Anda di halaman 1dari 23

PRAKTIKUM FISIKA - LISTRIK

PERCOBAAN L1 – RANGKAIAN LISTRIK SEDERHANA

I. MAKSUD
1. Mempelajari hukum Ohm dan Kirchoff pada rangkaian listrik sederhana
2. Mampu merangkai rangkaian listrik sederhana
3. Mampu mengukur tegangan dan arus setiap komponen pada rangkaian listrik
4. Memahami hubungan seri dan paralel resistor
5. Memahami hubungan seri dan paralel sumber tegangan

II. ALAT –ALAT


1. Baterai ukuran D – 2 buah
2. Sakelar SPST – 1 buah
3. Lampu 2,5 V, 0,5 A – 1 buah
4. Multimeter digital – 2 buah
5. Pemegang lampu – 1 buah
6. Jepit buaya bersoket – 2 buah
7. Pemegang Baterai – 2 buah
8. Kabel penghubung – 9 buah
9. Resistor 50 Ω 5W – 1 buah
10. Resistor 100 Ω 5W – 1 buah
11. Resistor 500 Ω 5 W – 1 buah

III. TEORI
Rangkaian listrik adalah hubungan antara elemen-elemen listrik seperti
resistor, induktor, kapasitor, sumber tegangan, sumber arus, dioda dll, dimana
minimal terdapat satu arus loop yang mengalir.

I
V R

Gambar 1
Susunan komponen-komponen listrik dapat disusun dengan berbagai macam
cara, dua cara hubungan komponen listrik atau rangkaian listrik yang paling dasar
adalah seri dan paralel.
R1

I
I
V R1 R2 R3 V R2

R3
Gambar 2
Untuk rangkaian seri, Resistansi Total ( RT ) rangkaian tersebut dirumuskan
sebagai berikut :
RT =R1 + R2 + R3
sedangkan pada rangkaian resistor parallel , di rumuskan sebagai berikut :
1 1 1 1
= + +
R T R 1 R2 R 3
Dalam setiap rangkaian listrik berlaku hukum Ohm dan Hukum Kirchoff.

Hukum OHM
Hukum Ohm menyatakan bahwa : tegangan(v) pada material-material pengahantar
adalah berbanding lurus terhadap arus(i) yang mengalir melalui material tersebut.
Secara matematika ditulis sebagai berikut:
v=i. R
+ v -

Vs
Gambar 3
Gambar 3 menunjukan penerapan Hukum Ohm pada rangkaian sederhana,
dimana konstanta proporsionalitas atau kesebandingan R disebut sebagai resistansi.
Satuan resistansi adalah Ohm, yaitu 1 Volt/Ampere, atau yang biasa disingkat
menggunakan huruf besar omega, Ω.
Hukum Kirchoff Arus
Hukum ini juga disebut hukum pertama Kirchhoff, aturan Kirchhoff titik,
persimpangan aturan Kirchhoff (atau nodal aturan), dan aturan pertama Kirchhoff.
Prinsip inimenyatakan bahwa:
Pada setiap node (persimpangan) dalam sebuah sirkuit listrik , jumlah arus
mengalir ke node yang sama dengan jumlah arus yang mengalir keluar dari simpul
tersebut.
atau
Jumlah aljabar arus dalam jaringan konduktor bertemu di sebuah titik adalah nol.

R1
DC

I4
I1

I3 I2 R2

R3

Gambar 4
Dari gambar 4 dapat kita tuliskan persamaan hukum Kirchoff Arus pada sebuah node
sebagai berikut:
I 1+ I 2=I 3 + I 4
I 1+ I 2−I 3−I 4 =0

∑ I =0
Hukum Kirchoff Tegangan
Hukum ini juga disebut hukum kedua Kirchhoff, loop Kirchhoff (atau mesh)
aturan, atau aturan kedua Kirchhoff.
Prinsip ini menyatakan bahwa :
Jumlah perbedaan potensial (tegangan) sekitar setiap sirkuit tertutup adalah nol.
+ V2 -

+
Loop 1
Vs +

- V3
-

- V4 +

Gambar 5
Dari gambar 5 dapat kita tuliskan persamaan Hukum Kirchoff pada rangkaian listrik
sederhana tersebut sebagai berikut:
−V s +V 2 +V 3 +V 4=0

