PENDAHULUAN
1.1
dq
i (dalam Ampere, A)
dt
Dalam teori rangkaian, arus adalah pergerakan muatan positif.
-3A
3A
(a) (b)
Pada rangkaian listrik berlaku prinsip kekekalan muatan dimana pada suatu titik
tidak ada muatan yang terakumulasi, jumlah muatan positif yang masuk harus
diikuti dengan muatan positif yang keluar dengan jumlah yang sama.
I=2A I=2A
Arus yang masuk terminal 2A sama dengan arus yang keluar terminal (2A).
1.2
A B
+ v -
Perhatikan gambar 1.4 yang menunjukkan dua versi tegangan yang sama.
Pada (a) terminal A lebih positif 5 V (+5 V) daripada terminal B dan pada (b)
terminal B -5 V diatas A (atau +5 V dibawah A).
A A
+ -
5V -5V
Elemen ada yang menyerap energi tetapi juga ada yang mensupply
energi. Jika arus positif masuk ke terminal positif, maka energi di supply ke
elemen (menyerap energi). Sebaliknya jika arus positif meninggalkan
terminal positif (masuk ke terminal negatif) artinya elemen mensupply
energi.
2A 2A 2A 2A
+ - + -
5V 5V 5V 5V
(a) (b) (c) (d)
Laju energi yang diserap ataupun yang dikirim disebut daya dan diberi
simbol p, dimana besarnya :
dw
p vi
dt
Kuantitas p disebut daya sesaat karena nilainya merupakan daya pada saat v
dan i diukur.
1.3
Elemen rangkaian terbagi dua yaitu elemen pasif dan aktif. Elemen
disebut pasif jika energi yang dikirim ke elemen tersebut bernilai positif.
t t
w(t ) p (t ) dt vi dt 0
RANGKAIAN RESISTIF
2.1
Hukum Ohm :
“Besarnya arus yang mengalir pada sebuah elemen berbanding lurus dengan
tegangan pada elemen tersebut dan berbanding terbalik dengan tahanan
elemen tersebut”
V
I
R
v v
i
i
(a) (b)
Gb. 2.1. Grafik Hubungan V-I pada resistor (a) linier ; (b) non linier
“Jumlah aljabar arus yang melalui sebuah titik simpul adalah nol”.
Dapat juga dikatakan bahwa arus yang masuk ke dalam suatu titik
percabangan adalah sama dengan arus yang keluar dari titik percabangan
tersebut.
∑I = 0
“ Jumlah aljabar tegangan secara vektoris pada suatu loop tertutup adalah
nol”.
Bahwa tegangan pada sumber yang menyatu pada suatu rangkaian adalah
sama dengan jumlah tegangan pada tiap elemen pada rangkaian tersebut.
∑V = 0
CONTOH 2-1
Diketahui : i3 = 2A
v2 = -10 V
R1 = 8 Ω ; R3 = 1 Ω
Ditanya : i1, i2 = ...
R2 = ...
im = i k
i1 i2 i3
1 A i2 2 A
i 2 1 A
v2 10
R2 = 10
i2 1
CONTOH 2-2
R1 i2 R2
Diketahui : V3 = 6V
R1 = R2 =1 Ω i3
R3 = 2 Ω +
v3 R3 v2Vs
2A
Ditanya : a) i2 = ...
b) Vs = ...
-
Penyelesaian :
–v3 + i2R2 + Vs = 0
-6 + (-1.1) + Vs = 0
Vs = 7 V
2.2
Hubungan seri pada resistor terjadi bila antara resistor-resistor tersebut dilalui
oleh arus yang sama :
Untuk mendapatkan tahanan pengganti dari resistor yang terhubung seri adalah
dengan menjumlahkan resistor-resistor tersebut
n N
Rs = R
n 1
N
Rs = R1 + R2 + ... + RN
Untuk mendapatkan tahanan pengganti dari resistor yang terhubung seri adalah
dengan menjumlahkan konduktansi dari resistor-resistor tersebut
1 n N 1
RP n1 RN
Tahananan total dua resistor paraldrel :
R1 R2
RP
R1 R2
2.3
Apabila dua resistor terpasang paralel pada titik simpul yang sama maka,
resistor paralel tersebut akan membagi arus sumber.
