Anda di halaman 1dari 10

Laporan Elektronika Analog dan Digital

Dasar Penguat Tegangan

Dibuat oleh:

Nama : Raidah Aulia Mursyid


NIM : 21063041
PRODI : Pendidikan Teknik Elektro
Dospem : Citra Dewi, S.Pd., M.Eng

DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
Transistor sebagai penguat tegangan
I. Tujuan Praktikum
- Menentukan penguatan tegangan suatu transistor bipolar dengan konfigurasi CE
(CommonEmiter)

II. Teori Singkat


Penggunaan transistor sebagai penguat adalah arus pada basis digunakan untuk mengontrol
arus yang lebih besar yang diberikan ke kolektor melewati transistor tersebut. Perubahan arus
kecil pada basis yang mengontrol inilah yang dinamakan dengan perubahan besar pada arus
yang mengalir dari kolektor ke emitter. Penguatan tegangan didefinisikan sebagai :
v out
ΔV =
v ∈¿ ¿
Dengan pengukuran terhadap 𝑉𝑂𝑈𝑇 dan 𝑉𝐼𝑁 , besarnya penguatan tegangan dapat dihitung.
Daya masuk dan daya keluar dapat dihitung bila tegangan masukan, tegangan keluaran,
impedansi masukan dan keluaran diketahui. Besarnya penguatan daya didefinisikan
sebagai :

P = 𝑃𝑂𝑈𝑇
𝑃𝐼𝑁

Penguatan daya biasanya dinyatakan dalam Db:

𝑃𝑑𝑎𝑦𝑎 (dB) = 10log (𝑃 𝑃𝑂𝑈𝑇𝐼𝑁 )

III. Alat dan Bahan


1. Transistor
2. Resistor
3. Kapasitor
4. Osciloscope
5. Signal Generator
6. Voltmeter
7. Amperemeter
IV. Rangkaian Percobaan

E. Langkah percobaan
1. Rangkaian percobaan disusun seperti pada gambar diatas dengan.
b. C1, C2 dan C3 = kapasitor 27 μF
c. Vcc = power supply variabel yang digunakan 12 Volt
g. signal generator atau AFG untuk tegangan AC
h. Transistor yang digunakan adalah NPN seperti BC 107, BC 109
atau 2N3904 Untuk percobaan pertama dipakai 𝑅4 = 1 kΩ.
2. Rangkaian rangkaian percobaan seperti gambar dengan
menggunakan alat dan bahan sesuai dengan yang diatas.
3. Chanel A (sebagai Vout), Chanel C (sebagai Vin)
4. Atur amplitude gelombang input dan output di oscilloscope dengan
besar 𝑉p–p = 1 Volt atau sampai gambarnya terlihat
5. Atur frekuensi AFG 50 Hz dan amplitude AFG 100 mV dengan
mengatur amplitudo pada AFG dan jaga amplitude AFG konstan
selama melakukan percobaan
6. Lakukan Percobaan dengan Amplitudo AFG yang berbeda 7. Ganti
𝑅4 dengan 100 Ω dan lakukan percobaan seperti langkah 2 dan 6.

f. Tabel Pengamatan
No Amplitudo 𝑅4 = 1𝑘 𝛺 𝑅4 = 100 𝛺 𝑅4 = 100 𝑘𝛺,
AFG (mV) C3 = 0 (dilepas)
Vin(𝑚𝑉p) 𝑉out(𝑚𝑉p) 𝑉in(𝑚𝑉p) Vout(𝑚𝑉p) 𝑉in(𝑚𝑉p) 𝑉out(𝑚𝑉p)
1 50 55 204 50 1,5 50 0.4
2 55 60 224 55 1,5 55 0.4
3 60 65 244 60 2 60 0.4
4 65 67,5 264 65 2 65 0.4
5 70 70 284 70 2 70 0.4
.
F. Analisa Data
Transistor ialah sebuah alat elektronika yang digunakan sebagai penguat arus, penguat
tegangan dan penguat daya. Penguat transistor memiliki 3 kaki yaitu kaki basis, kaki
emitter, kaki kolektor. Pada percobaan kali ini transistor akan digunakan sebagai penguat
tegangan dengan 3 percobaan yaitu dengan RE 1k Ω, RE 100 Ω dan RE 100K Ω dengan
CE dilepas. Penggunaan transistor sebagai penguat adalah arus pada basis digunakan
untuk mengontrol arus yang lebih besar yang diberikan ke kolektor
melewati transistor tersebut. Perubahan arus kecil pada basis yang mengontrol inilah
yang dinamakan dengan perubahan besar pada arus yang mengalir dari kolektor ke
emitter.Berikut merupakan hasil perhitungan ∆V dari data yang sudah didapat dari table
diatas. mencari ∆V:
1. R4 = 1k 𝛺