∑ V =0
Untuk mengetahui berapa besarnya arus dan tegangan pada suatu komponen
listrik dalam suatu rangkaian listrik digunakan alat ukur yaitu Ampermeter dan
Voltmeter.
Pengukuraan Arus
Untuk mengukur arus yang melalui sebuah komponen , misalnya resistor , maka
Ampermeter disisipkan ke dalam rangkaian, dihubungkan secara seri dengan
komponen yang akan diukur.
A komponen
Gambar 6
Pengukuran Tegangan
Untuk mengukur tegangan antara dua titik pada sebuah rangkaian atau komponen ,
maka Voltmeter dihubungkan secara paralel dengan rangkaian atau komponen yang
diukur tegangannya
v

komponen
Gambar 7
IV. PROSEDUR PENGAMATAN
A. Rangkaian Resistor Seri dan Paralel
1. Catat keadaan ruang sebelum percobaan!
2. Rangkailah rangkaian (a) seperti gambar berikut(pastikan sakelar dalam
keadaan terbuka)

R1=50Ω
R2=50Ω
R2=50Ω

R1=50Ω

R3=100Ω
R3=100Ω

Gambar Rangkaian Seri (a) Gambar Rangkaian Seri (b)


3. Tutuplah sakelar, kemudian ukur tegangan dan arus di setiap
komponen(R1, R2, R3 dan Baterai)! Lakukan pengamatan berulang
sebanyak 3 kali serta catatlah pada tabel.
4. Ulangi langkah-langkah 2-3 untuk rangkaian seri (b).
5. Ulangi langkah 2-3 untuk rangkaian paralel (a) dan (b).

R1=50Ω

R1=50Ω
R3=500Ω
R2=100Ω

R3=500Ω R2=100Ω

Gambar Rangkaian Paralel (a) Gambar Rangkaian Paralel (b)

B. Sumber Tegangan Seri dan paralel


1. Susunlah rangkaian seperti gambar berikut, pastikan sakelar dalam
keadaan terbuka.
A

Gambar Rangkaian satu baterai


2. Baca tegangan (E) pada rangkaian saat sakelar terbuka
3. Tutup sakelar, dan catat tegangan (V)
4. Catat arus (I) yang mengalir pada rangkaian.
5. Ulangi langkah 1-4 untuk dengan sumber tegangan yang telah dirangkai
seperti gambar berikut:
A A

v v

Gbr. Rangkaian Dua baterai Seri (a) Gbr. Rangkaian Dua baterai Seri (b)

A A

v v

Gbr. Rangkaian Dua Baterai Paralel (a) Gbr. Rangkaian Dua Baterai paralel (b)

C. Hukum Kirchoff arus dan Hukum Tegangan


1. Rangkailah rangkaian seperti gambar berikut!

2. Ukurlah arus Is, I1, I2, I3, dan I4 sebanyak 3 kali dengan menggunakan
Amperemeter! Sesuaikan polaritas Amperemeter dengan arah arus
gambar!
3. Ukurlah tegangan Vs, V1, V2, V3, dan V4 sebanyak 3 kali! Sesuaikan
polaritas Voltmeter dengan arah arus gambar!
4. Catat hasil pengamatan pada tabel 3!
5. Lakukan langkah 1 hingga 3 untuk rangkaian pada gambar (b)
(pengukuran dilakukan hanya untuk V3 dan I3 saja!)
V. DATA PENGAMATAN
Data Ruang
  Awal Akhir
Tekanan (mmHg) (7,000 ± 0,005).102 (7,000 ± 0,005).102
Temperatur (oC) (2,60 ± 0,10).10 (2,60 ± 0,10).10
Kelembapan (%) (8,50 ± 0,05).10 (1,000± 0,005).10

A. Rangkaian Resistor Seri dan Paralel


Susunan Tegangan (Volt) Arus (mA)
Resistor Baterai R1 R2 R3 Baterai I1 I2 R3
2,65 0,65 0,65 1,29 13,2 13,3 13,3 13,3
Seri a 2,65 0,65 0,65 1,29 13.2 13,3 13,3 13,3
2,65 0,65 0,65 1,29 13,2 13,3 13,3 13,3
                 
2,63 0,64 0,65 1,29 13,0 13,3 13,3 13,3
Seri b 2,63 0,64 0,65 1,29 12,5 13,3 13,3 13,3
2,63 0,64 0,65 1,31 13,0 13,3 13,3 13,3
                 
