERSITAS NEGERI PADANG


2022
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan sangat penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan.
Dengan pendidikan itu akan dapat memajukan budaya dan meningkatkan
derajat bangsa di mata masyarakat internasional. Seperti dikatakan Daoed
Joesoef, sebagaimana diungkapkan Soesilo, pendidikan adalah alat yang
sangat menentukan untuk mencapai kemajuan di semua bidang mata
pencaharian, dalam memilih dan membina kehidupan yang lebih baik, yang
sesuai dengan kedudukan manusia (M.J. Susilo 2007, p. 13). Dalam hal ini
kurikulum sebagai pedoman dalam pelaksanaan kegiatan belajar berarti
bahwa dalam kurikulum terdapat panduan untuk interaksi antara guru dan
siswa. Dengan begitu, kurikulum mempunyai fungsi sebagai "nafas atau inti"
dari proses pendidikan di sekolah untuk memberdayakan siswa yang
berpotensi (Tamami 2016, p. 3). Kurikulum adalah media yang menentukan
terhadap keberhasilan proses pendidikan, dalam artian bahwa tanpa
kurikulum yang baik dan sesuai akan sulit untuk mencapai tujuan pendidikan
yang dicita-citakan (Yulianti, Hartatik 2016, p. 307).

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian administrasi kurikulum?
2. Bagaimana proses administrasi kurikulum?
3. Apa landasan dan prinsip pengembangan kurikulum?
4. Apa peran guru dalam administrasi kurikulum?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian administrasi kurikulum
2. Untuk mengetahui proses administrasi kurikulum
3. Untuk mengetahui landasan dan prinsip pengembangan kurikulum
4. Untuk mengetahui peran guru dalam administrasi kurikulum
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kurikullum dan Administrasi Kurikulum


Secara etimologi, kurikulum berasal dari bahasa Yunani, yaitu Curir yang
berarti pelari dan Curare yang berarti tempat berpacu. Jadi istilah kurikulum
berasal dari dunia olahraga pada zaman Romawi Kuno di Yunani, yang
mengandung pengertian suatu jarak yang harus ditempuh oleh pelari dari
garis start sampai garis finish. Dalam perkembangan selanjutnya istilah
kurikulum dipakai dalam dunia pendidikan dan pengajaran, yang dalam
konteksnya kurikulum dapat diartikan secara sempit dan luas. Dalam
pengertian sempit, kurikulum diartikan sebagai sejumlah mata pelajaran yang
diberikan di sekolah, sedangkan dalam pengertian luas kurikulum adalah
semua pengalaman belajar yang diberikan sekolah kepada siswa selama
mereka mengikuti pendidikan di sekolah. Dengan pengertian luas ini berarti
usaha sekolah untuk memberikan pengalaman belajar kepada siswa dalam
upaya menghasilkan lulusan yang baik secara kuantitatif maupun kualitatif
tercakup dalam pengertian kurikulum.
Dalam perspektif kebijakan pendidikan nasional sebagaimana dapat dilihat
dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003
menyatakan bahwa: “Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggaraan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu”.
Administrasi kurikulum merupakan seluruh proses kegiatan yang
direncanakan dan diusahakan secara sengaja dan bersungguh-sungguh serta
pembinaan secara kontinyu terhadap situasi belajar mengajar secara efektif
dan efisien demi membantu tercapainya tujuan pendidikan yang telah
ditetapkan. Dalam kaitannya dengan hal ini, pada tingkat sekolah apapun
yang menjadi tugas utama kepala sekolah ialah menjamin adanya program
pengajaran yang baik bagi peserta didik. Karena pada dasarnya pengelolaan
atau manajemen pendidikan fokus terhadap segala usahanya pada praktek
belajar mengajar (PBM). Hal ini nampak jelas bahwa pada hakikatnya segala
upaya dan kegiatan yang dilaksanakan didalam sekolah atau lembaga
pendidikan senantiasa diarahkan pada suksesnya PBM.
Ada beberapa fungsi dari administrasi kurikulum di antaranya sebagai
berikut:
1. Meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumber daya kurikulum,
pemberdayaan sumber maupun komponen kurikulum dapat
ditingkatkan melalui pengelolaan yang terencana dan efektif.
2. Meningkatkan keadilan (equity) dan kesempatan pada siswa untuk
mencapai hasil yang maksimal, kemampuan yang maksimal dapat
dicapai peserta didik tidak hanya melalui kegiatan intrakurikuler, tetapi
juga perlu melalui kegiatan ekstrakurikuler yang di kelola secara
integritas dalam mencapai tujuan kurikulum.
3. Meningkatkan relevansi dan efektivitas pembelajaran sesuai dengan
kebutuhan peserta didik maupun lingkungan sekitar peserta didik,
kurikulum yang dikelola secara efektif dapat memberikan kesempatan
dan hasil yang relevan dengan kebutuhan peserta didik maupun
lingkungan sekitar.
4. Meningkatkan efektivitas kinerja guru maupun aktivitas siswa dalam
mencapai tujuan pembelajaran, pengelolaan kurikulum yang
profesional, efektif, dan terpadu dapat memberikan motivasi pada
kinerja guru maupun aktivitas siswa dalam belajar.
5. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas proses belajar mengajar, proses
pembelajaran selalu dipantau dalam rangka melihat konsistensi antara
desain yang telah direncanakan dengan pelaksanaan pembelajaran.
Dengan demikian, ketidaksesuaian antara desain dengan implementasi
dapat dihindarkan. Di samping itu, guru maupun siswa selalu
termotivasi untuk melaksanakan pembalajaran yang efektifdan efisien
karena adanya dukungan kondisi positif yang diciptakan dalam
kegiatan pengelolaan kurikulum.
6. Meningkatkan partisipasi masyarakat untuk membantu
mengembangkan kurikulum, kurikulum yang di kelola secara
professional akan melibatkan masyarakat, khususnya dalam mengisi
bahan ajar atau sumber belajar perlu di sesuaikan dengan cirri khas dan
kebutuhan pembangunan daerah setempat.

