Anda di halaman 1dari 44

PRAKTIKUM RLK II

Pengaruh Sinyal Ac Pada Hambatan

I.
Tujuan
Setelah melakukan percobaan ini mahasiswa di harapkan dapat memahami
pengaruh sinyal ac pada komponen pasif hambatan
II.

Teori Dasar

Dalam banyak pemakaian,tegangan atau arus listrik yang digunakan


dihasilkan oleh sumber tegangan atau arus yang berubah terhadap waktu
yang dimakan dengan gelombang sinus

III.
-

IV.

Alat Dan Bahan


Utama
Papan plug in
Variable power suply pte-002-02
Saklar spst
Hambatan 100 ohm
Hambatan 220 ohm
Hambatan 470 ohm
Hambatan 47 ohm
Jumper
Kabel penghubung
Pendukung
Generator sinyal
Osiloskop
Multimeter digital

Langkah kerja

1. Pengaruh sinyal ac terhadap hambatan seri


a. Siapkan papan plug-in, hambatan 100 dan 47 ohm, saklar, osiloskop dan
generator sinyal
b. Dalam keadaan saklar terbuka, buatlah rangkaian seperti pada gambar
1 pada papan plug-in.
c. Bila perlu kalibrasi osiloskop
d. Hidupkan saklar, kemudian gunakan osiloskop pada kanal 1 untuk
melihat vs. Bersmaan dengan itu aturlah adjust generator sinyal agar
menghasilkan sinyal sinus dengan puncak ke puncak sebesar 1,5 vpp
dan frekuensi 1 khz. Setelah itu catat v2 dan v3 pada tabel 1.
e. Kemudian atur ulang generator sinyal agar menghasilkan sinyal 100 hz

PRAKTIKUM RLK II

f.

Gunakan osiloskop pada kanal 1 untuk melihat vs, v2, dan v3 usahakan
nilai puncak vs = 1,5 vpp dengan mengatur generator sinyal. Kemudian
catat tegangan puncaknya pada tabel 1
g. Atur ulang generator sinyal ahar menghasilkan frekuensi 10 khz.
h. Gunakan osiloskop pada kanal 1 untuk melihat vs, v2, dan v3 usahakan
nilai puncak vs = 1,5 vpp dengan mengatur generator sinyal. Kemudian
catat tegangan puncaknya pada tabel 1.
i. Pada percobaan ini terlihat bahwa untuk penghambat, nilai
hambatannya tidak berubah terhadap frekuensi dan berlaku
penjumlahan tegangan biasa yaitu vs =v2+v3.

2. Pengaruh sinyal ac terhadap hambatang terhubung paralel


a. Siapkan papan plug in, penghambat 100 ohm, 220 ohm, dan 47 ohm,
saklat spst, osiloskop, generator sinyal.
b. Dalam keadaan saklar terbuka, buat rangkaian seperti pada gambar dua
pada papan plug in.
c. Bila perlu lakukan kalibrasi
d. Hidupkan saklar, kemudian gunakan osiloskop kanal 1 untuk melihat vs,
v1, v2 dan v3. Bersamaan dengan itu aturlah generator sinytal agar
menghasilkan sinyal sinus dengan puncak ke puncak sebesar 2 vpp dan
frekuensi 100 hz. Setalah itu catat vs, v1,v2 dan v3 pada tabel 2.
e. Ubah teganan pada generator sinyal menjadi 4 vpp.
f. Ukur juga tegangan pada v1, v2, dan v3. Dengan cara melihat pada
kanal 1 osiloskop
g. Lakukan juga percobaan tersebut untuk tegangan sumbel sebesar 6 vpp,
8vpp, 10 vpp.
h. Pasang kembali generator sinyal pada rangkaian dengan tegangan
sebesar 10 vpp
i. Hidupkan sakalar, kemudian gunakan osiloskop pada kanal 1 untuk
melihat vs. Bersamaan dengan itu kalibrasi generator sinyal agar
menghasilkan sinyal sinus dengan puncak sebesar 10 vpp dan frekuensi
50 hz.
j. Guanakan juga kanal 2 untuk melihat v1, v2, dan v3. Usahakan nilai
puncak vs sebesar 10 vpp. Kemudian catat tegangan masing masing
pada tabel 3.
k. Ulangi percobaan untuk masing masing frekuensi 100, 500, 1000, dan
10.000 hz
l. Pada percobaan ini berlaku penjumlahan arus biasa yaitu i total =
i1+i2+i3

PRAKTIKUM RLK II

3. Hukum pembagi tegangan.


a. Siapkan papan lug in, variable power supply, saklar spst, dua buah
penghambat dengan nilai masing masing 47 ohm dan 100 ohm, lampu
6 volt, dan multimeter digital.
b. Dengan keafaan saklar terbuka, buatlah rangkaian deperti gambar 3
dengan menggunalan papan lug in
c. Tutup damlar, dengan meter ukurlah arus i1, i2, dan i3 serta v1, v2, dan
v3 serta r1 dan r2. Cata hasilnya pada tabel 4
d. Dengan keadaan saklar terbuka, cabutlah catu daya tegangan dan
saklar
e. Kemudian ukurlah dengan multimeter hambatan yang terpasang secara
seri tersebut. Hasil percobaan ini disebut req. Isi hasil pengukuran pada
tabel 4.
f. Dari tabel 4 terlihat bahwa setiap titik pada rangkaian memiliki nilai arus
yg sama.
g. Dari tabel 4 terlihat bahwa tegangan sumber merupakan penjumlahan
tegangan masing masing penghambat (v1 = v2+v3). Hal ini dinyatakan
oleh hukum tegangan kirchoff, yg berbunyi : tegangan pada sumber
terddistribusi pada rangakaian yg tidak bercabang.
h. Dari tabel 2 terlihat bahwa hambatan dan nilai dari tegangan yg terjadi
memenuhi hubungan: v1 : v2 : v3 = (r1+r2) : r1 : r2. Hubungan ini
disebut pembagi tegangan.
i. Terlihat bahwa suatu penghambat seri dapat diganti oleh penghambat
yg besarnya ekuivalen (req) yang besarnya adalah jumlah masing
masing resistor (req =r1+r2)
j. Tambahkanm lampu 6 volt seperti pada gambar 4
k. Catat kembali nilai arus i1, i2 san iy serta v1, v2 dan v3
l. Lengkapi tabel 4
m. Terlihat bahwa pembagi tegangan tidak lagi benar karena penambahan
beban. Hal ini terjadi karena beban tidak diperhitungkan.
V.

Data hasil praktikum


1. Pengatan langsung
a. Pengaruh sinyal ac terhadap hambatan yang dihubung seri
No
1
2
3

Frek
(Hz)

Vs
(volt)

V2
(volt)

V3
I=v2/R1 R2=v3/i V2 + V3
(volt)
(a)
(ohm )
(volt)

100
0.372 0.235 0.130 0.00235
1000 0.394 0.228 0.114 0.00220
10.000 0.189 0.113 0.103 0.00115

55.31.
50.00
89.56

0.365
0.342
0.216

PRAKTIKUM RLK II
Tabel 1

b. Pengaruh sinyal ac terhadap penghambat yang dihubung paaralel


No
1
2
3
4
5

Vs
V1
V2
V3
I1
I2
I3
Itotal=I1+I2
(Vpp) (Vpp) (Vpp) (Vpp) (Amp) (Amp) (Amp)
+I3
2
4
6
8
10

1.60
3.52
5.28
7.12
9.12

1.60
3.52
5.28
7.12
9.12

1.60
3.52
5.28
7.12
9.12
Tabel 2

0.016
0.035
0.052
0.071
0.091

No

Vs
(Vpp)

V1
(Vpp
)

V2
(Vpp
)

V3
(Vpp
)