2,55 2,22 2,29 2,20 79,7 52,5 25,6 5,3
Paralel a 2,54 2,29 2,29 2,20 79,7 52,5 25,6 5,3
2,54 2,29 2,29 2,20 79,7 52,5 25,6 5,3
                 
2,43 2,22 2,22 2,22 75,2 44,4 23,1 4,65
Paralel b 2,44 2,22 2,23 2,22 75,2 44,2 23,2 4,65
2,44 2,22 2,24 2,24 75,2 44,6 23,1 4,65

B. Sumber Tegangan Seri dan Paralel


GGL/E V I
Susunan Baterai
(Volt) (Volt) (mA)
1,34 0,76 0,29
Satu Baterai 1,34 0,76 0,29
1,34 0,76 0,29
 
2,70 1,79 0,42
Dua baterai seri a 2,70 1,79 0,42
2,70 1,79 0,42
       
0 0 0
Dua baterai seri b 0 0 0
0 0 0
       
Dua baterai paralel a 1,33 0,80 0,34
1,33 0,79 0,33
1,33 0,80 0,34
       
0 0 0
Dua baterai paralel b 0 0 0
0 0 0

C. Hukum Kirchoff arus dan Hukum Tegangan


Susunan Tegangan (Volt) Arus (Ampere)
Resistor Vs V1 V2 V3 V4 Is I1 I2 I3 I4
2,51 1,32 1,16 -1,20 -2,48 72,8 12,4 12,3 20,3 44,5
Rangkaia
2,51 1,32 1,16 -1,20 -2,48 72,8 12,4 12,3 20,0 44,7
na
2,51 1,32 1,13 -1,20 -2,48 72,8 12,3 12,3 20,7 45,8

2,51 1,32 1,16 1,20 -2,48 72,8 12,4 12,3 -22,7 44,5
Rangkaia
2,51 1,32 1,16 1,20 -2,48 72,8 12,4 12,3 -22.7 44,7
nb
2,51 1,32 1,13 1,20 -2,48 72,8 12,3 12,3 -22.6 45,8
VI. PENGOLAHAN DATA
A. Rangkaian Resistor Seri dan Paralel
Satu Baterai – (Seri a untuk Baterai)

V́ =
∑V
3
2,65+2,65+2,65
V́ = =2,65 volt
3
2

∆ V́ =

n ∑ V 2−( ∑ V )
n(n−1)

3( 2, 652 +2 , 652+ 2 ,652 )−(2 ,65+ 2, 65+2 , 65)2


∆ V́ =
√ 3(3−1)
=0 volt

Í =
∑I
3
13,2+13,2+13,2
Í = =13 , 2mA
3
2


2
n ∑ I −( ∑ I )
∆ Í =
n(n−1)

3(13,22 +13 ,22 +13 , 22)−(1 3,2+ 13,2+ 13,2)2


∆ Í =
√ 3(3−1)
=0 mA


R s=

2,6 5
R s= =200,76 ohm
13 , 2 ×10−3
2 2
∂ Rs ∂R
∆ Rs = 2

∂ V́ | | 2
| |
|∆ V́ | + s |∆ Í|
∂ Í
2

2 2
1 2 − V́
∆ Rs = 2

Í | || | | || |
∆ V́ + 2

∆ Í
2

2
1
∆ Rs = 2
|
13 ,2 ×10 −3
2
|| |
0 +¿¿

∆ R s2=¿0
∆ R1 =0 Ohm
  V rata-rata I rata-rata R tiap resistor (103)
  Rs R1 R2 R3 Rs R1 R2 R3 Rs R1 R2 R3
0,200 0,048 0,048
Seri a 2,65 0,65 0,65 1,29 13,2 13,3 13,3 13,3
8 9 9 0,0970
0,202 0,048 0,048
Seri b 2,63 0,64 0,65 1,29 13 13,3 13,3 13,3
3 1 9 0,0970
0,940 0,912 0,954
Paralel a 2,54 2,29 2,29 2,2 79,7 52,5 25,6 5,3
7 4 2 0,9607
2,346 0,032 0,096
Paralel b 2,22 2,23 2,227 75,2 44,4 23,1 4,65
7 4 0,05 5 0,4789