B. Proses Administrasi Kurikulum


1. Perencanaan Kurikulum
Di dalam perencanaan kurikulum terdapat sekitar masalah tanggung
jawab untuk menentukan bagaimana bentuk kurikulum itu. Perencanaan
kurikulum adalah pekerjaan yang memerlukan keahlian dan karena itu
dikerjakan oleh para ahli atau expert dalam bidang perencanaan
kurikulum, sehingga kurikulum harus direncanakan baik-baik sebelumnya.
Beberapa pendapat ahli yang mengemukakan bahwa tidak ada aspek-aspek
kurikulum yang harus direncanakan jauh sebelum situasi belajar
berlangsung. Untuk penjelasan singkat , pendapat-pendapat yang berbeda
itu dapat dikelompokkan sebagai berikut :
a) Kurikulum seharusnya direncanakan di muka secara terperinci oleh
experts dalam bentuk kumpulan mata pelajaran.
b) Kurikulum direncakan secara terperincidi muka oleh panitia yang
terdiri dari guru-guru dalam bentuk kumpulan mata pelajaran.
c) Kurikulum direncanakan dalam garis besarnya yang luas oleh panitia
yang terdiri dari guru-guru dalam bentuk pedoman kerja, perincian
dilakukan oleh guru berdasarkan kebutuhn-kebutuhan murid.
d) Kurikulum direncanakan dalam garis besarnya berisi partisipasi dari
guru-guru dan tokoh-tokoh masyarakat, perincian dilakukan oleh
perencanaan bersama guru dan murid.
e) Kurikulum direncanakan oleh guru bersama murid pada waktu akan
belajar, tanpa perencanaan jauh dimuka.
2. Pelaksanaan Kurikulum
Keberhasilan kurikulum dapat diukur dari sejauh mana siswa dapat
menguasai materi pelajaran yang tertuang di dalam kurikulum. Sebagus
apapun desain atau rancangan kurikulum yang dimiliki, keberhasilannya
sangat tergantung pada guru. Kurikulum yang sederhana pun apabila
gurunya memiliki kemampuan, semangat dan dedikasi yang tinggi
hasilnya akan lebih baik dari desain kurikulum yang hebat tetapi
kemampuan, semangat dan dedikasi gurunya rendah. Sukma dinata
menegaskan beberapa hal yang harus dimiliki oleh setiap guru dalam
pelaksanan kurikulum, antara lain :
a) Pemahaman esensi dari tujuan-tujuan yang ingin dicapai dalam
kurikulum.
b) Kemampuan untuk menjabarkan tujuan-tujuan kurikulum tersebut
menjadi tujuan-tujuan yang lebih spesifik.
c) Kemampuan untuk menerjemahkan tujua-tujuan khusus kepada
kegiatan pembelajaran.