9,84

9,68

9,52

9,60

9,60

9,32

9,60

9,68

9,44

9,68

9,52

9,52

10.00 6.60
0

9.60

0.007
0.016
0,024
0,032
0.041

I1
(Amp
)
0,09
8
0,09
6
0,09
6
0,09
6

0.003
0.007
0.011
0.015
0.019

I2
(Amp
)
0,04
4
0,04
3
0,04
4
0,04
3

I3
(Amp
)
0,02
0
0,01
9
0,02
0
0,02
0

0.026
0.058
0.087
0.118
0.151

Itotal =
I1+I2+I3
0,162
0,158
0,160
0,159

9.52
Tabel 3

c. Hukum pembagi tegangan


N0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

Besaran listrik
V1
V2
V3
I1
I2
I3
R1
R2
V2+V3
V1:V2:V3
R1+R2
Req
Tabel 4

Tampa lampu
6.8
2.86
3.89
1.3
1.3
1.3
99.6
46.8
6.75
1:
146,4
146,4

Dengan lampu
6.8
5.65
0.82
0.31
0.15
0.31
99.6
46.8
6.75
1:
146.4
146.4

PRAKTIKUM RLK II

2. Dengan simulasi
a. Pengaruh sinyal ac terhadap hambatan hubung seri

Gambar 1
No

Frek
(Hz)

1
2
3

100
1000
10000

Vs
(volt)
0,041
0,41
0,21

V
(volt)
0,28
0,28
0,14

V
(volt)

0,13
0,13
0,06
Tabel 1

I=

I=

V2+V3

2,8
2,8
1,4

0,02
0,046
0,042

0,41
0,41
0,2

V2
R1

V3
I

b. Pengaruh sinyal ac terhadap rangkaian paralel

PRAKTIKUM RLK II
NO
1
2
3

NO
1
2
3
4
5

FREK
(Hz)

Vs
(VOLT)

V2
(VOLT)

V3
(VOLT)

100
0,37
1000
0,39
10.000 0,18

0,25
0,27
0,13

0,12
0,13
0,06

VS
(Vpp)

V2
(Vpp)

V3
(Vpp)

2
4
6
8
10

V1
(Vpp)
0,70
1,41
2,12
2,83
3,53

0,70
1,41
2,12
2,83
3,53

0,70
1,41
2,12
2,83
3,53

I=V3/I
(Ohm)

I1=V1/R
1
(mA)
7.06
14,2
21,2
28,2
35,5

Gambar 2

Tabel 2

c. Hukum pembagi tegangan

Tabel 3

R2= V3/I

I2=V2/R
2
(mA)
3,21
6,43
9,60
12,8
16,1

V2+V3
(VOLT)

I3=V3/R I Total=
3
I1+I2+I
(mA)
3
1,51
3,00
4,52
5,99
7,52

PRAKTIKUM RLK II

Gambar 3

Gambar 4

No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Besaran Listrik
V1.....(Volt)
V2.....(Volt)
V3.....(Volt)
I1......(amp)
I2......(amp)
I3......(amp)
R1.....(ohm)
R2.....(ohm)
V1+V2.....(Volt)
V1:V2:V3.....(Volt)

Tampa Lampu Dengan Lampu


6.8
6.8
2.17
5.70
4.62
1.10
0.04
0.12
0.04
0.11
0.04
0.12
47
47
100
100

11
12
13

R1+R2.....(ohm)
Reg.....(ohm)
(R1+R2) : R1 : R2.... 147 : 47 : 100 147 : 47 : 100
(Volt)

6.8 : 2.17 : 6.8 : 5.70 : 1.10


4.61
147
147

PRAKTIKUM RLK II

Tabel 4

VI.

Analisa
a. Pengaruh sinyal AC pada hambatan terhubung seri
- Pada kondisi tegangan sinyal 1,5 vpp dengan frekuensi 100 hz
Data praktikum
Vs=0,372,v2=0,235,v3=0,130
Untuk Mencari nialai vs dapat menggunakan rumus Vs=v2+v3
sebagaimana diketahui bahwa pada rangkaian seri tegangan yang
terbagi:
Vs=v2+v3= 0,235+0,130 =0,365
-

Mencari nilsi arus menggunakan rumus :

V2

0,235
100 =0,00235

i= R 1 ==
R2==

V3
0,130
I == 0,00235 =55,31

b. Pengaruh sinyal AC terhadap penghambat terhubung paralel


-

Pada kondisi tegangan sinyal 2 vpp dengan frekuensi 100 hz


Data praktikum v1=1,60,v2=1,60, v3=1,60
Nilai tegangan v1, v2, dan v3 sama karna paka rangakaian paralel
tegangan sama, sedangkan arusnya yg berbeda

Mencari arus:

V1

1,60

I1= R 1 = 100

=0,0016,

V2

1,60

I2= R 2 = 220

=0,007,

i=

V3
I3 =

1,60
47 =0,003
ITOT=I1+12+I3=0,0249
-

Untuk frekuensi 50 hz dengan tegangan sinyal sinus 1,5 vpp


V1=9,74 V2=9,58,V3,9,42
Nilai tegangan v1, v2, dan v3 sama karna paka rangakaian paralel
tegangan sama, sedangkan
arusnya yg berbeda

Mencari arus=

PRAKTIKUM RLK II

V1

I1= R 1 =

9,84
100 =0,098,

V2

I2= R 2 =

9,68
220 =0,0044,

i=

V3
I3 =

9,52
47 =0,202
ITOT=I1+12+I3=0,157

VII.

Kesimpulan
1. Besar bilai hambatan suatu penghambat dalam suatu rangkaian tidak
dipengaruhi oleh frequensi sinyal ac yang diumpankan.
2. Hukum pembagi tegangan juga berlaku pada rangkaian ac.

Pengaruh Sinyal Ac Pada Kapasitor


I.

II.

Tujuan
Setelah melakukan percobaan ini anda diharapkan dapat memahami pengaruh
sinyal ac pada komponen pasif kapasitor
Teori Dasar

PRAKTIKUM RLK II

Bilamana sebuah kapasitor dialiri arus bolak-balik (arus AC), maka pada
kapasitor tersebut akan timbul resistansi semu atau disebut juga dengan istilah
reaktansi kapasitif dengan notasi (Xc). Besarnya nilai reaktansi kapasitif tersebut
tergantung dari besarnya nilai kapasitansi suatu kapasitor (F) dan frekuensi (Hz)
arus bolak-balik. Gambar berikut memperlihatkan hubungan antara resistansi
semu (reaktansi kapasitif) terhadap frekuensi arus bolak-balik.

Hubungan Reaktansi Kapasitif Terhadap Frekuensi


Besarnya reaktansi kapasitif berbanding terbalik dengan perubahan frekuensi
dan kapasitansi suatu kapasitor, semakin kecil frekuensi arus bolak-balik dan
semakin kecil nilai kapasitansi suatu kapasitor, maka semakin besar nilai
reaktansi kapasitif (Xc) pada kapasitor, sebaliknya semakin besar frekuensi arus
bolak-balik dan semakin besar nilai kapasitansi, maka semakin kecil nilai
reaktansi kapasitif (Xc) pada kapasitor tersebut Hubungan ini dapat ditulis
seperti
persamaan
berikut
berikut,

III.

Refrensi
http://elektronika-dasar.web.id/analisa-arus-ac-pada-kapasitor/

IV.

Alat dan bahan


- Utama
Papan plug in
Saklar spst
Penghambat 1.5 ohm
Kapasitor 100nF
Jumper
Kabel penghubung
- Pendukung
Generator sinyal

V.

