Anda di halaman 1dari 29

Rangkaian Listrik

Percobaan I
HUKUM OHM

I. Obyektif
Mempelajari hubungan antara tegangan (V), arus listrik (I), dan resistansi (R) dengan
salah satunya sebagai parameter.

II. Teori Dasar


Dalam suatu rangkaian dimana resistansi (R) dihubungkan dengan sumber tegangan DC
dengan melalui sebuah switch

Hubungan antara arus (I) sebagai fungsi dari tegangan (V) atau f = f(V) untuk harga
resistansi tertentu dapat digambarkan oleh sebuah kurva yang linear seperti terlihat
pada gambar 1-2 untuk harga - harga R yang berbeda didapat kurva yang berlainan.
Hubungan antara tegangan (V) sebagai fungsi dari resistansi (R) atau V = f(R) untuk
harga arus tertentu dapat digambarkan oleh kurva yang linear seperti terlihat pada
gambar 1-3.
Sedangkan hubungan antara arus (1) sebagai fungsi dari resistansi (R) atau I = t(R)
untuk harga tegangan (V) tertentu dapat digambarkan oleh kurva hiperbolik seperti
terlihat pada gambar 1-4.

1
Rangkaian Listrik

III. Tugas
1. Melakukan pengukuran dan menggambarkan I = f(V) dalam rangkaian untuk
V = 1,2,3,4,5,6.7,8,9, dan 10 Volt dengan R = 47 S2, 100 S2, 220 S2, 330 S2,
dan 470 S2.
2. Melakukan pengukuran dan menggambar V = f(R) dalam suatu rangkaian
untuk R = 10 S2, 47 92, 100 S2, 150 S2, 220 S2, 330 92, 470, dan 1000 0.
dengan I = 2 mA, 4 mA, 6 mA, 8 mA, dan 10 mA.
3. Melakukan pengukuran dan menggambar I = f(R) dalam suatu rangkaian untuk R
= 10 S2, 47 S2, 100 S2, 150 0, 220 0, 330 S2, 470, clan 1000 0. dengan V = 2 V,
4 V, 6 V, 8 V, dan 10 V.

IV. Peralatan dan Rangkaian Percobaan


1. Rangkaian yang digunakan dalam percobaan ini seperti terlihat pada gambar I-5 di
bawah ini :

2
Rangkaian Listrik

2. Daftar peralatan dan alat ukur yang digunakan dalam percobaan ini.

No Nama Alat Kode Jumlah


1 Panel Resistor 57674 1
2 Resistor 10 Ω 57720 1
3 Resistor 47 Ω 57728 1
4 Resistor 100 Ω 57732 1
5 Resistor 150 Ω 57734 1
6 Resistor 220 Ω 57736 1
7 Resistor 330 Ω 57738 1
8 Resistor 470 Ω 57740 1
9 Resistor 1000 Ω 5774 1
10 Amperemeter 53163 1
11 Voltmeter 53159 1
12 DC Power Supply 52230 1
13 Kabel 50148 6

V. Prosedur dan Pelaksanaan Percobaan


1. Susunlah rangkaian seperti gambar 1-5.
2. Tunjukkan pada instruktur apakah rangkaian yang telah saudara buat sudah benar.
3. Bila sudah dinyatakan benar maka minta persetujuan kepada instruktur untuk
melakukan percobaan sebagai berikut :
3.1. Mendapatkan kurva I = f(V) untuk harga R tertentu.
1. Atur harga V = 1 V.
2. Atur tegangan R = 47 Ω.
3. Saklar ditutup dan ukurlah harga I. Catat hasil pengukuran saudara pada tabel
I- 1.
4. Ubah tegangan V untuk harga berikut : 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 V.
5. Ulangi percobaan ini untuk R = 100, 220, 330, dan 470 S2. Catat hasil
pengukuran saudara pada tabel I-I

3
Rangkaian Listrik

Tabel I – 1 : I = f (V)R = konstan


V I (mA)
(V) R = 47 Ω R = 100 Ω R = 220 Ω R = 330 Ω R = 470 Ω
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

3.2. Mendapatkan kurva V = f(R) untuk harga I tertentu


6. Atur harga R = 10 Ω.
7. Atur harga I = 2 mA
8. Catat hasil pengukuran V pada tabel 1-2
9. Ubah resistansi R untuk harga masing - masing harga berikut : 47, 100, 150, 220,
330, 470, dan 1 kΩ
10. Ulangi seluruh percobaan ini untuk I = 4 mA, 6 mA, 8 mA, dan 10 mA. Catat
seluruh hasil pengukuran saudara pada tabel 1-2.

