ELEKTRONIKA 1
OLEH:
EDI SUPRIANA
FISIKA FMIPA
UNIVERSITAS NEGERI MALANG (UM)
BAB I
LISTRIK ARUS SEARAH
Arus listrik searah adalah arus listrik yang besar dan polaritasnya tidak berubah
dengan waktu, arus searah disebut juga DC (Direct Current). Besaran yang diukur
dan dihitung pada rangkaian arus listrik searah ini adalah tegangan, kuat arus yang
mendasarinya. Bentuk rangkaian yang paling dasar adalah rangkaian seri, rangkaian
dipelukan hukum-hukum dasar antara lain, hukum Ohm, hukum I Kirchhoff dan
hukum II Kirchhoff.
bentuk rangkaian seri dan paralel yang rumit. Disamping rangkaian setara seri dan
paralel masih diperlukan pengertian rangkaian setara lain misalnya rangkaian setara
rangkaian setara Thevenin dan rangkaian setara Norton dapat dilakukan perhitungan
besar tegangan ataupun arus pada masukan dan keluaran tanpa mengetahui bentuk
rangkaian di dalamnya.
Pengertian lain yang masih berkaitan dengan rangkaian arus listrik searah ini
adalah tentang pengisian dan pengosongan muatan kapasitor, atau yang dikenal
dengan arus transien. Arus transien pada pengisian atau pengosongan kapasitor
1
A. Hukum Ohm dan Hukum Kkchhoff 1.
1. Hukum Ohm
Q
I
t
t = waktu (sekon)
Arus listrik searah adalah arus listrik yang besar dan polaritasnya tidak
berubah dengan waktu, arus searah disebut juga dc (direct current). Besaran
yang diukur dan dihitung pada rangkaian listrik arus searah ini adalah
Hukum Ohm menyatakan: "Kuat arus yang mengalir dalam suatu penghantar
ujungnya". A R B
VAB
Dengan VAB atau V adalah beda potensial (tegangan) ujung A-B penghantar
dalam Volt(V), sering ditulis VAB = VA -VB, I kuat arus dalam Ampere (A) dan R
dan diberi satuan Ohm (). Nilai R tidak tergantung besar tegangan dan kuat
arus pada penghantar tersebut tetapi ditentukan oleh besaran fisik penghantar,
2
yang dinyatakan sebagai berikut,
l
R
A
Dengan adalah hambatan jenis dalam m , l panjang penghantar dalam
2. Hukum Kirchhoff
a. Hukum I Kichhoff
dinyatakan sebagai berikut: "Jumlah aljabar kuat arus pada setiap titik
i=0
Dengan i adalah jumlah kuat arus dalam titik percabangan, dimana kuat
arus yang masuk titik percabangan diberi tanda positif, dan yang keluar titik
percabangan diberi tanda negatif. Perhatikan gambar 1.1, jumlah kuat arus
A I2
R3
I3
IA = 0
I – I1 – I2 – I3 = 0 atau I = I1 + I2 + I3
3
b. Hukum II Kirchhoff
E + IR = 0
Dengan E adalah jumlah tegangan sumber GGL dan IR adalah jumlah
I E3 R3
R2
E2 R1 E1
penaik tegangan dan IR sebagai penurun tegangan sama dengan nol.
A
E3 R3 Pada rangkaian tertutup disamping ini,
6V 300
hitunglah kuat arus dan tegangan antara
150 R2 50 R4
E2 R1 E1 titik A-B.
B
12V 100 9V
4
Ikuti arah dan besar kuat arus tersebut untuk menghitung besar tegangan
yang dinginkan.
Berdasarkan arah arus yang ditentukan maka rumusan KVL nya adalah,
E3 + I R3 + I R4 – E1 + I R1 + E2 + I R2 = 0
600 I = -9
I = -9/600 = - 0,015 A = - 15 mA
Jadi besar kuat arus yang mengalir adalah 15 mA dengan arah berlawanan
jarum jam/ketentuan.
VAB = - I R2 – E2 – I R1 + E1
= – (–0,015.150) – 12 – (0,015.100) + 9
Pada rangkaian tertutup dibawah ini, hitunglah kuat arus dan tegangan
1K 3V
a 2K2 c
3V 1K
d
Penyelesaian:
Ohm untuk analisa loop, dimana pada loop d-a-b mengalir arus I1, loop d-c-b
5
I1 b I2
1K I 6V
I 3 II
a 2K2 c
3V 1K
1 I1 + 2,2 I3 – 3 = 0
1 I1 + 2,2 I3 = 3 . . . . . . . . . . . . . . . (1)
1 I2 – 6 + 2,2 I3 = 0
1 I2 + 2,2 I3 = 6 . . . . . . . . . . . . . . . . (2)
- I2 + 3,2 I3 = 3 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (3)
1 I2 + 2,2 I3 = 6
- 1 I2 + 3,2 I3 = 3
+
5,4 I3 = 9
Jadi kuat arus pada hambatan b-d adalah I3 = 1,67mA, dan tegangan
6
B. Rangkaian Setara
Rangkaian seri disebut juga dengan rangkaian berderet, tiga hambatan R1, R2
A R1 R2 R3 B
RAB = R1 + R2 +R3
Hambatan RAB sama dengan hambatan setara seri (RS) dari hambatan-
hambatan yang disusun secara seri sehingga, secara umum dapat dinyatakan
sebagai berikut,
n ~
R S In
n1
besar, dalam rangkaian seri yang dominan adalah hambatan yang bernilai
tegangan.
7
R1
E
R2 VR2
R2
VR 2 E
R1 R 2
Rangkaian paralel disebut juga dengan rangkaian berjajar, tiga hambatan R1,
P I2 Q
R3
I3
I = I1 + I 2 + I3
V V V V
R PQ R1 R 2 R 3
1 1 1 1
V V
R PQ R1 R 2 R 3
1 1 1 1
RPQ R1 R 2 R 3
Hambatan RPQ sama dengan hambatan setara paralel (RP) dari hambatan-
8
hambatan yang disusun secara paralel, sehingga secara umum dapat
1 n ~ 1
R P n1 R n
bernilai kecil, dalam rangkaian paralel yang dominan adalah hambatan yang
pembagi arus. R1
I1
I
P R2 Q
I2
R1R 2
besarnya R P .
R1 R 2
3. Jembatan Wheatstone
berikut, B
R1 R4
I1
I A C
G
I2
R2 R3
D
E
9
Galvanometer (G) yang dipasang antara titik B dan D, menunjukkan kuat arus
yang melalui cabang itu. Bila diusahakan sama dengan nol maka beda
tegangan antara titik B dan D nol, walaupun hambatannya tidak nol, ini berarti
R2
VAB = VAD atau I1 . R1 = I2 . R2 atau I1 I2
R1
R2
VBC = VDC atau I1 . R4 = I2 . R3 atau I2R 4 I2R 3
R1
R1.R3 = R2.R4
l1
R1.l2 = l1.R4 atau R1 R4
I2
Dari ketiga persamaan ini diperoleh hubungan R l, R2, dan R3 dengan Ra, Rb,
R c R a Rb R aR c RbR c
R c // R a Rb R1 R 2
R a Rb R c R a Rb R c
Rb R a R c R aRb RbR c
Rb // R a R c R1 R 3
R a Rb R c R a Rb R c
10
R a Rb R c R aRb R aR c
R a // Rb R c R2 R3
R a Rb R c R a Rb R c
Misal Z = Ra +Rb + Rc
2 / ZRbR c 2 R1 2 / ZR aR c 2 R 2
R bR c R aR c
R1 R2
R a Rb R c R a Rb R c
1 / ZR aRb R aR c R 2 R 3 R2
Ra Rb
1 / ZRbR c R aR c R 2 R1 R1
1 / ZR aR b R bR c R 3 R1 Rb
R3
Rc
R2
1 / ZR aR b RbR c R 3 R1
R1
2 / ZR aRb 2 R 3 Rc
R3
Ra
R aR b
R3
R a Rb R c
R1 R
Ra
Ra Ra 1
R3 R3
R2
R R R R
Ra 1 Ra 1 Ra 1 1 1
R2 R3 R2 R3
R 2R 3 R R
Ra 1 1 1
R1 R2 R3
R1R 2 R1R 3 R 2R 3
Ra
R1
11
R2 R2
R bR b Rb
R1 R1
R3
R2 R2 R2 R
Rb Rb Rb 1 2
R1 R3 R1 R3
R 3R1 R2 R
Rb 1 2
R2 R1 R3
R1R 2 R1R 3 R 2R 3
Rb
R2
R3 R3
Rc Rc Rc
R2 R2
R1
R3 R3 R3 R3
Rc Rc Rc 1
R1 R2 R1 R2
R1R2 R3 R3
Rc 1
R3 R1 R2
R1R2 R1R3 R2 R3
Rc
R3
tunggal) dapat diganti dengan sebuah sumber tegangan tetap dan sebuah
hambatan seri". Sumber tegangan tetap ini disebut tegangan Thevenin (Th),
dan hambatan seri disebut hambatan output atau hambatan Thevenin R Th.
Th dihitung dengan teori dasar rangkaian listrik biasa (analisa loop dengan
12
R2
Th VR2 E
RTh R1 R 2
R1
RTh = R1//R2
E Th Vo
R Th
R1R 2
R2 Vo R1 R 2
1) RTh ditentukan dengan melihat rangkaian setara dari arah keluaran (Vo).
3) Jika pada rangkaian terdapat sumber arus maka sumber arus tersebut
Bila pada output dipasang beban RL (load) maka terjadi penurunan tegangan
sebesar,
Th
V = Th - I RL, dengan I
R Th RL
Untuk menentukan nilai Th dan RTh, adalah menggunakan rangkaian berikut ini,
dengan mengubah nilai RL dapat diukur besar kuat arus (I) dan tegangan (Vo)
13
setiap perubahan RL.
Vo
Th = Voo
RTh
A
V
Th RL V Vo
I
Imak
(a) (b)
Pembebanan.
"Setiap rangkaian port tunggal dapat diganti dengan sebuah sumber arus tetap
Sumber arus tetap ini disebut arus Norton (I N), dan hambatan paralel disebut
konduktan atau hambatan Norton Go. Hubungan antara arus Norton (IN) dan
Go
Th Vo IN
14
Contoh soal 1.3
2k2//3k2 1,3
Vbd 6 6 3,39 V
1k 2k2//3k2 1 1,3
2k2
Vcd 3,39 2,33 V
1k 2k2
RTh =0,96k
Vo
Th=2,33V
0,96
Besar jatuh tegangan V adalah V 2,33 1,43 V
0,96 0,6
Besar hambatan beban (RL) agar arus mengalir 1 mA adalah,
Th 2,33 2,33
I 10 3 RL - 0,96k 1370 .
R Th RL 0,96k RL 10-3
15
D. Arus Transien
tegangan searah, maka kapasitor tidak seketika terisi muatan penuh, demikian
kapasitor tidak seketika kosong. Pada saat pengisian dan pengosongan muatan
kapasitor terjadi arus sementara yaitu arus yang muncul sesaat atau sebentar
Transien.
televisi bekerja, menentukan berapa frekuensi yang dihasilkan oleh osilator, untuk
maka setelah beberapa saat dalam kapasitor akan terkumpul muatan Q sebesar,
Q = CV
Jika muatan sebesar Q telah tersimpan dalam kapasitor, dikatakan kapasitor telah
terisi penuh. Muatan ini akan tetap besarnya selama tidak terjadi kebocoran.
16
kapasitor, tetapi tergantung luas lempeng (A) penyusun kapasitor, jarak kedua
lempeng (d) dan konstanta bahan dielektrikumnya (. Dinyatakan sebagai berikut:
A
C
d
dQ( t)
I(t), dQ(t) I(t) dt
dt
Mula-mula kapasitor kosong secara kontinyu dialiri arus i(t) hingga dalam selang
t
Q(t) I(t) dt
0
t
Q(t) 1
VC (t)
C
C I(t) dt
0
t
1
C 0
VR (t) E - VC (t) E - I(t) dt I(t) R
Jika VC(t) terus bertambah maka VR akan terus berkurang, karena nilai R tetap
maka kuat arus i (t) akan terus berkurang. Jika persamaan ini didiferensial
17
(diturunkan) terhadap waktu diperoleh,
t I(t) t
ln I(t) - ln Io ln -
RC Io RC
t t
- E - RC
I(t) Io e RC
atau I(t) e
R
Jadi arus I(t) berkurang terhadap waktu secara eksponensial, sehingga grafik
hubungan antara arus (i) terhadap waktu (t) adalah sebagai berikut,
Gambar 1.14 Grafik hubungan kuat arus (i) dan waktu (t).
t t t t t
Q(t) 1 1 E - RC E -
VC (t)
C
C 0 i(t) dt C 0 R e dt RC
0
e RC
dt
t t
E
- RCe RC K - E e RC K
- -
RC
t t
- -
VC (t) - E e RC
E VC (t) E (1 - e RC
)
18
Grafik hubungan antara tegangan (V) terhadap waktu (t) adalah,
VC
Pada saat,
E
Pengisian t= RC VC = 0,63 E.
t = 2 RC VC = 0,86 E.
t = 3 RC VC = 0,95 E.
Pengosongan
t = 4 RC VC = 0,98 E.
0 5 t
= RC
t = 5 RC VC = 0,99 E.
Pada saat t = 5 RC, VC = 0,99 E, dapat dianggap kapasitor telah terisi penuh.
demikian pula pada saat pengosongan kapasitor, tegangan kapasitor turun secara
eksponensial.
hambatan?
5 R1 E2 8V
7 R2 b. Berapakah muatan yang tersimpan dalam
R3 3
6V E1
C 20F kapasitor?
Penyelesaian:
Kuat arus yang melalui R1 dan R2 dapat ditentukan dengan merumuskan KVL
I (5 + 7) - 6 = 0 I = 6/12 = 0,5 A
19
- 0,5 (7) + 8 + 0(3) + VC = 0
VC = - 4,5 V
tegangan pada R.
S R:1M
b. Pada saat saklar S ditutup selama t = 2 dt, berapakah
E:6V C:1F
kuat arus yang mengalir dan tegangan pada R.
Penyelesaian:
Kuat arus yang mengalir I = E/R e-t/RC = 6/1M. 2,72-2/1 = 0,81 A.
Kuat arus yang mengalir I = E/R e-t/RC = 6/1M. 2,72-5 = 0,04 A.
20
WORKSHEET OF DIRECT CURRENT CIRCUIT
I. Ohm Low and Kirchhoff Lows
1. Bagaimanakah hukum Ohm dinyatakan?
2. Bagaimanakah hukum Ohm dirumuskan?
3. Besaran apa saja yang mempengaruhi nilai hambatan? Dan bagaimana hubungan
besaran tersebut dirumuskan?
4. Bagaimanakah hukum I Kirchhoff dinyatakan?
5. Bagaimanakah hukum I Kirchhoff dirumuskan?
6. Bagaimanakah hukum II Kirchhoff dinyatakan?
7. Bagaimanakah hukum II Kirchhoff dirumuskan?
21
Soal – Soal Bab I 7. Hitunglah hambatan antara A-B, C-
D, A-D dan B-D pada rangkaian
1. Hitunglah hambatan antara A-B
berikut ini,
pada rangkaian berikut ini,
C D
A B
2. Hitunglah hambatan antara A-B,
C-D, B-C pada rangkaian berikut 8. Hitunglah hambatan antara a-b, c-d,
ini, e-f dan g-d pada rangkaian berikut
ini,
a 0,5 c 0,5 e 0,5
C g
A B
D 1
0,5 0,5 0,5
3. Hitunglah hambatan antara A-B b d f h
pada rangkaian berikut ini,
9. Hitunglah hambatan antara A-B
pada rangkaian berikut ini,
A B
A B
4. Hitunglah hambatan antara A-B
pada rangkaian berikut ini,
A B 10. Hitunglah hambatan antara A-B
pada rangkaian berikut ini,
1
A
5. Hitunglah hambatan antara A-B
pada rangkaian berikut ini, 1 1
1
1
A 1 1
1
1
B B
1
6. Hitunglah hambatan antara A-B,
11. Hitung kuat arus pada masing-
A-C, A-D dan B-D pada rangkaian
masing hambatan dan tegangan
berikut ini,
VAB.
D A
5
C A
B
5 6V
B
22
12. a. Hitung kuat arus pada masing- 17. Pada rangkaian d bawah ini,
masing hambatan. hitung:
b. Hitung VAB, VCD, VDE! a. Rangkaian setara Thevenin
antara titik a dan b.
b. Bila pada keluaran di pasang
C
E
hambatan beban 5 , tentukan
besar jatuh tegangan.
D c. Tentukan besar hambatan
beban agar arus yang mengalir
12,8V 0,2 mA.
a
13. a. Hitung kuat arus pada masing-
masing hambatan. 5 15
b. Hitung VAB dan VAC!
10V 5V
D
b
12V
18. Soal seperti No.7.
C
5 15
a
14. Hitung Vab, Vcd dan Vef.
5V
10V
0,5 a 0,5 c 0,5 e
b
23
BAB II
TAPIS PASIF RC
Rangkaian Pendeferensial
C
Vi
Vi R Vo t
Vo
t
q CV, dq C dV, Vo
dq dV
ii C i
dt dt t
dVi
Vo VR ii R RC
dt
Rangkaian Pengintegral
R
Vi
Vi C Vo
t
Vo
dq
ii , q ii dt, t
dt
Vo
V
q CV, ii i t
R
1 1
Vo VC ii dt
RC
Vi dt
C
24
rendah dapat meneruskan isyarat frekuensi rendah, melemahkan isyarat
frekuensi tinggi.
Tanggapan amplitudo tapis pasif lolos rendah dapat dipelajari melalui
tanggapan amplitudo rangkaian integrator. Dengan pengukuran frekuensi,
tegangan input dan tegangan output pada rangkaian integrator dapat dibuat kurva
hubungan frekuensi dan pemguatan tegangan yang merupakan Tanggapan
Amplitudo. Berdasarkan kurva tanggapan amplitudo tersebut dapat ditentukan
Frekuensi Kutup tapis, isyarat dengan frekuensi dibawah frekuensi kutup
diteruskan sedangkan isyarat dengan frekuensi diatas frekuensi kutup akan
diperlemah.
Tapis fasip lolos rendah banyak berperan dalam elektronika misalnya,
digunakan sebagai pengatur frekuensi Bass pada sound sistem, pengendali
Defleksi Vertikal pada TV dan lain-lain.
Secara teoritis tanggapan amplitudo tapis fasip lolos rendah dapat dipelajari
berdasarkan rangkaian integrator seperti gambar 3.1 berikut. Pada gambar 3.1
Hambatan R dan kapasitor C membentuk pembagi tegangan kompleks dengan
tegangan keluaran kompleks,
Vo Vi
XC
R XC
VS Vi C Vo
1
Vo
1
jC
G
XC 1 RC
Vi R XC R 1 jRC - 1 j 1
jC RC
p
G
1
, dengan p
j p RC
25
Jika = jp maka G ~ , oleh karena itu p disebut frekuensi kutup (Pole).
Besar fungsi alih G adalah,
p
G
( 2p )1 / 2
2
V
G dB 20 log o
Vi
Dengan demikian besar fungsi alih adalah,
GdB 20 log 2 p2 1 / 2 20 log p - log(2 2p )1 / 2
( p )
26
Tanggapan amplitudo tapis pasif lolos rendah dapat digambarkan sebagai
berikut,
G( )(dB)
0,1p p 10p
0 (log)
-3
Kurva T anggapan
Amplitudo
-20dB/dekade
-20
Dari tanggapan amplitudo diatas, secara teoritis isyarat yang melalui tapis
pasif lolos rendah tampak bahwa, untuk isyarat dengan frekuensi rendah dibawah
frekuensi kutup p diteruskan atau tidak diperlemah sedangkan untuk isyarat
dengan frekuensi diatas frekuensi kutup diperlemah.