Langkah kerja
1. Tegangan pada kapasitor
a. Siapkan papan plug in, penghsmbat 1,5 ohm , kapasitor 100nf, saklar,
osiloskop dan generator sinyal.
b. Dalam keadaan saklar terbuka, buat rangkain seperti pada gambar 5
pada papan plug in

PRAKTIKUM RLK II

c. Bila perlu kalibrasi osiloskopHidupkan saklar, kemudian gunakan


osiloskop kanal 1 untuk melihat vs, v1, v2 dan v3. Bersamaan dengan
itu aturlah generator sinytal agar menghasilkan sinyal sinus dengan
puncak ke puncak sebesar 1.5 vpp dan frekuensi 100 hz. Setalah itu
catat vs, v1,v2 dan v3 pada tabel 5.
d. Kemudian atur ulang generator sinyal agar menghasilkan sinyal 700 hz
e. Gunakan osiloskop pada kanal 1 untuk melihat vs, v2, dan v3 usahakan
nilai puncak vs = 1,5 vpp dengan mengatur generator sinyal. Kemudian
catat tegangan puncaknya pada tabel 5
f. Kemudian atur ulang generator sinyal agar menghasilkan sinyal 2 khz
g. Gunakan osiloskop pada kanal 1 untuk melihat vs, v2, dan v3 usahakan
nilai puncak vs = 1,5 vpp dengan mengatur generator sinyal. Kemudian
catat tegangan puncaknya pada tabel 5
h. Lengkapi tabel 5
i. Pada percobaan ini terlihat bahwa frekuensi kapasitor berubah terhadap
frekuensi. Nilai reaktansi kapasitor (zc) berkurang dengan bertambahnya
frekuensi.
j. Setiap tegangan, baik vs, vr maupun vc, berbeda fasa satu sama lain,
karena ini disebut fasor yg memiliki hubungan vs=(vr2+vc2) jadi
tegangan vs tidak dapat diperoleh dengan jalan menjumlahkan vr dan vs
secara biasa (vs=/vr+vc).
2. Diagram fasor
a. Rangkaian sama dengan gambar 5.
b. Kemudian letakkan ground osiloskop pada ujung positif c, kanal 1 pada
ujung positif r, dan kanal 2 pada ujung negatif c
c. Leengkapi beda fasa pada tabel 6 dengan mengubah ubah frekuensi
generator sinyal. Acuan beda fasa 0 padavr.
d. Diagram fasor untuk tegangan pada penghambat dilambangkan oleh
tanda panah horizontal menunjuk ke kanan dan panjangnya
menunjukkan besarnya tegangan pada hambatan tersebut.
e. Diagram fasor untuk tegangan pada kapasitor dilambangkan oleh tanda
panah vertikal menunjuk ke bawah dan panjangnya menunjukkan
besarnya tegangan pada hambatan tersebut.
f. Diagram fasor untuk tegangan sumber dilambangkan oleh hasil resultan
vektor fasor tegangan pada hambatan dan kapasitor.
g. Gambarkan untuk masing masing frekuensi diagraam fasornya.
h. Untuk setiap frekuensi, vr dan vc memiliki beda fasa tertentu.

VI.

Data praktikum
1. Pengamatan langsung
a. Tegangan pada kapasitor

PRAKTIKUM RLK II

No

Frek
(Hz)

Vs
(volt)

Vr
(volt)

Vc
(volt)

I
(Amp)

Zc

700

0.496

0.267

1000

0.490

0.328

2000

0.480

0.400

0.412 0.0001 2314.6


78
0
0.356 0.0002 1633.0
18
2
0.217 0.0002 815.78
66

/
(vr
2+
vc2
)
0.489
0.482
0.454

Tabel 5

b. Diagram fasor
No
1
2
3

Frekuensi
(Hz)
700
1000
2000

()
57,05
47,33
28,46
Tabel 6

2. Dengan simulasi
a. Tegangan pada kapasitor

Gambar 1

NO

Frek
Vs
Vr
Vc
I=Vr/R
(Hz) (Volt) (Volt) (Volt) (Amp)
700

0.496 0.28

0.41

1000 0.490 0.34

0.35

2000 0.486 0.43

0.23

Zc=Vc/ (Vr2+Vc Vr+Vc


I
2) (Volt)
(Ohm)
(Volt)
0.0001 2314.6
0.489
0,679
78
0
0.0002 1633.0
0.482
0,684
18
2
0.0002
815.78 0.454
0,617
66

Vr +
V
c
0,67
9
0,68
4
0,61
7

PRAKTIKUM RLK II

Tabel 5

VII.

Analisa
Untuk frekuensi
Hasil praktikum
Vs : 0,496
Vr : 0,267
Vc : 0,412
R : 1500

700 Hz
I : 0,000178
Zc : 2314,60
Vs : 0,489

Perhitungan teoritis

Zc=

1
2 fc

Zc=

1
( 2 ) ( 3,14 ) ( 700 )( 100 F )

Zc=

1
( 6,28 ) ( 700 ) (100 F )

Zc=

1
( 4396 ) ( 107 )

PRAKTIKUM RLK II

Zc=

10.000 .000
( 4396 )

Zc=2274,79
Selisih antara hasil praktikum dan perhitungan teoritis adalah sebesar
39,81
Untuk frekuensi
Hasil praktikum
Vs : 0,490
Vr : 0,328
Vc : 0,356
R : 1500

1000 Hz
I : 0,000218
Zc : 1633,02
Vs : 0,481

Perhitungan teoritis

Zc=

1
2 fc

Zc=

1
( 2 ) ( 3,14 ) ( 1000 )( 100 F )

Zc=

1
( 6,28 ) ( 100 ) (100 F )

Zc=

1
( 6280 ) ( 107 )

Zc=

10.000 .000
( 6280 )

Zc=1592,35
Selisih antara hasil praktikum dan perhitungan teoritis adalah sebesar
39,67
Untuk frekuensi
Hasil praktikum
Vs : 0,486
Vr : 0,400
Vc : 0,217
R : 1500

700 Hz
I : 0,000266
Zc : 815,78
Vs : 0,454

Perhitungan teoritis

Zc=

1
2 fc

PRAKTIKUM RLK II

Zc=

1
( 2 ) ( 3,14 ) ( 2000 )( 100 F )

Zc=

1
( 6,28 ) ( 2000 ) (100 F )

Zc=

1
( 12560 ) ( 107 )

Zc=

10.000 .000
( 12560 )

Zc=796,17
Selisih antara hasil praktikum dan perhitungan teoritis adalah sebesar
19,61
VIII.

Kesimpulan
a. Nilai reaktansi kapasitor dipengaruhi frekuensi. Besarnya berkurang jika
frekuensi sinyal AC yang diumpankan membesar.
b. Dengan cara penggambaran fasor, terlihat sudut antara fasor tegangan pada
kapasitor membentuk sudut 90 tertinggal terhadap tegangan pada
hambatan. Hal ini sesuai dengan percobaan yang tertera pada tabel 5.

Pengaruh Sinyal Ac Pada Kumparan

I.

Tujuan
Setelah melakukan percobaan ini anda diharapkan dapat memahami pengaruh
sinyal ac pada komponen pasif kumparan

PRAKTIKUM RLK II

II.

Teori dasar
Pada saat sebuah induktor dialiri arus bolak-balik (AC), maka pada induktor
tersebut akan timbul reaktansi induktif resistansi semu atau disebut juga dengan
istilah Reaktansi induktif adalah hambatan yang timbulakibat adanya GGL
induksi karena dipasangnyainduktor (L). Berbeda dengan rangkaian AC resitif
dimana arus dan tegangan se-phasa, pada rangkaian AC induktif phasa
tegangan mendahului 90 terhadap arus. Jika digambarkan diagram phasor-nya
maka arus mengarah ke sumbu X positif (kanan) dan tegangan mengarah ke
sumbu Y positif (atas)
Hambatan aliran elektron ketika melewati induktor pada rangkaian AC disebut
sebagai Reaktansi Induktif, reaktansi dihitung dalam satuan Ohm () sama halnya seperti resistansi.
Besarnya nilai reaktansi induktif tergantung dari besarnya nilai induktansi
induktor L (Henry) dan frekuensi (Hz) arus bolak-balik (AC). Gambar berikut
memperlihatkan hubungan antara reaktansi induktif terhadap frekuensi arus
bolak-balik.

Hubungan Reaktansi Induktif Terhadap Frekuensi


Besarnya reaktansi induktif berbanding langsung dengan perubahan frekuensi
dan nilai
induktansi induktor, semakin besar frekuensi arus bolak-balik dan
semakin besar nilai induktor, maka semakin besar nilai reaktansi induktif XL
pada induktor sebaliknya semakin kecil frekuensi arus bolak-balik dan semakin
kecil nilai dari induktansinya, maka semakin kecil nilai reaktansi induktif XL pada
induktor tersebut.Hubungan ini dapat ditulis seperti persamaan berikut,

III.

Refrensi
http://elektronika-dasar.web.id/analisa-arus-ac-pada-induktor/

PRAKTIKUM RLK II

IV.