Tabel I – 2 : V = f(R) I = konstan


R V (Volt)
(Ω) I = 2 mA I = 4 mA I = 6 mA I = 8 mA I = 10 mA
10
47
100
150
220
330
470
1K

3.3. Mendapatkan kurva I = f(R) untuk harga V tertentu


a. Atur harga R = 10 Ω.
b. Atur harga V = 2 V
4
Rangkaian Listrik

c. Catat hasil pengukuran I pada tabel 1-3


d. Ubah resistansi R untuk harga berikut : 47 Ω, 100 Ω, 150 Ω, 220 Ω, 330 Ω,
470 Ω, dan 1 kΩ
e. Ulangi percobaan ini untuk V = 4 V, 6 V, 8 V, dan 10 V. Catat seluruh
hasil pengukuran pada tabel 1-3.
Tabel I – 3 : I = f(R) V = konstan

R I (mA)
(Ω) V=2V V=4V V=6V V=8V V = 10 V
10
47
100
150
220
330
470
1K

VI. Laporan dan Evaluasi


1. Berdasarkan data pada tabel 1-1, buatlah grafik I = f(V) dengan R sebagai
parameter. Berikan kesimpulan saudara.
2. Berdasarkan data pada tabel 1-2, buatlah grafik V = f(R) dengan I sebagai
parameter. Berikan kesimpulan. saudara.
3. Ulangi tugas di atas untuk tabel 1-3.
4. Dari gambar 1-1, apakah yang terjadi bila R diganti dengan hubung singkat dan
bila R diganti dengan hubungan terbuka.
VII. Referensi
1. Donald E. Scott, An Introduction to Circuit Analysis, Mc Graw Hill, 1987
2. William H. Hayt Jr. & Jack E. Kemmerly, Engineering Circuit Analysis, Mc Graw
Hill, Fifth Edition 1993.

Percobaan II

5
Rangkaian Listrik

RANGKAIAN - RANGKAIAN
SEDERHANA

I. Obyektif
Dengan menggunakan hukum Ohm dan Kirchoff akan dapat dicari besarnya arus
dan tegangan pada setiap cabang dalam rangkaian yang dihubungkan seri, paralel
maupun gabungan seri dan paralel.

II. Teori Dasar :


11. 1. Teori Linieritas
Definisi : Dalam suatu rangkaian yang terdiri atas komponen pasif linier (R, L,
dan C) dipasang sumber tegangan V mengakibatkan arus dan tegangan pada
sebuah cabang Ix dan Vx, maka bila sumber tegangan tersebut diganti dengan
sumber yang besarnya k.V (k = konstanta) maka arus dan tegangan pada cabang
tersebut besarnya menjadi k I x. dan k. V x.
Rangkaian dengan hubungan seperti pada gambar III-1

Dengan menggunakan hubungan seri, paralel rangkaian pada gambar III-1 dapat
disederhanakan menjadi gambar III-2, III -3, dan III -4.

6
Rangkaian Listrik

11.2. Rangkaian Jembatan


Rangkaian dengan hubungan bintang dan segitiga seperti terlihat pada gambar
III -5 dan gambar III -6.