Isyarat pada keluaeran disamping mengalami perubahan tegangannya
terhadap frekuensi juga mengalai perubahan fasa terhadap frekuensi. Grafik yang
menyatakan hubungan antara beda fasa antara isyarat keluaran dan isyarat
masukan ( = o - i) terhadap frekuensi disebut Tanggapan Fasa. Dinyatakan
sebagai berikut:
Vo Vo e jo dan Vi Vi e ji
p - j p p (-j p ) p p
G -j Ge j
j p - j p 2 2
p
2 2
p
2 2
p
Dari hubungan ini dapat ditentukan hubungan antara beda fasa dan frekuensi
sebagai berikut,
-
arc tg
p
Im G () ()
tg atau tg - atau
Re G () (p )
27
Jika << p maka = 0
Jika = p maka = - 45o
p p p Log
0o Jika >>p maka = - 90o
(rad/s)
-45o -45o/dekade
-90o
Tanggapan Fasa
Penyelsaian,
a. Fungsi alih
1
R
jωC jωRC 1
Vo ω Vi ω Vi ω
1 jω3RC 1
3R
jωC
Vo ω jωRC 1 1 jω ω z
G()
Vi ω jω3RC 1 3 jω ωp
1 1
ωZ 4 8 10000 rad/dt 1592,4 Hz.
RC 10 .10
1 1
ωp 3300 rad/dt 525,5 Hz.
3RC 3.10 .10 8
4
b. Tanggapan Amplitudo
1
G()(dB) 20 log
ω 2
ω 2z
, p < z
3
ω 2
ωp2
G( )(dB)
p Z
f(l 28Hz)
-3
-10
c. Tanggapan Fasa
-45
-45o/dek +45o/dek
-90
Tanggapan Fasa
29
B. TAPIS PASIF LOLOS TINGGI (HIGHPASS FILTER)
Tapis pasif lolos tinggi dapat dibentuk dari rangkaian diferensiator, yaitu
rangkaian seri RC dengan output diambil dari terminal resistor. Tapis lolos tinggi
tegangan input dan tegangan output pada rangkaian diferensiator dapat dibuat
diteruskan.
Secara teoritis tanggapan amplitudo tapis fasip lolos tinggi dapat dipelajari
VS Vi R Vo
30
Vo Vi
R
R XC
Vo jRC j 0
G
R R
Vi R X C R - 1/jC jRC 1 j 1
RC
j Z
G
1
, dengan Z 0 dan p
j p RC
Jika = jZ maka G 0 , oleh karena itu Z disebut frekuensi nol (Zero).
GdB 20 log 2
20 log - log(2 2 p )1/ 2
2 1/ 2
( p )
GdB 20 log 10log(2 2 p )
GdB merupakan fungsi linier dari log , karena p = 1/RC nilainya konstan.
Bila sumbu horizontal (log ) menggunakan skala logaritma maka fungsi alih G
31
() berupa garis lurus dan memotong sumbu (log) pada = p dan
Tanggaapan amplitudo tapis pasif lolos tinggi dapat ditunjukksn pada gambar
3.5 berikut.
G( )(dB)
0,1p p 10p
0 (log)
-3
Kurva T anggapan Amplitudo
+ 20dB/dekade
-20
Dari tanggapan amplitudo tersebut, secara teoritis isyarat yang melalui tapis
pasif lolos tinggi tampak bahwa, untuk isyarat dengan frekuensi rendah dibawah
frekuensi kutup p diperlemah dan untuk isyarat dengan frekuensi diatas frekuensi
j - j p jp p
2
2
G 2 j G e j
j p - j p p
2
p
2 2
p
2 2
p
Maka tg atau arc tg p , dengan pendekatan Bode dapat
dibuat tanggapan fasa tapis lolos tinggi sebagai berikut,
Jika << p maka = 90
90o Jika = p maka = 45o
-45o/dek
45o
Jika >>p maka = 0o
Log
0o
0,1p p (rad/s)
Tanggapan Fasa
32
LKS Tapis
I. Integrator
1. Gambarkanlah rangkaian integrator yang tersusun dari sebuah hambatan dan sebuah
kapasitor.
2. Secara matematis buktikan bahwa rangkaian tersebut merupakan integrator!
3. Pada frekuensi berapa rangkaian akan berfungsi sebagai integrator? Mengapa
demikian jelaskan secara fisik!
4. Gambarkan bentuk isyarat masukan dan isyarat keluarannya!
II. Diferensiator
1. Gambarkanlah rangkaian diferensiator yang tersusun dari sebuah hambatan dan
sebuah kapasitor.
2. Secara matematis buktikan bahwa rangkaian tersebut merupakan diferensiator!
3. Pada frekuensi berapa rangkaian akan berfungsi sebagai diferensiator? Mengapa
demikian jelaskan secara fisik!
4. Gambarkan bentuk isyarat masukan dan isyarat keluarannya!
III. Tapis Lolos Rendah
1. Apakah tapis itu? Apakah tapis lolos rendah itu? Gambarkanlah rangkaian tapis lolos
rendah yang tersusun dari sebuah hambatan dan sebuah kapasitor. Rangkaian apa
yang sama dengan rangkaian tersebut?
2. Apakah yang dimaksut dengan tanggapan amplitudo? disebut juga apa?
3. Untuk menggambar tanggapan amplitudo, terlebih dahulu perlu dirumuskan fungsi
alihnya, Apakah yang dimaksut dengan fungsi alih? Fungsi ini sering disebut juga
dengan apa?
4. Secara umum bagaimana rumusan fungsi alih! dan apa satuannya?
5. Secara kusus rumuskanlah fungsi alih tapis lolos rendah gambar no. 3.1!
6. Untuk menggambar tanggapan amplitudo dapat dengan cara eksak, bagaimanakah
caranya?
7. Untuk menggambar tanggapan amplitudo dapat juga dengan cara pendekatan, salah
satu caranya adalah dengan pendekatan Bode, apakah pendekatan bode itu?
8. Dalam pendekatan Bode dijumpai besaran yang disebut frekuensi Kutup/Pole (p),
Bagaimana menemukan pole? dan apa yang terjadi bila ada pole?
9. Gambarlah tanggapan amplitudo gambar no. 3.1, dengan pendekatan Bode!
10. Dalam tapis, disamping dinyatakan tanggapan amplitudonya perlu juga dibuat
tanggapan fasenya, apakah tanggapan fase itu dan bagaimana melukisnya? ? Lukislah
tanggapan fase rangkaian no. 3.1!
IV. Tapis Lolos Tinggi
1. Apakah tapis lolos tinggi itu? Gambarkanlah rangkaian tapis lolos tinggi yang
tersusun dari sebuah hambatan dan sebuah kapasitor. Rangkaian apa yang sama
dengan rangkaian tersebut?
2. Rumuskanlah fungsi alih tapis lolos tinggi gambar no. 3.4!
3. Dalam pendekatan Bode dijumpai besaran yang disebut frekuensi nol/Zero (Z),
Bagaimana menemukan zero? dan apa yang terjadi bila ada zero?
4. Gambarlah tanggapan amplitudo gambar no. 3.4, dengan pendekatan Bode!
5. Dalam tapis, disamping dinyatakan tanggapan amplitudonya perlu juga dibuat
tanggapan fasenya, dan bagaimana melukisnya? Lukislah tanggapan fase rangkaian
no. 3.4!
33
Soal-Soal Bab III 5.
R 2C
Pada soal berikut ini,
Rumuskan fungsi alihnya 2R
Buatlah tanggapan amplitudonya Vi Vo
masing-masing R = 10K dan C
C = 0,01 F.
1.
6.
2R
2C
R
Vi Vo R
C Vi Vo
C
2.
R C
7.
R
Vi 2R Vo
C
Vi R
3. R C Vo
2R
R 8.
Vi 2R C
R C Vo
C
Vi R
2R C Vo
4.
2R 2R
Vi
2R R C Vo
2R
34
BAB III
DIODA SEMIKONDUKTOR
A. Bahan Semikonduktor
a. Semikonduktor Interinsik.
perak), elektrolit (asam sulfat, asam klorida larutan garam), dan gas pada
tekanan rendah (dalam lampu neon, merkuri, helium). Dalam bahan konduktor
energi listrik. Pada logam pembawa muatannya elektron bebas, pada elektrolit
pembawa muatannya ion positif dan ion negatif dan pada gas bertekanan
rendah pembawa muatannya elektron, ioan positif dan ion negatif. Isolator
adalah bahan yang tidak dapat menghantarkan arus listrik misalnya, kain,
kertas, kayu, plastik, keramik, ebanit dan lain-lain. Dalam bahan isolator tidak
berfungsi sebagai isolator pada kondisi yang lain dapat berfungsi sebagai
GaAs, IF. Dalam bahan semikonduktor terdapat muatan bebas atau pembawa
35
muatan yang berfungsi menghantarkan energi listrik yaitu elektron sebagai
semikonduktor memunyai sifat demikian? Ada dua teori yang menjelaskan hal
energi yang letaknya berimpit. Adanya prinsip Pauli yang menyatakan bahwa
setiap keadaan orbital atom hanya dapat berisi dua buah elektron saja. Oleh
karena itu dalam zat yang tediri dari N atom, tingkatan-tingkatan energi itu
menyatakan jumlah atom dalam zat. Kelompok tingkatan energi ini disebut pita
energi. Pita-pita energi yang bawah akan terisi penuh hingga suatu pita energi
energi teratas yang terisi penuh disebut Pita Valensi sedangkan pita energi
antara Pita Valensi dan Pita Konduksi disebut Celah Pita (Bandgap). Untuk
bahan semikonduktor Pita Valensi akan terisi penuh, hal itu kerena setiap atom
Konduksi akan kosong, namun celah pitanya sempit besarnya 1,2 eV (Si) dan
0,78 eV (G).
Pada suhu rendah semua elektron berada pada pita valensi tidak ada elektron
yang berada pada pita konduksi akibatnya bila diberi medan listrik maka tidak
36
akan ada aliran arus listrik atau dengan kata lain pada suhu rendah bahan
Pada suhu cukup tinggi (pada suhu kamar) ada elektron yang tereksitasi,
sehingga ada elektron yang berada pada pita konduksi akibatnya bila diberi
medan listrik maka akan ada aliran arus listrik atau dengan kata lain pada suhu
Eg
Eg
Pita Valensi
Pita Valensi
Pita Valensi
Eg = 1,2 eV (Si)
= 0,78 eV (Ge)
dan Ge termasuk dalam kelompok IV pada susunan berkala. Setiap atom silikon
terikat dengan empat buah atom silikon lain membentuk ikatan kovalen dimana
elektron dalam atom terikat tidak terlalu kuat. Pada suhu rendah semua
elektron terikat pada atom. Walaupun di dalam kristal diberi medan listrik,
eletron akan tetap terikat dalam ikatan kovalen sehingga tidak ada muatan yang
bergerak atau tidak ada arus listtrik walupun diberi beda potensial. Jadi pada
37
Pada suhu cukup tinggi (suhu kamar) banyak elektron valensi yang terlepas
dari ikatan kovalen oleh karena terjadinya getaran atom akibatnya terdapat
elektron bebas akibat eksitasi termal. Jika di dalam kristal diberi medan listrik
maka eletron bebas ini akan bergerak atau dengan kata lain akan ada arus
listtrik bila diberi beda potensial. Jadi pada suhu cukup tinggi (suhu kamar)
Si Si Si Si Si Si
Elektron
Hole bebas
Si Si Si Si Si Si
Si Si Si Si Si Si Energi luar
(a) (b)
Gambar 4.2 (a) Ikatan Atom Bahan Semikonduktor intrinsik pada suhu rendah,
(b) Ikatan Atom Bahan Semikonduktor intrinsik pada suhu cukup tinggi.
berikut,
Dengan ni = elektron interinsik, Ego = lebar celah pita pada 0K, T = suhu mutlak,
n p ni
38
2. Konduksi dalam Semikonduktor.
Q qn v tA
Kuat arus (I) adalah besarnya muatan listrik yang mengalir tiap satuan waktu,
IQ qn vA
t
Rapat arus (J) adalah kuat arus yang mengalir tiap satuan luas,
J I qn v
A
v p mobilitas muatan
p kuat medan listrik
qn konduktivi tas
J qn p p
Substitusi diperoleh,
I qn EP A
I qn V A V A
EP V
39
In nVn A q
Arus Drift I In Ip
Ip pVp A q
Arus hanyut adalah arus yang disebabkan oleh kecepatan gerak muatan.
dp
Ip qADp .
dx
Dp Dn
VT ; VT kT ; k 1,38.10 23 q / k.
p n q
Dp p VT
dp
I - q A p VT q Ap p p
dx
VT dp
p
p dx dp
dV VT
dV p
p
dx
Solusi:
p2
V21 V2 V1 VT / n
p1
p2
V21 / VT / n e V21 / VT p 2 / p1
p1
p 2 p1 e V21 / VT
n2 n1 e V21 / VT
p2 n2 p1 n1
40
Jika p1 n1 = ni, p2 = p dan n2 = n maka:
3. Semikonduktor Eksterinsik.
ataupun atom akseptor. Atom donor adalah atom pengotor apabila diberikan
Fosfor dan Arsenikum. Atom akseptor adalah atom pengotor apabila diberikan
dari atom yang bervalensi 3 (trivalenn), Contoh: Boron, Gallium dan Indium.
minoritas hole, atom pengotor semikonduktor tipe n adalah atom donor yang
Si Si Si Si Si Si
Elektron
bebas 41
Hole
Si Sb Si Si B Si
Donor Akseptor
(a) (b)
n ND p ni2 /ND
p NA n ni2 / N A
42
B. Susunan dan Simbol Dioda Sambungan p – n (p – n Junction)
Dioda disusun dari sambungan dua jenis semikonduktor tipe p dan tipe n,
bagian tipe p berfungsi sebagai anoda (A) dan bagian tipe n sebagai katoda (K),
p n
A K
Anoda Katoda
Junction
sehingga disekitar sambungan tidak terdapat pembawa muatan bebas (hole dan
sehingga menjadi netral. Dalam peristiwa ini hole bergerak menuju ke bagian tipe
sambungan. Akibat peristiwa ini pada kedua sisi sambungan terdapat ion atom
akseptor (ion negatif) dan ion atom donor (positif) sehingga di sekitar dambungan
x
dx
x 0
43
Dimana adalah rapat muatan dan dx adalah lebar daerah pengosongan di sisi
pembawa muatan bebas tertahan oleh kuat medan tersebut sehingga lebar
V - dx
Selanjutnya tegangan listrik ini diberi simbol Vho = V disebut Cut in Voltage;
tegangan awal masuk; tegangan titik belok; tegangan pengganti; tegangan
ambang; tegangan potong, tegangan barier atau tegangan penghalang, yang
besarnya 0,7V (Si), 0,4V (Ge).
Pemberian tegangan/catu/bias dioda: jika anoda dicatu positif dan katoda dicatu
negatif disebut dioda diberi tegangan maju (Forward Bias) disebut juga dioda
menghantar (on). Jika anoda dicatu negatif dan katoda dicatu positif
disebut dioda diberi tegangan balik/mundur (Reverse Bias) disebut juga dioda mati
(off). Dioda hanya dapat menghantarkan arus dalam satu arah saja yaitu dari
anoda ke katoda pada saat dicatu maju. Hal ini ditunjukkan oleh gambar 4.6.
(a) (b)
Gambar 4.6 Rangkaian Dioda Dicatu Maju (a), Dicatu Balik (b)
44
C. Persamaan Arus Dalam Dioda.
np nne(qVh ) /(kT )
Arus yang disebabkan difusi pembawa muatan n p dan pn disebut arus injeksi (Ii)
Akibatnya:
ID Io eqV / kT 1
Dengan ID arus maju dioda, Io arus jenuh balik (saturation), yaitu arus dioda pada
saat dioda dicatu balik, V tegangan manju dioda, q muatan 1,6.10 -19 coulomb, k
Jika jenis bahan dasar dioda diketehui persamaan arus dioda dicatu maju
ID Io e V / VT 1
45
Dengan VT adalah tegangan ekivalen suhu yang dinyatakan sebagai,
kT T
VT pada suhu kamar T = 300 K, VT = 26 mV, konstanta bahan
q 11.600
dioda 1 (Ge) dan 2 (Si). Persamaan ID diarebut persamaan arus dioda dicatu maju
yang menunjukan fungsi teoritis karakteristik dioda seperti secara grafis kurva
Hal ini karena adanya hambatan oleh kebocoran arus yang melalui semikondukor
dalam dioda yang dapat dianggap sebagai suatu hambatan seril (R s), besarnya
kurang lebih 10 , dan karena hambatan oleh kebocoran arus yang melalui
permukaan dioda yang dapat dianggap sebagai suatu hambatan paralel (R sh),
besarnya kurang lebih 100 . Pada tegangan balik kurva sebenarnya tampak
adanya tegangan dadal sedangkan pada kurva teoritis tidak ada, tegangan dadal
adalah tegangan maksimum dimana arus mulai naik dengan cepat. Ada dua
mendapat percepatan yang cukup tinggi sehingga jika menumbuk atom akan
46
besar. Pada mekanisme ini tegangan dadal meningkat dengan kenaikan suhu.
hal ini karena kenaikan suhu menaikan eksitasi termik elektron sehingga rapat
arus yang melalui dioda? Salah satu caranya adalah menggunakan kurva
(a) (b)
ID
1
VDD - VD
RL
Dari persamaan ID tampak bahwa garis beban berupa garis lurus dengan sudut
1
kemiringan . Titik (q) merupakan titik kerja dioda yaitu perpotongan garis
RL
beban dan kurva karakteristik , ID dan VD adalah arus dan tegangan kerja dioda
a. Rangkaian setara dc
47
Rangkaian setara dc bisanya digunakan untuk isyarat besar, yang
maju (rF)
dinyatakan,
V(q)
rF
I(q)
Dimana V(q) dan I(q) adalah tegangan dan kuat arus pada titi-titik tertentu
b. Rangkaian setara ac
1 25
rf
40ID ( A) ID mA
V rf rr
(a) (b)
Gambar 4.9 Rangkaian Setara Dioda Dicatu Maju (a) dan Balik (b).
Dalam keadaan dioda dicatu balik hambatan dioda dapat dinyatakan sebagai
balik (rr) mempunyai nilai yang amat besar. Dalam keadaan ideal nilai
48
E. Kapasitansi (C) Sambungan Pada Dioda
Besar muatan di setiap lapisan dioda: Q = qAx nND = qAxpNA dan lebar
NA ND
sambungan W = xn + xp atau W x p . Persamaan Poisson:
ND
d2 V ρ qN A 2 qN D 2
= rapat muatan = qN, sehingga: Vp x p , dan Vn xn .
dx 2 ε 2ε 2ε
Tegangan ambang Vh = Vho - V = Vp + Vn: sehingga lebar sambungan dapat
dinyatakan:
2εVh N A N D
1/2
W
2N A N D
dQ
Kapasitas sambungan (C), C dan diperoleh,
dV
1/2
qε NAND εA
C A
2Vh NA ND W
F. Aplikasi Dioda
Prinsip penyearahan isyarat pada dioda mengikuti gambar 4.8 (a) dapat
bebannya.
49
b. Dioda sebagai penyearah setengah gelombang
(a) (b)
Gambar 4.11 (a) Rangkaian Penyearahan Setengah Gelombang.
(b) Bentuk Isyarat Keluaran Penyearah Setengah Geloang.
arus listrik dari a, D, RL, dan b. Setengah gelombang berikutnya b positif dan a
pada output didak terdapat arus. Proses ini terjadi berulang dan penyearah
4.12(a) dan bentuk isyarat keluaran ditunjukkan oleh gambar 4.12(b) berikut.
T D1
a Vo
Ct Vp
+
D2
RL t
b
_
(a) (b)
50
Prinsip kerja penyearah gelombang penuh balance gambar 4.12 adalah
sehingga dioda D1 menghantar (on) dan dioda D2 menyumbat (off), pada output
mengalir arus listrik dari a, D1, RL, dan Ct. Setengah gelombang berikutnya b
positif, Ct nol dan a negatif, dioda D1 mendapat tegangan balik dan dioda D2
menghantar (on), pada output mengalir arus listrik dari b, D2, RL, dan Ct.
selama satu gelombang penuh isyarat input maka penyearah ini disebut
4.13(a) dan bentuk isyarat keluaran ditunjukkan oleh gambar 4.13(b) berikut.