3. Pengembangan kurikulum
Dalam pengembangan kurikulum terdapat dua proses utama, yakni
pengembangan pedoman kurikulum dan pengembangan pedoman
instruksional.
a) Pedoman kurikulum meliputi; 1) Latar belakang yang berisi
rumusan falsafah dan tujuan lembaga pendidikan yang menjadi
sasaran, rasional bidang studi atau mata kuliah, struktur organisasi
bahan pelajaran. 2) Silabus yang berisi mata pelajaran secara lebih
terinci yang diberikan yakni scope (ruang lingkup) dan urutan
penyajiannya. 3) Desain evaluasi termasuk strategi revisi atau
perbaikan kurikulum mengenai bahan pelajaran, organisasi bahan
dan strategi instruksionalnya.
b) Pedoman instruksional. Pedoman instruksional diperoleh atas
usaha pengajar untuk menguraikan isi pedoman kurikulum agar
lebih spesifik sehingga lebih mudah untuk mempersiapkannya
sebagai pelajaran dalam kelas dengan demikian apa yang diajarkan
benar-benar bersumber dari pedoman kurikulum.
4. Evaluasi
Langkah terakhir dalam pengembangan kurikulum adalah evaluasi.
Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan di mana data yang
terkumpul dan dibuat pertimbangan untuk tujuan memperbaiki sistem.
Evaluasi yang seksama adalah sangat esensial dalam pengembangan
kurikulum. Evaluasi dirasa sebagai suatu proses membuat keputusan ,
sedangkan riset sebagai proses pengumpulan data sebagai dasar
pengambilan keputusan.
a) Dasar-dasar Evaluasi Kurikulum. Evaluasi kurikulum bermacam-
macam tujuannya, yang paling penting di antaranya ialah ; 1)
Mengetahui hingga manakah siswa mencapai kemajuan kearah
tujuan yang telah ditentukan. 2) Melalui efektivitas kurikulum. 3)
Menentukan faktor biaya, waktu dan tingkat keberhasilan
kurikulum.Sering kita lihat bahwa kurikulum dirombak tanpa
evaluasi yang sistematis. Jika evaluasi diadakan secara terus-
menerus mungkin tak perlu kurikulum diganti seluruhnya, akan
tetapi dapat senantiasa di perbaiki dan disempurnakan serta
disesuaikan dengan perkembangan zaman.
b) Desain Evaluasi. Desain evaluasi menguraikan tentang data yang
harus dikumpulkan dan analisis data untuk “membuktikan” nilai
dan efektivitas kurikulum.