Hubungan antara R1, R2, R3 dengan Ra, Rb, dan Rc, dapat dinyatakan sebagai:

7
Rangkaian Listrik

III. Tugas
1. Melakukan pengukuran semua arus dan tegangan pada setiap cabang dalam
rangkaian.
2. Menghitung semua arus dan tegangan pada setiap cabang dalam rangkaian dengan
menggunakan rangkaian seri, paralel, pembagian arus dan pembagian tegangan.
3. Mencari tahanan ekivalen rangkaian dengan hubungan jembatan

IV. Peralatan dan Rangkaian Percobaan.


1. Rangkaian yang digunakan dalam percobaan seperti terlihat pada gambar III-7 dan III
-8.

8
Rangkaian Listrik

2. Daftar peralatan dan alat ukur yang digunakan dalam percobaan ini

No Nama Alat Kode Jumlah


1 Panel Resistor 57674 2
2 Resistor 10 Ω 57720 1
3 Resistor 47 Ω 57728 2
4 Resistor 100 Ω 57732 2
5 Resistor 150 Ω 57734 2
6 Resistor 220 Ω 57736 2
7 Resistor 330 Ω 57738 2
8 Resistor 470 Ω 57740 2
9 Amperemeter 53163 2
10 Voltmeter 53159 2
11 DC Power Supply 52230 2
12 Kabel 50148 12

V. Prosedur dan Pelaksanaan Percobaan


1. Susunlah rangkaian seperti gambar III-7 dan gambar III -8.
2. Tunjukkan pada instruktur apakah rangkaian yang telah saudara buat sudah benar.
3. Bila telah dinyatakan benar maka minta persetujuan instruktur untuk melakukan
percobaan sebagai berikut
3.1. Mengukur arus dan tegangan untuk rangkaian ini (gambar III-7 )
a. Atur V = 5 Volt.
b. Saklar ditutup dan dicatat hasil pengukuran arus dan tegangan
c. Ulangi percobaan ini untuk V = 8 volt dan 10 volt dan hasil pengukuran
dicatat pada tabel III-1.

Tabel III - 1
9
Rangkaian Listrik

V=5V V=8V V = 10 V

I (mA)
I2 (mA)
I3 (mA)
VR1 (V)
VR2 (V)
VR3 (V)
VR4 (V)
VR5 (V)

3.2. Mengukur resistansi ekivalen rangkaian jembatan (gambar III -8 )


a. Atur V = 5 volt.
b. Atur R = 10 Ω
c. Saklar ditutup dan dicatat hasil pengukuran arus dan tegangan.
d. Ulangi percobaan ini untuk R = 47 Ω dan V = 8 volt dan V = 10 volt. Hasil
pengukuran dicatat pada tabel III-2.
Tabel III – 2

10 Ω 47 Ω
V (Volt)
5V 8V 10 V
I 1 (mA)
I 2 (mA)
I 3 (mA)

VI. Laporan dan Evaluasi


1. Hitunglah semua arus dan tegangan pada gambar III-7 dan bandingkan hasilnya
dengan tabel III-1 hasil pengukuran.Berikan kesimpulan saudara.
2. Dari tabel III-2, hitunglah kemudian besarnya resistansi ekivalen untuk rangkaian
jembatan.
3. Dari gambar III-8, hitunglah tahanan ekivalen rangkaian jembatan dan bandingkan
hasilnya dengan hasil yang didapat dari tabel III-2. Berikan kesimpulan hasil
percobaan ini.
VII. Referensi
1. Donald E. Scott, An Introduction to Circuit Analysis, Mc Graw Hill, 1987
2. William H. Hayt Jr. & Jack E. Kemmerly, Engineering Circuit Analysis, Mc Graw
Hill, Fifth Edition 1993.
Percobaan III