T a
D1 D2 Vo
+ Vp
D3 D4 RL
b _ t
(a) (b)
D2, D3 menghantar dan D1,D4 tidak menghantar pada output terdapat arus
51
negatif, terjadi D1, D4 menghantar dan D2,D3 tidak menghantar pada output
terdapat arus melalui b, D4, R, D1 dan a. Proses ini terjadi berulang dan
+ Vp Vrpp
D3 D4 C RL
t
b _ RC
T/2
(a) (b)
naik kapasitor mengisi dan pada saat tegangan kerut turun kapasitor
tegangan output menjadi rata. Secara gafis hubungan antara tegangan kerut
dari puncak ke puncak Vrpp dan kapasitansi C dapat di dekati sebagai berikut,
dv C
d Vp - Vp e t /(RLC) - Vp
, jadi t = RLC.
dt t0 dt RLC
Vrpp T/2 T
atau Vrpp Vp
Vp RLC 2R L C
52
1
Vrpp Vp
2 f RLC
Persamaan ini digunakan untuk menghitung Vrpp (tegangan kerut dari puncak
T a
D1 D2
+
D3 D4 C RL
b
0
f. Pembentuk Gelombang
c c c
53
Jika Va > E diperoleh gambar 4.16 (b), Vi = Vs
Vs - E V -E
Vac = I rf + E, dan I , maka Vac s rf E .
R rf R rf
Vs - E
Karena rf << R maka rf 0 dan diperoleh, Vac Vo E .
R rf
Jika Va < E diperoleh gambar 4.16 (c),
Vs - E V -E
Vac = I rr + E, dan I , maka Vac s rr E .
R rr R rr
Vs - E
Karena rr >> R maka rr Vs - E dan diperoleh, Vac Vs .
R rr
Berdasarkan analisis tersebut maka keluaran rangkaian seperti gambar 4.16(d).
0 D 0
Vi D Vo Vi Vo
Vp E Vp
D
Vi D Vi Vo
Vo
E
54
Pada rangkaian pengapit sederhana, pada saat dioda menghantar (on)
adalah sebagai pelipat tegangan, pelipat tiga atau pelipat empat seperti gambar
C1 C1 C1
b a c
D1 D2 D1
Vs Vs D1 D1
D1
D3
G a C1 c G C1 b C1 d
C1
(a) (b)
Untuk indikator digunakan dioda yang dapat memancarkan cahaya yaitu LED
55
(Light Emitting Diode), sebagai indikator biasanya diperlukan hambatan depan,
hambatan depan untuk membatasi arus yang melalui dioda. Untuk menentukan
V2 V2
PL IL VL IL2R L , dan PS IS VS IS2 R S
RL RS
Dimana RS adalah hambatan seri atau hambatan depan dan P adalah daya
56
LKS Dioda
I. Bahan Semikonduktor
1.Apakah yang dimaksud,
a. Bahan semikonduktor, berikan contohnya 3 buah.
b. Semikonduktor Intrinsik, berikan 3 contoh penggunaanya!
c. Semikonduktor Ekstrinsik, berikan 3 contoh penggunaanya!
d. Semikonduktor Tipe n dan p?
e. Atom donor berikan contohnya 3 buah.
f. Atom akseptor berikan contohnya 3 buah.
g. Apakah perbedaan Semikonduktor Tipe n dan p?
2. Jelaskan sifat konduktovitas bahan semikonduktor menggunakan teori Pita
energi dan teori Ikatan atom.
3. Sebutkan pembawa muatan dalam bahan semikonduktor! bagaimana
menentukan konsentrasi elektron intrinsik dalam bahan semikonduktor?
4. Apakah yang dimaksud arus hanyut, arus difusi, mobilitas, dan konduktivitas
dalam bahan semikonduktor? Bagaimanakah mentukannya?
II. Dioda
1. a. Bagaimanakah susunan dioda sambungan? dan bagaimana simbolnya?
b. Apakah yang dimaksud daerah pengosongan dan bagaimana
terbentuknya?
c. Apakah yang dimaksud tegangan barier dan bagaimana terbentuknya?
d. Berapakah besar tegangan barier itu dan bagaimana hubungannya
dengan tegangan terpasang pada dioda?
2. a. Bagaimana sifat dioda dalam menghantarkan arus listrik?
b. Apa yang dimaksud dioda dicatu maju dan Apa yang dimaksud dioda
dicatu balik?
c. Buatlah rangkaian setara dc dioda dicatu maju dan dicatu balik!
3. a. Turunkanlah persamaan arus yang mengalir dalam dioda!
b. Berdasarkan persamaan arus tersebut gambarkanlah kurva karakteristrik
dioda, bagaimana bila dibandingkan dengan hasil percobaan?
c. Bagaimanakah menghitung besar hambatan dioda dicatu maju?
4. a. Bagaimana menentukan keadaan dioda?
b. Dioda dapat digunakan sebagai penyearah, ada berapa macam
penyearah? Jelaskan prinsip kerjanya!
c. Dioda dapat digunakan sebagai penggunting seri terpanjar, gambarkan
bentuk rangkaiannya dan jelaskan prisip kerjanya!
d. Dioda dapat digunakan sebagai penggunting paralel terpanjar, gambarkan
bentuk rangkaiannya dan jelaskan prisip kerjanya!
e. Dioda dapat digunakan sebagai pengapit, gambarkan rangkaiannya dan
jelaskan prisip kerjanya!
f. Dioda dapat digunakan sebagai pengganda tegangan, gambarkan
rangkaiannya dan jelaskan prisip kerjanya!
g. Dioda zener dapat digunakan sebagai penyetabil tegangan, gambarkan
bentuk rangkaiannya dan jelaskan prisip kerjanya!
h. LED dapat digunakan sebagai indikator, gambarkan rangkaiannya dan
jelaskan prisip kerjanya!
57
LATIHAN SOAL DIODA
1. Sebuah dioda pada suhu 300 K dipasang pada tegangan maju 0,9 Volt mengalir arus
10 mA, berapakah arus yang mengalir pada dioda bila dipasang pada suhu 50 oC.
2. Sebuah dioda pada suhu 300 K dipasang pada tegangan maju 0,9 Volt mengalir arus
10 mA, berapakah arus yang mengalir pada dioda bila dipasang pada tegangan maju
1,4 Volt.
3. Sebuah dioda pada suhu 300 K dipasang pada tegangan maju 0,9 Volt mengalir arus
10 mA, berapakah tegangan pada dioda agar arus yang mengalir pada dioda 25 mA.
4. Sebuah dari silikon dioda dipasang pada tegangan maju 0,8 Volt mengalir arus 4 mA.
Jika tegangan ekivalen temperatur (VT) 26 mV, berapakah arus yang mengalir pada
dioda bila dipasang pada tegangan maju 1 Volt.
5. Dua dioda silikon p-n pada temperatur 300 K dihubungkan secara seri. Suatu baterei
5 Volt dipasang pada susunan seri tersebut sehingga kedua dioda mendapat tegangan
balik. Hitung tegangan pada masing-masing dioda apabila masing-masing dioda
mempunyai arus penjenuhan 1A dan 2A.
6. Dua dioda silikon p-n dihubungkan secara seri bertolak belakang. Suatu baterei 5
Volt dipasang pada susunan seri tersebut. Hitung tegangan pada masing-masing
dioda pada temperatur 300 K.
7. Perhatikanlah karakteristik dioda berikut ini,
I(mA)
a. Hitung hambatan dc dioda pada arus maju 5 mA
Maju dan 25 mA.
20 b. Hitung hambatan dc dioda pada arus balik 2 A.
10 c. Hitung hambatan rata-rata dioda pada arus maju
-10
V(Volt)
antara 5 mA dan 25 mA.
0.6 0.8
2 d. Hitung hambatan ac dioda saat arus maju 50 mA.
Balik
Untuk soal-soal berikut ini gunakanlah nilai V = 0,7V (Si) dan V = 0,4V (Ge)
8. Dioda D1 (Si) dan D2 (Ge), hambatan maju D1 dan D2 adalah rd1 = 10 dan
D1 D2 rd2 = 30 , tegangan baterei 12 V hambatan R = 5,6 k.
Hitung arus dan tegangan keluaran Vo rangkaian tersebut.
E R Vo
9. Dioda D1 (Si) dan D2 (Ge), hambatan maju D1 adalah rd1= 10 dan hambatan balik
D1 D2 D2 adalah rd2 = 1M, tegangan baterei 12 V hambatan
R = 5,6 k. Hitung ID, Vo dan VD2.
ID
R Vo
E
10. Dioda D dari Silikon dan hambatan majunya dapat diabaikan, Hitung I, Vo, VR1 dan
4k6 D VR2
+10V
2k2 Vo
-5V
58
11. Apabila diketahui D1 (Si) dan D2 (Ge), hambatan maju D1 dan D2 dapat diabaikan
D1 hambatan balik D1 dan D2 takberhingga. Hitung I pada
rangkaian.,
20V 2k2 4V
D2
12. Dioda D1 dan D2 dari Silikon, hambatan maju D1 dan D2 dapat diabaikan, hambatan
D1 balik D1 dan D2 takberhingga. Hitung I pada masing-
masing cabang.
20V D2 3k3
5k6
13. Dioda D1 dan D2 dari Silikon, hambatan maju D1 dan D2 dapat diabaikan, hambatan
+10V D1 balik D1 dan D2 takberhingga. Hitung Vo.
0V D2
1k Vo
14. Dioda D1 dan D2 dari Silikon, hambatan maju D1 dan D2 dapat diabaikan, hambatan
+10V D1 balik D1 dan D2 takberhingga. Hitung Vo dan VR.
0V D2
R Vo
1k
+10V
15. Dioda D1 (Si) dan D2 (Ge), hambatan maju D1 dan D2 adalah rd1 = 10 dan
R rd2 = 30 . Hitung arus dioda apabila:
a. R = 10 k.
D1 D2 b. R = 1 k.
100V
16. Kedua dioda zener terbuat dari bahan silikon dan arus jenuh D Z1 dan DZ2 adalah1A
dan 2A. Tegangan dadal DZ1 dan DZ2 adalah sama yaitu 100 V.
DZ1 Hitung arus dan tegangan masing-masing dioda apabila V:
V a. 80 Volt.
DZ2 b. 120 Volt.
c. Ketentuan a, b jika setiap dioda diparalel oleh hambatan
8M.
17. Perhatikanlah rangkaian penyetabil berikut ini, jika E = 15 V dan R l = 6V/3W. Pada
Rs keadaan beban penuh arus dioda zener 100 mA. Hitung
besar hambatan seri Rs dan daya hambatan seri PRs.
E
Dz Rl
59
18. Dioda zener dapat diguanakan untuk mencegah beban lebih pada gerakan meter
R1 R2
sensitif tanpa mempengaruhi linieritasnya.Ditunjukan
rangkaian yang menggambarkan sebuah voltmeter dc yang
mana membaca sekala penuh 20 V. Hambatan dalam
Rd
Vi Vz meter 500 , dan R1 + R2 = 99,5 k. Jika dioda adalah
A sebuah zener 16V, hitung R1 dan R2 supaya ketika Vi > 20
Vdioda zener menghantar dan arus beban lebih
dihindarkan dari meter
220V
6V D3 C RL
D4
B
20. Dioda D1 dan D2 dari Silikon, hambatan majunya dapat diabaikan, hambatan
baliknya takberhingga dan tegangan
D1 D2 penghalangnya dapat diabaikan. Apabila R1 = R2
= R3 = 2k, Vi berupa isyarat sinus dengan
Vi
R1 R2 tegangan maksimum 10V. Tentukan bentuk dan
R3 Vo nilai isyarat output Vo
21. Dioda D dari Silikon, hambatan majunya dapat diabaikan, hambatan baliknya
5V takberhingga dan tegangan penghalangnya dapat
D
diabaikan. Apabila R = 2k, Vi berupa isyarat
sinus dengan tegangan maksimum 10V. Tentukan
Vi R Vo bentuk dan nilai isyarat output Vo
22. Dioda D dari Silikon, hambatan majunya dapat diabaikan, hambatan baliknya
takberhingga dan tegangan penghalangnya dapat
R
diabaikan. Apabila R = 2k, Vi berupa isyarat
D sinus dengan tegangan maksimum 10V. Tentukan
Vi Vo bentuk dan nilai isyarat output Vo
3V
23. Dioda D dari Silikon, hambatan majunya dapat diabaikan, hambatan baliknya
C takberhingga dan tegangan penghalangnya dapat
diabaikan. Apabila C = 10 F, Vi berupa isyarat
D
sinus dengan tegangan maksimum 10V. Tentukan
Vi Vo
3V
bentuk dan nilai isyarat output Vo
60
BAB IV
TRANSISTOR
transistor jenis pnp, atau sebuah lapisan semikonduktor tipe p yang disisipkan
E p n p C E n p n
B B
C
- - C
+ +
IC IC
+
B -
- B
IB + I
B
IE IE
+ +
E - -
E
61
B. Komponen arus dalam transistor
JE JC
IpE p n p IE
IE IC
E InE Ipco Ico C
Inco
VEB IB VC B
maju dan JC dicatu balik. Pada sambungan emitor dicatu maju maka pada
I E I pE I nE
Dimana IpE arus difusi hole dari emitor ke dalam basis disebut juga arus
injeksi maju dan InE arus difusi elektrom dari basis ke dalam emitor disebut juga
arus injeksi balik. InE nilainya kecil sehingga tidak dapat sampai ke kolektor,
diserap masuk ke basis. Tidak semua IpE sampai ke JC karena ada yang
sebagian dari IpE yang sampai ke JC yaitu sebesar IpC = IE. Disambungan
colektor dicatu balik, sehingga mengalir arus minoritas atau arus penjenuhan
kolektor (ICO)
Dimana InCO merupakan arus penjenuhan karena elektron yang bergerak dari
62
bergerak dari basis ke kolektor. Jadi arus yang menyeberangi sambungan
I C - I CO
IE
perubahan arus emitor yang semula nol, disebut juga penguatan arus basis
IB = IE - IC = IE - IE - ICO
IB = (1 - )IE - ICO
atau
1 1
IE IB I
1 - 1 - CO
Akibatnya,
IC IB I I
1 - 1 - CO CO
Apabila maka,
1-
I C I B 1 I CO
Karena ICO diusahakan kecil jauh lebih kecil dari IB maka diperoleh,
IC I B
1
Karena maka dan (1 - ) , diperoleh
1- 1 1
IE = ( + 1)IB + ( + 1)ICO
63
Persamaan diatas hanya berlaku untuk JC dalam keadaan reverse, secara
umum ICO diganti dengan arus maju dioda sambungan basis-kolektor yang
Jadi secara umum komponnen arus dalam transistor dapat dituliskan sebagai
berikut,
(2) I C I B 1 I CO (1 - e V/VT )
(Common collector).
ditunjukkan pada gambar 5.3 (a). Cirinya adalah masukan diambil pada
64
tergantung beban. Selain itu mempunyai impedansi masukan kecil dan
Karakteristik Masukan
tegangan masukan VEB untuk harga tegangan keluaran VCB yang berbeda-
beda. Hubungan antara IE dan VEB tidak lain adalah persamaan dioda emiter-
sebesar kira-kira 0,6V pada silikon dan 0,2V pada germanium untuk penguat
basis ditanahkan.
IE (mA)
VCB>0
E C 30 VCB=0
20
Vi Vo
10
B 0 VBE(Volt )
1 2 3
(a) (b)
Dengan menebalnya daerah kosong berarti tebal basis secara efektif menjadi
65
jumlahnya berkurang. Akibat yang kedua adalah, karena jarak efektif antara JE
arah balik, konsentrasi dari hole injeksi pada sambungan ini harganya
kalau VEB tetap harga IE semakin besar akibat sudut kemiringan semakin besar
Karakteristik Keluaran
oleh persamaan diatas. Sudut kemiringan kurva sangat kecil maka penguat
I
C
(mA)
Jenuh Aktip
30 I =30 mA
E
20 IE=20 mA
10 I =10 mA
E
mati
0 V (Volt)
CB
0 1 2 3 4 5
vCB(q)
keluaran ini, yaitu: Daerah aktif, pada daerah ini JE mempunyai tegangan maju
(IE > 0) dan VC berharga negatif. Seperti terlihat pada persamaan diatas, untuk
66
karena perubahan VC. Untuk VCB yang semakin negatif harga menjadi sedikit
lebih besar, karena seperti yang telah diuraikan di atas, hal ini menyebabkan
daerah basis semakin tipis sehingga makin banyak hole ijeksi yang sampai ke
sambungan JC. Jadi untuk VCB yang semakin negatif, harga IC menjadi lebih
besar (negatif). Tetapi secara pendekatan seperti yang terlihat pada gambar 5.4
pada keadaan aktif, IC = IE, jadi sifat lain penguat basis ditanahkan adalah
Daerah jenuh, pada daerah ini IE > 0 dan VCB > V (tegangan ambang
dioda catu maju). Pada kondisi ini suku kedua dari bagian kanan persamaan
sehingga untuk VCB yang positif, arus kolektor IC akan turun secara
Daerah mati (cutoff region), pada daerah ini IE = 0 harga IC tidak nol
67
b. Penguat Transistor Emitor Ditanahkan (Common Emitter/CE)
ditunjukkan pada gambar 5.5(a). Cirinya adalah masukan diambil pada basis,
jauh lebih besar dari satu dan penguatan tegangannya dapat diatur. Selain itu
mempunyai impedansi masukan dan keluaran tidak terlalu besar dan dapat
Karakteristik Masukan
Hubungan antara IB dan VBE tidak lain adalah persamaan dioda emiter-basis
IB
VCE=0 VCE>0
(A)
30
C
B 20
Vo
10
Vi E
0 VBE(Volt)
1 2 3
(a) (b)
68
Tetapi oleh karena, IB = (1-) IE dan mempunyai harga hampir satu
maka skala IB pada gambar 5.5, lebih kecil dari pada skala IE pada gambar 5.3.
transistor dari bahan silikon seperti yang terlihat pada gambar 5.5. Hanya saja
untuk germanium arus mulai naik dari harga nol, kira-kira pada tegangan 0,1
sampai 0,2V, sedang untuk silikon antara 0,5 sampai 0,7V. Sehingga pada
keadaan aktif , harga VBE pada umumnya diambil sebesar 0,2V untuk
Untuk VCE yang lebih besar yang berarti tegangan arah balik pada
sambungan kolektor semakin besar, lebar basis akan menjadi lebih kecil,
1
Oleh karena IB IE , maka sudut kemiringan kurva masukan
( 1)
penguat emitor ditanahkan lebih kecil dari pada penguat basis ditanahkan,
akibatnya impedansi masukan penguat emitor ditanahkan lebih besar dari pada
Karakteristik Keluaran
Tetapi oleh karena harga VC tergantung pada VCE, maka IC juga tergantung
cukup kecil, makin besar arus basis makin besar sudut kemiringannya.