Alat dan bahan


- Utama
Papan plug in
Saklar spst
Penghambat 500 ohm
Kumparan 1000 lilit
Jumper
Kabel penghubung
- Pendukung
Generator sinyal
Osiloskop
Lengkah kerja

V.

I.

II.

Tegangan pada kumparan


a. Siapkan papan plug in, penghsmbat 560 ohm , kumparan 1000 lilit berinti
besi lingkup tertutup, saklar, osiloskop dan generator sinyal.
b. Dalam keadaan saklar terbuka, buat rangkain seperti pada gambar 6 pada
papan plug in
c. Bila perlu kalibrasi osiloskop
d. Hidupkan saklar, kemudian gunakan osiloskop kanal 1 untuk melihat vs.
Bersamaan dengan itu aturlah generator sinytal agar menghasilkan sinyal
sinus dengan puncak ke puncak sebesar 1.5 vpp dan frekuensi 1 khz.
Setalah itu catat vr dan vl pada tabel 6.
e. Kemudian atur ulang generator sinyal agar menghasilkan sinyal 100 hz
f. Gunakan osiloskop pada kanal 1 untuk melihat vs, vr, dan vl usahakan
nilai puncak vs = 1,5 vpp dengan mengatur generator sinyal. Kemudian
catat tegangan puncaknya pada tabel 7
g. Kemudian atur ulang generator sinyal agar menghasilkan sinyal 2 khz
h. Gunakan osiloskop pada kanal 1 untuk melihat vs, vr, dan vl usahakan
nilai puncak vs = 1,5 vpp dengan mengatur generator sinyal. Kemudian
catat tegangan puncaknya pada tabel 7
i. Pada percobaan ini terlihat bahwa nilai impedansi kumparan berubah
terhadap frekuensi. Nilai impedansi
(zl) bertambah dengan naiknya
frekuensi.
j. Setiap tegangan, baik vs, vr maupun vl, berbeda fasa satu sama lain,
karena ini disebut fasor yg memiliki hubungan vs=(vr2+vl2) jadi
tegangan vs tidak dapat diperoleh dengan jalan menjumlahkan vr dan vs
secara biasa (vs=/vr+vc).
Diagram fasor
a. Rangkaian sama dengan gambar 5.
b. Kemudian letakkan ground osiloskop pada ujung positif l, kanal 1 pada
ujung positif r, dan kanal 2 pada ujung negatif l

PRAKTIKUM RLK II

c. Leengkapi beda fasa pada tabel 8 dengan mengubah ubah frekuensi


generator sinyal. Acuan beda fasa 0 padavr.
d. Diagram fasor untuk tegangan pada penghambat dilambangkan oleh
tanda panah horizontal menunjuk ke kanan dan panjangnya menunjukkan
besarnya tegangan pada hambatan tersebut.
e. Diagram fasor untuk tegangan pada kumparan dilambangkan oleh tanda
panah vertikal menunjuk ke bawah dan panjangnya menunjukkan
besarnya tegangan pada hambatan tersebut.
f. Diagram fasor untuk tegangan sumber dilambangkan oleh hasil resultan
vektor fasor tegangan pada hambatan dan kumparan.
g. Gambarkan untuk masing masing frekuensi diagraam fasornya.
h. Untuk setiap frekuensi, vr dan vl memiliki beda fasa yg berbeda.
VI.

Data praktikum
1. Pengamatan langsung
a. Tegangan pada kumparan
No

Frek
(Hz)

Vs
(volt)

Vr
(volt)

Vl
(volt)

I
(Amp)

100

0.515

0.294

0.315

1000

0.514

0.059

0.486

2000

0.512

0.033

0.472

0.00052 668.57
5
0.0001- 4628.5
5
7
0.00005 8137.9
8
3

Tabel 7

b. Diagram fasor
No
1
2
3

Frekuensi
(Hz)
100
1000
2000
Tabel 8

VII.

Analisa

Untuk frekuensi 100 Hz

()
49.96
83.11
85.99

Ze

Vr
+
(vr
Vc
2+
vc2
)
0.457
0.6
0.488

0.545

0.472

0.505

PRAKTIKUM RLK II

Hasil praktikum
Vs : 0,515
Vr : 0,295
Vc : 0,351
R : 1500

I : 0,000525
Zc : 668,37
Vs : 0,6

Perhitungan teoritis

Zl =2 fL

Zl =( 2 )( 3,14 )( 100 ) ( 9,6 103 )


Zl =( 6,28 )( 100 )(9,6 103 )
Zl =( 628 ) (9,6 103)
Zl =6,0288

Untuk frekuensi
Hasil praktikum
Vs : 0,514
Vr : 0,059
VL : 0,486
R : 560

1000 Hz
I : 0,000525
Zc : 668,37
Vs : 0,6
Vr + Vl : 0,545

Perhitungan teoritis

Zl =2 fL
Zl =( 2 )( 3,14 )( 1000 ) ( 9,6 103 )
Zl =( 6,28 )( 1000 )( 9,6 103 )
Zl =( 628O ) (9,6 103 )
Zl =60,288

Untuk frekuensi
Hasil praktikum
Vs : 0,512
Vr : 0,033
Vl : 0,472
R : 560

700 Hz
I : 0,000058
Ze : 8137,93
Vs : 0,472
Vr + Vl : 0,505

PRAKTIKUM RLK II

Perhitungan teoritis

Zl =2 fL
Zl =( 2 )( 3,14 )( 2000 ) ( 9,6 103 )
3

Zl =( 6,28 )( 2000 ) (9,6 10 )


3

Zl =( 12.560 ) (9,6 10 )
Zl =120,576

VIII.

Kesimpulan
a. Nilai reaktansi kumpaaran dipengaruhi frekuensi. Besarnya bertambah jika
frekuensi sinyal AC yang diumpankan membesar.
b. Dengan cara penggambaran fasor, terlihat sudut antara fasor tegangan
pada kumparan membentuk sudut 90 mendahului tegangan hambatan

PRAKTIKUM RLK II

RLC Seri Dan Resonansi Seri

I.

II.

Tujuan
Setelah melakukan percobaan ini anda diharapkan dapat memahami gejalah
resonansi pada rangkaian RLC seri.
Teori dasar
Rangkaian seri RLC merupakan rangkaian yang terdiri dari tiga komponen listrik
yaitu resistor, induktor, dan kapasitor yang disusun seri dan dihubungkan
dengan sumber tegangan V. Sifat suatu rangakain seri RLC bergantung pada
besar hambatan yang dihasilkan oleh induktor dan kapasitor. Jika suatu
rangkaian memiliki reaktansi induktif yang lebih besar maka sifatnya akan
berbeda dengan rangkaian yang memiliki reaktansi kapasitif lebih besar.
Terdapat tiga keadaan yang menunjukkan sifat pada suatu rangkaian seri RLC
yaitu
:
Jika XL > XC
rangkaian bersifat induktif
V mendahului I sebesar
Jika XL < XC
rangkaian bersifat konduktif
I mendahului V sebesar Jika
XL = XC
rangkaian bersifat resistif
V dan I sefasa
Resonansi pada rangkaian seri RLC terjadi jika memenuhi syarat berikut ini :
1. Reaktansi induktif dan reaktansi kapasitif sama besar (XL = XC)
2. Impedansi = hambatan resistor (Z = R)
3. Sudut fase = = 0.
Freekunsi resonansi pada rangkaian seri RLC dapat dihitung dengan
menggunakan rumus di bawah ini :

fr = 1/ 2 (LC)

PRAKTIKUM RLK II

III.

Refrensi
http://bahanbelajarsekolah.blogspot.co.id/2014/12/rangkaian-seri-RLC-danfrekuensi-resonansi.html

IV.

Alat dan bahan


- Utama
Papan plug in
Saklar spst
Penghambat 1,5 ohm
Kapasitor 100nF
Kumparan 1000 lilit inti besi
Jumper
Kabel penghubung
- Pendukung
Generator sinyal
Osiloskop

V.