10
Rangkaian Listrik

TEOREMA SUPERPOSISI

I. Obyektif :
Mempelajari dan meneliti Teorema Superposisi.

II. Teori Dasar :


Teorema Superposisi dapat dinyatakan sebagai berikut :
Dalam suatu rangkaian terdiri dari lebih dari satu sumber dan resistansi - resistansi
atau impedasi - impedasi linier dan bilateral, maka arus / tegangan di suatu cabang
yang disebabkan oleh sumber - sumber itu akan sama dengan jumlah dari arus - arts /
tegangan - tegangan yang disebabkan oleh tiap - tiap sumber tersendiri dengan
sumber - sumber lainnya tidak bekerja.
Suatu sumber tegangan yang tidak bekerja (mati) memiliki tegangan not, berarti dapat
diganti dengan suatu hubungan singkat.
Suatu sumber arus yang tidak bekerja memiliki arus nol, berarti dapat diganti dengan
suatu hubungan terbuka.
Teorema superposisi berlaku untuk semua rangkaian bilateral dan tinier, jadi berlaku
juga untuk semua rangkaian yang terdiri dari resistor, induktor, dan kapasitor asal saja
elemen - elemen ini linier dan bilateral.
Suatu elemen dikatakan tinier bila bandingan antara tegangan pada elemen itu dan arus
yang disebabkan oleh tegangan tersebut (V/L) adalah tetap.
Suatu elemen dikatakan bilateral bila resistansi atau reaktansinya sama untuk kedua
arah arus yang melewatinya.
Teorema superposisi sangat berguna untuk menentukan responsi dari suatu rangkaian
bila dlhubungkan pada sebuah tegangan bolak - balik yang memiliki komponen searah.

III. Tugas
1. Melakukan pengukuran semua arus dan tegangan setiap cabang.
2. Menghitung semua arus dan tegangan pada setiap cabang dengan menggunakan
persamaan - persamaan sebelumnya.
3. Membandingkan antara hasil pengukuran dengan hasil perhitungan.
4. Meneliti kebenaran Teorema Superposisi berdasarkan hasil pengukuran dan
perhitungan.

IV. Peralatan dan Rangkaian Percobaan


1. Rangkaian yang digunakan dalam percobaan ini seperti pada gambar IV- 1.

11
Rangkaian Listrik

2. Daftar peralatan dan alat ukur yang digunakan dalam percobaan ini
No Nama Alat Kode Jumlah
1 Panel Resistor 57674 1
2 Resistor 100 Ω 57732 1
3 Resistor 220 Ω 57736 1
4 Resistor 330 Ω 57738 1
5 Amperemeter 53163 3
6 Voltmeter 53159 2
7 DC Power Supply 52230 2
8 Kabel – kabel penghubung 50148 10

V. Prosedur dan Pelaksanaan Percobaan


1. Buatlah rangkaian seperti gambar IV- 1.
2. Tunjukkan pada instruktur apakah rangkaian yang telah saudara buat sudah benar.
Periksa sekali lagi hubungan sebelum sumber tegangan dinyalakan. Pemasangan
polaritas alat ukur jangan sampai terbalik. Sebelum alat ukur digunakan pasang pada
posisi range terbesar. Setelah itu baru range dikecilkan sehingga jarum penunjuk
buatlah pada posisi yang normal.
3. Bila sesudah dinyatakan benar maka minta persetujuan instruktur untuk melakukan
percobaan sebagai berikut
a. Atur V 1 = 100 Volt dan V 2 = 6 Volt.
b. Atur S1 pada posisi 1 dan S2 pada posisi 1.
Catat penunjukkan semua arus dan tegangan.
4. Hasil pengukuran dicatat pada tabel IV- 1.
c. Atur S1 pada posisi 1 dan S2 pada posisi 2. Perhatikan polaritas Amperemeter
A2. Hasil pengukuran dicatat pada tabel IV- 1.
d. Atur S1 pada posisi 2 dan S2 pada posisi 1. Perhatikan polaritas Amperemeter A1
dan A2. Hasil pengukuran dicatat pada tabel IV-1.

Tabel IV – 1 : V1 = 10 Volt dan V2 = 6 Volt


12
Rangkaian Listrik

S1 = 1, S2 = S1 = 1, S2 = S1 = 2, S2 =
Pengukuran
1 2 1
A1 (mA)
A2 (mA)
A3 (mA)
VR1 (V)
VR2 (V)
VR3 (V)