69
IC
(mA)
I B = 30 A
30
I B = 20 A
20
I B = 10 A
10
0 V C E (V o lt )
1 2 3
Daerah aktif, transistor sebagai penguat bekerja pada daerah aktif dimana
sambungan emitor dicatu maju dan sambungan kolektor dicatu balik, harga I C
hampir tidak tergantung VCE, hanya bergantung IB. Pada keadaan IB tetap IC
Daerah jenuh, pada daerah ini sambungan emitor dan sambungan kolektor
Pada daerah jenuh VC positif sehingga IC akan akan lebih kecil dari IB dan
turun secara aksponensial menuju nol. Nilai VCE sedikit tergantung IC dan IB,
Daerah mati, pada daerah ini sambungan emitor dan sambungan kolektor
mendapatkan catu balik. Pada kondisi ini IC = ICO = ICBO yang nilainya hampir nol
70
c. Penguat Transistor Kolektor Ditanahkan (Common Collector/CC)
kolektor) ditunjukkan pada gambar 5.7. Cirinya adalah masukan diambil pada
basis, keluaran diambil pada emitor dan kolektor dipakai bersama. Rangkaian
karena mempunyai sifat, penguatan arusnya sama dengan jauh dari satu dan
E
B
Vo
Vi C
kedua konfigurasi jadi berlawanan, yaitu VEC untuk konfigurasi CC dan VEC = -
VCE untuk konfigurasi CE. Namun sudah tentu dalam menggambar Karakteristik
sama dengan konfigurasi CE. Karakteristik keluaran dari kedua konfigurasi ini
juga hampir sama. Hal ini terlihat dari persamaan sebelumnya dimana I C dan IE
dan CC. Karena >> 1 dapat dikatakan IE = IC. Jadi kita dapat menggunakan
71
gambar 5.6 sebagai Karakteristik keluaran transistor dalam konfigurasi CC.
untuk konfigurasi CC, tegangan keluaran yang diambil di emiter akan naik.
driver bahkan dapat digunakan sebagai power. Agar transistor dapat berfungsi
sebagai penguat, pada bagian basis harus ada panjar dc-nya, penentuan kuat
arus dan tegangan dc pada penguat ini disebut analisis dc, ada tiga cara
Vcc
VCC - I B R B - VBE 0
RC
RB V - VBE
C1 I B CC
C2 RB
Vo
I C I B
Vi VCC - I C R C - VCE 0
72
b. Panjar basis dengan pembagi tegangan R B1 dan RB2
Vcc R B2
VBB VCC
R B1
RC
C2 R B1 R B2
R B1 R B2
C1 R B R B1 // R B2
R B1 R B2
Vo VBB - I B R B - VBE - I E R E 0
Vi R B2
RE VBB - VBE
IB
R B 1 R E
VCC - I C R C - VCE - I E R E 0
c. Panjar basis dengan balikan tegangan
Vcc
VCC - I 'C R C - I B R B - VBE - I E R E 0
RC
I B RB IC' C 2 I 'C I B I C 1 I B I E
IC VCC - VBE
C1 IB
R B 1 R C R E
IE Vo VCC - I C R C - VCE - I E R E 0
Vi RE
yang sesuai agar tidak terjadi cacat pada output (noice). Isyarat masukan
maksimum pada saat isyarat keluaran akan cacat disebut kepekaan penguat.
73
penguatan tegangan (Kv) disebut analisis ac. Untuk ini diperlukan rangkaian
hie
Vi 1/ hoe Vo Vi Vo
hfeib hie hfeib 1/ hoe
hreVo
(a) (b)
Dengan pendekatan, nilai hre kecil sehingga hre Vo dapat dianggap sama
a. Panjar basis dengan hambatan basis RB tanpa RE atau dengan bypass CE.
Vcc
RC
RB
C1
C2
RC Vo
Vo Vi RB
Vi
(a) (b)
(a) Rangkaian Panjar Basis Dengan RB Tanpa RE Atau Dengan Bypass CE.
(b) Rangkaian setara ac
74
ib
Vi RB hie 1/ hoe RC Vo
hfeib
(a) (b)
(a) Rangkaian Panjar basis dengan RB, dipasang RE tanpa bypass CE. (b)
Rangkaian Setara ac
ib
Vi RB Rc Vo
(1+h fe)R E
hie
Z o RC // 1/hoe RE //
( 1)
75
RC 1/hoe maka Z o RC
R C
AV
hie ( 1) RE
c. Panjar basis dengan pembagi tegangan R B1 dan RB2 dengan bypass CE
Vcc
RC
R B1 C2
C1
RC
Vi RB1 RB2
Vo RE
Vi R B2
RE CE
(a) (b)
(a) Rangkaian Panjar Basis Dengan RB1 dan RB2. (b) Rangkaian setara ac
ib
Vi RB hie 1/ hoe RC Vo
hfeib
Rangkaian setara parameter-h Rangkaian Panjar Basis Dengan RB1 dan RB2
tanpa RE atau dengan bypass CE
25 R B1R B2
h ie ( 1) , R B R B1 // R B2
I E mA R B1 R B2
Zi = RB//hie, Z o = RC//1/hoe
1
hfe (R C // )
Vo hfeib Z o hfeZ o hoe
AV atau A V
Vi ibhie hie hie
Vo RC
Vi R B2 Vi RB1 RB2
RE RE
(a) (b)
(a) Rangkaian Panjar Basis Dengan RB1 dan RB2 dipasang RE tanpa bypass
CE. (b) Rangkaian setara ac.
76
ib
Vi RB Rc Vo
(1+h fe)R E
Rangkaian setara parameter-h Rangkaian Panjar Basis Dengan RB1 dan RB2
dipasang RE tanpa bypass CE
25
hie ( 1)
IE mA
RB1RB 2
RB RB1 // RB 2
RB1 RB 2
Zi = RB//{hie + ( + 1) RE}
hie
Z o RC // 1/hoe RE //
( 1)
RC 1/hoe maka Z o RC
hf eR C
AV
hie ( 1) RE
e. Panjar basis dengan balikan tegangan tanpa R E atau dengan bypass CE
Vcc
RC
RB C2
C1
ii i' RB
Vo ib
Vi hie 1/hoe RC Vo
Vi ib
(a) (b)
(a) Rangkaian Panjar basis dengan balikan tegangan tanpa R E atau dengan
bypass CE, (b) Rangkaian setara parameter-h
v o RC // 1 / hoe
AV
vi hie
ib ii i'
Vo Vi
ib ii V
RB ib ii o
RB
Vo Vi
77
V V
Vi ib hie ii o hie iihie o hie
RB RB
V
A V o Vo A V Vi
Vi
AV A iihie
Vi iihie hie Vi 1 - V hie Vi iihie , Vi
RB RB A
1 - V hie
RB
Vi iihie hie R
Zi hie // B
ii AV A AV
ii 1 - hie 1 - V hie
RB RB
(a) (b)
RB
Z i hf eR E
AV
Z o R C RB
78
Rancangan dalam praktek penguat emitor ditanahkan, titik kerja ditengah garis
C1, C2 dan C3, seperti ditunjukkan oleh gambar berikut, dengan kapasitor C E
79
VCC
Q1 Q2
Vo
Vi RB12 RB21
RE1 CE1 RE2 CE2
ib1 ib2
hie1 1/hoe1 hie2 1/hoe2
ib1 ib2 Vo
Vi RB1 RC1 RB2 RC2 RL
Zo = 1/hoe2//RC2//RL
AV = AV1AV2
hfe1RL1
A V1 dengan RL1 = RC1//RB2//hie2//1/hoe1
hie1
hfe2R L2
A V2 dengan RL2 = RC2//RL//1/hoe2
hie2
80
LKS Transistor
1. Ada berapa tipe/jenis transistor bipolar (transistor), bagaimana susunan dan simbolnya
2. Transistor mempunyai tiga elektroda sebutkan! jelaskan masing-masing fungsinya!
3. Transistor sebagai penguat bagaimana jalannya arus dan tegangannnya?
4. Secara umum sebutkan minimal 5 buah penggunaan transistor?
5. Bagaimana menentukan keadaan transistor?
6. Dalam hubungannya dengan catu sanbungan emetor (Emitter junction biased, J E) dan
catu sambungan kolektor (collector junction biased, JC), agar transistor dapat berfungsi
sebagai penguat apakah syaratnya?
7. Transistor sebagai penguat gambarkanlah komponen arusnya, dan bagaimana hubungan
masing-masing komponen arus dan tegangannya?
8. Bagaimanakah hubungan antara arus kolektor dan arus basisnya?
9. Terdapat tiga pengoperasian transistor sebagai penguat yaitu Basis Bersama (Common
Base, CB), Emitor Bersama (Common Emitter, CE), Kolektor Bersama (Common
Collector, CC), gambarkan rangkaiannya dan sebutkan ciri-cirinya!
10. Dari ketiga pengoperasian transistor sebagai penguat tsb., bagaimana karanteristiknya
berkaitan dengan Impedansi masukannya, Impedansi keluarannya, penguatan arusnya
dan penguatan tegangannya? berikan contoh penggunaanya!
11. Dalam menganalisis transistor sebagai penguat digunakan rangkaian setara, untuk
frekuensi tegah digunakan rangkaian setara parameter-h, buatlah rangkaian setara
parameter-h dari ketiga pengoperasian transistor tsb.!
12. Dalam prakteknya, transistor yang dioperasikan dalam emitor besama yang banyak
digunakan. Untuk memberi catu basis pada penguat emitor bersama terdapat tiga cara
yaitu dengan memasang hambatan basis RB, dengan pembagi tegangan dan dengan
umpan balik tegangan. Gambarkan rangkaiannya!
13. Untuk menghitung arus basis terdapat dua cara yaitu cara eksak dan pendekatan. Cara
eksak biasanya digunakan untuk perhitungan secara teoritis, cara pendekatan digunakan
dalam praktek. Secara eksak tentukan arus basis (I B), rangkaian no. 12. (analisis dc)!
14. Berdasarkan IB yang diperoleh bagaimana menentukan IC dan IE, rangkaian no.12.?
15. Untuk menghitung tegangan pada masing-masing terminal digunakan VBE = 0,7 Volt
untuk transistor dari bahan silikon dan VBE = 0,2 Volt untuk transistor dari bahan
germanium. Tentukan VE, VB, VC, dan VCE untuk rangkaian no.12.
16. Disamping arus dan tegangan dc pada penguat, perluditentukan juga impedansi
masukan (Zi), impedansi keluaran (Zo) dan penguatan tegangan (Kv), untuk ini
diperlukan analisis ac menggunakan rangkaian setara parameter-h. Untuk ini hfe =
dan hoe biasanaya diketahui nilainya, bagaimana menghitung besaran hie?
17. Bagaimanakah ketentuan membuat rangkaian setara parameter-h untuk suatu penguat?
(dalam analisis ac)
18. Buatlah rangkaian setaraparameter-h rangkaian no. 12, dan tentukan nilai Zi, Zo dan
KV?
81
Soal-Soal Transistor
Vcc
RC
RB
C1
C2
Gambar 1
Gambar 1, transistor dari silikon untuk soal no. 1 s/d 5,
1. Dengan RB = 330 K, RC = 2,7 K, VCC = 12 V dan = 50. Hitung tegangan kolektor.
2. Dengan RB = 150 K, RC = 2,1 K, VCC = 9 V dan = 45. Hitung tegangan kolektor-
basis.
3. Dengan RB = 240 K, RC = 1,8 K, VCC = 12 V dan = 70. Hitung arus kolektor dan
tegangan kolektor-emitor.
4. Dengan VC = 8 V, RC = 2,4 K, VCC = 18 V dan = 90. Hitung hambatan basis RB .
5. Dengan VCE = 6 V, RB = 510 K, VCC = 22 V dan = 120. Hitung hambatan kolektor
RC.
Vcc
RC
RB
Gambar 2 C1
C2
RE
82
11. Dengan RB = 750 K, RC = 3,3 K, RE = 0,82 K, VCC = 9 V dan = 75. Hitung
tegangan basis, tegangan emitor dan tegangan kolektor.
12. Dengan RB = 680 K, RC = 2,2 K, RE = 910 , VCC = 15 V dan berubah dari 90
menjadi 180. Berapa persen tegangan kolektor berubah.
Vcc
RC
R B1
C1
C2
R B2
RE
Gambar 3
Gambar 3, untuk soal no. 13 s/d 20,
13. Dengan RB1 = 470 K, RB2 = 68 K, RC = 15 K, RE = 3,3 K, VCC = 18 V dan =
120. Hitung tegangan basis.
14. Dengan RB1 = 91 K, RB2 = 11 K, RC = 4,7 K, RE = 1,2 K, VCC = 18 V dan =
70. Hitung arus basis dan kolektor.
15. Dengan RB1 = 82 K, RB2 = 24 K, RC = 5,6 K, VCC = 16 V dan = 150. Agar VC =
6 V, hitung RE.
16. Dengan RB1 = 100 K, RB2 = 22 K, RC = 8,2 K, RE = 2,2 K, VCC = 9 V dan =
100. Hitung arus kolektor dan VCE .
17. Dengan RB1 = 220 K, RB2 = 51 K, RC = 3,3 K, VCC = 18 V dan = 130. Agar IC =
0,5 IC saturasi, hitung RE.
18. Dengan RB1 = 62 K, RB2 = 9,1 K, RC = 3,9 K, RE = 0,68 K, VCC = 16 V dan =
110. Hitung tegangan kolektor-basis (VCB).
19. Dengan RB1 = 75 K, RB2 = 24 K, RC = 2,4 K, RE = 1,2 K, VCC = 16 V dan
berubah dari 80 menjadi 160. Berapa persen tegangan kolektor-emitor berubah.
20. Dengan RB1 = 12 K, RB2 = 2,2 K, RC = 2,7 K, RE = 1,1 K, VCC = 9 V dan =
120. Hitung tegangan kolektor, basis dan emitor.
Vcc
RB RC
Gambar 4 C1 C2
83
Gambar 4, untuk soal no. 20 s/d 24,
21. Dengan RB = 470 K, RC = 3,6 K, VCC = 16 V dan = 120. Hitung tegangan
kolektor.
22. Dengan RC = 3,6 K, VCC = 16V dan = 120. Agar VC = 8 V, hitung hambatan
feedback RB.
23. Dengan RB = 470 K, RC = 9,1 K, VCC = 22 V dan = 120. Hitung arus kolektor
dan tegangan kolektor-emitor.
24. Dengan RB = 470 K, RC = 3,6 K, VCC = 22 V dan = 120. Hitung tegangan
kolektor, basis dan emitor.
Vcc
RB RC
C1 C2
Gambar 5
RE
84
31. Rangkaian gambar 1, apabila RB = 330 K, RC = 2,7 K, VCC = 12 V, = 50, hoe =
25mho.
32. Rangkaian gambar 2, apabila RB = 220 K, RC = 2,7 K, RE = 1,5 K, VCC = 18 V
= 55 dan hoe = 25 mho.
33. Rangkaian gambar 3, apabila RB1 = 100 K, RB2 = 22 K, RC = 8,2 K, RE = 2,2
K,
VCC = 9 V, = 100, hoe = 20 mho dan pada RE diparalel dengan kapasitor C = 33
F/16V
34. Rangkaian gambar 3, apabila RB1 = 100 K, RB2 = 22 K, RC = 8,2 K, RE = 2,2
K,
VCC = 9 V, = 100 dan hoe = 20 mho.
35. Rangkaian Gambar 4, apabila = 100 dan hoe = 100 mho (Eldas 2 hal 87-88).
Vcc
RC
RB
C1
C2
Gambar 6.
RE
36. Rangkaian gambar 6, apabila transistor dari bahan silikon, Vcc = 6 V, hambatan
kolektor Rc = 2k2 dan hfe = 150. Agar titik kerja transistor ditengah garis beban
hitunglah besar RE, RB.
Vcc
RC
R B1
C1
C2
Gambar 7.
R B2
RE
85
38. Berikut ini rangkaian penguat dengan bias basis RB, Dengan transistor dari silikon,
Vcc RB = 560 K, RC = 2,7 K, RE = 560 , VCC = 18 V, VBE =
RC
RB
C1 0,7 V, = 100 dan hoe = 25 mho.
C2
a. Hitung tegangan kolektor, basis, emitor dan VCE.
RE
CE b. Hitung Zi, Zo daan AV
39. Perhatikanlah rangkaian berikut ini, Jika diketahui hfe = 100, hoe = 25 mho, titik
kerja ditengah garis beban dan pada frekuensi tengah,
RB 3k
hitung:
6V
Vo a. RE, RB,.
Vi RE
CE
b. Zi, Zo dan Kv
40. Berikut ini rangkaian penguat dengan bias basis RB, Dengan transistor dari silikon,
Vcc
RC RB = 220 K, RC = 2,7 K, RE = 1,5 K, VCC = 18 V, = 55
RB
C1
C2
dan hoe = 25 mho.
a. Hitung tegangan kolektor, basis, emitor dan VCE.
RE
b. Hitung Zi, Zo daan KV
41. Rangkaian berikut, apabila transistor dari bahan silikon,Vcc = 12 V, VBE = 0,7 V,
Vcc
RC RC = 2k2, RE = 470 Ω hfe = 100, hoe = 25 Mho dan
R B1
C1
C2 CE = 33F. Agar titik kerja transistor ditengah garis beban
R B2 output simetri.
RE CE
Hitunglah besar RB1 dan RB2, Z1, Zo dan Av.
42. Perhatikan rangkaian berikut ini, apabila RB1 = 100 K, RB2 = 22 K, RC = 8,2K,
Vcc
RC RE = 2,2 K, VCC = 9 V, VBE = 0,7 V, = 100 dan hoe = 20
R B1
C1
C2 mho.
R B2 Hitung impedansi masukan (Zi), impedansi keluaran
RE
(Zo)dan penguatan (Kv)!
86
43. Rangkaian berikut, apabila transistor dari bahan silikon,Vcc = 12 V,
Vcc
hambatan kolektor Rc = 2k2 dan hfe = 100, hoe = 25 Mho.
RC
R B1
C1 Agar titik kerja transistor ditengah garis beban, hitunglah
C2
besar RE, RB1 dan RB2, Z1, Zo dan Kv.
R B2
RE
45. Rangkaian berikut ini, apabila transistor dari bahan silikon, Vcc = 12 V, hambatan
Vcc
RC
kolektor Rc = 2k2 dan hfe = 100. Agar titik kerja transistor
RB
C1 C2
ditengah garis beban hitunglah besar RE, RB.
RE
46. Perhatikanlah rangkaian berikut ini, Jika transistor diopersikan ditengah garis beban
VCC
RC1 RB21 RC2 dan pada frekuensi tengah,
RB11
Vi RB12 RB22
VO b. Tentukan Zi, Zo dan Kv
RE1 CE1 RE2 CE2
87
latihan soal transistor / hal: 7
BAB V
TRANSISTOR EFEK MEDAN
(FIELD EFFECT TRANSISTOR/FET)
A. Pendahuluan
karena kerjanya tergantung pada lairan pembawa mayoritas dan minoritas dan
transistor bipolar disebut juga piranti yang dikendalikan oleh arus karena arus
kolektor (sebagai arus output) dikendalikan oleh arus basis (seagai arus input).
Dalam bab ini akan dipelajari transistor efek medan (transistor unipolar/kutup
tunggal) karena kerjanya hanya tergantung pada lairan pembawa mayoritas saja.
dan transistor efek medan disebut juga piranti yang dikendalikan oleh tegangan
karena arus drain (sebagai arus output) dikendalikan oleh medan listrik yang
tergantung pada tegangan gate. Ada dua jenis transistor efek medan yaitu transistor
efek medan sambungan (Junction Field Effect Transistor/JFET) dan trasistor efek
b) Pembuatannya sederhana karena hanya terdiri dari dua lapis, dan memerlukan
ruang yang lebih kecil dalam rangkaian terpadu (Integrated Circuit/IC) sehingga
c) Dapat digunakan sebagai komponen yang lain seperti hambatan dan kapasitor,
88
e) Dapat digunakan sebagai penyambung bilateral simetris.
h) Tidak menunjukkan tegangan pengganti (offset) pada arus drain nol, sehingga
Kelemahan utama dari FET adalah lebar pitanya kecil dan kecepatannya lebih
B. JFET
Secara skematis, FET terdiri dari sebatang semikonduktor tipe tertentu yang
pada sisinya berlapiskan semikonduktor tipe lain. Jadi antara lapisan sisi batang
D D
D D
G G
G G
p n p n p n
S S
S S
(a) (b)
Gambar 6.1 (a) JFET Kanal-n dan Simbolnya. (b) JFET Kanal-n dan Simbolnya
gerbang) adalah terminal pengatur lebar kanal atau pengatur arus drain. Daerah
89
Dinamakan JFET kanal-n jika batang semikonduktornya adalah tipe-n,
dengan semikonduktor tipe-p pada sisinya. Dinamakan JFET kanal-p jika batang
JFET kanal-n pembawa muatan mayoritas yang berperan dalam hantaran listrik
adalah elektron, sedang pada JFET kanal-p, yang berperan yang berperan adalah
hole. Pada JFET kanal-n, konsentrasi akseptor dalam semikonduktor tipe-p dibuat
jauh lebih besar dari konsentrasi donor pada batangnya. Untuk JFET kanal-p hal
Dimana masukan disadap dari terminal gate-source dan keluaran disadap dari
90
pembawa muatan pada sambungan yang diiukuti rekombinasi sehingga pada
sambungan tidak ada pembawa muatan atau kosong maka disebut daerah
kehingan elektron bebasnya dan ion negatif akibat atom akseptor yang menerima
elektron bebas sehingga pada daerah pemosongan tedapat medan listrik. Secara
umum medan listrik ini disamping dapat menimbulkan potensial penghalang juga
Pada JFET, medan listrik di seputar kanal digunakan untuk mengatur lebar kanal,
yang digunakan untuk lewat muatan mayoritas atau mengalirnya arus listrik antara
drain dan source. Tebal medan listrik dapat diatur oleh tegangan balik antara
gerbang dan kanal (antara gate-source atau gate-drain) seperti gambat 6.3.