is
i2
i1
vs R1 R2
R1 R2
.is
Vs R1 R2 R2
i1 .is
R1 R1 R1 R2
Apabila dua resistor terpasang seri, maka resistor tersebut akan membagi
tegangan sumber menjadi tegangan jatuh masing-masing resistor.
Vs R1
v1 iR1 R1 vs
R1 R2 R1 R2
Vs R2
v2 iR2 R2 vs
R1 R2 R1 R2
Tegangan jatuh pada resistor sebanding dengan besar resistor itu sendiri dan
berbanding terbalik dengan jumlah total resistor seri tersebut.
CONTOH 2-3
Ditanya : a) V0
b) Vs
Penyelesaian :
P=6W
V02 = P. R0
= 36
V0 = 6 Volt
Vs = i. Rs
= (V0/R0).(Rs)
= (6/6).(2+4+6+2)
= 14 Volt
CONTOH 2-4
Jika sebuah tahanan terhubung seri dengan sumber 12 volt sehingga arus yang
mengalir 0,6 mA. Bila ditambahkan R1 secara seri antara sumber dan tahanan
tersebut, berapa R1 jika tegangan jatuh pada rangkaian tersebut 8 volt?
Penyelesaian :
V IR
v 12
R0 20000
i 0,6.10 3
Pembagi tegangan:
R1
V1 Vs
R1 R0
R1= 4.104 Ω
2.4
Metode reduksi seri paralel merupakan metode yang paling sederhana untuk
menganalisis rangkaian, yaitu dengan cara membuat rangkaian pengganti dari
rangkaian asal yang terdiri dari sumber dan tahanan pengganti total.
CONTOH 2-5
Diketahui gambar :
Ditanya : a) V pada R = 8 Ω
b) i pada R = 12 Ω
Penyelesaian :
3.1
vd rvc
Konstanta r adalah penguatan (gain) dari sumber tak bebas.
vd ric
Konstanta r adalah penguatan (gain) dari sumber tak bebas.
id rvc
Konstanta r adalah penguatan (gain) dari sumber tak bebas.
id ric
Konstanta r adalah penguatan (gain) dari sumber tak bebas.
CONTOH 3-1
6
i2 . 6A
6 12
i2 2 A
Penyelesaian :
Tegangan pengendali vs sama dengan tegangan resistansi Rs. Jika vs = 24 V, maka
arus is adalah ...
vs 24V
is 0,4 A
Rs 60
v0 500 i s
v0 500 0,4 A
v0 200V
P0 i0 v0
V0
P0 v0
R0
2
V0
P0
R0
P0
200V 2
20
P0 2000 W 2kW
4.1
Titik simpul adalah titik yang merupakan sambungan antara dua atau lebih
elemen.
Ada dua macam titik simpul yang ada pada rangkaian, yaitu titik simpul biasa
dan titik simpul referensi. Titik simpul referensi dipilih dari suatu titik simpul yang
mempunyai paling banyak cabang yang terhubung dengan titik simpul tersebut.
Biasanya dipilih yang berada di bagian bawah rangkaian.
Apabila suatu rangkaian mempunyai N buah titik simpul (termasuk titik simpul
referensi) maka persamaan KCL yang dihasilkan N-1 buah.
G V I
Variabel yang dicari dalam analisis titik simpul adalah tegangan pada titik
simpul.
Im Ik
is1 i1 i2
v1 v1 v2
is 1
R1 R2
1 1 1
v1 v2 is1 (1)
R1 R2 R2
1 1 1
R R - v1 i s1
R2
1 2
1 1 1
- R v is 2
2 R2 R3 2
Tegangan pada titik simpul 1 dan 2, dapat dicari dengan menggunakan
metode determinan untuk matrik konduktansi orde 2x2 atau aturan
Cramer untuk matrik konduktansi orde 3x3 atau lebih.