3.2. Ulangi tugas 3.1. untuk V 1 = 6 Volt dan V2 = 10 Volt


Hasil pengukuran dicatat pada tabel IV-2.
Perhatian : Setiap kali mengadakan pengukuran perhatikan polaritas amperemeter.
Tabel IV – 2 : V1 = 6 Volt dan V2 = 10 Volt
S1 = 1, S2 = S1 = 1, S2 =
Pengukuran S1 = 2, S2 = 1
1 2
A1 (mA)
A2 (mA)
A3 (mA)
VR1 (V)
VR2 (V)
VR3 (V)
VI. Laporan dan Evaluasi
1. Periksalah hasil yang didapat pada tabel IV-1 dengan menggunakan hukum
Kirchoff.
2. Periksalah hasil yang didapat pada tabel IV-1 dengan menggunakan hukum
Teorema Superposisi.
3. Hitunglah semua arus dan tegangan dengan menggunakan teorema superposisi,
setelah itu bandingkan hasilnya dengan hasil pengukuran.
Berikan kesimpulan saudara.
4. Ulangi untuk tabel IV-2.

VII. Referensi
1. Donald E. Scott, An Introduction to Circuit Analysis, Mc Graw Hill, 1987
2. William H. Hayt Jr. & Jack E. Kemmerly, Engineering Circuit Analysis, Mc
Graw Hill, Fifth Edition 1993.

Percobaan IV

13
Rangkaian Listrik

TEOREMA THEVENIN DAN NORTON

I. Obyektif
Mempelajari dan meneliti teorema Thevenin dan Norton dalam suatu rangkaian
serta pemakaiannya.
II. Teori Dasar
Teorema Thevenin dapat dinyatakan sebagai berikut
Dalam suatu rangkaian yang terdiri atas sumber - sumber dan resistansi -
resistansi (impedasi - impedasi) dapat diganti dengan satu sumber tegangan dan
satu resistansi serf dengan sumber itu, dimana sumber tegangan tersebut sama
dengan tegangan pada jepitan terbuka dari rangkaian (open circuit voltage = Voc
dan resistansi itu soma dengan resistansi yang diukur antara jepitan - jepitan
terbuka dari rangkaian dengan semua sumber dalam rangkaian tidak bekerja.
Secara blok Teorema Thevenin dapat digambarkan sebagai berikut :

Teorema Norton dapat dinyatakan sebagai berikut :


Dalam suatu rangkaian yang terdiri atas sumber - sumber dan resistansi -
resistansi (impedasi - impedasi) dapat diganti dengan satu sumber arus dan satu
resistansi paralel dengan sumber arus itu, dimana sumber arus tersebut sama
dengan anus hubung singkat pada jepitan rangkaian (short circuit current = Isc)
dan resistansi itu besarnya sama dengan resistansi yang diukur antara jepitan -
jepitan terbuka dari rangkaian dengan semua sumber dalam rangkaian tidak
bekerja.
Secara skematis Teorerna Norton dapat digambarkan sebagai berikut :

14
Rangkaian Listrik

Rangkaian yang terdiri atas tegangan Voc dan Seri RTh disebut rangkaian
pengganti Thevenin sedangkan rangkaian yang terdiri atas sumber arus I sc
paralel RN disebut rangkaian pengganti Norton.

Teorema Thevenin dan Norton banyak digunakan untuk


menyederhanakan rangkaian. Rangkaian yang kompleks dapat diganti
menjadi satu sumber tegangan dan satu resistansi seri dengan sumber
tegangan tersebut atau satu sumber arus paralel dengan satu resistansi
paralel dengan sumber arus tersebut.

Teorema Thevenin dan Norton sangat cocok untuk menghitung arus /


tegangan bila bebannya berubah - ubah (variabel).

III. Tugas
1. Mengukur Voc dan RTh suatu rangkaian.
2. Mengukur Isc dan RN suatu rangkaian.
3. Membandingkan hasil pengukuran dan hasil perhitungan.