  Delta V rata-rata Delta I rata-rata Delta R tiap resistor


  Rs R1 R2 R3 Rs R1 R2 R3 Rs R1 R2 R3
Seri a 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Seri b 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Paralel a 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0,011 0,023 0,749
Paralel b 0 0,02 0,023 0 0,2 0 0 100 24,6657
5 6 6

R (ohm)
Seri a 194,74
Seri b 193,98
Paralel
a 27,02
Paralel
b 30,82
B. Sumber Tegangan Seri dan Paralel
Satu Baterai

É=
∑E
3
1 , 3 4+ 1, 3 4 +1 ,3 4
É= =1 , 3 4 volt
3
2


2
n ∑ V −( ∑ V )
∆ É=
n (n−1)

3 (1, 3 4 2 +1 ,3 42 +1 ,3 42 )−(1 , 3 4 +1 ,3 4+1 , 3 4)2


∆ É=
√ 3 (3−1)
=0 volt

V́ =
∑V
3
0,7 6+ 0,7 6+0,7 6
V́ = =0,7 6 volt
3
2

∆ V́ =

n ∑ E 2−( ∑ E)
n (n−1)

3( 0,7 62 +0,7 62 +0,7 6 2)−(0,7 6+ 0,7 6+0,7 6)2


∆ V́ =
√ 3(3−1)
=0 volt

Í =
∑I
3
0.29+ 0.29+ 0.29
Í = =0 ,29 A
3
2


2
n ∑ I −( ∑ I )
∆ Í =
n(n−1)

3(0. 292 +0. 292+ 0.29 2)−(0. 29+0. 29+ 0.29)2


∆ Í =

2,65+2,65+2,65
3(3−1)
=0 A

V́ = =2,65 volt
3
É−V́
rd =

1, 3 4−0 ,76
rd = =2
0 , 29
2 2 2
∂ rd ∂r ∂r
∆ r d 2= | |
∂ É
2
| | | |2
|∆ É| + d |∆ V́ | + d |∆ Í|
∂ V́ ∂ Í
2

2 2 2
1 V́ − É
∆rd = 2

Í | || | | || | | || |
2
∆ É +
−1

2
∆ V́ +
Í 2
∆ Í
2

2 2 2
1 0 , 76−1 ,3 4
∆rd = 2
0. 29| || | | || | |
2
0 +
−1
0.29
2
0 +
|| |
0. 29 2
2
0 =0

Perhitungan Delta
Susunan
E rata-rata V rata-rata I rata-rata rd E rata-rata V rata-rata I rata-rata rd2
Baterai
Satu
1,34 0,76 0,29 2 0 0 0 0
Baterai
Dua
baterai seri 2,7 1,79 0,42 2,167 0 0 0 0
a
Dua
baterai seri 0 0 0 0 0 0 0 0
b
Dua
2,5
baterai 1,33 0,7967 0,3367 1,584 0 0,0058 0,0058
1
paralel a
Dua
baterai 0 0 0 0 0 0 0 0
paralel b
C. Hukum Kirchoff Arus dan Tegangan

Í s=
∑I ; Δ Í = Standar Deviasi
n

2,51+2,51+2,51
Í s= =2,51 A
3

∆ Í s =

n ∑ V 2−( ∑ V )
n( n−1)

3(2,512 +2,512 +2,512)−(2,51+2,51+2,51)2


∆ Í s =
√ 3(3−1)
=0 A

 V́ =
∑V ; ΔV́ = Standar Deviasi
n

V́ s =
∑V
3
2,51+2,51+2,51
V́ s = =2,51 volt
3

3( 2,51+2,512 +2,512 )−( 2,51+ 2, 51+2,51)2


∆ V́ =
√ 3 (3−1)
=0 volt

Susunan Tegangan (Volt) Arus (Ampere)


Resistor Vs V1 V2 V3 V4 Is I1 I2 I3 I4
2,51 1,32 1,16 -1,2 -2,48 72,8 12,4 12,3 20,3 44,5
Rangkaian a 2,51 1,32 1,16 -1,2 -2,48 72,8 12,4 12,3 20 44,7
2,51 1,32 1,13 -1,2 -2,48 72,8 12,3 12,3 20,7 45,8
Rata-rata  2,51 1,32 1,15 -1,2 -2,48 72,8 12,36667 12,3 20,33333 45
2,51 1,32 1,16 1,2 -2,48 72,8 12,4 12,3 -22,7 44,5
Rangkaian b 2,51 1,32 1,16 1,2 -2,48 72,8 12,4 12,3 -22.7 44,7
2,51 1,32 1,13 1,2 -2,48 72,8 12,3 12,3 -22.6 45,8
Rata-rata 2,51 1,32 1,15 1,2 -2,48 72,8 12,36667 12,3 -22,667 45