C. Landasan Pengembangan Kurikulum


1. Landasan filosofis
Landasan pengembangan kurikulum yang pertama adalah landasan
filosofis, yang berkaitan dengan hakikat dari filsafat dan juga pendidikan.
Filsafat atau pandangan hidup dalam dunia pendidikan bertujuan untuk
memberikan arah bagi peserta didik dalam belajar.
Ketika memiliki arah belajar yang jelas, peserta didik dapat
mengeksploitasi kemampuan yang ada dalam dirinya sehingga dapat
mencapai hasil terbaiknya. Berkaitan dengan filsafat, setiap bangsa atau
pada kelompok masyarakat memiliki tujuan yang berbeda-beda. Maka
dari itu arah pendidikan sering kali tidak sama, tetapi hasilnya akan sama
yaitu membentuk karakter peserta didik dengan baik.
Indonesia memiliki landasan pengembangan kurikulum yang jelas
yaitu pancasila. Oleh sebab itu, tujuan pendidikan Indonesia adalah
membentuk manusia yang dapat hidup bernegara, berbangsa, dan
bermasyarakat dengan tuntunan nilai-nilai pancasila.
Sistem pendidikan di negara ini juga telah tercantum dalam Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas (Sistem Pendidikan
Nasional). Adanya undang-undang tersebut, maka pelaksanaannya di
Indonesia harus berlandaskan pada peraturan tersebut agar tidak
melenceng dari arah yang seharusnya dicapai.
2. Landasan psikologis
Perilaku merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari belajar.
Interaksi antar individu akan terjadi dalam lingkungan belajar yaitu
lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Perubahan akan tercipta pada
individu untuk mencapai kedewasaan dalam hidup mulai dari
kedewasaan fisik, emosional, mental, intelektual, sosial, dan moral.
Pendidikan memang proses untuk mengubah perilaku individu agar lebih
baik, tetapi tidak semua perubahan itu terjadi karena adanya
pembelajaran.
Landasan psikologi harus menjadi landasan pengembangan kurikulum
untuk menentukkan bagaimana suatu sistem pengajaran dapat berjalan
dengan semestinya. Maka seorang pengembang dapat berpatokan pada
dua cabang ilmu psikologi yaitu psikologi pendidikan dan psikologi
belajar.
3. Landasan Sosiologis
Pengembangan kurikulum bukan hanya berdasar atas keterampilan
saja, namun lebih bersifat global dan teknologis karena zaman terus
menerus berkembang. Perubahan budaya dan nilai sosial yang terus
terjadi menjadi pertimbangannya, dimana sekarang kebutuhan
masyarakat mengalami banyak perubahan. Kebutuhan masyarakat yang
ada di perkotaan akan berbeda dengan masyarakat pedesaan dan
masyarakat tradisional akan berbeda dengan masyarakat yang lebih
modern. Kurikulum yang dikembangkan tanpa memperhatikan budaya
atau nilai-nilai masyarakat akan menciptakan sumber daya manusia yang
tidak bisa membangun kehidupan yang lebih baik.
4. Landasan Ilmu Pengetahuan dan Teknologis
Penggunaan berbagai peralatan yang menunjang kegiatan belajar
mengajar diperlukan mengingat perkembangan teknologi belakangan ini
semakin canggih. Tuntutan ada apa guru atau pendidik dan pelaksana
pendidikan untuk terampil dan cakap dalam menggunakannya sehingga
mampu mentransferkannya kepada peserta didik.
Mengingat pendidikan merupakan tempat mempersiapkan manusia
dalam menyongsong masa depan, maka pengembangan kurikulum harus
berlandaskan ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi berdampak secara tidak langsung mencakup
pengembangan isi atau materi dan media pembelajaran.