IV. Peralatan dan Rangkaian Percobaan


1. Rangkaian yang digunakan dalam percobaan ini seperti pada gambar
V-4, V-5, dan V-6.

15
Rangkaian Listrik

2. Daftar peralatan dan alat ukur yang digunakan :


No Nama Alat Kode Jumlah
1 Panel Resistor 57674 3
2 Resistor 100 Ω 57732 3
3 Resistor 220 Ω 57736 1
4 Resistor 330 Ω 57738 2

16
Rangkaian Listrik

5 Potensio 220 Ω 3 W 57790 2


6 Amperemeter 53163 3
7 Voltmeter 53159 3
8 DC Power Supply 52230 1
9 Kabel 50148 12

V. Prosedur dan Pelaksanaan Percobaan


1. Buatlah rangkaian seperti pada gambar V-4.
2. Sebelum sumber tegangan dipasang, periksa sekali lagi semua
hubungan dan tunggu sampai instruktur memeriksa rangkaian
saudara.
3. Bila sudah dinyatakan benar maka minta persetujuan kepada
instruktur untuk melakukan percobaan sebagai berikut
3.1. a. Saklar S1 pada posisi 1 dan S2 pada posisi terbuka. Tentukan
penunjuk Voltmeter V1 (Voc).
b. Saklar S1 pada posisi 1, S2 pada posisi tertutup, S3 pada posisi 1
dan lepaskan dulu Voltmeter V1. Tentukan penunjukkan A1 dan
V1.
c. Saklar S1 pada posisi 2 dan S2 pada posisi terbuka V1, dilepas,
tentukan RTh antara a-b dengan menggunakan Ohmmeter
d. Saklar S1 pada posisi 1, S2 tertutup dan S3 pada posisi 2.
Tentukan penunjukkan A1 dan V1
3.2. a. Membuat rangkaian pengganti Thevenin seperti terlihat pada
gambar V-5.
b. Atur R7 sehingga (R6 + R7) = RTh
c. Atur R5 sehingga V2 = Voc.
Tentukan penunjukkan A2 dan V3.
3.3. a Membuat rangkaian pengganti Norton seperti terlihat pada
gambar V-6.
b. Atur R7 sehingga (R6 + R7) = RN.
Atur R8 sehingga A3 = Isc.
Tentukan penunjukkan A4 dan V3

17
Rangkaian Listrik

V. Laporan dan Evaluasi


1. Periksa rangkaian pengganti Thevenin yang didapat dari hasil
pengukuran dengan hasil dari perhitungan.
2. Periksa rangkaian pengganti Norton yang didapat dari hasil
pengukuran dengan hasil dari perhitungan.
3. Bandingkan hasil yang didapat dari 3.1, 3.2, dan 3.3. Apakah
kesimpulan saudara.

VI. Referensi
1. Donald E. Scott, An Introduction to Circuit Analysis, Mc Graw Hill, 1987
2. William H. Hayt Jr. & Jack E. Kemmerly, Engineering Circuit Analysis, Me Graw Hill,
Fifth Edition 1993.

18
Rangkaian Listrik

Percobaan V
ANALISA RANGKAIAN RL dan RC

I. Obyektif
Mempelajari terjadinya beda phasa arus dan tegangan untuk rangkaian RL dan RC.

II. Teori Dasar


Pada gambar VII-l, sebuah sumber bolak - balik dikenakan pada resistor R.

Terlihat bahwa antara arus dan tegangan mempunyai phasa yang sama, disini yang
berbeda adalah amplitudo. Gambar i (t) dan v (t) terlihat pada gambar VII-2.
Gambar VII-3, sebuah sumber bolak balik dikenakan pada induktor L.

Bila i(t) = Im sin ωt

19
Rangkaian Listrik

v(t) di(t)
L ……………………………………………...…… (VII-4)
= dt
v(t) = L ωIm cos ωt ..........................................................................
(VII-5)
Pada induktor arus dan tegangan berbeda phasa 90 °, dimana arus
mendahului tegangan. Dimana tegangan mendahului arus. Disini terlihat
frekuensi (w) sangat berpengaruh pada amplitudo tegangan.
Gambar i(t) dan v(t) terlihat pada gambar VII-4.

Gambar VII-5, sebuah tegangan bolak-balik dikenakan pada kapasitor C.