Medan listrik dareah gate-drain lebih tebal dari pada daerah gate-source, hal ini
karena tegangan balik antara gate-drain lebih besar dari pada gate-source.
Tegangan balik biasanya diatur oleh tegangan antara gate-source (VGS), apabila
tegangan balik VGS diperbesar terus, pada suatu saat kanal terjepit/tertutup
sehingga tidak ada arus listrik yang mengalir antara drain-source. Tegangan gate-
2. Karakteristik JFET
a. Karakteristik Keluaran
keluaran (VDS) yaitu tegangan antara drain-source dan kuat arus keluaran (ID)
yaitu kuat arus yang keluar melalui terminal drain pada tegangan gate-source
yaitu tegangan pada saat kanal tertutup atau ID = 0. IDSS adalah arus drain
91
ID
Arus penguras ID sebagai arus keluaran
IDSS VGS= 0V dipengaruhi oleh tegangan VGS pada
VGS= -1V
VGS= -2V masukan. Ini berbeda dengan transistor
VGS= -3V
biasa dimana arus kolektor sebagai arus
VDS
Vp
keluaran dipengaruhi oleh arus basis
ada masukan. Ini menunjukkan bahwa JFET juga MOSFET merupan piranti
Kemiringan kurva pada VDS < Vp kemiringan kurva tergantung VGS, artinya
pada keadaan ini JFET berlaku sebagai hambatan yang dapat diatur oleh VGS.
Untuk VGS > 0 tidak dilukiskan karena pada keadaan ini tidak pernah dilakukan
b. Karakteristik masukan
masukan yaitu tegangan antara gate-source (VGS) dan kuat arus masukan yaitu
kuat arus yang masuk melalui terminal gate (IG) pada tegangan keluaran (VDS)
tertentu.
IG Karakteristik statik masukan tak lain
adalah karakteristik dioda, yaitu dioda
antara gate dan kanal. Untuk JFET
karakteristik yang digunakan adalah
VGS karakteristik dioda dicatu balik.
Karena VGS di beri catu balik maka impedansi masukan amat besar. Arus
92
c. Karakteristik transfer/alir
besarnyan tegangan antra gate-source (VGS) dan besarnya arus drain ID.
VGS = 0 maka ID = IDSS dan VGS = Vp maka ID = 0. Bentuk kurva transfer adalah
d. Transkonduktansi (gm)
dID
Merupakan kemiringan kurva transfer gm disebut transkonduktansi (gm).
dVGS
V 2IDSS
gm go 1 GS go
Vp Vp
93
s3. Pemberian catu/bias agar JFET bekerja sebagai penguat.
RG
VGS = VG – VS = VGG – 0 = VGG
Vo
Vi 2
VGS
ID IDSS 1 - VD = VDD – ID RD
VGG
V
p
C1
melalui gate-source, maka IG = 0.
Vo
Tegangan pada gate: VG = IG RG = 0
Vi RG
RS Tegangan pada source: VS = ID RS
VDD
Gate pada reverse bias agar IG = 0.
RD
RG1 C2
Tegangan pada gate (VG):
C1
RG1 RG2 RG2
RG VG VDD
Vo RG1 RG2 RG1 RG2
Vi RG2
RS
VGS = VG – VS = VG – ID RD
94
d. Rangkaian setara FET
rangkaian menjadi:
Vgs
gmVgs
s
VDD
g d
RD
RG1 C2
rd
C1
Vgs
gmVgs
s
Vi RG RD Vo
Vo
Vi RG2 RS dibaypass
RS CS
Ri = RG; Ro = rd//RD
AV = Vo/Vi = - gm rd//RD
VDD
RD g d
RG1 C2
C1 Vgs
gmVgs
s
Vi RG RD Vo
Vo
Vi RG2
RS
RS
95
Apabila rd tidak diperhatikan maka,
Vo = - gm VGSRD
Vgs = Vg – Vs = Vi - gmVGSRS
Vo gmRD
AV -
Vi 1 gmR S
RD 1
AV - , rm
rm R S gm
rd
Vgs
gmVgs
s
Vi RG RD Vo
RS
RD
Vo - gmrd Vgs ,
rd R S RD
Vgs Vi - VS
gmrd Vi - VS ,
RD
Vo -
rd R S RD
Vo
VS IdR S - RS
RD
RD V
Vo - gmrd Vi o R S ,
rd R S R D RD
Vo gmRD 1
AV - , jika rm maka
Vi
1 gmR S
RD R S gm
rd
Vo RD
AV -
rm R S m RD R S
Vi r
rd
96
B. MOSFET
MOSFET ( Metal Oxide Semiconductor Field Effect Transistor) adalah suatu
transistor efek medan dengan gate yang diberi lapisan tipis oksida silikon yang
bersifat isolator. Dengan adanya lapisan oksida silikon ini hambatan masukan
MOSFET menjadi jauh lebih besar dari pada hambatan masukan JFET. Dengan
adanya hambatan masukan yang besar ini MOSFET mempunyai derau yang
rendah. Karena MOSFET dapat berlaku sebagi hambatan dan kapasitor maka
memungkinkan dibuat rangkaian terpadu (Integrated Circuit/IC) yang hanya terdiri
dari MOSFET saja dengan kepadatan yang lebih tinggi. Rangkaian terpadu
(Integrated Circuit/IC) seperti ini disebut LSI (Large Scale Integration).
Ada dua macam MOSFET yaitu MOSFET Diperberat (Enchancement) dan
MOSFET Pengosongan (Depletion).
p p
D D
Landas an Landas an
G G
B B
S S
Gambar 6.7 (a) Susunan MOSFET Diperberat, (b) Simbol MOSFET Diperberat
Kanal-n, (c) Simbol MOSFET Diperberat Kanal-p.
97
terbesar diperoleh dari source dan drain. Akibatnya daerah substrat dekat gate
yang semula jenis-p membalik membentuk lapisan jenis-n. Lapisan ini
membentuk kanal yang disebut kanal pembalikan (Invertion Channel/kanal
inversi). Dengan adanya kanal ini, bila pada drain-source diberi tagangan positif
akan mengalir arus drain (ID) melalui kanal tersebut. Jika VGS diperbesar maka
lapisan inversinya akan diperbesar/diperberat dan semakin besar arus drain ID
yang mengalir, maka MOSFET ini disebut MOSFET Diperberat
(Enchancement). Jika VGS dijaga tetap pada nilai positif tertentu dan VDS
diperbesar maka arus drain (ID) akan membesar secara linier mengikuti
tegangan drain untuk harga VDS kecil. Untuk VDS besar, menyebabkan selisih
tegangan pada kanal membesar, sehingga tegangan ujung oksida gate dan
drain VDG = (VDS – VGS) membesar (semakin positif). Semakin positifnya
tegangan ini mengurangi kuat medan pada ujung isolator dan drain yang
berakibat semakin berkurangnya lapisan inversi pada ujung isolator dan drain,
lihat gambar. Kanal tersebut dijepit, akibatnya ID membesar jauh lebih lambat
dibanding dengan membesarnya VDS, dan arus menjadi jenuh.
Jika pada gate tidak dibari tegangan (VGS = 0) tidak ada arus drain, berapapun
tegangan VDS, karena tidak ada kanal.
ID(mA)
VGS=6V ID(mA) ID=K(V GS-VT)2
5V
4V
3V
VDS(Volt)
VGS(Volt)
VT
(a) (b)
Gambat 6.8 (a) Kurva Karakteristik Keluaran, (b) Kurva Karakteristik Transfer
MOSFET Diperberat kanal n.
98
Arus IDSS pada VGS 0 dinamakan arus drain tertutup (ID(OFF)). Arus drain ID
mengalir bila lapisan inversi telah terbentuk yaitu V GS melampaui tegangan
ambang VT yang nilainya antara 1V hingga 6V. Hubungan arus drain ID dengan
VGS untuk MOSFET diperberat dapat dinyatakan sebagai berikut.
ID = K (VGS-VT)2
VDD
RD
Vo
RG D
G
Vi
S
Arus drain juga dapat diproleh dari turunnya tegangan pada R D yaitu:
VD = VDD – IDRD
Contoh,
Jika VDD = 12 V, RG = 10 M, RD = 2k, VT = 3V dan K = 0,3 mA/V2. Hitung ID dan
VDS.
ID = K(VDS – VT)2 = 0,3 .10-3(VDS – 3)2
VDS = VDD – IDRD = 12 - 0,3 .10-3(VDS – 3)2. 2.103 = 12 – 0,6(VDS – 3)2
VDS = 6,1 V dan ID = 2,9 mA
99
2. MOSFET Pengosongan (Depletion)
S G D S G D
- + Metal - + - + Metal
Isolator - - - - - Isolator
+++++
- - - - -
-- -- -- -- -- +
- +
- +- +
- +
-
n - - -n - - n Semikonduktor n - - -n - - n Semikonduktor
p p
D D
Landasan Landasan
G B G B
S S
ID(mA)
+3V ID(mA)
Diperberat
+2V ID=IDSS(1-VGS/V p)2 IDss
VGS = 0 V
-2V Pengosongan Diperberat
-3V Pe ngos ongan
VDS(Volt) VGS
VGS(OFF)
0
(a) (b)
Gambat 6.10 (a) Kurva Karakteristik Keluaran, (b) Kurva Karakteristik Transfer
MOSFET Pengosongan kanal n.
100
MOSFET Pengosongan dapat juga bekerja dalam mode MOSFET Diperberat,
untuk ini hanya diperlukan pemberian tegangan gate positif, sehingga muatan-
muatan negatif diinduksikan ke dalam kanal. Dengan cara ini hantaran dalam
kanal naik dan arus drain membesar melampaui I DSS. Karakteristik Keluaran
dan Karakteristik Transfer ditunjukkan pada gambar 6.10.
VDD= +20V
RD 1k5
Vo
D
IDSS = 8mA
G
Vi Vp =- 4V
S
100M RG
101
LKS Transistor Efek Medan (FET)
102
gayuhh@yahoo.co.id
Soal-Soal BabVI
103
10. Rancang penguat menggunakan
JFET seperti rangkaian soal no.2.
Jika dari lembaran data diperoleh
VDD = 20V, IGSS = -100 nA, IDSS = 12 -30V
+15V RD 2k
820 I DSS = 10 mA
Vp = - 2V
100M Vo
D RG
G 10M
S Vo
Vi 51M Vi
750
10F VT= 5V
K= 0,3 mA/V2
D
G IDSS= 16mA
Vi gmo = 4mmhoV
S
Vi 1M
300 RG 1M
RS 100
120 50
15. Hirung penguatan, impedansi
masukan dan impedansi keluaran
rangkaian berikut,
104
PENGUAT GANDENGAN RC
VCC
RC
RB1 CjC C2
C1
Q
RL vo
vi RB2
Ced
RE CE
105
basis sehingga dalam basis terdapat dua muatan berbeda dan terbentuk
kapasitansi.
Berdasarkan isyarat masukan yang diberikan C1, C2 dan CE membentuk
kapasitor-kapasitor seri sedangkan Cjc dan Ced membentuk kapasitor-kapasitor
paralel.
Secara umum tanggapan amplitudo gambar 1.1 dapat digambarkan seperti
pada gambar 1.2.
G(w)(dB)
Kv
Kv-3
Log f (Hz)
fB fA
106
VCC
RC
b C
RB1
ib
Q
RL
vo Vi RB hie 1/hoe RC RL Vo
vi
RB2 ib
e
C1
Q
RL vo
vi RB2
CE
RE
107
1. Pengaruh kapasitor penggandeng C1 dan C2 pada tanggapan amplitudo
Untuk menganalisa besar f1 pengaruh C1, C2 dan CE dipisahkan, untuk
menentukan pengaruh C1 dan C2, kapasitor pintas CE dianggap hubung singkat,
sedangkan Cjc dan Ced dianggap terbuka, sehingga rangkaian gambar 1.1
menjadi, V CC
RC
RB1 C2
C1 C2
C1
Q ib
RL vo
vi RB2 vi RB hie ib 1/hoe RC RL vo
(a) (b)
Gambar 1.5 (a) Pengaruh C1 dan C2 pada Rangkaian Penguat.
1.5 (b) Rangkaian Setara Rangkaian Penguat.
R B // hie C R // h jω + ω z1
v 'i ( ω ) = v i (ω ) = 1 B ie v i (ω )
1/ jω C1 + R B // hie C1R B // hie jω + ω p1
jω + ω z1
= v i (ω )
jω + ω p1
1
Dengan ω z1 = 0 dan ω p1 =
(R B // hie )C1
v 'i ( ω ) 1 jω + ω z1
ib = = v i (ω )
hie hie (
jω + ω p1 )
ib 1/hoe RC RL vo
vo
ib(1/hoe //RC) RL
(a) (b)
Gambar 1.6 (a) Rangkaian Setara Bagian Output Penguat.
1.6 (b) Bentuk Thevenin Bagian Output Penguat.
108
RL
v o (? ) = ßib (1/ hoe // R L )
1/ hoe // R L + 1/ j?¿C2 + R L
j?+C 2R L
= ßï(1/ hoe // R c ) ib
j?¤C 2 (
(1/ hoe // R c ) + R L )+ 1
ß(1/ hoe // R c )R L j? + ? z1 j? + ? z 2
= v i (?Ó
)
hie (
(1/ hoe // R c ) + R L )j?ˆ + ?ˆp1 j?ˆ + ?ˆp 2
(1/ hoe // R c // R L ) j?é+ ?éz1 j?é+ ?éz2
ßë
= v i (?-)
hie j?b+ ?bp1 j?b+ ?bp 2
1
Dengan ω z 2 = 0 dan ω p 2 =
((1/ hoe // R c ) + RL )C2
Fungsi alih penguat akibat pengaruh C1 dan C2 adalah,
v o (ω )
G( ω ) =
v i (ω )
(1/ hoe // R c // R L ) jω + ω z1 jω + ω z2
=
hie jω + ω p1 jω + ω p 2
jω + ω z1 jω + ω z2
G( ω ) = A v
jω + ω p1 jω + ω p 2
(1/ hoe // R c // R L )
Dengan A v =
hie
Akibat pengaruh C1 dan C2 menghasilkan kutup ω p1, ω p2 dan dua nol (nol orde
dua) ω z1= ω z2 = 0 atau pada ω = 0. Dapat dimisalkan bahwa ω p2> ω p1, sehingga
bagan Bode dan tanggapan amplitudo pengaruh C1 dan C2 dapat digambarkan
sebagai berikut,
G(w)(dB)
Av
Tanggapan
Amplitudo
20dB/dek
40dB/dek
ω (log)
ω p1 ω p2
hie 1/h oe
Q
ib
RL
vo
Vi RB RC RL Vo
vi RB2
CE RE CE
RE
(a) (b)
Gambar 1.8 (a) Pengaruh CE pada Rangkaian Penguat.
1.8 (b) Rangkaian Setara Rangkaian Penguat.
Pada RE//XCE mengalir arus ib + ib atau (1+ )ib, dengan kata lain menurut ib
hambatan pada emitor besarnya menjadi ( +1)(RC//XCE). Oleh karena itu
tegangan input (vi) dapat dinyatakan sebagai berikut,
v i = hieib + (R E // X CE )(1 + )ib = ib (
hie + (R E // X CE )(1 + ))
R E (1/ jω CE ) jω CE RE
(R E // X CE ) = =
R E + (1/ jω CE ) jω CE jω CER E + 1
vi jω CER E + 1 jω CER E + 1
ib =
jω C R + 1 = jω C R h + h + (1 + )R v i
RE
hie + (1 + ) E E E E ie ie E
jω CER E + 1
CER E jω + ω z3 1 jω + ω z3
ib = vi = vi
CER Ehie jω + ω p3 hie jω + ω p3
1
ω z3 =
R E CE
h + (1 + )R E 1 1
ω p3 = ie = =
CER Ehie CER Eh (1 + )R Eh CE
hie + (1 + )R E hie + (1 + )R E (1 + )
1
ω p3 =
(hie //(1 +
)R E ) E
C
(1 + )
Tegangan keluaran penguat,
1 jω + ω z1
v o (ω ) = ib (R C // R L ) = (R C // R L ) v i (ω )
hie jω + ω p3
110
Fungsi alih penguat akibat pengaruh CE adalah,
v o (ω ) (R C // R L ) jω + ω z3
G( ω ) = =
v i (ω ) hie jω + ω p3
Dapat dimisalkan bahwa ω p3> ω z, sehingga Bagan Bode dan tanggapan amplitudo
pengaruh CE dapat digambarkan sebagai berikut,
G(w)(dB)
Av
Tanggapan
Amplitudo
20dB/dek
ω (log)
ω Z3 ω p3
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa f1 akan dipengaruhi oleh kapasitor-
kapasitor seri yaitu penggandeng C1, C2, dan kapasitor pintas CE.
RL vo
vi RB2 Ced
111
1. Rangkaian setara hibrit-π
Untuk menganalisis rangkaian pada frekuensi tinggi rangkaian setara
parameter-h tidak digunakan, karena kapasitor Cjc dan Ced menghubungkan
emitor dan kolektor dengan bagian tengah basis. Pada frekuensi tinggi
menggunakan rangkaian setara hibrit-π, rangkaian setara ini diturunkan dari
rangkaian setara-T. Berikut ini rangkaian setara-T, untuk penguat emitor
ditanahkan,
ib
rb rb Cjc
b' b'
b c b c
ib rc(1+α) ib
re Cjc rπ Ced ro
Ced gmVb'e
e e
(a) (b)
Gambar 1.11(a) Rangkaian Setara-T Penguat CE Pada Frekuansi Tinggi.
1.11(b) Rangkaian Setara Hibrit-π Penguat CE Pada Frekuansi Tinggi.
Pada gambar tampak bawa Cjc dan Ced terkoneksi di b’ (tengah basis), pada
gambar 1.11(a) di re mengalir arus ib + ib atau ib(1 + ) sehingga apabila arus
yang mengalir dianggap ib saja maka hambatan antara b’e harus dianggap
mempunyai nilai (1 + )re. Gambar 1.11(b) Rangkaian setara hibrit-π penguat agar
pembahasan lebih mudah dan biasa dilakukan. Dimana, gmvb’e = ib, pada
frekuensi tengah, vb’e = ib(1+ )re, sehingga diperoleh,
1
gm = , jika >> 1 maka
(1 + )re
1
gm ≅
re
dan
rπ = (
1+ )re = .
gm
Nilai rb dapat di tentukan dari,
hie = rb + rπ, sedangkan hie dapat ditentukan dari pengukuran pada lengkung
karakteristik masukan.