D. Prinsip Pengembangan Kurikulum


1. Prinsip relavansi
Secara internal, kurikulum memiliki relevansi antara komponen
kurikulum (tujuan, bahan, strategi, organisasi, dan evaluasi).
Sedangkan secara eksternal komponen itu memiliki relevansi dengan
tuntutan sains dan teknologi (relevansi epistemologis), tuntutan dan
potensi siswa (relevansi psikologis), serta tuntutan dan kebutuhan
pengembangan masyarakat (relevansi sosiologis), Maka dalam
membuat kurikulum harus memperhatikan kebutuhan lingkungan
masyarakat dan siswa di sekitarnya, sehingga nantinya akan
bermanfaat bagi siswa untuk berkompetisi di dunia kerja yang akan
datang. Dalm realitanya prinsip diatas memang harus betul betul di
perhatikan karena akan berpengaruh terhadap mutu pendidikan. Dan
yang tidak kalah penting harus sesuai dengan perkembangan teknologi
sehingga mereka selaras dalam upaya membangun negara (Asmariani
2014, p. 60).
2. Prinsip fleksibilitas
Dalam prinsip fleksibilitas ini dimaksudkan bahwa, kurikulum harus
memiliki fleksibilitas. Kurikulum yang baik adalah kurikulum yang
berisi hal-hal yang solid, tetapi dalam implementasinya dimungkinkan
untuk menyesuaikan penyesuaian berdasarkan kondisi regional. Waktu
dan kemampuan serta latar belakang anak. Kurikulum ini
mempersiapkan anakanak untuk saat ini dan masa depan. Kurikulum
tetap fleksibel di mana saja, bahkan untuk anak-anak yang memiliki
latar belakang dan kemampuan yang berbeda, pengembangan
kurikulum masih bisa dilakukan.
3. Prinsip kontinuitas
Yakni adanya kesinambungan dalam kurikulum, baik secara vertikal,
maupun secara horizontal. Pengalaman belajar yang disediakan
kurikulum harus memperhatikan kesinambungan, baik yang di dalam
tingkat kelas, antarjenjang pendidikan, maupun antara jenjang
pendidikan dan jenis pekerjaan. Makna kontinuitas disini adalah
berhubungan, yaitu adanya nilai keterkaitan antara kurikulum dari
berbagai tingkat pendidikan. Sehingga tidak terjadi pengulangan atau
disharmonisasi bahan pembelajaran yang berakibat jenuh atau
membosankan baik yang mengajarkan (guru) maupun yang belajar
(peserta didik). Selain berhubungan dengan tingkat pendidikan,
kurikulum juga diharuskan berhubungan dengan berbagai studi, agar
antara satu studi dapat melengkapi studi lainnya.
4. Prinsip efisiensi
Efisiensi adalah salah satu prinsip yang perlu diperhatikan dalam
mengembangkan kurikulum, sehingga apa yang telah direncanakan
sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Jika sebuah program
pembelajaran dapat diadakan satu bulan pada satu waktu dan
memenuhi semua tujuan yang ditetapkan, itu bukan halangan.
Sehingga siswa dapat mengimplementasikan program pembelajaran
lain karena upaya itu diperlukan agar dalam pengembangan kurikulum
dapat memanfaatkan sumber daya pendidikan yang ada secara optimal,
cermat, dan tepat sehingga hasilnya memadai.
5. Prinsip efektivitas
Mengembangkan kurikulum pendidikan perlu mempertimbangkan
prinsip efektivitas, yang dimaksud dengan efektivitas di sini adalah
sejauh mana rencana program pembelajaran dicapai atau
diimplementasikan. Dalam prinsip ini ada dua aspek yang perlu
diperhatikan, yaitu: efektivitas mengajar guru dan efektivitas belajar
siswa. Dalam aspek mengajar guru, jika masih kurang efektif dalam
mengajar bahan ajar atau program, maka itu menjadi bahan dalam
mengembangkan kurikulum di masa depan, yaitu dengan mengadakan
pelatihan, workshop dan lain-lain. Sedangkan pada aspek efektivitas
belajar siswa, perlu dikembangkan kurikulum yang terkait dengan
metodologi pembelajaran sehingga apa yang sudah direncanakan dapat
tercapai dengan metode yang relevan dengan materi atau materi
pembelajaran.