1
is1 -
R2
1 1 1 1 1
is2 is1. is 2 -
R2 R3 R2 R3 R2
v1
1 1 1 1 1 1 1 1 1
- . - -
R1 R2 R2 R1 R2 R2 R3 R2 R2
1 1 1
-
R2 R2 R3
Im Ik
im1 i1 i2
vs1 v1 v1 v1 v2
R1 R2 R3
1 1 1 1 v
v1 - v 2 s 1 (1)
R1 R2 R3 R3 R1
1 1 1 1 vs1
R R R - R v1 R
1 2 3 3
1
1 1 1 1 vs 2
- R v
3 R3 R4 R5 2 R5
vs1 1
-
R1 R3
vs2 1 1 1 vs1 1 1 1 vs2 1
. -
R5 R3 R4 R5 R1 R3 R4 R5 R5 R3
v1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
- . - -
R1 R2 R3 R2 R1 R2 R3 R3 R4 R5 R3 R3
1 1 1 1
-
R3 R3 R4 R5
im ik
vs v1 v1 v1 v
is
R1 R2 R3
CONTOH 4-1
vx
4
Dit : vx=...
Penyelesaian :
Titik Simpul 1:
i 0
v1 v1 v1 v2 v x
0
2 1 8 4
v1 v1 v1 v2 v2
0
2 1 8 4
1 1 1 1
1 v1 v2 0
2 8 4 8
1,625v1 0,125v2 0
Titik Simpul 2:
4.2
Analisis mata jala (Mesh Analysis) adalah metoda analisis rangkaian yang
berdasarkan pada prinsip Hukum Kirchoff Tegangan (KVL). Matajala adalah
bentuk khusus dari sebuah loop. Matajala adalah loop yang tidak mengandung
loop lain didalam siklus tertutupnya. Metode mata jala ini hanya berlaku pada
rangkaian planar.
Metode mata jala dilakukan dengan membuat persamaan KVL pada siklus
tertutup mata jala tersebut. Apabila suatu rangkaian mempunyai N buah mata
jala maka persamaan KVL yang dihasilkan N buah.
Variabel yang dicari dalam analisis mata jala adalah arus mata jala.
Arus mata jala adalah arus yang mengalir pada elemen yang dilewati jalur mata
jala. Arus mata jala diberi arah searah dengan jarum jam. Arus mata jala bukan
merupakan arus cabang, tetapi hanyalah “dummy current”. Sehingga arus yang
mengalir pada suatu elemen yang dilalui oleh dua mata jala adalah jumlah
aljabar dari arus dua mata jala.
Rangkaian diatas terdiri dari 3 buah mata jala. Persamaan KVL dituliskan
untuk masing-masing mata jala.
Mata jala 1:
Mata jala 3:
Diktat Rangkaian Elektrik-1 27
R4 (i3 i 2 ) R5i3 vs 2 0
R4i 2 ( R4 R5 )i3 vs 2 (3)
Ke tiga persamaan diatas dituliskan dalam bentuk matrik:
vs1 - R2 0
0 ( R2 R3 R4 ) - R4
vs 2 - R4 R R5
i1 4
R1 R2 - R2 0
- R2 ( R2 R3 R4 ) - R4
0 - R4 R 4
R5
R1
R2 vs1 0
- R2 0 - R4
0 vs 2 R R5
i2 4
R1 R2 - R2 0
- R2 ( R2 R3 R4 ) - R4
0 - R4 R 4
R5
R 1
R2 - R2 vs 1
- R2 ( R2 R3 R4 ) 0
0 - R4 vs 2
i3
R1 R2 - R2 0
- R2 ( R2 R3 R4 ) - R4
0 - R4 R 4
R5
Diktat Rangkaian Elektrik-1 28
Arus mata jala i1,i2,i3 dicari dengan aturan Cramer .