Delta :
Tegangan Rata-rata (Volt) Arus Rata-rata (Ampere)
Susunan Resistor
Vs V1 V2 V3 V4 Is I1 I2 I3 I4
Rangkaian A 0 0 0,0179 0 0 0 0,0577 0 0,3512 0,7
Rangkaian B 0 0 0,0179 0 0 0 0,0577 0 0,0577 0,7

Angka Pelaporan

Tegangan Rata-rata (Volt)


Susunan Resistor
Vs V1 V2 V3 V4
Rangkaian A (2,51 ± 0,00) (1,32 ± 0,00) (1,150 ± 0,018) -(1,2 ± 0,0) -(2,48 ± 0,00)
Rangkaian B (2,51 ± 0,00) (1,32 ± 0,00) (1,150 ± 0,018) (1,2 ± 0,0) -(2,48 ± 0,00)

Arus Rata-rata (Ampere)


Susunan Resistor
Is I1 I2 I3 I4
Rangkaian A (7,28 ± 0,00) 101 (1,240 ± 0,006)101 (1,23 ± 0,00)101 (2,033 ± 0,035)101 (4,5 ± 0,07)101
Rangkaian B (7,28 ± 0,00) 101 (1,240 ± 0,006)101 (1,23 ± 0,00)101 -(2,267± 0,006)101 (4,5 ± 0,07)101
VII. TUGAS AKHIR DAN PERTANYAAN
1. Berapakah resistansi total tiap percobaan berdasarkan hasil pengukuran?
Bandingkan hasil tersebut dengan hasil perhitungan berdasarkan nilai
Resistor yang telah ditetapkan (dengan toleransi 10%)!
Jawab:
 Resistansi total rangkaian seri a hasil perhitungan adalah
RTotal =R1 + R2 + R3
RTotal =50+50+100
RTotal =200 O h m
Resistansi total rangkaian seri hasil Pengukuran adalah
RTotal =( 1 , 9 474 ± 0,0000 ) 102 O h m
 Resistansi total rangkaian seri b hasil perhitungan adalah
RTotal =R1 + R2 + R3
RTotal =50+50+100
RTotal =200 O h m
Resistansi total rangkaian seri hasil Pengukuran adalah
RTotal =( 1,9338 ± 0,0000 ) 10 2 O h m
 Resistansi total rangkaian paralel a hasil perhitungan adalah
1 1 1 1
= + +
R Total R 1 R2 R 3
1 1 1 1
= + +
R Total 50 100 500
RTotal =31,25 O h m
Resistansi total rangkaian seri hasil Pengukuran adalah
RTotal =3 13 , 97 O h m
 Resistansi total rangkaian paralel b hasil perhitungan adalah
1 1 1 1
= + +
R Total R 1 R2 R 3
1 1 1 1
= + +
R Total 50 100 500
RTotal =31,25 Ohm
Resistansi total rangkaian seri hasil Pengukuran adalah
RTotal =30,85 O h m
2. Pada Rangkain Seri, bagaimana nilai Resistansi Total dibandingkan R1, R2
dan R3, apakah selalu lebih besar atau lebih kecil? Bagaimana dengan
rangkaian paralel?
Jawab:
 Pada rangkaian seri, Resistansi total selalu lebih besar dibandingkan R1,
R2 dan R3.
 Pada rangkaian paralel, Resistansi total selalu lebih kecil dibandingkan
R1, R2 dan R3.
3. Bandingkan hasil pengukuran untuk rangkaian seri a terhadap rangkaian seri
b, dan rangkaian paralel a dan dan rangkaian paralel b? apakah terdapat
perbedaan (dengan toleransi 10%)? Jelaskan!
Jawab:
Perbandingan nilai Resistor
  R (ohm)
Seri a 194,74
Seri b 193,38
Paralel a 313,97
Paralel b 30,85

 Dari kedua perbandingan tersebut, terdapat perbedaan tetapi tidak terlalu


besar selisihnya, kecuali pada paralel a.
4. Gambarkan jalannya arus pada rangkaian seri dan paralel a dan b!
Jawab:
Arus, i, berupa tanda panah
R1=50Ω