Langkah kerja
1. Resonansi dan tegangan pada rls seri.
a. Siapkan papan plug in, penghambat 1.5 k ,kapasitor 100nF, kumparan
1000 lilit berinti besi lingkup tertutup, saklar, osiloskop dan generator
sinyal.
b. Kalibrasi osiloskop
c. Dengan menggunakan papan plug in, dalam keadaan saklar terbuka, buat
rangkaian seperti gambar 7

d. Hidupkan saklar dan dengan menggunakan osiloskop kanal 1, catat


puncak tegangan vs, vr, vl dan vc pada tabel 9 untuk beberapa nilai
frekuensi sumber. Pada tiap frekuensi tersebut periksa kembali nilai besar
sinyal. Sinyal harus tetap memiliki nalai puncak ke puncak 1.5 vpp dan
frekuensi 100 hz 3 khz.
e. Atur agar salah satu frekuensi yg dicatat menyebabkan vr terbesar.
f. Frrekuensi demikian dinamakanfrekuensi resonansi seri.
g. Tegangan tegangan tersebut memiliki besar tegangan dan fasa yang
berbeda, karenanya tegangan tersebut juga disebut fasor.

PRAKTIKUM RLK II

h. Juga perhatikan bahwa terdapat hubungan vs = /(vr2+(vl-vc)2)


i. Plot nilai hambatan terhadap frekuensi pada grafik 1. Terlihat grafik
memiliki nalai minimun.
j.
2. Diagram fasor
a. Susunlah rangkaian yang sama dengan gambar 7.
b. Kemudian letakkan ground osiloskop pada ujung positif kapasitor c. Kanal
1 ujung positif L, dan kanal 2 pada ujung negatif c.
c. Lengkapi kolom beda fasa (cl) pada tabel 16.2 dengan mengubah ubah
frekuensi generator sinyal dengan nilai nilai yang samatabel 9. Acuan
beda fasa 0 pada c.
d. Kemudian letakkan ground osiloskop pada ujung positif kapasitor l. Kanal
1 ujung positif r, dan kanal 2 pada ujung negatif l.
e. Lengkapi kolom beda fasa (lr) pada tabel 10 untuk nilai frekuensi yang
sama dengan nilai nilai yang frekuensi tabel tabel 9. Acuan beda fasa 0
pada vr.
f. Diagram fasor untuk tegangan pada penghambat dilambangkan oleh
tanda panah horisontal menunjuk ke kanan dan panjangnya menunjukkan
besar tegangan pada penghambat tersebut. Diagram fasor ini merupakan
fasor acuan o
g. Diagram fasor untuk tegangan pada kapasitor dilambangkan oleh tanda
panah vertikal menunjuk ke bawah dan panjangnya menunjukkan besar
tegangan kapasitor tersebut.
h. Diagram fasor untuk tegangan pada kumparan dilambangkan oleh tanda
panah vertikal menunjuk ke atas dan panjangnya menunjukkan besar
tegangan pada kumparan tersebut.
i. Diagram fasor untuk tegangan sumber dilambangkan oleh hasil resultan
fasor tegangan pada penghambat, kapasitor, dan kumparn.
j. Gambarkan diagram fasornya.
k. Untuk setiap frekuensi, vr dan vl memiliki beda fasa yang berbeda.
VI.

Data praktikum
1. Pengamatan langsung
a. Resonansi dan tegangan pada rlc seri
N Frek
o (Hz)

Vs
(volt)

Vr
(volt)

Vl
(volt)

Vc
(volt)

/(v2+(vl- I
vc)2)

1
2
3
4

100
500
1000
1500

0,53
0,53
0,53
0,53

0,05
0,23
0,37
0,44

0,20
4,58
15,
0,02

0,53
0,48
0,39
0,31

0,486
0,261
0,397
0,428

5
6
7

2000
2500
3000

0,53
0,53
0,53

0,48
0,50

0,03
0,05

0,26
0,21

0,4284
0,409
0,4155

Tabel 9

32
23
12
75

mA 1528
mA 1527
mA 1503
mA 110,5
8
55 mA 1500
44 mA 1576
44 mA 1540

PRAKTIKUM RLK II

No

Frekuensi
(Hz)

100
500
1000
1500
2000
2500
3000

1
2
3
4
5
6
7

CR

LR

84,49
65,03
46,96
35,26
27.92
33,86
1,94

19,08
60,79
72,48
77,40
80,02
81,53
82,74
Tabel 10

VII.

Analisa
Untuk frekuensi 100,500,1000,1500,2000,2500,3000 Hz,dengan penghambat
1,5 k,kapasitor 100nF ,kumparan 1000 lilit,dengan tegangan sinyal 1,5 vpp
- Untuk frekuensi 100Hz
Data praktikum
Vs: 0,49,VR:0,049,VL:0,017,VC:0,508
Dimana :

VR2
2

+(VL-VC
vs=
0,049

2
2

+(0,017-0,508 = ( 0,002401+0,2408 )

0,243482

I =

0,493

VR
R

0,049
1500 = 0,00032A

Z R

+ (ZL-ZC

ZL 2 f

(2)(3.14.)(100) (9,6 x
628 x 9,6 x

103

6,0288
I

ZC = 2 FL

= ( 2 ) ( 3,14 )( 100 ) (100 NF)

10

PRAKTIKUM RLK II

= (628)(100 NF )
= 1.5923
Z 1500

+ (6,0288-15,923

158 ,2 0
Dimana hasil teori terdapat sedikit selisih pada saat praktikum hal ini
disebabkan faktor pada saat melakukan pengukuran pada manusia biasa
atau pada alat pengukuran itu sendiri.
-

Untuk frekuensi 500Hz


Data praktikum
Vs: 0,483,VR:0,356,VL:0,637,VC:0,765
Dimana :
2

VR
2

+(VL-VC
vs=
0,3562
2

+(0,637-0,765 = ( 0,126736+ 0,015129 )



0,141865

I =

0,3766

VR
R

0,356
1500 = 0,00023A

Z R

+ (ZL-ZC

ZL 2 f

(2)(3.14.)(500) (9,6 x
3140 x 9,6 x

103

30,144

ZC = 2 FL

I
= ( 2 ) ( 3,14 )( 500 ) (100 NF)

103 )

PRAKTIKUM RLK II

= (3140)(100 NF )
= 3184.71
Z 1500

+ (30,144-318.71

1527
Dimana hasil teori terdapat sedikit selisih pada saat praktikum hal ini
disebabkan faktor pada saat melakukan pengukuran pada manusia biasa
atau pada alat pengukuran itu sendiri.

Untuk frekuensi 1000Hz


Data praktikum
Vs: 0,485,VR:0,183,VL:0,580,VC:0,196
Dimana :

VR2
2

+(VL-VC
vs=
0,1832
2

+(0,580-0,196 = ( 0,033489+0,147456 )

0,180945

I =

0,425

VR
R

0,183
1500 = 0,00012mA

Z R

+ (ZL-ZC

ZL 2 f

(2)(3.14.)(1000) (9,6 x
6280 x 9,6 x

10

60,288

ZC = 2 FL

= ( 2 ) ( 3,14 )( 1000 ) (100 NF)

10

PRAKTIKUM RLK II

= (6280)(100 NF)
= 1592,35
Z 1500

+ (60,28-1592,35

1503
Dimana hasil teori terdapat sedikit selisih pada saat praktikum hal ini
disebabkan faktor pada saat melakukan pengukuran pada manusia biasa
atau pada alat pengukuran itu sendiri.

Untuk frekuensi 1500Hz


Data praktikum
Vs: 0,477,VR:0,113,VL:0,506,VC:0,080
Dimana :

VR2
2

+(VL-VC
vs=
0,113

2
2

+(0,506-0,080 = ( 0,012769+0,181476 )

0,194245

I =

0,440

VR
R

0,113
1500 = 0,00075mA

Z R

+ (ZL-ZC

ZL 2 f

(2)(3.14.)(1500) (9,6 x
9420 x 9,6 x

90,432

ZC = 2 FL

103

103 )

PRAKTIKUM RLK II

= ( 2 ) ( 3,14 )( 1500 ) (100 NF)

= (9420)(100 NF)
= 1061,57
Z 1500

+ (90,432-1061,57

110 , 58
Dimana hasil teori terdapat sedikit selisih pada saat praktikum hal ini
disebabkan faktor pada saat melakukan pengukuran pada manusia biasa
atau pada alat pengukuran itu sendiri.