112
2. Frekuensi potong- dan frekuensi transisi.
Dapat ditunjukkan bahwa pada frekuensi tinggi penguatan arus tidak
konstan, frekuensi dimana mulai berkurang dengan sudut kemiringan – 20
dB/dek pada bagan bode disebut frekuensi potong- (ω ). Sedangkan frekuensi
pada bgan bode dimana = 0 dB atau = 1disebut frekuensi transisi (f ). Pada
lembar data transistor hanya memberi tahukan nilai Cjc sedangkan nilai Ced tidak,
karena Ced nilainya tergantung setelan dc nya. Untuk menentukan Ced dapat
diperoleh dari hubungan frekuensi potong- dan frekuensi transisi.
Untuk menentukan frekuensi potong- dan frekuensi transisi, keluaran
rangkaian setara hibrit-π dihubung singkatkan sehingga rangkaian menjadi,
rb Cjc rb
b' b'
b c b c
ib ib
rπ Ced atau rπ
Ced Cjc
gmVb'e gmVb'e
e e
gm 1
= ib (ω )
(Ced + C jc ) jω + ω
Fungsi terhadap frekuensi adalah,
113
i o (ω ) gm 1
(ω ) = =
ib (ω ) ( C ed + C jc )
jω + ω
ω
(ω ) =
o jω + ω
(ω )(dB) = 20 log o (
ω − 20 log ω 2 + ω 2 )
1/ 2
rb Cjc
b' c
b
ib ijc
vi rπ Ced ro RC RL vo
gmVb'e
e
Gambar 1.13 Rangkaian Penguat Gambar 1.1 Dalam Rangkaian Setara Hibrit-π.
113
Efek Miller
i jc = (
v b 'e − v o )
ω C jc
(ro // R L // R C )
= −v b'e
re
(ro // R L // R C )
= −v b'e
hie
= −v b'e A v
i jc = v b 'e (
1 + A V )ω C jc = v b'e ω (
1+ A V )
C jc
i jc = v b 'e ω C ef
Dengan Cef = (1 + Av) Cjc adalah kapasitor efektif jika kapasitor Cjc yang terpasang
antara masukan dan keluaran bila dipandang dari masukan terhadap tanah.
Dari persamaan di atas,
vo 1
v b 'e = − =− v o sehingga,
Av Av
1 1
i jc = v o 1
A+
ω C jc = v b'e ω1
A+
C jc = v o ω C' ef
V V
1
Dengan C' ef =
1 + A C jc adalah kapasitor efektif jika kapasitor Cjc yang
V
terpasang antara masukan dan keluaran bila dipandang dari keluaran terhadap
tanah. Nilai Cef dan C’ef dapat dibuat umum dikenal dengan efek Miller, sehingga
rangkaian setara menjadi,
rb
b b' c
ib
vi rπ ro RC RL vo
Ced Cef C'ef
gmVb'e
e
rb
b b' c
ib
vi RB rπ ro RC RL vo
Cp C'ef
gmVb'e
e
114
Dengan Cp = C ed // C ef = C ed + C ef
v'i ∼ vo
gmVb'er`o C'ef
Cp
rπ rr
Dengan v'i = v i , r `b = rb // rπ = b π dan r' o = ro // R C // R L
rb + rπ rb + rπ
1/ jω C e jω C e 1 ω p4
v b 'e = v 'i = v 'i = v 'i
r `b +1/ jω C e jω C e jω C er `b +1 jω + ω p 4
1
dengan ω p 4 =
r `b Cp
Selanjutnya,
1 / jω C' ef jω C'ef 1
vo = gm v b'er 'o = gm v b 'er ' o
r 'o +1/ jω C'ef jω C'ef jω r ' o C' ef +1
ω p5
vo = gm v b'er 'o
jω + ω p5
1
dengan ω p 5 =
r 'o C'ef
ω p4 ω p5
v o = g mr 'o v 'i
jω + ω p 4 jω + ω p 5
g m r ' o rπ ω p4 ω p5
= vi
rb + r π jω + ω p 4 jω + ω p 5
v o (ω ) gmr ' o rπ ω p 4 ω p5 1 1
G( ω ) = =
v i (ω ) rb + rπ jω + ω p 4 jω + ω p5
v o (ω ) 1 1
G( ω ) = = AV
v i (ω ) jω + ω p 4 jω + ω p5
Dengan,
115
gmr'o rπω p 4 ω p5
AV =
rb + rπ
Apabila pada frekuensi tinggi didapatkan frekuensi kutup lebih dari satu mana titik
potong atas (f2) ditentukan oleh frekuensi kutup yang nilainya terkecil. Dapat
diperoleh bahwa ω p4 < ω p5 maka titik potong atas ditentukan oleh ωp4, sehingga
bagan Bode dan tanggapan amplitudo penguat pada frrekuensi tinggi dapat
digambarkan sebagai berikut,
G(ω )(dB)
Av
ω (log)(rad/s)
ωp4
116
2. Penguat Dua tahap gandengan RC
VCC
RC1 RC1
C2 C3
RB11 RB21
C1
Q1 Q2
RL vo
vi RB12 RB22
RE1 CE1 RE2 CE2
ib1 i b2
hie1 1/hoe1 hie2 1/hoe2
ib1 ib2 Vo
Vi RB1 RC1 RB2 RC2 RL
R B11R B12 R R
R B1 = R B11 // R B12 = , R B 2 = RB 21 // RB 22 = B 21 B 22
R B11 + R B12 RB 21 + R B 22
1
Zi = RB1 // hie1, Z o =
h // R C2
oe2
AV = AV1 . AV2
hfe1 R L1 1
A V1 = , R L1 = ( //R C1 // R B 2 // hie 2 )
hie1 hoe1
1
hfe1
h //R C1 // R B 2 // hie 2
A V1 = oe1
hie1
hfe2 R L 2 1
A V2 = , R L2 = ( //R C2 //RL )
hie 2 hoe2
1
hfe2
h //R C2 //RL
A V2 = oe2
hie2
117
b. Pada frekuensi rendah
Pada frekuensi rendah penguat bertindak sebagai tapis lolos tinggi,
perhatikanlah rangkaian berikut ini,
G(ω )(dB)
ωp C
0 ω (log)(rad/s)
-10
Vi R Vo
-20
1
Frekuensi potong: f1 =
2πRC
Tegangan keluaran,
R 1 1 1
vo = vi = vi = vi = vi
1 1 1 1 f
R+ 1− j 1− j 1− j 1
jω C ω RC f 2πRC f
Penguatan tegangan (Av) dari penguat tunggal pada frekuensi rendah
diperoleh,
vo 1 1
A vL = = atau A vL =
vi f1 2
1− j f
f 1+ 1
f
1
Pada f = f1, A vL = ⇒ - 3 dB
2
Penguat bertahap banyak,
AvL = Av1L Av2L Av3L . . . AvnL
Untuk penguat bertahap banyak identik diperoleh,
Av1L = Av2L = Av3L = AvnL
AvL = (AvnL)n
n
A vL A vnL 1 A vL 1
=
= , atau =
A vM
A vM fn
n
A vM 2
n
f1
1 + f '
1+
n f '
1
118
1
Jika besarnya diambil maka diperoleh,
2
n n
2 1/ 2
f1
2
1 1 f1
= ⇒ 1+
f '
= 2 ⇒
1 + f ' = 2 ⇒
1
n
2 2 1
f1
1+
f '
1
1/ 2
n
n
f1 f1
2 2 2
f1
1 +
f ' = 2,⇒ 1 + = 2 ⇒ 1+
f ' f '
=2
1/ n
1
1 1
Sehingga diperoleh,
f1
f '1 =
2 1/ n
−1
Dengan f’1 adalah titik potong bawah penguat bertahap banyak, f1 titik potong
bawah penguat tiap tahap dan n banyaknya tahap.
vi C vo -10
-20 dB/dek
-20
1
Frekuensi potong: f2 =
2πRC
Tegangan keluaran,
1
jω C jω C 1 1 1
vo = vi = vi = vi = v
1 jω C jω RC + 1 1 f i
R+ jf +1 1+ j
jω C 1/(2πRC) f2
119
Penguatan tegangan (Av) dari penguat tunggal pada frekuensi tinggi
diperoleh,
vo 1 1
A vH = = atau A vH =
vi f 2
1+ j f
f2 1+
f
2
Dengan uraian yang sama dengan titik potong bawah, dapat diperoleh,
f '2 = f2 21 / n − 1
Dengan f’2 adalah titik potong atas penguat bertahap banyak, f2 titik potong
atas penguat tiap tahap dan n banyaknya tahap.
120
Penguat Gandengan dc
Pada penguat gandengan RC antara tahap yang satu dengan tahap yang
lainnya digandeng dengan kapasitor, yang disebut kapasitor penggandeng
(coupling). Sedangkan pada penguat gandengan dc antara tahap yang satu
dengan tahap yang lainnya digandeng lansung.
Kelebihan penguat gandengan RC adalah: a, catu/setelan dc antar tahap
tidak saling mempengaruhi, b. apabila terjadi kerusakan, tidak berpengaruh
pada antar tahap sehingga trouble shooting lebih sederhana, c. analisis
rangkaian lebih sederhana karena dapat di analisis per tahap secara terpisah.
Kelemahan penguat gandengan RC adalah: a. lebih banyak menggunakan
komponen sehingga rangkaian menjadi panjang dan lebih rumit, tidak ringkas.
b. kurang ekonomis. c. hanya menguatkan isyarat ac.
Kelebihan penguat gandengan DC adalah: a. tidak banyak menggunakan
komponen sehingga rangkaian menjadi sederhana dan ringkas b. titik operasi
lebih mantap dan lebih ekonomis. c. dapat menguatkan isyarat ac maupun dc.
Kelemahan penguat gandengan DC adalah: a, catu/setelan dc antar tahap
saling mempengaruhi, b. apabila terjadi kerusakan, berpengaruh pada antar
tahap sehingga trouble shooting lebih rumit, c. analisis rangkaian lebih rumit
karena tidak dapat di analisis per tahap.
Penguat gandengan dc digunakan sebagai penguat isyarat ac maupun dc,
contohnya penguat gandengan dc biasa, penguat sambungan npn-pnp atau
pnp-npn, penguat darlington, penguat diferensial dan penguat kaskoda.
RB2
VB1 = VCC
R B1 + R B 2
121
VB1 − VBE
IB1 =
+VCC=20V R B + ( + 1)(RE1 + RE2 )
RC
RB1 2k2 IC1 = IB1
C1 100k
0,1µF I’C1 = (IC1 + IB2)
Q1 Q2
1 = 2 =
C2
RE1 0,1µF
RB2
68
Vi
8k2
RE2 RE3 VO
CE
470
µF 1k
ib1 ib2
hie1 1/hoe1 hie2
ib1 ib2
RB1 RC1
(1+ )
(1+ )RE1 Vo
(RE3//1/hoe2 )
Z i = R B1 //{hie1 + (1 + ßP
1 )R E1}
1 hie 2 + R C1
Zo = R
E3 h
(1 + ßz)
oe 2 2
vo
AV =
vi
1 hie1
v o1 = ib1 R c1 + R hie 2 + R E3 1 ( 1+ )
h E 3
(1 + ) hoe 2
oe1
vi
ib1 =
hie1 + R E1 (
1+ )
122
hie1
v o1 =
vi R
1
+ R E3 hie 2 + R E3 1 ( )
hie1 + R E1 (
1+ ) hoe1
c1
(1 + ) h 1 +
oe 2
hie1
R c1
1
+ R
h E3
( 1 + )
oe1
ib 2 =
vi
hie 2 + R E // 1/ hoe )(1 + ) hie1 + R E1 (
1+ )
h + R 1
(1 + )
ie 2 E3 hoe 2
hie1
R c1
1
+ R
h E 3
(1 + )
(R E 3 // 1 / hoe 2 )(1 + ) oe1
vo =
vi
hie 2 + R E // 1/ hoe )(1 + ) hie1 + R E1 (
1 + )
h + R 1
(1+ )
ie 2 E 3 hoe 2
Pada penguat lebih dari satu tahap dapat terjadi osilasi karena pengaruh
tegangan isyarat pada transistor Q2 terhadap VCC masuk ke dalam rangkaian
Q1, dan karena VCC mempunyai hambatan dalam. Osilasi ini disebut osilasi
perahu motor (motorboating). Osilasi ini dapat diatasi dengan memasang
hambatan (R3) antara Q1 dan Q2 pada VCC yang diseri dengan kapasitor (CD)
dan tanah. Kapasitor CD disebut kapasitor pelepas gandengan, seperti gambar
berikut,
+VCC=20V
CD RC R3
RB1 2k2
100k
0,1µF
Q1 Q2
C1
C2
RE1 0,1µF
RB2
68
Vi
8k2
RE2 RE3 VO
CE
470
µF 1k
123
2. Hubungan Darlington
Ciri dari penguat ini adalah emitor transistor pertama disambungkan lansung
dengan basis transistor kedua/berikutnya.
Penguat darlington digunakan untuk menghsilkan arus yang besar, biasanya
digunakan pada penguat akhir atau penguat daya (Power).
VCC
RC Ic 2 = 2 b2I = 2 ( 1 + 1)Ib1
RB C2
Jika 1 dan 2 >> , maka diperoleh
Q1
C1 Q2 vo Ic 2 = 1 2 b1 I
vi
ib1
hie1 1/hoe1
ib1 ib2
vi RB 1/hoe2 RC vo
ib2
hie2(1+ )
Zi = RB (
hie1 + (1 + )hie 2 )
1
Zo = RC ≈ RC
hoe 2
1
v o = ib 2
R C
h oe 2
ib 2 = (
1+ 1 b1)i ,
vi
ib1 =
hie1 +(
1+ 1 )hie2
124
1
2 (1 + 1 )RC
h oe 2
vo = vi
hie1 +(
1+ 1)
hie 2
1
(1 + 1 )RC
hoe 2
2
vo RC
AV = = = 2 1
, untuk 1/hoe2 >> RC dan >>1
vi h ie1 +(
1+ 1 )hie 2 h ie1 +(
1+ 1 )hie 2
Dengan = 1 2 penguatan arus menjadi amat besar, ini berpengaruh juga
pada ICO yaitu arus penjenuhan sambungan basis-kolektor. Arus penjenuhan ini
peka terhadap perubahan suhu dan dapat memperbesar arus kolektor sehingga
tak terkendali menyebabkan transistor menjadi panas. Untuk menghindari ini
dipasang hambatan stabilitas RE. Jadi pemasangan RE untuk mengurangi ICO
yang menyeberang ke emitor Q1 dan masuk basis Q2. Penaruh RE adalah
sebagai berikut,
VCC
RC ib 2 =
RE
(1 + )i
R E + hie 2
C2 1 b1
RB
vi
Q1
ib1 =
C1 Q2 vo hie1 +(
1+ 1 )(hie2 // RE )
vi (
hie 2 + R E )
vi
RE
ib1 =
hie1 (
hie 2 + R E )+ ( 1+ 1) (hie2RE )
vi (
hie 2 + R E )
ib 2 =
RE
(1 + )
(RE + hie2 ) 1
hie1 (
hie 2 + R E )+ ( 1+ 1) (hie2R E )
=
(1 + 1 )RE v
hie1 (
hie 2 + R E )+ (
1+ 1)
(hie2RE ) i
1 1
(1 + ßË
1)R EßË
2 R C
R C
h oe 2 h oe 2
vi = ( ) R
vo = 1 + ßm ßm E
v
hie1 ( + R E )+ ( 1)
1 +ßA (hie2RE ) (hie2 + RE )hie1 +(1 +ßA1)
(hie2 // RE ) i
1 2
hie 2
1
R C
h
AV =
vo
=(
1+ )2 RE oe 2
vi
1
(hie2 + RE )hie1 +(1 + 1 )(hie2 // RE )
125
ib1
hie1 1/hoe1
ib1 ib2
vi RB 1/hoe2 RC vo
ib2
RE hie2(1+ )
126
3. Hubungan npn-pnp dan pnp-npn
VCC
RB
Q2
Q1
C1
Vi
RC Vo
Zit = hie1
IC 2 IC 2 IC 2
IB 2 = = IC1 = ßÈ
1IB1 , IB1 = , IE1 = ( 1+1)IB1, IE1 = (ßÈ
1 + 1) Jika 1>>1
ß}2 ß}1ßi2 ß}1ßi2
ß`1IC 2 IC 2
maka IE1 = =
ßS1ßS2 ßi2
Vcc − VCE 2
IC 2 =
RC
v o io Z o RC
AV = = = ß¼
1ß¼
2
vi ii Z i hie1
VCC VCC
RB RB Q2
Q1 Q1
C1 Q2 C1
Vi Vi
RE Vo
RE Vo
IB 2 =
IE 2
= ß-1IB1 , IB1 =
IE 2 (ß› + 1)IE2 ,
, IE1 = ( 1+1)IB1, IE1 = 1 1>>1 maka
ß•2 +1 ß•1 (
ß•2 +1) ß•1 (
ß•2 + 1)
ßr1IE 2 I
IE1 = = E2
1(
ßXßX 2 + 1) (
ßX2 + 1)
Vcc − VCE 2
IE 2 =
RE
127
4. Penguat Diferensial
Ciri dari penguat ini adalah emitor kedua transistor dihubungkan
menjadi satu, mempunyai dua masukan dan mempunyai dua keluaran,
penguat diferensial ini disebut penguat diferensial masukan berimbang dan
keluaran berimbang, seperti ditunjukkan gambar 2.5a.
Vo1 = A1 Vi1, Vo2 = A2 Vi2.
Jika kedua transistor identik dapat dibuat A1 = A2 = Adif, sehingga
(Vo1 - Vo2) = Adif (Vi1 - Vi2) atau Vod = Adif Vid.
Dengan Vod adalah isyarat keluaran diferensial, Vid isyarat masukan
diferensial dan Adif penguatan diferensial. Untuk mempermudah pembahasan
biasanya Vi2 dibuat tetap misalnya sama dengan nol, seperti gambar 2.5b.
+VCC
+VCC
RC1 RC2
RC1 RC2
vo1
vo1
vo2
vo2
vi1 Q1 Q2
vi1 Q1 Q2
A
vi2
RE
RE
-VEE
-VEE
128
Pengoperasian ac dari penguat diferensial
Perhatikan gambar 2.5b, apabila Vi1 diperbesar maka Ie1 akan
membesar pula. Akibatnya tegangan titik A akan naik juga, ini akan
mengurangi tegangan basis-emitor ransistor Q2, VBE2 akan berkurang hingga
Ie2 akan berkurang. Ini berarti Ie1 + Ie2 = Ie nilainya tetap.
Oleh karena VA = IeRE - VEE maka tegangan di titik A, VA nilainya tetap,
artinya titik A tidak terpengaruh oleh isyarat masukan dan dapat dianggap
sebagai tanah (ground) ac maya, sehingga RE dalam rangkaian setara tidak
diperhitungkan, dan karena kedua transistor bekerja saling berlawanan maka
rangkaian setara parameter-h penguat ditunjukkan seperti gambar 2.6.
ib
v id v od
RC
maka A dif =
hie
a. Penguat diferensial keluaran tak berimbang
Dalam penggunaannya sering kolektor salah satu transistor
dihubungkan langsung dengan VCC sehingga berada dalam tanah ac.
129
Penguat diferensial ini mempunyai dua masukan dan mempunyai keluaran
tunggal disebut penguat diferensial keluaran tak berimbang seperti
ditunjukkan oleh gambar 2.7.
+VCC
RC ib
hie ib 1/hoe
vo
vid RC v od
vi1 Q1 Q2
hie ib 1/hoe
vi2
RE
-V CC
RC
A dif =
2hie
130
A dif
CMRR =
A CM
CMRR sering dinyatakan dengan dB,
A dif
CMRR(dB) = 20 log
A = 20 log A dif − 20 log A CM = A dif (dB) − A CM (dB)
CM
Penguat diferensial yang baik harus mempunyai CMRR tinggi sehingga
penguat mampu menolak isyarat modus bersama yang biasanya berupa
noice. CMRR = 100 dB termasuk tinggi, CMRR yang lebih tinggi dapat
dicapai oleh penguat diferensial hibrid.