Vout
∆V =
V ∈¿ ¿

=
= 5,90 mV
Vout
- ∆V =
Vin

= 6 mV

- ∆V =
=
= 6 mV
Vout
- ∆V =
Vin

= 6,29 mV

Vout
- ∆V =
Vin

=
= 6,42 mV
Pada table ini memiliki hasil yaitu nilai V out akan semakin besar apabila V in semakin
besar pula sehingga jika nilai V in kecil maka nilai V out akan kecil pula. Begitu pula
dengan ∆V yang merupakan hasil perbandingan antara V out dengan V in yang akan
semakin besar pada hasil tersebut.
2. R4 = 100 𝛺

- ∆V =

=
= 0,22 mV
Vout
- ∆V =
Vin

=
= 0,218 mV

Vout
- ∆V =
Vin

=
= 0,216 mV

Vout
- ∆V =
Vin

=
= 0,215 mV

Vout
- ∆V =
Vin

=
= 0,214 mV
Pada table ini memiliki hasil yaitu nilai V out akan semakin besar apabila V in semakin
besar pula sehingga jika nilai V in kecil maka nilai V out akan kecil pula. Namun
berbeda pada ∆V karena ia pada table ini V out lebih kecil dari V in sehingga ∆V yang
didapat jadi semakin kecil.

3. 𝑅4 = 100 𝑘𝛺, C3 = 0 (dilepas)


Vout
- ∆V =
Vin

=
= 0,01 mV

Vout
- ∆V =
Vin

=
= 0,090 mV
-
Vout
- ∆V =
Vin

=
= 0,083 mV

Vout
- ∆V =
Vin

=
= 0,076 mV
Vout
- ∆V =
Vin

=
= 0,071 mV
Pada table ini memiliki hasil yaitu nilai V out akan semakin besar apabila V in semakin
besar pula sehingga jika nilai V in kecil maka nilai V out akan kecil pula. Perbedaan
yang ada pada percobaan ini dengan memakai resistor 100k Ω dan melepas CE
membuat nilai V out tetap walaupun V in diperbesar. Sehingga membuat ∆V juga
semakin kecil.

G. TUGAS
1. Gambarkan bentuk gelombang V in dan V out
- RE = 1K Ω

- RE = 100 Ω
-

- RE = 100K Ω dan melepas CE

2. kesimpulan yang bisa diambil terkait praktikum tersebut


- pada penguatan tegangan yang menggunakan RE 1k Ω dan CE 27µ didapat
bahwa V out akan semakin besar apabila V in semakin besar pula. Dengan didapat V
out dan V in yang begitu maka ∆V akan semakin besar pula ketika V in semakin besar.
- pada penguatan tegangan yang menggunakan RE 100 Ω dan CE 27µ didapat
bahwa V out akan semakin besar apabila V in semakin besar pula. Namun dengan nilai
V output yang didapat lebih kecil dari V in maka ∆V semakin kecil ketika V in semakin
besar.
- pada penguatan tegangan yang menggunakan RE 100k Ω dan CE 27µ dilepas
didapat bahwa V out tetap walau V in semakin diperbesar. Sehingga ∆V juga semakin
kecil apabila V in diperbesar.
3. apa pengaruh RE dan CE?
Jika nilai RE dan CE semakin besar maka nilai V output akan semakin besar, namun
apabila RE lebih diperkecil maka nilai V output akan semakin kecil pula. Sedangkan
jika CE dilepas dan RE diperbesar membuat nilai V output stabil, Dari hal ini dapat kita
simpulkan beberapa hal juga untuk penguatan di perlukan nilai beban yang tepat hingga
di dapat nilai tegangan yang di inginkan. Hal ini berbanding lurus dengan teori hukum
I
ohm yang mana v = .
R

Anda mungkin juga menyukai