Bila V(t) = Vm sin ωt

i(t) =
........................................................................... (VII-6)
i(t) =
CωVmcosωt .......................................................................... (VII-7)
Pada kapasitor arus dan tegangan berbeda fase 90o dimana arus mendahului
tegangan. Gambar i(t) dan v(t) terlihat pada gambar VII-6 diatas.

20
Rangkaian Listrik

Arus dan tegangan berbeda phasa ω, dimana tegangan mendahului arus. Untuk
rangkaian RC seperti terlihat pada gambar VII-8

Dalam bentuk phasor beda phasa dapat digambarkan sebagai berikut :

21
Rangkaian Listrik

Untuk menentukan beda phasa arus dan tegangan dalam suatu rangkaian
digunakan osiloskop yang menghasilkan pola Lissajous. Karena osiloskop
hanya memberikan respon terhadap tegangan dan bukan arus maka untuk
menentukan beda phasa dapat dilakukan dengan menambah resistansi seri
pada rangkaian.

22
Rangkaian Listrik

Pola Lissajous yang didapatkan jika kita menghubungkan dua buah sinyal
pada input horisontal dan vertikal Osiloskop.
Pola Lissajous yang didapat seperti pada gambar VII-13.

Perbedaan phasa dari dua sinyal tersebut dapat ditentukan dari pola Lissajous di
atas melalui persamaan :

III. Tugas
1. Mengamati pola Lissajous dan menghitung beda phasa untuk rangkaian RL
seri.
2. Mengamati pola Lissajous dan menghitung beda phasa untuk rangkaian
RL paralel.
3. Mengamati pola Lissajous dan menghitung beda phasa untuk rangkaian
RC seri.
4. Mengamati pola Lissajous dan menghitung beda phasa untuk rangkaian RC
paralel.
IV. Peralatan dan Rangkaian Percobaan
1. Rangkaian yang digunakan dalam percobaan ini seperti terlihat pada
gambar dibawah ini.

23
Rangkaian Listrik

24
Rangkaian Listrik

2. Daftar peralatan dan alat ukur yang digunakan dalam percobaan ini.

No Nama Alat Kode Jumlah


1 Panel Resistor 57674 4
2 Resistor 100 Ω 57732 2
3 Resistor 220 Ω 57736 1
4 Resistor 470 Ω 57740 1
5 Induktor - 1
6 Amperemeter 53163 1
7 Voltmeter 53159 3
8 Kapasitor 0,47 µF - 1
9 Kabel 50148 8
10 Audio generator 52256 1
11 Osiloskop - 1

V. Prosedur dan Pelaksanaan Percobaan


1. Susunlah rangkaian percobaan seperti gambar rangkaian percobaan di atas.
2. Tunjukkan pada instruktur apakah rangkaian yang telah saudara susun
sudah benar.
3. Bila sudah dinyatakan benar maka minta persetujuan kepada instruktur
untuk melakukan percobaan sebagai berikut
3.1. Mengamati pola lisayous dan menghitung beda phasa untuk
rangkaian RL seri
a. Rangkaian seperti pada gambar VII-14. Atur tegangan audio
generator sebesar 3 Volt dengan mengamati penunjukkan V 1.
b. Hubungkan vertikal input osiloskop dengan titik A, horisontal
input pada B dan ground osiloskop dengan titik C. Atur
kontrol osiloskop untuk mendapatkan pola Lissajous.
c. Atur frekuensi audio generator berturut - turut 100 Hz, 500 Hz,
1000 Hz, 1500 Hz, dan 2000 Hz.
d. Catat penunjukkan V1, V2, V3, Y, dan Y.,. Catat hasil
pengukuran ini pada tabel VII-1.