Untuk frekuensi 2000Hz


Data praktikum
Vs: 0,466,VR:0,083,VL:0,472,VC:0,044
Dimana :

VR2
2

+(VL-VC
vs=
0,4662
2

+(0,472-0,044 = ( 0,217156+ 0,183184 )



0,40043

I =

0,6327

VR
R

0,083
1500 = 0,00055A

Z R

+ (ZL-ZC

ZL 2 f

(2)(3.14.)(200) (9,6 x
12560 x 9,6 x

120,576

103

103 )

PRAKTIKUM RLK II

ZC = 2 FL

= ( 2 ) ( 3,14 )( 200 ) (100 NF)

= (12560)(100 NF)
= 796,178
Z 1500

+ (120,576-796,178

1500
Dimana hasil teori terdapat sedikit selisih pada saat praktikum hal ini
disebabkan faktor pada saat melakukan pengukuran pada manusia biasa
atau pada alat pengukuran itu sendiri.

Untuk frekuensi 2500Hz


Data praktikum
Vs: 0,455,VR:0,067,VL:0,450,VC:0,045
Dimana :

VR2
2

+(VL-VC
vs=
0,4552
2

+(0,450-0,045 = ( 0,207025+0,164025 )

0,37105

I =

0,409

VR
R

0,455
1500 = 0,00044mA

Z R

+ (ZL-ZC

ZL 2 f

(2)(3.14.)(2500) (9,6 x
15700 x 9,6 x

150,72

103

103 )

PRAKTIKUM RLK II

ZC = 2 FL

= ( 2 ) ( 3,14 )( 2500 ) (100 NF)

= (15700)(100 NF)
= 636.94
Z 1500

+ (150,72-636,94

1576
Dimana hasil teori terdapat sedikit selisih pada saat praktikum hal ini
disebabkan faktor pada saat melakukan pengukuran pada manusia biasa
atau pada alat pengukuran itu sendiri.

Untuk frekuensi 3000Hz


Data praktikum
Vs: 0,455,VR:0,067,VL:0,450,VC:0,045
Dimana :

VR2
2

+(VL-VC
vs=
0,4552
2

+(0,067-0,045 = ( 0,207025+0,000484 )

0,207509

I =

0,415

VR
R

0,455
1500 = 0,00044mA

Z R

+ (ZL-ZC

ZL 2 f

(2)(3.14.)(300) (9,6 x
18840 x 9,6 x

103

103 )

PRAKTIKUM RLK II

180,864

ZC = 2 FL

= ( 2 ) ( 3,14 )( 3000 ) (100 NF)

= (18840)(100 NF)
= 530.78
Z 1500

+ (180,864-530,78

1540
Dimana hasil teori terdapat sedikit selisih pada saat praktikum hal ini
disebabkan faktor pada saat melakukan pengukuran pada manusia biasa
atau pada alat pengukuran itu sendiri.
VIII.

Kesimpulan
a. Suatu rangkain rlc seri disebut beresonansi seri pada suatu frekuensi jika
komponen kapasitif dan induktif tidak berpengaruh, jiak dioprasikan pada
frekuensi tersebut. Jadi seakan akan kedua komponen tersebut dihubung
singkatkan.
b. Ketika suatu rangkaian rlc seri dalam keadaan beresonansi, impedansinya
memiliki nilai minimun, dan tegangan pada l dan c saling meniadakan.
c. Pada resonansi seri terlihat bahwa nilai tegangan pada penghambat paling
besar. Karena itu resonansi seri saring kali disebut resonansi tegangan.
d. Dengan cara penggambaran fasor, terlihat bahwa fasor tegangan pada
pengahambat dan fasor tegangan pada kapasitor membentuk sudut 90
dengan fasor tegangan pada kapasitor tertinggal terhadap fasor tegangan
penghambat, sedangkan dengan kumparan fasor tegangan penghambat
membentuk sudut 90 dengan fasor tegangan kumparan mendahlui fasor
tegangan penghambat. Dengan demikian tegangan kapasitor dan tegangan
kumparan akan saling melemahkan atau saling meniadakan. Besar
keseluruhan fasor tersebut menentukan sudut besar tegangan vs. Hal ini
sesuai dengan hasil percobaan yagn tertera pada tabel 9.

RLC paralel dan resonansi parallel

PRAKTIKUM RLK II

I.

II.

Tujuan
Setelah melakukan percobaan ini anda diharapkan dapat memahami gejalah
resonansi pada rangkaian RLC paralel
Teori dasar
Resonansi paralel sederhana (rangkaian tank)
Kondisi resonansi akan terjadi pada suatu rangkaian tank (tank circuit)
(gambar 1) ketika reaktansi dari kapasitor dan induktor bernilai sama. Karena
rekatansi induktif bertambah besar apabila frekuensi membesar dan reaktansi
kapasitif berkurang apabila frekuensi membesar, maka akan hanya ada satu nilai
frekuensi dimana nilai reaktansi dari keduanya akan sama besar.

Gambar 1 Rangkaian resonansi paralel sederhana (rangkaian tank)


Pada rangkaian di atas, kita memiliki sebuah kapasitor 10 F dan induktor 100
mH. Karena kita tahu persamaan untuk menghitung reaktansi pada frekuensi
tertentu, dan kita ingin mengetahui pada titik berapa reaktansi dari kapasitor
dan induktor akan sama besar, maka kita hitung reaktansi dari keduanya secara
aljabar sebagai berikut :
Berikut ini rumus untuk menghitung reaktansi kapasitif dan raktansi induktif

pada saat resonansi, reaktansi kapasitif sama dengan


reaktansi induktif

Kalikan sisi sebalah kanan dan kiri persamaan dengan variabel f


untuk menghilangkan variabel f di ruas kanan

kedua sisi dibagi dengan 2f sehingga menyisakan variabel f


sendirian di ruas kiri persamaan

Akarkan kedua sisi persamaan

lalu sederhanakan

PRAKTIKUM RLK II

Jadi kita dapatkan rumus untuk menghitung frekuensi resonansi


pada rangkaian tank tersebut, dimana nilai induktansi (L) dalam Henry dan
kapasitansi (C) dalam Farad. Dengan memasukkan nilai L dan C pada rangkaian
di atas, kita akan mendapatkan frekuensi resonansi sebesar 159.155 Hz.

III.

Refrensi
https://id.scribd.com/doc/243250730/Resonansi-paralel-sederhana-docx

IV.

Alat dan bahan


- Utama
Papan plug in
Saklar spst
2 Penghambat 100 ohm
Kapasitor 470nF
Kumparan 1000 lilit inti besi
3 adapter amperemeter
Jumper
Kabel penghubung
- Pendukung
Generator sinyal
Osiloskop

V.

Langakah kerja
1. Resonansi dengan arus pada rlc paralel
a. Buka aplikasi proteus
b. Pada samping kanan opsi device klip p , lalu cari dan pilih komponen
yang akan digunakan
c. Buatlah rangkaian seperti pada gambar 8, apabila pembacaan
amperemeter terlalu besar, maka ubah satuan yang lebih kecil
d. Ubah sumber tegangan peak 1.5 vpp untuk beberapa nilai frequensi
sesuai dengan tabel 11
e. Klik tombol play yg terdapat di sudut kiri bawah aplikasi proteus,
kemudian catat vs, vl,juga arus ir, ic, dan il pada tabel 11
2. Diagram fasor
a. Buatlah rangkaian yang sama dengan rangkaian pada gambar 8.
b. Kemudian hubungkan kanal 1 osiloskop ke ujung positif penghambat dan
kanel 2 ke ujung positif kapasitor.
c. Ubah nilai frekuensi pada sumber tegangan sesuai dengan tabel 12
d. Lengkapi tabel beda fasa untuk (cr)
e. Kemudian hubungkan kembali kanel 1 osiloskop ke ujung positif
penghambat dan kanal 2 ke ujung positif kumparan
f. Ubah nilai frekuensi pada sumber tegangan sesuai dengan tabel 12
g. Lengkapi tabel beda fasa untuk (lr)

PRAKTIKUM RLK II

VI.