i1 = is1
i3 = is3
Sehingga hanya satu arus mata jala yang dicari yaitu i2. Persamaan KVL yang
perlukan hanya satu saja yaitu pada mata jala dua:
Mata Jala 2 :
Apabila sumber arus berada pada dua mata jala seperti gambar dibawah
ini:
Diktat Rangkaian Elektrik-1 29
is = i2 –i1
Mata jala super adalah suatu mata jala yang lebih besar yang dihasilkan dari
dua mata jala yang mempunyai sumber arus bebas maupun sumber arus tak
bebas bersama diantara dua mata jala.
CONTOH 4-2
Dik : R1 = R2 = 1Ω
R3 = 2 Ω
Diktat Rangkaian Elektrik-1 30
Dit : i1,i2,i3 = ....
Penyelesaian :
i1 4 A
i3 i2 5 A
Ax = b
Maka aturan Cramer mengatakan bahwa solusi untuk variabel x yang tidak
diketahui, xk, dari sekumpulan persamaan diatas adalah :
k
xk
Dimana :
Determinan
TEOREMA JARINGAN
5.1
TEOREMA SUPERPOSISI
2. Ulangi langkah pertama tetapi dengan sumber bebas yang lain yang
diaktifkan, sedangkan sumber bebas pada langkah pertama menjadi tidak
aktif.
CONTOH 5-1
Penyelesaian :
1. Pada saat sumber tegangan aktif/bekerja maka sumber arus tidak aktif
(diganti dengan tahanan dalamnya yaitu tak hingga atau rangkaian open
circuit) :
2. Pada saat sumber arus aktif/bekerja maka sumber tegangan tidak aktif
(diganti dengan tahanan dalamnya yaitu nol atau rangkaian short circuit) :
R1
I2 IS
R1 R2
10
I2 1A
10 10
I 2 0,5 A
Sehingga :
I I1 I 2
I 1 0,5A
I 0,5 A
Penyelesaian :
Penyelesaian :
Dit : i = ......
Penyelesaian :
Dit : Vx = ......
Penyelesaian :
Dimana :
VA
Vx ik 2 .3 .3
5,5
5,5
VA Vx
3
3 7,5 5,5
Vx Vx 4
2 11 3
(1,5 1,25)Vx 4
Vx 16V
2. Ambil sumber tegangan 10 V sebagai sumber rangkaian sedangkan sumber
arus 4A tidak diaktifkan diganti dengan hubung terbuka (OC)
Diketahui : Vx 3I1
Persamaan KVL pada loop 1:
- 5 I 2 10 5( I1 I 2 ) 0
5I1 10 I 2 10
I 2 1 0,5I1
Diktat Rangkaian Elektrik-1 43
Persamaan KVL pada loop 2:
3Vx 2 I1 3I1 5I 2 0
3Vx 2 I1 3I1 5(1 0,5I1 ) 0
3Vx (2 3 0,5) I1 5
Vx
3Vx (7,5) 5
3
(3 2,5)Vx 5
Vx 10V
Vx 16 10 26V
TEOREMA THEVENIN
Jika suatu rangkaian dengan satu sumber atau lebih dan terdiri dari susunan
resistor, maka rangkaian aktif tersebut dapat disederhanakan dengan
menggunakan Teorema Thevenin / Norton. Teorema Thevenin digunakan untuk
menyederhanakan suatu rangkaian sehingga hanya terdiri dari satu sumber
bebas tegangan dan satu buah resistansi yang terhubung seri dengan sumber
tegangan. Rangkaian pengganti Thevenin dapat dilihat pada gambar dibawah
ini :
Jika variabel yang akan dicari adalah arus pada resistansi beban RL, maka
perhitungan akan lebih mudah dengan mengganti sisa rangkaian disebelah kiri
terminal ab dengan sebuah sumber tegangan (Voc) dan sebuah resistansi
pengganti Thevenin (RT). Bila nilai resistansi beban RL berubah-ubah, maka
besar arus dicari hanya dengan membagi sumber tegangan dengan resistansi
seri antara resistansi pengganti Thevenin (RT) dan resistansi beban RL.