Titik pertemuan emitor kedua transistor tidak lagi berperilaku sebagai
tanah ac, karena kedua transistor bekerja tidak saling berlawanan. Penguat
deferensial dengan isyarat modus bersama ditunjukkan oleh gambar 2.8.
+VCC
RC ib
h ie ib
voCM
v iC M RC v oCM
Q1 Q2
viCM h ie RE ib
RE
-V CC
RC RC
A CM = jika >> 1 maka A CM =
((1 + )re + 2(1 + )RE ) (re + 2RE )
RC
Jika RE >> re maka A CM =
2R E
A dif R C 2R E RE RE
CMRR = = = =
A CM 2hie R C hie re
131
RE
CMRR =
re
25 1
re = =
IE (mA ) 40IE ( A )
CMRR = 40IER E
VE − VEE
IE =
RE
Dari persamaan tersebut menujukkan bahwa dengan menggunakan RE tidak
dapat memperbesar CMRR, karena bila RE diperbesar IE berkurang,
sehingga CMRR tetap.
CMRR = 40( VE − VEE ) ≅ 40 VEE
Untuk memperbesar CMRR dapat dengan mengganti RE dengan sumber
arus menggunakan transistor seperti ragkaian gambar 2.9 berikut ini,
+VCC
RC
voCM
Q1 Q2
viCM
RE I1
D R1
IE
I2
R3 R2
-VCC
132
IBR1R 2 V − VD
(1 + )IBR 3 + = EE R 2 + VD − VBE
(R 1 + R 2 ) (R1 + R 2 )
R1 R 2 VEE − VD
IB
(1 + )R 3 + (R + R ) = (R + R ) R 2
1 2 1 2
R1R 2
Karena (1 + )R 3 >> dan VEE >> VD maka,
(R1 + R 2 )
VEE
IB (1 + )R 3 = R2
(R1 + R 2 )
VEE
IB = R2
(1 + )R 3 (R1 + R 2 )
VEE R2
IE =
(R 1 + R 2 ) R 3
Tampak bahwa IE nilainya tetap, tidak tergantung oleh besar beban (RC).
Oleh karena transistor Q3 dikatakan bekerja sebagai sumber arus tetap.
Impedansi keluaran sumber arus ini adalah, Ro = 1/hoe . Jadi untuk penguat
diferensial dengan sumber arus tetap ini mempunyai CMRR besar, yang
dinyatakan,
VEE R2 1
CMRR = 40IER o = 40
(R 1 + R 2 ) R 3 hoe
133
5. Penguat Kaskoda
+VCC
RC
RB1 C3
C1
Q2
RB2
Q1 RL Vo
C2
Vi RB3
RE CE
Pemberian catu dc
IE2 = IE1 atau IC2 = IC1
Jika 1 = 2 = , maka IB2 = IB1
R B3
VB1 = VCC
R B1 + R B 2 + R B 3
VE VB1 − VBE
IE = =
RE RE
25
re =
IE (mA )
Pengoperasian isyarat ac
v o1 R r
A V1 = = − L1 , RL1 = re2 jadi A V1 = − e 2
vi re1 re1
RL 2 R
A V2 = , RL2 = RC jadi A V 2 = C
re 2 re 2
vo
A VT = = A V 1A V 2
vi
134
+V CC
RC
RB1
1µF Q2
Q1
RL Vo
Vi RB2 RB
RE CE CB
135
LATIHAN SOAL PENGUAT GANDENGAN
5k Vo
12k 1µF
Vi 12k Q1 Q2
560 10µF 560 10µF
5k
12k 12k
Vi
560 560
2. Hitung impedansi input, impedansi output
dan penguatan tegangan rangkaian penguat
dua tahap gandengan RC berikut ini, dengan 5. Hitung impedansi input, impedansi
kedua transistor memiliki = 150. output dan penguatan tegangan
18V rangkaian penguat dua tahap
2k2 2k2
100k 1µF 100k 1µF gandengan RC berikut ini,
8V
1µF RC
Q1 Q2 RB1 2k µF RB
Vo 82k 200k
5k Q2
12k 12k 1µF
Vi Q1 2=100
560 10µF 560 1=50 µF
RB2
Vi 20k RE1 RE2 RL
1k CE 1k 1k
50µF
3. Hitung impedansi input, impedansi output
dan penguatan tegangan rangkaian penguat 6. Hitung impedansi input, impedansi
dua tahap gandengan RC berikut ini, dengan output dan penguatan tegangan
kedua transistor memiliki = 100. rangkaian penguat dua tahap
12V gandengan RC berikut ini,
2k2 2k2
100k 1µF 100k 1µF +22V
RC1 RB RC2
1µF RB1 4k7 C2 1M 10k
Q1 Q2 82k
5k C3
C1
12k 12k Q1 Q2
Vi
560 1=100 Vo
560 RL
10µF RE1 2=150 10k
Vi RB2 1k
22k
RE2 CE
2k
136
7. Hitung impedansi input, impedansi output 11. Hitung impedansi input, impedansi
dan penguatan tegangan rangkaian penguat output dan penguatan tegangan
dua tahap gandengan RC berikut ini, rangkaian penguat Darlington berikut
+24V ini,
I DSS = 10 mA RD
RC Vp = - 4V 6k2
RB1 2k +12V
82k 1µF
D RC
1µF G RB1 100
Q1
200k
=100 Vo
S 1µF
RB2 RG Q1 Q2
Vi 20k RE1 CE 1M RS
1k 1k5 1=50 2=100
Vo
Vi RB2
12k RE1 RE2
390 10
8. Hitung impedansi input, impedansi output
dan penguatan tegangan rangkaian penguat 12. Hitung impedansi input, impedansi
dua tahap gandengan DC berikut ini, output dan penguatan diferensial
+12V rangkaian penguat diferensial berikut
RC1 RC2
RB
186K
3k 0.8K berikut ini, jika 1= 2 = 120, dan hie1 =
1µF
Q1 Q2 hie2 = 10 k
1=40
2=100 Vo 12V
Vi RE1 RE2
1k2 1k1 RC1 RC2
36k 36k
RB -12V
2M
Q1 13. Hitung impedansi input, impedansi
C1 Q2
output, penguatan tegangan dan
Vi 1= 2=200
RE Vo lukislah tanggapan amplitudonya
1k
rangkaian penguat berikut ini, dengan
10. Hitung impedansi input, impedansi output VBE = 0,7 V, rb = 300Ω .
dan penguatan tegangan rangkaian penguat
12V
Darlington berikut ini, RC =100
RB1 2k2 C2 Cjc=3pF
12V 0.1µF f =1MHz
RC
C127k
RB 1k 0.1µF
2M Q
RL
C1 1k2
Q1 RB2 RE
4k7 560 CE
Vi Q2 Vo µF
1= 2=100
137
BALIKAN
(Umpan Balik/Feed Back)
a
AV,lb
Vi Vo
AV,lb vi Va Vf vo
(a)
(b)
Gambar 1(a) Penguat Tanpa Balikan. Gambar 1(b) Penguat Dengan Balikan.
Pada gambar 1(a) penguat tanpa balikan dengan penguatan lingkar buka (Av,lb),
sedangkan gambar 1(b) penguat dengan balikan memiliki faktor balikan ( v) dengan
penguatan lingkar tutup (Av,lt). Faktor balikan merupakan perbandingan antara
tegangan isayarat balikan vf dan tegangan isyarat keluaran vo, dinyatakan dengan
vf
v =
ßE .
vo
Berdasarkan tujuannya balikan dibedakan menjadi balikan negatif dan balikan
positif. Balikan yang dipasang untuk memperlemah isyarat masukan disebut balikan
negatif, sedangkan balikan yang dipasang untuk memperkuat isyarat masukan
disebut balikan positif. Balikan negatif biasanya dijumpai pada penguat audio,
sedangkan balikan positif pada osilator.
Dilihat cara pemasangannya balikan dapat digolongkan menjadi empat yaitu,
1. Balikan Tegangan Seri
2. Balikan Arus Paralel
3. Balikan Tegangan Paralel
4. Balikan Arus Seri
Secara diagram blok cara pemasangan balikan dapat ditunjukan oleh gambar 2
(a), (b), (c) dan (d), sebagai berikut,
138
Vs Vi AV,lb Vo RL Vs Vi AV,lb Vo RL
Vf V
Vf V
(a) (b)
Vs Vi AV,lb Vo RL Vs Vi AV,lb Vo RL
Vf V Vf V
(c) (d)
Gambar 2 (a) Balikan Tegangan Seri, (b) Balikan Arus Paralel, (c) Balikan Tegangan
Paralel dan (d) Balikan Arus Seri
Dari diagram blok tersebut tampak bahwa balikan yang dipasang paralel pada
keluaran disebut balikan tegangan, dan yang dipasang seri dengan keluaran disebut
balikan arus, sedangkan seri atau paralel dilihat dari masukannya. Pada bahasan ini
hanya akan dibahas balikan negatif saja sedangkan untuk balikan positif akan
dibahas pada bahasan osilator.
v o = A v,lb (
v i - v f )= A v,lb ( vvo ) ⇒
v i - ß¼ vo (
1+ v A v,lb )= A v,lb v i
A v,lb
vo = v i = A v,lt v i
(1 + ß_A )
v v,lb
A v,lb
A v,lt =
(1 + ßdA )
v v,lb
139
Dimana Av,lt merupakan penguatan lingkar tutup yaitu penguatan dengan balikan.
Tampak bahwa bila faktor balikan v > 0, maka Av,lt < Av,lb, artinya dengan balikan
negatif menyebabkan penguat memiliki penguatan lebih kecil dari pada penguat
tanpa balikan.
Vi Ii Z i + ßâ
Z i,lt = = V A V ,lbIi Z i
= Zi ( V A V ,lb )
1 + ßW
Ii Ii
dan pengaruh terhadap impedansi keluaran penguat menjadi lebih kecil, yaitu
140
Z o,lb
Z o,lt =
(1 + ß·v A v,lb )
G(w)(dB)
Av,lb
Av,lt
ω (log)
ωB,lt ωB,lb ωA,lb ωA,lt (rad/dt)
Dari kurva tanggapan amplitudo tampak bahwa titik potong bawah menjadi
lebih kecil, yaitu
?rB,lb
?ìB,lt =
(1 + ßVv A v,lb )
dan titik potong atas menjadi lebih besar, yaitu
?qA,lt = ?qA,lb ( v A v,lb )
1 + ßq
Dalam hal ini dapat di simpulkan bahwa pengaruh balikan negatif lebar pita, yaitu
selisih titik potong atas dan titik potong bawah menjadi lebih besar.
141
4. Beberapa Contoh Rangkaian Balikan Negatif
a. Balikan Tegangan Seri
Perhatikanlah suatu contoh penguatan dengan balikan tegangan seri. Tampak
bahwa balikan dipasang secara
+V
C CC paralel dengan isyarat keluaran dan
R1 R3 R5 2
a seri dengan isyarat masukan yaitu
C
Q2 oleh hambatan R3 dan R2 yang
1
Q1
R6 Vo
membentuk balikan ac dan dc.
R4
Vi Hambatan R4 hanya membentuk
CE
R2 R7 balikan dc saja karena adanya CE
yang menyebabkan tanah ac.
Gambar 4 Rangkaian Penguat Dengan Balikan Tegangan Seri
Kedua balikan dc yang di pasang untuk membuat transistor bekerja lebih mantap
yaitu titik kerjanya tak mudah berubah letaknya pada garis beban.
Untuk mempermudah analisis dc rangkaian digunakan anggapan sebagai
berikut, I(R3) << IC2 , I(R4) << IE2, IB2 << IC1 dan IE = IC.
VCC − Va VCC − VCE 2
IC 2 = , jika Va = VCE2 + IC2 (R6 + R7) maka IC 2 =
R5 (R5 + R 6 + R 7 )
25( 2)
1 + ß×
sehingga hie 2 =
IC 2 (mA )
VE2 = (R6 +R7)IC2 dan VB2 = VE2 + VBE2,
VCC − VB 2 25( 1)
1 + ßñ
IC1 = , sehingga hie1 =
R1 IC1(mA )
Untuk analisis ac rangkaian pada frekuensi tengah digunakan anggapan
bahwa dengan adanya CE menyebabkan emitor Q2 berhubungan dengan tanah ac,
sehingga rangkaian setara lingkar tutup penguat adalah sebagai berikut.
R3
ib1 ib2
142
Gambar 5 Rangkaian Setara Penguat Dengan Balikan
R2 vf R2
Tegangan balikan, v f = V =
v o , jadi faktor balikan Ꮰ= .
R 2 + R3 v o R 2 + R3
Untuk membuat rangkaian setara lingkar buka dari penguat, digunakan anggapan
sebagai berikut.
Jika dilihat dari masukan tampak bahwa ujung R3 paralel dengan keluaran (sumber
tegangan) yang dapat dipandang seolah-olah terhubung singkat, maka dari
masukan ujung R3 dapat dipandang berhubungan dengan tanah.
Jika dilihat dari keluaran tampak bahwa ujung R3 seri dengan masukan dan R2
juga seri masukan maka dari keluaran ujung R3 dapat dipandang seri dengan R2.
Sehingga rangkaian setara lingkar buka penguat adalah sebagai berikut.
ib1 ib2
R4 R3
hie1 1/ hoe1 hie2 1/hoe2
Vi i
1 b1 2 ib2 Vo
R1 R5
R7 R6 R2 R3 R2
ß1ib1 (
R1 // hie 2 )
v o2 = ߛ2 ib2 {
(R 2 + R 3 )//R 5 }, ib 2 =
hie 2
v i1 = ib1 { 1)}
(hie1 + (R 2 //R3 )(1 + ß¼
A v,lb
Penguatan tegangan dengan balik adalah, A v,lt =
(1 + ßxA )
v v,lb
143
Impedansi masukan dengan balikan: Zit,lt = {hie1 + (R2//R3)(1 + 1)}(1 + v Av,lb)
R6
i b1 i b2
R5
144
R6
ib1 ib2 1/h oe2 io
R5
hfeib 2 1 / hoe 2
io = , vo = i oR3
1 / hoe 2 + R 3 + R 5
hie1 hie1
Tegangan balikan, v f = v R5 , dan vR5 = ioR5. v f = ioR 5
hie1 + R 6 hie1 + R 6
Untuk menghitung penguatan tegangan lingkar buka (tanpa balikan) AV,lb dibuat
rangkaian setara lingkar buka dari penguat, dengan anggapan sebagai berikut.
Jika dilihat dari masukan tampak bahwa ujung R6 seri dengan R5 dan jika dilihat
dari keluaran tampak bahwa ujung R6 seri dengan masukan dan paralel dengan R5
karena masukan sebagai sumber tegangan maka dapat dipandang seolah-olah
terhubung singkat, maka dari keluaran dapat dipandang R6 paralel dengan R5.
Sehingga rangkaian setara lingkar buka penguat adalah sebagai berikut.
ib1 ib2
R6
h ie1 1/ hoe1 h ie2 1/hoe2
Vi i
1 b1 2 b2
i
R1 R3 Vo
R5
R5 R6
145
1 h + R 1 // 1/ hoe1
Impedansi keluaran tanpa balikan: Z o = + (
R 5 //R 6 ) ie 2
hoe (1 + h fe 2 )
Impedansi keluaran dengan balikan: Z o,lt = Z o,lb (
1+ v A v,lb )
hfeib 2 1/ hoe
vo = R3 ,
1 / hoe + R 3 + R 5
v o1
ib 2 =
hie 2 + (1 + hfe 2 )(R 5 // R 6 )
v o1 = h fe1ib11(1 / hoe1 // R 1 // (
hie 2 + (1 + h fe 2 )(R 5 // R 6 ))
v i = hieib1
146
c. Balikan Tegangan Paralel
Perhatikanlah cara pemasangan balikan yang dibentuk oleh R2, yakni paralel
+VCC dengan keluaran dan membentuk
R3
R2 C2 percabangan pada bagian input sehingga
Rs C1
balikan tersebut disebut balikan Tegangan
Q Paralel.
Vo
Vs
Vo
maka,
IE
Vi RE
VCC - VBE
IB =
RB + ( )(R C + RE )
1 + ßÉ
25( )
1 + ßE
IE = (
1 + ßÎ)
IB , hie =
IE (mA )
Analisis ac rangkaian, dapat dibuat rangkaian setara parameter-h sebagai berikut,
if R 2
Rs ib
hie 1/hoe R3 Vo
Vs hfeib
147
singkat dengan tanah. Demikian juga balikan yang dipasang paralel dengan
masukan, jika dilihat dari keluaran ujung R2 yang dihubungkan dengan masukan
dapat dianggap terhubung singkat dengan tanah karena sumber tegangan (Vo atau
Vi) dapat dianggap terhubung singkat. Akibatnya rangkaian Gambar 11 menjadi,
Rs ib
R2 hie 1/hoe R3 R2 Vo
Vs hfeib
Vo
Vi R B2
RE
148
Analisis dc rangkaian, dapat dibuat KVL sebgai berikut,
RB2 R B1 R B 2
VBB = VCC R B = R B1 // R B 2 =
RB1 + R B 2 R B1 + R B 2
VBB - VBE
VBB - IBRB - VBE - IER E = 0 sehingga, IB =
RB + (
1+ ) RE
25( 1 + ß)
IE = ( )IB dan hie =
1 + ßÝ
IE (mA )
Analisis ac rangkaian, dapat dibuat rangkaian setara parameter-h sebagai berikut,
ib
h ie h fei b 1/h o e
Vi RB Rc Vo
(1+h fe )R E
hfeib 1 / hoe
hie Io =
1 / hoe + R C + (1 + h fe )R E
(h fei b1/h oe)
Vi RB Rc Vo
(1+h fe)RE
Vi RB hie 1/hoe RC Vo
hfeib
A v,lb
Penguatan tegangan dengan balikan adalah: A v,lt =
(1 + ߻A )
v v,lb
149
hfe (R C // 1 / hoe ) hfe (R C // 1 / hoe )
hie hie
A V ,lt = =
R h (R // 1 / hoe ) R Chie R E hfe (R C // 1 / hoe )
1 + E fe C +
RC hie R Chie R C hie
hfe (R C // 1 / hoe ) R Chie
=
hie R Chie + R Ehfe (R C // 1 / hoe )
h feR C (R C // 1 / hoe )
=
R Chie + R Eh fe (R C // 1 / hoe )
h feR CR C
=
R Chie + R Eh feR C
h feR C
=
hie + R Eh fe
150
BAB VI PENGUAT OPERASIONAL
(OP-AMP/OPERATIONAL AMPLIFIER)
Inverting -
NonInverting 3 6 Output Output
Non Inverting +
-Vcc 4 5 Offset Nuul -VCC
(a) (b)
Gambar 4.1 a) Diagram Pin Op-Amp 741. b) Simbol Op-Amp.
151
2. Sifat-Sifat Op-Amp
Op-amp biasanya dilukiskan dengan lambang seperti pada gambar 4.1.
Tampak adanya dua masukan, yaitu masukan membalik (INV) dan masukan tak
membalik (NON-INV). Masukan membalik diberi tanda minus (-), dan masukan tak
membalik diberi tanda plus (+). Jika isyarat masukan dihubungkan dengan
masukan membalik, maka pada daerah frekuensi tengah isyarat keluaran
berlawanan fasa atau berlawanan tanda dengan isyarat masukan. Sebaliknya jika
isyarat masukan dihubungkan dengan masukan tak membalik, maka isyarat
keluaran akan sefasa atau mempunyai tanda yang sama dengan isyarat masukan.
Pada umumnya op-amp menghasilkan tegangan keluaran yang sebanding
dengan beda tegangan isyarat antara kedua masukannya. Op -amp semacam ini
kita kenal sebagai op-amp biasa.