R1=50Ω
R3=500Ω
R2=100Ω

R3=500Ω R2=100Ω

Gambar Rangkaian Paralel (a) Gambar Rangkaian Paralel (b)

5. Pada rangkaian Seri, berapa besarnya arus yang melalui setiap komponen?
Jelaskan!
Jawab:
Arus tiap Komponen Rangkaian Seri
  R1 R2 R3 Rs
Seri a 13,3 13,3 13,3 13,2
Seri b 13,3 13,3 13,3 13

Arus akan selalu sama, karena berada dalam satu aliran (tidak
memiliki cabang)
6. Pada rangkain Paralel, berapa besarnya tegangan setiap komponen?
Jawab:
Tegangan tiap Komponen Rangkaian Paralel
  R1 R2 R3 Rs
Paralel a 2,29 2,29 2,29 2,54
Paralel b 2,22 2,22 2,22 2,43

Besar tegangan akan sama, karena berasal dari satu sumber tegangan.
7. Mengapa untuk mengukur arus pada suatu komponen listrik, Ampermeter
harus terhubung secara seri terhadap komponen tersebut?Jelaskan!
Jawab:
Karena arus mengalir dalam satu loop dan Amperemeter memiliki hambatan
yang sangat kecil, jika dipasang paralel arus akan melewati Amperemeter
langsung dan tidak bisa dibaca berapa besarnya arus.
8. Mengapa untuk mengukur Tegangan suatu komponen listrik, Voltrmeter
harus terhubung secara paralel terhadap komponen tersebut?Jelaskan!
Jawab:
Karena Voltmeter memiliki hambatan yang sangat besar, jika dipasang seri
maka arus tidak akan lewat dan tegangan tidak diketahui besarnya.
9. Perubahan apakah yang terjadi dengan mengubah polaritas alat ukur?
Jelaskan!
Jawab:
Hasil output yang keluar akan bernilai kebalikannya (dari positif menjadi
negatif)
10. Adakah arus yang mengalir pada susunan baterai seri b dan paralel b?
jelaskan!
Jawab:
Tidak ada. Karena arus yang mengalir saling meniadakan.
11. Hitung Resistansi Total dari titik A B pada Gambar berikut:

R2=50Ω
R1=100Ω R3=100Ω
A R3=100Ω
A B

B
R1=50Ω R2=100Ω R3=100Ω

R2=50Ω

(a) (b)

Jawab:
Rangkaian a
R 2 R3
RTotal =R1 +
R2 + R3
100 ×50
RTotal =50+
100+50
RTotal =83.333 O h m
Rangkaian b
100 ×100 100 ×100
RTotal = + 50+
100+100 100+100
RTotal =150
12. Susunan baterai manakah yang mempunyai hambatan dalam terbesar? Berilah
penjelasan!
Jawab:
Rangkaian satu baterai,
13. Susunan baterai manakah yang mempunyai hambatan dalam terkecil? Berilah
penjelasan!
Jawab:
Rangkaian 2 baterai paralel A,
14. GGl (E) terbesar dihasilkan oleh susunan baterai yang mana? Jelaskan!
Jawab:
Rangkaian 2 baterai seri A, rangkaian seri untuk beda potesnial berarti
nilainya dijumlahkan (akumulasi V)
15. Penurunan tegangan terbesar (E – V) terjadi pada susunan baterai yang mana?
Jelaskan!
Jawab:
Rangkaian 2 baterai seri A
16. Apakah hukum kirchoff arus berlaku di setiap node pada percobaan HKT?
Buktikan !
Jawab:
Pada percobaan ini berlaku, tetapi sedikit menyimpang
Hukum Kirchoff
Node a Node b
Kelua
masuk r masuk keluar
55,56667 63,7 20,4 22,5

17. Apakah hukum Kirchoff tegangan berlaku di setiap loop pada percobaan
HKT ? Buktikan!
Jawab:
Loop 1 (Nilai mendekati)
∑ V =0
−V s + I 4 R4 =0

−2,5 1+( 4 4,5 .10−3 x 50)=0

−0. 285=0
Loop 2 (Nilai mendekati)
∑ V =0
−I 2 R2 + I 1 R1=0

(−1 2,2× 10−3 ×100)+(7,6 ×10−3 × 100)=0

−0 , 46=0

Loop 3 (Nilai mendekati)