Teorema Thevenin sangat berguna untuk mencari arus, tegangan, atau daya
pada suatu elemen yang bersifat variabel (berubah-ubah nilainya).
2. Sumber bebas dan Sumber a. Cari VOC, yaitu tegangan pada terminal ab
tak bebas , dan resistor saat terminal ab hubung terbuka
c. Rth = Vab / 1
CONTOH
Dit : Pada gambar diatas, carikan VTH, RTH dan arus beban dan tegangan pada
resistor beban dengan menggunakan Teorema Thevenin !
Penyelesaian :
Langkah 2.
Hitung atau ukur tegangan rangkaian terbukanya. Tegangan inilah disebut
dengan Tegangan Thevenin atau Thevenin Voltage (VTH).
Setelah kita buka Resistor beban (langkah 1), rangkaiannya akan berbentuk
seperti pada gambar dibawah ini.
Menurut Hukum Ohm, arus listrik yang mengalir ke Resistor 12kΩ dan 4kΩ
adalah 3mA.
Resistor 8kΩ tidak dihitung, karena Resistor 8kΩ adalah rangkaian terbuka
maka arus tidak akan mengalir sampai ke resistor tersebut.
Tegangan pada Resistor 4kΩ adalah 12V yaitu dengan perhitungan 3mA x
4kΩ. Dengan demikian, Tegangan pada Terminal AB juga adalah 12V. Oleh
karena itu, VTH = 12V.
Langkah 3.
Lepaskan sumber arus listriknya dan hubungsingkatkan sumber tegangannya
seperti pada gambar dibawah ini :
Langkah 5.
Hubungkan secara Seri Resistor RTH dengan sumber tegangan VTH dan
hubungkan kembali Resistor Beban 5kΩ seperti pada gambar dibawah ini.
Inilah hasil dari perhitungan Teorema Thevenin atau disebut dengan Rangkaian
Ekivalen Thevenin.
IL = VTH/(RTH + RL)
IL = 12V / (11kΩ + 5kΩ)
IL = 12/16kΩ
IL = 0,75 mA
VL = I L x R L
VL = 0,75mA x 5kΩ
VL = 3,75 V
CONTOH 5-3
Penyelesaian :
8 9
VOC V10 .10 (2).10 20V
9 6 10 9 6 10
80 180
VOC V10 20 4 20
25 25
(9 6).10
RTH 4 10
(9 6) 10
CONTOH 5-4
Penyelesaian :
Gunakan KVL :
i = 2A
Gunakan KVL :
-48 +10i + 6i = 0
16i = 48
i = 3A
I SC I 3 A
Voc 16
Rth
Isc 3
CONTOH 5-5
Penyelesaian :
Va = Vab
Va
1A 2Vab
2
1
1 2 Vab
2
2
Vab V
5
V 2
Rth ab
1 5
TEOREMA NORTON
Bila nilai resistansi beban RL berubah-ubah, maka besar arus yang mengalir
pada RL dicari hanya dengan menggunakan konsep pembagi arus antara
resistansi pengganti Thevenin (RT) dan resistansi beban RL. Teorema Norton
sangat berguna untuk mencari arus, tegangan, atau daya pada suatu elemen
yang bersifat variabel (berubah-ubah nilainya).
2. Sumber bebas dan Sumber a. Cari Isc, yaitu arus hubung singkat yang
tak bebas , dan resistor mengalir pada terminal ab saat terminal
ab dihubung singkat
c. Rth = Vab / 1
Besar tegangan hubung terbuka (VOC) pada rangkaian Thevenin dan arus
hubung singkat (IsC) pada rangkaian Norton memenuhi persamaan:
Voc I sc .Rth
CONTOH
Pada gambar dibawah ini, hitunglah Nilai Resistansi Norton (R N) dan Arus
Norton (IN) serta Tegangan Beban (VL) pada Resistor Beban (RL) dengan
menggunakan Teorema Norton !