Di samping op-amp biasa ada pula op-amp yang menghasilkan tegangan
isyarat keluaran sebanding dengan beda arus masukan. Op-amp semacam ini
dikenal sebagai op-amp Norton. Satu contoh op-amp Norton adalah 1C LM 3900
buatan National Semiconductor. Satu macam lagi adalah op-amp yang meng-
hasilkan arus keluaran yang sebanding dengan beda tegangan isyarat antara
kedua masukannya. Op-amp semacam ini disebut penguat transkonduktansi
opersional (Operational Transconductance Amplifier - OTA). Satu contoh OTA
adalah 1C CA 3080 buatan RCA. Dalam kegiatan ini pembahasan terbatas pada
op-amp biasa.
Beberapa sifat ideal op-amp adalah sebagi berikut :
(a) Penguat lingkar terbuka tak berhingga atau AV,lb =
(b) Hambatan keluaran lingkar terbuka adalah nol, atau R o,lb = 0
(c) Hambatan masukan lingkar terbuka tak berhingga, atau Ri,lb =
(d) Lebar pita tak berhingga, atau f = f2 – f1 =
(e) Nisbah penolakan modus bersama (CMRR) =
Beberapa sifat suatu op-amp IC yang amat populer, dikenal dengan nama 741.
(a) Penguatan lingkar terbuka tak berhingga atau A V,lb = 100.000 (pada frekuensi
rendah),
(b) Hambatan keluaran lingkar terbuka adalah nol, atau R o,lb = 72 .
152
(c) Hambatan masukan lingkar terbuka tak berhingga, atau R i,lb = 2 M.
(d) Lebar pita tak berhingga, atau f = f2 – f1 = 1 MHz pada penguatan 1 kali
(e) Nisbah penolakan modus bersama (CMRR) = 90 dB
Pada mulanya 1C 741 dibuat oleh Fairchild Semiconductor dan bernama A 741.
Akan tetapi oleh karena amat populer, hampir semua perusahaan juga
membuatnya. Pada pembahasan Op-amp sebagai penguat Inverting, penguat
Non-Inverting, penguat penyangga, pengintegral, pendiferensial, pembanding, IC
741 sementara ini dipandang sebagai suatu kotak hitam saja.
Tanggapan amplitudo Op-Amp.
Pada umumnya op-amp mempunyai beberapa tahap penguatan di dalamnya
dengan menggunakan gandengan dc. Akibatnya op-amp tak punya kutub di
daerah frekuensi rendah, dan mempunyai lebih dari dua kutub pada daerah
frekuensi tinggi. Agar op-amp dapat diberi berbagai nilai faktor balikan tanpa
mengakibatkan ketidakmantapan (osilasi), maka op-amp harus menggunakan
kompensasi frekuensi. Pada beberapa macam op-amp, seperti misalnya 741, LM
324, RC 4739, dan XR 4196 kompensasi frekuensi sudah dipasang di dalam 1C.
Op-amp tersebut dikatakan mempunyai kompensasi-dalam. Ada beberapa macam
1C yang harus ditambahkan kapasitor dan resistor luar pada kaki-kaki tertentu
untuk kompensasi frekuensi. Op-amp macam ini dikatakan mempunyai
kompensasi luar. Beberapa contoh op-amp 1C dengan kompensasi luar adalah
748, 709, LM301, LM308, dan LF357.
Tanggapan amplitudo op-amp dengan kompensasi dalam seperti pada op-amp
741 dilukiskan pada gambar 4.1a.
Av(dB)
100
TanggapanAmplitudo
Op-Amp -20dB/dek.
50
f
0
1 2 3 4 5 6 (log))
10 10 10 10 10 10
153
Tampak tanggapan amplitudo lingkar terbuka sudah dibuat agar turun dengan
kemiringan -6 dB/oktaf. Jika dilihat rangkaian di dalam 1C 741, akan nyata bahwa
ini dicapai dengan kompensasi kutub dominan yang menyebabkan terjadinya
kutub pada frekuensi 10 Hz. Op-amp 748 mempuiyai rangkaian di dalam 1C tepat
sama seperti 741, hanya kompensasi kutub dominan harus ditambahkan sendiri di
luar. Dari gambar 4.1 tampak tanggapan frekuensi lingkar terbuka pada penguatan
0 dB memotong pada frekuensi antara 1 MHz dan 10 MHz. Ini adalah kutub
penguat bila tak menggunakan kompensasi kutub dominan. Tanggapan amplitudo
op-amp dengan kompensasi dalam keadaan lingkar tertutup dapat ditentukan dari
tanggapan amplitudo lingkar terbuka seperti pada gambar 4.1c.
Av(dB)
TanggapanAmplitudo
100 lingkat tertutup
TanggapanAmplitudo
Op-Amp -20dB/dek.
50
a b
c f
0
1 2 3 4 5 6 (log))
10 10 10 10 10 10
154
3. Prinsip penggunaan op-amp:
1. Jika kita ingin menggunakan op-amp untuk penguat dengan penguatan
tegangan yang tak terlalu besar, harus memasang balikan negatif. Ini dilakukan
dengan memasang resistor antara keluaran dengan masukan membalik.
2. Oleh karena penguatan tanpa balikan (lingkar terbuka) amat besar, maka
penguatan lingkar tertutup (dengan balikan) boleh dikata hanya bergantung
pada rangkaian balikan saja, dan tak bergantung kepada nilai komponen yang
digunakan di dalam op-amp IC itu sendiri. Anggapan ini mungkin tak berlaku
untuk daerah frekuensi tinggi. Namun demikian akan menggunakan anggapan
ini, dengan menyadari batas-batas berlakunya.
3. Oleh karena penguatan tanpa balikan Op-Amp lingkar terbuka dan hambatan
antara kedua masukan nilainya amat besar maka kedua masukan Op-
i3
R1 i2
i1 a -
Vi b +
c
Vo
155
Pada gambar 4.2 perhatikan bahwa,
Vo A V, lb Vab
atau
Vo A V, lt Vi
Tegangan puncak-puncak isyarat keluaran tak akan melebihi 2VCC , sebab bila ini
terjadi isyarat keluaran akan tergunting. Akibatnya,
vo
Vab 0
A V, lb
156
Kembali kepada penguat membalik 4.2 diperoleh:
v i i1 R1 v a
R2
v a 0 maka v i i1 R1
i3
i1 i 2 i3 R1 i2
i1 a -
i 2 0 maka i1 i3
Vi b +
c
v a - v c i3 R 2 Vo
- v c i3 R 2
v c v o - i3 R 2 - i1 R 2
Dari hubungan di atas diperoleh penguatan AV adalah,
Vo - i1 R 2
AV
Vi i1 R1
R2
AV -
R1
R1 +
- Vi -
R2 Vo
+ b
Vo R1
Vi
157
Gambar 4.4 Cara Lain Untuk Melukiskan Penguat Tak Membalik
Untuk menentukan berapa penguatan lingkar tertutup penguat tak membalik
dengan anggapan bahwa penguatan lingkar terbuka A V,lb = . Perhatikan gambai
4.4, oleh karena masukan membalik dan tak membalik berada pada keadaan
hubung singkat maya, maka vi = vb. Akan tetapi,
+
R1 R
vb v o maka v o 1 2 v i Vi
R1 R 2 R1 -
R2 Vo
b
Nyatalah penguatan lingkar tertutup untuk penguat tak membalik adalah,
R1
R
A V 1 2
R1
Hambatan masukan Ri,lt penguat tak membalik amat tinggi karena isyarat masukan
berhubungan langsung dengan masukan tak membalik. Secara teori diperoleh
A
R i ,lt R i ,dif R i ,lb v ,lb
A V ,lt
yang mempunyai nilai amat besar.
Hambatan keluaran Ro,lt mempunyai nilai amat rendah.
A
R o,lt R o,lb V ,lt
A V ,lb
c. Penguat Penyangga/Buffer
Dapat dibuat suatu bentuk khusus penguat tak membalik dengan membuat
agar Rl = dan R2 = 0 seperti gambar 4.5.
Vi -
Vo
158
Oleh karena Rl = dan R2 = 0 maka penguatan lingkar tertutup sama
dengan satu dan karena kedua masukan ada dalam keadaan hubung singkat
maya maka vo = vi. Penguatan dalam bentuk ini disebut pengikut tegangan,
mengikuti nama pengikut emitor pada penguat transistor diskret. Pengikut
tegangan mempunyai penguatan sama dengan satu, impedansi masukan amat
tihggi, dan impedansi keluaran amat kecil. Jadi pengikut tegangan berfungsi
sebagai penyangga/buffer dengan penguatan sama dengan satu.
d. Penguat Jumlah.
Penguat jumlah tak lain adalah penguat membalik dengan rangkaian seperti
pada gambar 4.6
R4
R1
V1
R2
V2 -
R3
V3
+
Vo
Dari gambar 4.6 terlihat arus i 1 dari masukan vl terus menuju titik a dan tak
akan masuk R2 dan R3. Begitu juga halnya dengan arus i 2 dan v2 dan arus i3 dari
masukan v3. Jadi arus dari ketiga masukan ini tak sating mengganggu. Jumlah
ketiga arus masukan ini seolah-olah diteruskan ke R4, sehingga i 4 = i1 + i2 + i3.
v1 v v
Oleh karena i1 , i12 2 , i 3 3 dan vo = - i4 R4 maka
R1 R2 R3
v o - i1 i 2 i 3 R 4
R R R
v o - 4 v1 4 v 2 4 v 3
R1 R2 R3
159
e. Pembanding / Comparator
Untuk digunakan sebagai pembanding Op-Amp digunakan dalam lingkar
terbuka atau dengan menggunakan balikan positif. Umumnya tidak berfungsi
sebagai penguat, oleh karena keluaran tidak berbanding lurus dengan
masukan. Dalam hal ini dikatakan op-amp digunakan secara tak linier.
Salah satu penggunaan tak linier daripada op-amp adalah sebagai
pembanding atau komparator tegangan. Keluaran pembanding hanya dapat
mempunyai dua nilai, misalnya 0V dan VCC saja. Pembanding mempunyai dua
masukan, yaitu masukan membalik (-) dan tak membalik (+), seperti pada
gambar 4.6(a) dan fungsi alainya pada gambar 4.6 (b).
Vo
+Vcc Vcc
+
Vi1
-
Vo
Vi2
0 Vid
Vb a Va
(a) (b)
Gambar 4.6 (a) Skema Pembanding; (b) Fungsi Alih Pembanding
dimana Vid = Vi1 – Vi2, jika.
Vid > Va, maka Vo = Vcc
Vid < Vb maka Vo = 0
Pembanding dengan histeresis
Jika rangkaian op-amp diberi balikan positif, akan peroleh suatu pemban-
ding dengan fungsi alih yang mempunyai histeresis.
Ini ditunjukkan pada gambar 4.7(a) dan(b).
+Vcc
-
Vi +
Ra Vo
Rb
Vref
160
Vo V
+V cc
a b c
0 Vi
Vb Vam Va
d e f
-V cc
Ra
Vam Vref
R a Rb
Vi(V)
+V
Va p
Vb
0 t
-V p
Vo(V)
+V cc
0 t
-V cc
R1
a -
Vi b +
Vo
Rangkaian yang digunakan adalah seperti pada gambar 4.8 (a). Pada
gambar ini titik a dan titik b ada dalam keadaan terhubung singkat maya. Oleh
karena titik b ada pada tanah, maka titik a ada pada tanah maya. Akibat-nya
arus ii dari sumber vS (t) akan mengalir melalui R. Bagian arus i i ini yang
mengalir ke dalam masukan membalik dapat diabaikan.
Vi dq V
Kapasitor C diisi dengan arus ii dq i dt , dengan dq adalah
R1 dt R1
muatan dalam kapasitor C, dengan demikian perubahan tegangan pada
kapasitor C dalam waktu dt adalah, C
dq V
dVC i dt R1
C R1C -
a
sehingga, Vi b +
Vo
162
1
R1C
Vo VC Vi dt
Vi(V)
0 t
Vo(V)
0 t
G( )(dB)
0,1p p 10p
0 (log)
-3
Kurva T anggapan
Amplitudo
-20dB/dekade
-20
Di atas sudah disebutkan bahwa tapis lolos rendah akan berfungsi sebagai
pengintegral asalkan t = RC> ½ T atau f >>1/(R1C), yaitu jika tanggapan
amplitude sudah turun dengan kemiringan - 6 dB/oktaf.
Dengan menggunakan op-amp dapat diperoleh daerah frekuensi operasi yang
lebih besar.
163
Bagaimana fungsi alih pengintegral mempengaruhi tanggapan amplitudo
op-amp?. Untuk isyarat sinusoida fungsi alih pengintegral adalah,
Vo ( ) 1 jC 1
G ( )
Vi ( ) R1 jR1
1
jC 1 1 o
G ( )
1 G ( )
R1 jCR1 R1C (j 0) (j 0)
1
Dengan, o
R1C
Besar penguaran AV adalah
1
AV
CR 1
Av(dB)
TanggapanAmplitudo
100
Integrator
TanggapanAmplitudo
50 Op-Amp
f1 f
0
1 2 3 4 5 6 (log))
10 10 10 10 10 10
Artinya fungsi alih ini mempunyai kutub pada = 0, dan mempunyai penguatan
1 1
A = 0 dB jika R1C = 1 atau atau f1 . Akibatnya bagan Bode
R 1C 2 R 1C
164
diatasnya. Dengan demikian rangkaian ini bekerja sebagai tapis lolos rendah
R2
dengan penguatan A V .
R1
R2
R1
-
Vi
+
Vo
R2 /( jC ) ( jC ) R2 1 R2 R
R2 // 1 /( jC ) 2 p
R2 1 /( jC ) ( jC ) jR2C 1 R2C j 1 j p
R2C
1
dimana p
R 2C
R2 // 1 /( jC ) R2 R 1 R2C R p
G ( ) 2 2 ,
R1 R1 ( jR2C 1) R1 j 1 R2C R1 j p
R2 p
G ( )
R1 2
p2
R2
Jika << p, maka G ( )
R1
R2 p R2 p 1 1
Jika >> p, maka G( ) a
R1 R1
Av(dB)
TanggapanAmplitudo
100 Tapis Lolos Rendah
TanggapanAmplitudo
Op-Amp -20dB/dek.
50
f2 f1 f
0
1 2 3 4 5 6 (log))
10 10 10 10 10 10
g. Pendiferensial/Diferensiator Op-Amp
Rangkaian pendiferensial dilukiskan seperti pada gambar 4.12(a).
165
R2
C1
-
Vi
+
Vo
Vi(V)
0 t
Vo(V)
0 t
166
Rangkaian Pendiferensial Op-Amp.
1
frekuensi di bawah p bersifat sebagai pendiferensial dan dapat pula
R 2 C1
disimpulkan bahwa tapis lolos tinggi frekuensi sebagai pendiferensial selama
kemiringan tanggapan amplitude + 6 dB/oktaf.
A(dB)
p
0 f(log)
+6dB/Okt
Bagan Bode
TanggapanAmplitudo
R2
C1
-
Vi
+
Vo
Vo ()
G()
Vi ()
R2 (j 0)
G() jR 2 C1 , G()
1 1
jC1
1
Dengan, 1 , besar penguatan G() A V R 2C1
R 2 C1 1
A(dB)
BaganBode
100 Pendiferensial
+20dB/dek. - 20dB/dek.
f1 f
0
(log))
R1 C1
-
Vi
+
Vo
Dengan adanya hambatan seri R1, fungsi alih gambar 4.15 adalah,
R2 jC1 R 2 R j
G( ) 2
1 jC1 R 1 1 R 1 1
R1 j
jC1 C1 R 1
j z
G() A
j p
R2 1
dimana A , Z = 0 dan p . Besarnya penguatan sebagai fungsi
R1 R 1C1
frekuensi sudut adalah,
R
AV 2
R 1 2 p2
168
Bagan Bode untuk fungsi alih di atas untuk pengintegral op-amp yang
menggunakan kompensasi frekuensi dapat dilihat pada gambar 4.16. tampak
bahwa dengan adanya R1 membentuk kutup pada
A(dB)
Bagan Bode
100 Pendiferensial
TanggapanAmplitudo
Op-Amp -20dB/dek.
20 log R 2/R1
fo f1 f2 f
0
(log))
Gambar 4.16 Bagan Bode Pengintegral Op-Amp Menggunakan
Kompensasi Frekuensi.
1
frekuensi f 1 yang merupakan frekuensi kompensasi sehingga bagan
2 R 1 C1
Bode untuk fungsi alih lingkar tertutup ini memotong tanggapan amplitude op-
amp lingkar terbuka tidak pada beda kemiringan sebesar 12 dB/oktaf. Akibatnya
rangkaian pendiferensial op-amp pada gambar 4.15 lebih mantap atau tidak
mudah berosilasi. Dari gambar 4.15 tampak bahwa rangkaian dapat bekerja
sebagai pendiferensial asalkan < p.
Jika op-amp yang digunakan menggunakan kompensasi luar, ada kemungkinan
tanggapan amplitudo lingkar tertutup memotong tanggapan amplitudo lingkar
terbuka op-amp pada beda kemiringan lebih dari 6 dB/oktaf. Agar rangkaian
pendiferensial dapat digunakan untuk semua op-amp dapatlah kita beri satu
kutub lagi pada fungsi alih, yaitu dengan memasang suatu kapasitor C2 paralel
1
dengan R2 seperti pada gambar 4.17. Dengan demikian p1 dan
R 1 C1
1
p 2 , Tanggapan amplitude pendiferensial gambar 4.17 dapat didekati
R 2C2
R2
R1 C1
-
Vi
+
Vo
pendiferensial gambar 4.17 dapat didekati dengan bagan Bode seperti pada
gambar 4.18
A(dB)
Bagan Bode
100 Pendiferensial
TanggapanAmplitudo
Op-Amp -20dB/dek.
f
0 p1 p2 (log))
170
Osilator Harmonis
Z1 R1 R3
C1
Vp -
R2
Vin
C2 R4 Vout
+
Z2
Jika prinsip osilasi dari rangkaian osilator tipe jembatan Wien ditunjukan dengan,
1 R2
Z1 R1 , Z2
jC1 1 jC2R 2
171
Dibawah keadaan ini dapat diperoleh frekuensi osilasi f,
1 1
C2 R1 0
C1R2 R1R2C1C2
f
1
Hz
2 R1R 2C1C 2
f
1
Hz
2 RC
Agar terjadi osilasi maka VAV,lb = 1, sehingga
1 R C 1
A V,lb 1 1 2 j C2R1 -
V R 2 C1 C1R 2
Catatan
Set alat latihan yang digunakan dalam praktikum, menggunakan kontrol
volume berduaan (Stereo) untuk R1 = R2. Akan tetapi mungkin diantaranya ada
sedikit perbedaan nilai hambatan. Oleh karena itu sebelum penyambungan
percobaan, tentukanlah sebagai acuannya apakah menggunakan salah satunya
atau rata-rata keduanya dan pastikanlah untuk mencatat setiap hambatan.
172
Op-Amp
173
19. Perhatikanlah rangkaian berikut ini,
C = 10 F a. Misalkan Vi = + 0,1 V, tentukanlah nilai Vo(t)
pada saat t = 0,2 s
R = 1k
- b. Gambarlah tanggapan amplitudonya!
+
c. Pada frekuensi berapakah Vo = Vi.
d. Pada frekuensi berapakah rangkaian
tersebut berfungsi sebagai integrator?
e. Agar rangkaian ini mempunyai titik potong 10 Hz, tentukan nilai hambatan R 2
yang harus dipasang paralel dengan kapasitor C!
20. Perhatikanlah rangkaian berikut ini,
174
26. Perhatikanlah rangkaian berikut ini,
R2 = 100k a. Tentukanlah penguatan pada frekuensi tinggi!
b. Gambarlah tanggapan amplitudonya!
R1 = 10k C = 10 nF
- c. Pada frekuensi berapakah rangkaian tersebut
+ berfungsi sebagai deferensiator?
d. Agar diferensiator bekerja dibawah 100 Hz,
dengan nilai hambatan yang sama berapakah
nilai C yang harus dipasang?
Vref = 6V
LKS Osilator
175