Data praktikum
a. Resonansi dan arus pada rlc paralel

Gambar 2

No

Frek
(Hz)

Vs
Vl
Is = vs- Ir
(volt) (volt
vl/r1 (A)
)

100

0,53

0,03

0,005

0,31m
A

500

0,53

0,14

0,0039

0,42m
A

700

0,53

0,18

0,0035

1,80m
A

1000 0,53

0,22

0,0031

2,19m
A

2000 0,53

0,26

0,0027

2,63,m
A

3000 0,53

0,26

0,0027

2,63m
A

Ic
(A)

Il
(A)

/(ir2+
(ilil)2
)
9,35 5,25 5,24
m
m
A
A
0,21 4,69 4,69
M
m
a
A
0,37 4,26 4,28
m
m
A
A
0,65 3,63 3,69
m
m
A
A
1,56 2,17 2,69
m
m
A
A
2,34 1,42 2,76
m
m

Z=vl/
vs
6
35,89
51,42
70,96
96,29
96,29

PRAKTIKUM RLK II

Tabel 11

b. Diagram fasor
No

Frekuens Cr
i
()
(Hz)

Lr
(0

1
2
3
4

100
500
700
1000

19,08
60,79
80,02
81,53

84
46
27
33,86
Tabel 12

VII. Analisa
Dimana frekuensi 100,500,700,1000,2000,3000
100,kapasitor 470 nf.kumparan 100 lilit

Hz

dengan

-Untuk frekuensi 100


Data simulasi : VS:0,53,VL:0,03,IR:0,32 mA,IC=9,35 F,IL:5,25 Ma
Dimana:

IS=

VSVL 0,530,03 VL
=
=0,05
R1
100

IR
2
+(IL-IC

0,312
2

+(5,25-0,00935 = 27,5537

Z=

V1
IS

=5,24

0,03

= Z = 0,005 =6.

-Untuk frekuensi 500,


Data simulasi : VS:0,53,VL:0,14,IR:1,42mA,IC=0,21 MA,IL:4,69 Ma
Dimana:

IS=

VSVL 0,530,14 VL
=
=0,0039
R1
100

IR
2
+(IL-IC

0,14
2

+(4,69-0,21 =4,69

penghambat

PRAKTIKUM RLK II

Z=

VL
IS

0,14

= Z = 00039 =35,89

-Untuk frekuensi 700


Data simulasi : VS:0,53,VL:0,18,IR:1,80mA,IC=0,37 MA,IL: :4,26Ma
Dimana:

IS=

VSVL 0,530,18 VL
=
=0,0035
R1
100

IR
2
+(IL-IC

1,802
2

+(4,26-0,37 =4,28

Z=

V1
IS

0,18

= Z = 0,0035 =5142

-Untuk frekuensi 1000


Data simulasi : VS:0,53,VL:0,22,IR:2,19 mA,IC=0,65 MA,IL:3,63 Ma
Dimana:

IS=

VSVL 0,530,22
=
=0,0031
R1
100

IR
2
+(IL-IC

2,19
2

+(3,63-0,65 =3,69

Z=

V1
IS

0,22

= Z = 0,0031 =70,96

-Untuk frekuensi 2000


Data simulasi : VS:0,53,VL:0,26,IR:2,63 mA,IC=1,56 MA,IL:2,17 Ma
Dimana:

IS=

VSVL 0,53O , 26
=
=0,0027
R1
100

IR
2
+(IL-IC

2,632
2

+(2,17-1,56 =2,69

PRAKTIKUM RLK II

Z=

V1
IS

0,26

= Z = 0,0027 =96,29

-Untuk frekuensi 3000


Data simulasi : VS:0,53,VL:0,26,IR:2,61mA,IC=2,34 MA,IL:1,42 Ma
Dimana:

IS=

VSVL 0,53O , 26
=
=0,0027
R1
100

IR
2
+(IL-IC

2,632
2

+(1,42-2,34 =2,76

Z=
VIII.

V1
IS

0,26

= Z = 0,0027 =96,29

Kesimpulan
1 Arus ac yang mengalir pada rangkaian yang mengandung kumparan dapat
memiliki fase yang berbeda beda, karenanya arus tersebut digambar dengan
diagram fasor.
2 Dengan cara penggabaran fasor, sudut antara fasor arus pada penghambat
dan fasor arus pada kumparan dapat diperlihatkan. Kedua fasor ini
menbentuk sudut 90. Dengan arus pada penghambatmendahului fasor arus
pada kumparaan. Besar keduafasor ini menetukan sudut fasa dan besar arus
is. Ini sesuai dengan hasil percobaan yang tertera pada tabel 15

Pengaruh sinyal ac pada rangkaian rc parallel


I.

Tujuan
Setelah melakukan percobaan ini anda diharapkan dapat memahami hubungan
arus ac pada penghambat dan kapasitor rangkaian rc paralel

PRAKTIKUM RLK II

II.

Teori dasar
Rangkaian RC adalah suatu rangkaian seri yang tersusun oleh resistor atau
penghambat / hambatan dan kapasitor yang terhubung oleh suatu sumber arus
atau sumber tegangan. Disini kita memasukkan kapasitor sebagai sebuah
elemen rangkaian yang akan menghantarkan kita ke konsep arus-arusyang
berubah terhadap waktu. Jika sebuah hambatan dimasukkan didalam rangkaian
maka pertambahan muatan dari kapasitor per satuan waktu menuju nilai
kesetimbangannya. Sifat rangkaian RCdidalam selama pemuatan dan pelucutan
dapat dipelajari dengan sebuah osciloskop. Yang dapat mempertunjukkan pada
layar foresensinyagrafik-grafik variasi potensialdengan waktu. Sehingga dapat
terlihat perbedaan potensial V terhadap kapasitor dan perbedaan potensial V
melalui hambatan sebagai fungsi-fungsi dari waktu.Membandingifasa tegangan
di setiap elemen terhadap arus I.

III.

Refrensi
http://rahman011.blogspot.co.id/2012/06/rangkaian-rc-rl.html

IV.

Alat dan bahan


- Utama
Papan plug in
Saklar spst
2 Penghambat 100 ohm
Kapasitor tantalum 1uf 35 v
inti besi
3 adapter amperemeter
Jumper
Kabel penghubung
- Pendukung
Generator sinyal
Osiloskop

V.

Langkah kerja
1. Arus pada kapasitor
a. Buka aplikasi proteus.
b. Pada samping kanan opsi device klip p , lalu cari dan pilih komponen
yang akan digunakan.
c. Buatlah rangkaian seperti pada gambar 9
d. Ubah sumber tegangan peak 1.5 vpp untuk beberapa nilai frequensi
sesuai dengan tabel 13.
e. Klik tombol play yg terdapat di sudut kiri bawah aplikasi proteus,
kemudian catat arus is, ir, dan ic pada tabel 11, apabila pembacaan
amperemeter terlalu besar, maka ubah satuan yang lebih kecil.
2. Diagram fasor
a. Buatlah rangkaian yang sama dengan rangkaian pada gambar 9.
b. Kemudian hubungkan kanal 1 osiloskop ke ujung positif penghambat dan
kanel 2 ke ujung positif kapasitor.
c. Lengkap kolom beda fasa pada tabel 14.
d. Diagram fasor untuk arus pada penghambat dilambangkan oleh tanda
panah horisontal menunjuk ke kanan dan panjangnya menunjukkan besar
tegangan hambatan tersebut.

PRAKTIKUM RLK II

e. Diagram fasor untuk arus pada kapasitor dilambangkan oleh tanda panah
vertikal menunjuk ke bawah dan panjangnya menunjukkan besar
tegangan pada kapasitor tersebut.
f. Diagram fasor untuk arus sumber dilambangkan oleh hasil resultan fasor
arus pada penghambatan dan kapasitor
g. Gambarkan diagram fasornya, untuk setiap frekuensi yg tercantum dalam
tabel 14.
VI.