E. Peran Guru dalam Administrasi Kurikulum


Guru adalah titik sentral suatu kurikulum berkat usaha guru, maka timbul
kegairahan belajar siswa. Sehingga memacu belajar lebih keras untuk
mencapai tujuan belajar mengajar yang bersumber dari tujuan kurikulum,
untuk itu guru perlu memiliki ketrampilan belajar mengajar. Di dalam
pelaksanaan kurikulum, tugas guru adalah mengkaji kurikulum tersebut
melalui kegiatan perseorangan atau kelompok, dengan demikian guru dan
kepala sekolah memahami kurikulum tersebut sebelum dilaksanakan dalam
proses pengembangan kurikulum.
Peran guru lebih banyak dalam tataran kelas, berikut ini dijelaskan peran
guru dalam administrasi kurikulum, yaitu :
1. Implementer
Guru berperan dalam mengaplikasikan kurikulum yang sudah ada.
Dalam melaksanakan perannya, guru hanya menerima kebijakan
perumus kurikulum. Guru tidak memiliki ruang baik untuk
menentukan isis kurikulum maupun menentukan target kurikulum.
Pada fase implementator peran guru dalam pengembangan kurikulum
hanya sebatas menjalankan kurikulum yang telah disusun (sebelum
reformasi pendidikan).
2. Adapters
Guru berperan lebih dari sebagai pelaksana kurikulum, tetapi juga
sebagai penyelaras kurikulum dengan karakteristik kebutuhan siswa
dan kebutuhan daerah. Dalam fase ini guru memberikan kewenangan
untuk menyelesaikan kurikulum yang sudah ada dengan karakteristik
sekolah dan kebutuhan lokal.
3. Developers
Guru berwenang dalam mendesain kurikulum. Guru bukan saja dapat
menentukan tujuan dan isi pelajaran yang akan disampaikan, akan
tetapi juga dapat menentukan strategi apa yang harus dikembangkan
serta bagaimana mengukur keberhasilannya. Sebagai pengembang
kurikulum sepenuhnya, guru dapat menyususn kurikulum sesuai
dengan karakteristik, visi dan misi sekolah serta sesuai dengan
pengalaman belajar yang dibutuhkan siswa.
4. Researchers
Peran guru sebagai peneliti kurikulum. Peran ini dilaksanakan sebagai
bagian dari tugas profesional guru yang memiliki tanggung jawab
dalam meningkatkan kinerjanya sebagai guru. Dalam pelaksanaan
peran guru sebagai peneliti guru memiliki tanggung jawab untuk
menguji berbagai komponen kurikulum.
Senada dengan itu, guru memegang peranan yang sangat penting dalam
pengembangan kurikulum, sebagai berikut : (1) Pengelolaan administratif (2)
Pengelolaan konseling dan pengembangan kurikulum (3) Guru sebagai tenaga
profesi kependidikan (4) Berpartisipasi dalam pengembangan kurikulum (5)
Meningkatkan keberhasilan sistem instruksional (6) Pendekatan kurikulum
(7) Meningkatkan pemahaman konsep diri (8) Memupuk hubungan yang
harmonis dengan siswa.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pengembangan kurikulum adalah istilah yang komprehensif, yang meliputi
perencanaan, implementasi, dan evaluasi. Perencanaan kurikulum adalah
langkah pertama dalam membangun kurikulum ketika pekerja kurikulum
membuat keputusan dan mengambil tindakan untuk menghasilkan rencana
yang akan digunakan oleh guru dan siswa. Penerapan kurikulum atau yang
biasa disebut implementasi kurikulum berupaya mentransfer perencanaan
kurikulum ke dalam tindakan operasional.
Oleh karena itu strategi pembelajaran dalam pendidikan sekolah harus
diberikan dasar pertama dengan menginternalisasi sosiologi kritis, inovasi,
kreativitas, dan mentalitas. Ini tidak berhenti di yayasan, tetapi juga berusaha
menembus kurikulum yang ada dalam pendidikan sekolah. Selain itu, juga
mengubah strategi pembelajaran yang telah didasarkan pada konsep
pandangan reproduktif belajar menjadi pandangan pembelajaran yang
konstruktif. Konsep ini pada dasarnya dibangun tanpa merusak fondasi yang
sudah baik dalam proses belajar mengajar sejauh ini.
DAFTAR RUJUKAN
 Asnawir. 2005. Administrasi Pendidikan. Padang: IAIN IB Press.
 Burhanuddin, Yusak. 2005. Administrasi Pendidikan. Bandung: Pustaka
Setia.
 Daryanto, H.M, .AdministrasiPendidikan. , Jakarta :Rineka Cipta,2005
 Hadari, Nawawi. 2004. Administrasi Pendidikan. Jakarta: Gunung Agung.
 Hafni, Ladjid. 2005. Pengembangan Kurikulum Menuju Kurikulum
Berbasis Kompetensi, Jakarta : Penerbit Quantum Teaching.
 HamalikOemar, .KurikulumdanPembelajaran., Jakarta : BumiAksara

Anda mungkin juga menyukai