25
Rangkaian Listrik

Tabel VII – 1 : Rangkaian RL seri


Frekuensi
V1 (Volt) V2 (Volt) V3 (Volt) I (mA) Y0 Ymax
(Hz)
100
500
1000
1500
2000

3.2. Mengamati pola Lissajous dan menghitung beda phase untuk rangkaian
RL paralel.
a. Rangkaian seperti pada gambar VII-15. Atur tegangan audio
generator sebesar 3 Volt dengan mengamati penunjukkan V1.
b. Hubungkan vertikal input osiloskop dengan titik A, horisontal input
pada B dan ground osiloskop dengan titik C. Atur kontrol osiloskop
untuk mendapatkan pola Lissajous.
c. Atur frekuensi audio generator berturut - turut 100 Hz. 500 Hz, 1000
Hz, 1500 Hz, dan 2000 Hz.
d. Catat penunjukkan V1, V2,. V3, Y0, dan Ymax. Catat hasil pengukuran
ini pada tabel VII-2.
Tabel VII – 2 : Rangkaian RL paralel
Frekuensi
V1 (Volt) V2 (Volt) V3 (Volt) I (mA) Y0 Ymax
(Hz)
100
500
1000
1500
2000
3.3. Mengamati pola Lissajous dan menghitung beda phase untuk rangkaian
RC seri.
a. Rangkaian seperti pada gambar VII-16. Atur tegangan audio generator
sebesar 3 Volt dengan mengamati penunjukkan V,.
b. Hubungkan vertikal input osiloskop dengan titik A, horisontal input
pada B dan ground osiloskop dengan titik C. Atur kontrol osiloskop
untuk mendapatkan pola Lissajous.
c. Atur frekuensi audio generator berturut - turut 100 Hz, 500 Hz, 1000

26
Rangkaian Listrik

Hz, 1500 Hz, dan 2000 Hz.


d. Catat penunjukkan V1, V2, V3, Y0, dan Ymax.. Catat hasil pengukuran ini
pada tabel VII-3.
Tabel VII – 3 : Rangkaian RC seri
Frekuensi
V1 (Volt) V2 (Volt) V3 (Volt) I (mA) Y0 Ymax
(Hz)
100
500
1000
1500
2000

3.4. Mengamati pola Lissajous dan menghitung beda phase untuk


rangkaian RC paralel.
a. Rangkaian seperti pada gambar VII-17. Atur tegangan audio generator
sebesar 3 Volt dengan mengamati penunjukkan V1.
b. Hubungkan vertikal input osiloskop dengan titik A, horisontal input
pada B dan ground osiloskop dengan titik C. Atur kontrol osiloskop
untuk mendapatkan pola Lissajous.
c. Atur frekuensi audio generator berturut - turut 100 Hz, 500 Hz, 1000
Hz, 1500 Hz, dan 2000 Hz.
d. Catat penunjukkan V1, V2, V3, Y0, dan Ymax. Catat hasil pengukuran ini
pada tabel VII-4.

Tabel VII – 4 : Rangkaian RC paralel


Frekuensi
V1 (Volt) V2 (Volt) V3 (Volt) I (mA) Y0 Ymax
(Hz)
100
500
1000
1500
2000

VI. Laporan dan Evaluasi

27
Rangkaian Listrik

1. Berdasarkan hasil yang didapat pada tabel VII- I hitunglah beda phasa.
2. Ulangi tugas ini untuk tabel VII-2.
3. Ulangi tugas ini untuk tabel VII-3.
4. Ulangi tugas ini untuk tabel VII-4.
5. Dari rangkaian gambar VII-4, hitunglah beda phasa untuk f = 100 Hz, 500
Hz, 1000 Hz, 1500 Hz, 2000 Hz.
Bandingkan hasil perhitungan saudara dengan hasil yang didapat dari tugas
VI. 1. Berikan kesimpulan saudara.
6. Dari rangkaian gambar VII-16, hitunglah beda phasa untuk f = 100 Hz, 500
Hz, 1000 Hz, 1500 Hz, dan 2000 Hz.
Bandingkan hasil perhitungan saudara dengan hasil yang didapat dari tugas
VI.3. Berikan kesimpulan saudara.

VII. Referensi
1. Donald E. Scott, An Introduction to Circuit Analysis, Mc Graw Hill, 1987
2. William H. Hayt Jr. & Jack E. Kemmerly, Engineering Circuit Analysis, Mc
Graw Hill, Fifth Edition 1993.

28
Rangkaian Listrik

29

Anda mungkin juga menyukai