Data praktikum
1. Arus pada kapasitor

Gambar 3

No

Frekuen Is
si
(A)
(Hz)

Ir
(A)

Il
(A)

/
(ir2
+ic
2)

Ir + ic
(A)

(A)
1
2
3

1000
2000
3000

3,00
3,61
4,13

2,53
2,24
1,91

1,61
2,83
3,66

Tabel 13

2. Diagram fasor
No

Frekuensi (Hz)

Beda fasa ()

2,99
3,79
4,12

4,14
5,07
5,57

PRAKTIKUM RLK II

1000
2000
3000

32,21
51,56
66,22
Tabel 14

VII. Analisa
Untuk
frekuensi
1000,2000,3000,dengan
1f35v,saklaar
-Untuk frekuensi 1000
Data simulasi
IS=3,00,IR=2,53,IL=1,61
Dimana :

penghambat

100,kapasitor

2
2,53
IR
2

Is=
+
+ 1,61 = 6,4009+2,5921=2,99
2

IC =

IR + IC=2,53+1,61=4,14
-Untuk frekuensi 2000
Data simulasi
IS=3,61,IR=2,24,IL=2,83
Dimana :
2

2
2,24
IR
2

Is= +
+ 2,83 = 5,0176+8,0089,=3,60
2

IC =

IR + IC=2,24+2,83=5,07
-Untuk frekuensi 3000
Data simulasi
IS=4,13,IR=1,91,IL=3,66
Dimana :

1,912
IR2
2

Is= +
+ 3,66 = 8,00481+13,39,=4,12
2

IC =
IR + IC=1,91+3,66=5,57
Dimana hasil teori dengan hasil simulasi
VIII.

Kesimpulan
1. Arus pada rangkaian yang mengandung kapasitor dan diberi sinyal ac dapat
memiliki fasa yang berbeda dengan arus pada rangkaian yang tidak
mengandung kapasitor, karenanya disebur fasor arus.
2. Dengan cara penggabaran fasor, sudut antara fasor arus pada penghambat
dan fasor arus pada kapasitor dapat diperlihatkan. Kedua fasor ini menbentuk
sudut 90. Dengan arus pada kapasitor tertinggal terhadap arus pada
penghambat. Besar keduafasor ini menetukan sudut fasa dan besar arus is.
Ini sesuai dengan hasil percobaan yang tertera pada tabel 13

Pengaruh rangkaian ac pada rangkaian rl parallel

PRAKTIKUM RLK II

I.

Tujuan
Setelah melakukan percobaan ini anda diharapkan dapat :
1. Memahami hubungan antara arus AC pada rangkaian rl paralel
2. Menggambar diagram fasor untuk rangkaian rl paralel.

II.

Teori dasar
Rangkaian RL adalah sebuah rangkaian yang terdiri dari resistor atau hambatan
dan inductor, yang terhubung secara langsung terhadap simber arus atau
sumber tegangan. Bila kontak saklar ditutup maka arus didalam hambatan mulai
naik. Seandainya inductor tersebut tidak ada , maka arus akan naiak dengan
cepat. Akantetapi, karena adanya inductor, maka sebuah tegangan yang muncul
didalam rangkaian tersebut, dari hkum Lenz, maka tegangan gerak elektrik ini
menentang kenaikan arus, yang berarti polaritas tegangan gerak elktik
baterai.Jika terminal terminal osciloskop dihubungkan melalui hambatan, maka
bentuk gelombang yang dipertunjukkan akan membentuk gelombang dari arus
di dalam rangkaian tersebut karena penurunan potensial melalui R yang
menentukan penyimpangan osciloskop, adalah di berikan oleh V=IR.

III.

Refrensi
http://rahman011.blogspot.co.id/2012/06/rangkaian-rc-rl.html

IV.

Alat dan bahan


- Utama
Papan plug in
Saklar spst
2 Penghambat 100 ohm
Kumparan 1000 lilit inti besi
3 adapter amperemeter
Jumper
Kabel penghubung
- Pendukung
Generator sinyal
Osiloskop

V.

Langkah kerja
Arus pada kumparan
a. Buka aplikasi proteus.
b. Pada samping kanan opsi device klip p , lalu cari dan pilih komponen
yang akan digunakan.
c. Buatlah rangkaian seperti pada gambar 10
d. Ubah sumber tegangan peak 1.5 vpp untuk beberapa nilai frequensi
sesuai dengan tabel 13.
e. Klik tombol play yg terdapat di sudut kiri bawah aplikasi proteus,
kemudian catat arus is, ir, dan il pada tabel 11, apabila pembacaan
amperemeter terlalu besar, maka ubah satuan yang lebih kecil.
f. Pada percobaan ini terlihat bahwa arus is, ir, dan il berbeda beda
fasanya, karenanyaarus ini juga disebut fasor, dan memiliki hubungan
Is=/(ir2+il2). Jadi arus i tidak sama dengan (is = ir+il)
II.
Diagram fasor
a. Buatlah rangkaian yang sama dengan rangkaian pada gambar 10.
I.

PRAKTIKUM RLK II

b. Kemudian hubungkan kanal 1 osiloskop ke ujung positif penghambat dan


kanel 2 ke ujung positif kumparan.
c. Lengkap kolom beda fasa sesuai pada tabel 15
d. Diagram fasor untuk arus pada penghambat dilambangkan oleh tanda
panah horisontal menunjuk ke kanan dan panjangnya menunjukkan
besar tegangan hambatan tersebut.
e. Diagram fasor untuk arus pada kumparan dilambangkan oleh tanda
panah vertikal menunjuk ke bawah dan panjangnya menunjukkan besar
tegangan pada kapasitor tersebut.
f. Diagram fasor untuk arus sumber dilambangkan oleh hasil resultan fasor
arus pada penghambatan dan kumparan
g. Gambarkan diagram fasornya, untuk setiap frekuensi yg tercantum
dalam tabel 15.
VI. Data praktikum
1. Arus pada kumparan

Gambar 4

No

Frekuen Is
si
(A)
(Hz)

Ir
(A)

Il
(A)

/
(ir2
+ic

Ir + il
(A)

PRAKTIKUM RLK II

2)
(A)
1
2
3

3,95
3,18
2,91

1000
2000
3000

2,04
2,45
2,56

3,38
2,02
1,39

3,94
3,17
2.91

5.42
4,47
3,95

Tabel 15

2. Diagram fasor
No

Frekuensi (Hz)
1000
2000
3000

Beda fasa ()

59,54
43,22
28,36

Tabel 16

VII.

Analisa
Untuk frekuensi
1000,2000,3000
spst,kumparan 1000 lilit
- Untuk frekuensi 1000
Data simulasi
IS=3,95,IR=2,04,IL=3,38
Dimana :

dengan

penghambat

2,042
IR2
2

Is= +
+ 3,38 = 4,1616+ 11,4244=3,94
2

IC =
-

IR + IC=2,04+3,58=5,42
Untuk frekuensi 2000
Data simulasi
IS=3,18,IR=2,45,IL=2,02
Dimana :
2

2
2,45
IR

2,022= 6,0025+4,0804=3,17

Is=
+
+

IC 2=

IR + IC=2,53+1,61=4,14
-

Untuk frekuensi 3000


Data simulasi
IS=3,91,IR=2,56,IL=1,39
Dimana :
2

2
2,56
IR
2

Is= +
+ 1,39 = 6,5536+1.9321,=2,91
2

IC =

IR + IC=2,56+1,39=3,95
Dimana hasil teori dan simulasi sama
VIII. Kesimpulan

100,saklar

PRAKTIKUM RLK II

Arus ac yang mengalir pada rangkaian yang mengandung kumparan dapat


memiliki fase yang berbeda beda, karenanya arus tersebut digambar dengan
diagram fasor.
Dengan cara penggabaran fasor, sudut antara fasor arus pada penghambat
dan fasor arus pada kumparan dapat diperlihatkan. Kedua fasor ini menbentuk
sudut 90. Dengan arus pada penghambatmendahului fasor arus pada
kumparaan. Besar keduafasor ini menetukan sudut fasa dan besar arus is. Ini
sesuai dengan hasil percobaan yang tertera pada tabel 15

Anda mungkin juga menyukai