∑ V =0
I 2 R2 + I 4 R4 −I 3 R3=0

(1 2,2× 10−3 ×100)+( 4 4 .5 ×10−3 × 50)−(22.7 × 10−3 × 50)=0

2 , 31=0

18. Apakah HKA dan HKT tetap berlaku pada saat mengubah polaritas alat ukur?
Jawab:
Berlaku

VIII. ANALISA
Pada percobaan ini, dilakukan serangkaian percobaan dengan berbagai
macam rangkaian. Perbedaan jenis susunan komponen listrik ini dilakukan untuk
mengetahui pengaruh jenis rangkaian dan perilaku komponen listrik pada berbagai
jenis rangkaian.
1. Pada percobaan A, yaitu saat resistor dipasang seri dan paralel pada saat
pengukuran arus maupun tegangan menunjukkan ketika rangkaian resistor
dipasang seri nilai arus dari rangkaian seri tersebut hampir sama disetiap
resistornya. Sementara itu apabila rangkaian dipasang paralel maka nilai
tegangannya hampir sama disetiap resistornya.
2. Pada percobaan B, yaitu tegangan yang dipasang seri dan
paralel, memberikan data yng berbeda. Pada saat tegangan hanya 1, besarnya
GGL dan tegangan yang dihasilkan hanya sebesar 1,34 dan 0,76 volt. Pada
saat dua sumber tegangan dipasang seri, rangkaian seri a, GGL dan tegangan
yang dihasilkan menjadi lebih besar dibandingkan dengan satu baterai.
Namun, pada pemasangan 2 baterai seri b dan paralel b, tidak menghasilkan
GGl, tegangan, maupun arus. Hal ini menunjukkan bahwa rangkain listrik
tidak dapat dipasang secara sembarang. Pada dua sumber tegangan, harus
diperhatikan posisi kutub positif dan negatifnya. Perbedaan pelaritas berarti
perbedaan tegangan, hal ini berarti menunjukkna adanya arus yang mengalir,
karena arus mangalir diakibatkan perbedaan potensial. Jika sesama kutub
positif bertemu, atau sebaliknya, arus yang mengalir akan saling meniadakan.
Jika ada arus yang mengalir, arus tersebut merupakan selisih dari perbedaan
potensial antara dua sumber tegngan tersbut. Hal ini dapat dilihat dari nyala
lampu. Semakin terang lampu, semakin besar arus yang mengalir.
3. Pada percobaan C, HKA tetap berlaku pada node, meskipun terdapat
sedikit perbedaan. HKT juga tetap berlaku pada stiap loop. Adanya
sedikit perbedaan diakibatkan adanya pengaruh dari faktor lain dari dalam
alat tersebut, maupun dari lingkungan luar.

IX. KESIMPULAN
Dari hasil praktikum didapat kesimpulan, bahwa:
1. Satu ohm (yang diukur oleh alat ohm-meter) adalah hambatan listrik
pembawa arus yang menghasilkan perbedaan tegangan
satu volt ketika arus satu ampere melewatinya.
2. Hukum Kirchoff Arus berisi tentang dalam satu node (persimpangan), jumlah
arus yang masuk sama dengan jumlah arus yang keluar.
3. Hukum Kirchoff Tegangan berisi tentang jumlah perbedaan potensial
(tegangan) sekitar setiap sirkuit tertutup adalagh nol.
4. Hubungan seri resistor memiliki hambatan total yang lebih besar dari setiap
komponen penyusunya, sedangkan untuk paralel resistor hambatan totalnya
lebih kecil dari hambatan penyusunnya.
5. Polaritas sangat berpengaruh untuk menentukan arah arus dan tegangan.
6. Sumber tegangan yang dipasang seri memiliki arus yang sama, sedangkan
bila dipasang paralel memiliki arus lebih besar.

DAFTAR PUSTAKA
1. Paul, Clayton R. (2001). Fundamental Analisis Sirkuit Listrik. John Wiley &
Sons. ISBN 0-471-37195-5 . John Wiley & Sons. ISBN 0-471-37195-5 .
2. Panduan Percobaan-Percobaan Fisika Kit Listrik dan Magnet [PEK 500] ,
Pudak Scientific Bandung

Anda mungkin juga menyukai