Penyelesaian :
Langkah 1.
Hubung singkat Resistor beban 15Ω seperti pada gambar berikut ini :
It = V / Rt
It = 12V / 40Ω
It = 0,3A
Kemudian carikan nilai arus sumber (ISc) yang juga sama dengan nilai arus
Norton (IN) dengan menggunakan prinsip Pembagi Arus (Current Divider Rule).
Langkah 3.
Lepaskan Arus Sumbernya, Short atau Hubungsingkatkan Tegangan Sumber
dan lepaskan Resistor Beban seperti pada gambar dibawah ini :
Langkah 5.
Hubungkan Resistor Norton (RN) secara paralel dengan sumber arus (IN) dan
pasangkan kembali Resistor beban seperti pada gambar dibawah ini :
Dan
VL = I L x R L
VL = 0,15A x 15Ω
VL = 2,25V
Jadi Arus Beban yang mengalir melalui Resistor Beban adalah 0,15A,
sedangkan Tegangan bebannya adalah 2,25V.
CONTOH 5-6
Penyelesaian :
8 10 9 10
I SC I 4 . .(2).
9 6 4.10 10 4 9 6 4.10 10 4
4 10 4 10
20
(9 6).10
(9 6) 10 4
I SC I 4 0,32 0,72 2 A
I SC I 4 2,4 A
5.4
Jika arus i :
Vs
i
R L RT
Maka besar daya yang ditransfer :
pL i 2 RL
2
Vs
pL RL
RL RT
Untuk mendapatkan resistansi beban (RL) dimana transfer / pemindahan daya
maksimum dapat terjadi, persamaan daya (pL) diatas di-diferensialkan orde
satu terhadap RL :
dpL 2 ( RT RL ) 2( RT RL ) RL
2
v s
dR L ( RT RL ) 4
( RT RL ) 2 2( RT RL ) RL
0 v s
2
( RT RL ) 4
( RT RL ) 2( RT RL ) RL 0
2
RL = R T
2
Vs
p L RL
R
L R L
2
V
p L s RL
2 RL
V 2s
pL
4 RL
6.2 Kapasitor
6.1
INDUKTOR
Jika suatu belitan konduktor yang terdiri dari N lilitan dialiri arus (seperti gambar
1) maka akan timbul induktansi. Induktansi didefinisikan sebagai sifat elemen
listrik yang menghasilkan tegangan jika dialiri arus.
di
vL
dt
Dimana :
L : induktansi (H)
Jika koil terdiri dari N lilitan maka besar flux total dalam satuan weber (Wb)
adalah :
= N
Pada induktor linier, total flux sebanding dengan arus yang mengalir pada
induktor, yaitu :
= Li
di
p vi L i
dt
w pdt L idi
t0 t0
L 2 t
w i (t ) t 0
2
L L
w i 2 ( t ) i 2 (t 0 )
2 2
1 2
w Li
2
N
Ls Ln
n 1
Ls L1 L2 .... LN
i1 i2 iN
+
i L1 L2 LN vN i LP
-
CONTOH 6-1
Jawaban :
di d
vL 10.10 3 50 cos1000t
dt dt
v 10 .5.10 sin 1000t
2 4
Li 10.103.50 cos1000t
0,5 cos1000t Wb
KAPASITOR
A
C
d
q Cv
dQ dv
i C
dt dt
dv
p vi v C
dt
t t
w p dt C v dv
t0 t0
C 2 t
w v (t ) t 0
2
C 2 C 2
w v (t ) v (t0 )
2 2
1
wc Cv 2
2
N
C p Cn
n 1
C p C1 C2 .... C N
C1C 2
Cs
C1 C 2
CONTOH 6-2
Jawaban: