Anda di halaman 1dari 16

BAB II

HUKUM – HUKUM DASAR

Sebagian besar pada bab ini menentukan perhitugan – perhitungan. Bagian terpenting dalam
perhitungan ini adalah penggunaan hukum Ohm. Bagian ini pula dapat dikembangkan untuk
menentukan daya dan energinya . Oleh karena itu, rumusan – rumusan ketiga variabel diatas
hendaklah dapat dipahami dengan seksama dan cermat.
Tujuan Intruksional Khusus
Dengan mempelajari bab ini mahasiswa diharapkan dapat:

 Mahasiswa mengenal hukum dasar rangkaian


 Mahasiswa mampu mengoperasikan hukum Ohm dan Kirchoff
 Mahasiswa mampu melakukan konversi wye-delta

Kemampuan Awal (Entry Behavior)

Sebelum memahami materi ini, dilakukan kemampuan awal dengan diberi penjelasan definisi
hukum-hukum dasar dan hubungannya dengan tegangan dan arus serta pentingnya
penggunaan satuan dan besarannya melalui pertanyaan atau tes tulis atau diskusi dengan
kelompok.
Pentingnya Mempelajari Bab ini:

Seperti hukum Ohm berguna untuk menghitung kapasitas kuat arus pada beban R jika diberi
tegangan, hukum Kirchoff dapat menentukan arus total jika ada suatu beban dirangkai
paralel, teori pembagi arus dapat digunakan untuk menyelesaiakan analisa rangkaian yang
tidak dapat di cari seri paralelnya.
A. Hukum Ohm
1. Hukum Ohm
Jika resistansi memerlukan tegangan diantara kutup-kutupnya berbanding lurus dengan
arus yang melaluinya, maka tegangan diberikan oleh :
V = R.I volt 2-1
Dimana i adalah arus dalam amper. Konstanta pembandingnya adalah R dan dalam SI
dinyatakan dalam Ohm ().

2. Hubungan Arus dan Tegangan


Hubungan antara tegangan dan arus dapat dilukiskan pada gambar 2-1 dan persamaan
diatas dikenal sebagai Hukum Ohm. Sebagai contoh arus yang mengalir melalui resistor
yang memiliki drop tegangan 16 v adalah
Gambar 2-1 Rangkaian Tegangan dengan beban R

V 16volt
I   8amper
R 2ohm
Selanjutnya tegangan solder yang mempunyai resistansi 80 ohm , jika arus 1,5 A adalah:
V = I.R = 1,5 . 80 = 120 volt
Kemudian resistansi lampu yang mempunyai tegangan 120 v dan arus yang melalui 0,4 A
yakni:

B. HUKUM KIRCHOFF
1. Hukum Kirchhoff Arus
Jika dua lebih elemen rangkaian dihubungkan hasilnya adalah suatu sambungan yang
dinamakan simpul (node). Sambungan antara dua elemen dinamakan simpul sederhana dan
disini tidak terjadi pembagian arus. Sambungan dari tiga atau lebih dinamakan simpul utama,
dan disini terjadi pembagian arus. Hukum Kirchhoff arus :
Jumlah aljabar semua arus yang menuju ke suatu titik hubung adalah sama dengan
nol. Atau jumlah arus yang menuju suatu titik sama dengan arus yang meninggalkan
titik hubung.
Secara matematis ditulis :
i1 + i2 + i3 + ………………+ In = 0 3-1
i =0
Gambar 2-2 Arus Cabang

Pada gambar 2-2 adalah i1 + i2 = i3 + i4

Contoh:
Titik 1,2 dan 3 adalah satu note maka
arus IS mengalir ke I1 , I2 dan I3 sehingga
IS = I1 + I2 + IS

2. Hukum Kirchhoff Tegangan


Jumlah aljabar semua tegangan yang diambil menurut arah tertentu sepanjang jalur
yang tertutup adalah sama dengan nol. Atau dalam rangkaian tetutup, jumlah tegangan
sumber sama dengan tegangan masing-masing beban. Tegangan yang lain dihasilkan oleh
arus dalam masing-masing beban yang menghasilkan tegangan, yang kadang-kadang disebut
sebagai jatuh tegangan (voltage drop).
Bentuk matematis dapat ditulis :
v=0 atau v1 + v2 = I.R1 + I.R2
Gambar 2-3 Sumber tegangan dan Tegangan Jatuh

Secara umum: V1 + v2 + v3 +……………..+ vn = 0 3-2

3. Rangkaian Seri dari Resistor


Pada gambar 2-4 Arus mengalir dalam masing-masing unsur atau sumber yang dihubungkan
secara berurutan itu sama, sesuai dengan hukum Kirchhoff untuk tegangan, sehingga hanya
ada arus tunggal i yang mengalir dalam rangkaian itu.
V1 – iR1 – iR2 –iR3 + iR4 = 0

dengan mengatur kembali kita dapatkan :

V1 = i (R1 + R2 + R3 + R4 )

Gambar 2-4 Rangkaian Seri


a b

Oleh karena itu besaran dalam tanda kurung itu dapat diganti oleh suatu resistansi setara yaitu
:
Rs = R1 + R2 + R3 + R4
Sehingga persamaan ini dapat disederhanakan menjadi:
V
V1  i.Rs atau i 3-3
Rtotal
Secara umum, jika terdapat n buah resistansi yang dihubungkan seri dalam suatu rangkaian,
rangkaian seri setaranya diperoleh dengan menjumlahkan masing-masing resistansi dalam
rangkaian itu, secara matematika dapat ditulis sebagai:
Rs = R1 + R2 + ………………+ Rn =  R 3-4

4. Rangkaian Paralel dari Resistor


Selain seri terdapat juga suatu rangkaian paralel seperti ditunjukkan pada gambar 2-5.
Menurut difinisi unsur-unsur rangkaian dikatakan paralel bila suatu beda potensial yang sama
terdapat diantara kutub-kutub setiap unsur itu.
Gambar 2-5 Rangkaian Paralel
a b

Hukum Kirchhoff untuk arus menyatakan bahwa arus yang memasuki sebuah simpul sama
dengan jumlah arus yang meninggalkannya. Dinyatakan dalam bentuk persamaan kita
dapatkan.
i = i1 + i2 +i3
Tetapi menurut hukum Ohm yang berhubungan dengan masing-masing resistansi itu,
persamaan itu dapat ditulis kembali dalam bentuk
Vs Vs Vs
i  
R1 R2 R3
Kembali dengan mengumpulkan variabel-variabel yang sama, yang dalam hal ini adalah
tegangan Vs , kita dapatkan
1 1 1 V
i  Vs(   ) atau i s 3-5
R1 R2 R3 RP
Pernyataan dalam tanda kurung itu dapat digantikan oleh suatu besaran setara yang
didefinisikan sebagai
1 1 1 1
  
Rp R1 R2 R3
dimana Rp menyatakan resistansi setara kombinasi paralel. Rumusan umum untuk prosedur
diatas menyatakan bahwa resistansi setara n buah resistansi yang dihubungkan paralel sama
dengan jumlah kebalikan masing-masing resistansi itu. Dinyatakan dalam bentuk persamaan
menjadi:
1 1 1 1 1
   ......   3-6
Rp R1 R2 Rn R
Jika dua resistansi diparalel seperti pada gambar 3-5 maka persamaan diatas dapat dinyatakan
dalam bentuk :

R1 R2
RP  3-7
R1  R2

Gambar 2-6 Sumber dengan beban di paralel


5. Rangkaian Seri dari Kapasitor
Diagram rangkaian terdiri dari dua kapasitor dengan kapasitansi C1 dan C2 yang
dihubungkan seri seperti pada gambar 3-6. Selisih potensial diantara masing-masing
kapasitor itu akan berbeda bila C1 tidak sama dengan C2.

Gambar 2-7 Kapasitor seri

Tetapi menurut hukum Kirchhoff untuk tegangan menyatakan bahwa kedua tegangan
itu harus dijumlahkan agar sama dengan tegangan sumber .
Vs = V1 + V2
Hal ini tegangan awal kapaisitor sama dengan nol
1 1
C1  C2 
V1  i.dt dan V2  i.dt

Dengan memasukkan ke persamaan diatas


1 1 1 1
 C2  C1 C 2 
Vs  i.dt  i.dt atau Vs  (  ) i.dt 3-8
C1
Pernyataan itu dapat disederhanakan dengan memperkenalkan pengganti
1 1 1 C1 .C 2
   Cs  3-9
Cs C1 C 2 C1  C 2
dimana Cs menunjukkan kapasitansi setara dua kapasitansi yang dihubungkan seri. Sehingga
persamaannya menjadi
1
Cs 
Vs  i.dt

Rumus umum untuk kapasitansi setara n buah kapasitansi yang dihubungkan seri adalah
1 1 1 1 1
   ...........   3-10
Cs C1 C 2 Cn C

6. Rangkaian Paralel dari Kapasitor


Perlakuan kapasitansi-kapasitansi yang dihubungkan secara paralel akan sama seperti
resistansi-resistansi dalam hubungan seri. Kebenaran pernyataan itu dapat dibuktikan dengan
menerapkan hukum Kirchhoff untuk arus dalam rangkaian seperti pada gambar 3-7
Sehingga dengan demikian bahwa:
i = i1 + i

Gambar 2-8 Kapasitor paralel

Sementara menurut persamaan


dVs dVs
i1  C1 dan i2  C 2
dt dt
Dengan menjumlahkan arus-arus tersebut
dVs dVs dVs
i  C1  C2  i  (C1  C 2 )
dt dt dt
Dengan mengambil suku kapasitansinya
Cp = C1 + C2
Dimana Cp adalah kapasitansi setara untuk kombinasi paralel kita dapatkan
dVs
i  Cp 3-11
dt
Bila ada n buah kapasitansi yang dihubung paralel, kapasitansi paralelnya dapat dinyatkan
sebagai:
Cp = C1 + C2 + ............+ Cn = C 3-12

7. Rangkaian Seri dari Induktor


Suatu rangkaian yang mempunyai dua induktor dalam hubungan seri. Sumber
tegangannya diandaikan berubah menurut waktu mengalir dalam kedua induktor tersebut.
Gambar 2-9 Induktor Seri

Maka menurut hukum Kirchhoff tegangan :


di di
Vs  L1  L2
dt dt
Dengan mengeluarkan suku-sukunya yang sama kita dapatkan
di di
Vs  ( L1  L2 )  Vs  Ls 3-13
dt dt
dimana Ls menyatakan induktansi setara untuk hubungan seri . Secara umum dimana n buah
induktansi dihubungkan seri adalah:

Ls = L1 + L2 + ............+ Ln =  L 3-14

8. Rangkaian Paralel dari Induktor


Suatu kombinasi paralel dua buah induktansi ditunjukan dalam gambar 3-9 Menurut
hukum Kirchhoff untuk arus
i = i1 + i2
Maka dengan mengandaikan arus awal sama dengan nol pada masing-masing iduktansi
Gambar 2-10

1 1
L1  L2 
i1  Vs.dt i2  Vs.dt

Dengan memasukkan kepersamaan-persamaan menghasilkan


1 1 1
i  (  )  Vs.dt 
Lp 
i Vs.dt 3-15
L1 L2

dimana
1 1 1 L1 .L2
   Lp 
Lp L1 L2 L1  L2

Besaran Lp adalah induktansi setara untuk kombinasi paralel.


Untuk hal yang umum dimana terdapat n buah induktansi yang dihubung paralel, persamaan
menjadi
1 1 1 1 1
   .......   3-16
Lp L1 L2 Ln L

9. Rangkaian Kombinasi Seri dan Paralel Resistor


Dalam menentukan penyelesaian rangkaian kombinasi tersebut kita lihat diagram
rangkaian gambar 3-10. Bila menggunakan pengurangan seri/paralel, lebih baik dimulai dari
sisi kanan (cabang paling jauh) dari terminal dan tahapannya adalah:
a. diserinya terlebih dahulu (R4 + R5 + R6)
b. diparalel antara R3 // (R4 + R5 + R6)
Gambar 2-11 Rangkaian kombinasi R Seri Paralel

c. selanjunya diparalel lagi antara R2 // R3 // (R4 + R5 + R6)


d. terakhir dilakukan hububungan seri hingga diperoleh Rek=Rtotal= R1 + R2 // R3
// (R4 + R5 + R6)
C. Transformasi Δ-Y dan Y - 
Ada bentuk rangkaian tertentu yang tidak dapat disederhanakan dengan menggunakan
kombinasi seri-paralel. Konfigurasi itu sering dapat ditangani dengan menggunakan
Transformasi Y- atau - Y. Transformasi ini memungkinkan tiga resistor yang dihubungkan
dengan bentuk  dan sebaliknya. Rangkaian pada gambar 3-11 adalah rangkaian Y dan  itu.
1. Rangkaian dari  ke Y
Dari rangkaian berbentuk  disederhanakan menjadi bentuk Y seperti pada gambar 3-
11 dengan panah ke kanan maka diperoleh Ra, Rb dan Rc dan hasilnya adalah:
Gambar 2-12 Konversi Rangkaian -Y dan Y-

Rb .Rc Ra .Rc Ra .Rb


R1  ......R2  ..........R3  3-17
Ra  Rb  Rc Ra  Rb  Rc Ra  Rb  Rc

2. Rangkaian dari Y ke 
Dari rangkaian berbentuk Y disederhanakan menjadi  maka diperoleh Ra, Rb dan Rc
dengan melihat gambar 3-11 (panah ke kiri) dengan panah ke kiri hasilnya adalah:
R1 R2  R2 R3  R3 R1
Ra 
R1
R1 R2  R2 R3  R3 R1
Rb  3-18
R2
R1 R2  R2 R3  R3 R
.Rc 
R3
D. PEMBAGI TEGANGAN DAN ARUS
1. Pembagi Tegangan
Seperangkat resistor terhubung seri seperti yang ditunjukkan pada gambar 3-12
disebut sebagai pembagi tegangan (voltage divider). Apabila arus I mengalir dalam
rangkaian seri maka tegangan V yang melintasi pada masing-masing tahanan adalah
Gambar 2-13 Rangkaian Pembagi Tegangan

Vsumber V1 R1
  V1  xVsumber
Rtotal R1 R1  R2
3-19
Vsumber V2 R2
  V2  xVsumber
Rtotal R2 R1  R2

2. Pembagi Arus
Dalam banyak cara penggunaan perlu kita tentukan bagaimana arus I yang mengalir
dari catu membagi diri diantara cabang-cabang yang berhubungan paralel. Maka suatu
susunan paralel resistor seperti ditunjukkan gambar 3-13 menghasilkan pembagi arus. Ratio
arus cabang i1 terhadap arus total I menunjukkan operasi pembagi tersebut.
Gambar 2-14 Rangkaian Pembagi Arus

Vs = VR1 = VR2  I.Rparalel = I1.R1 = I2.R2


Persamaan diatas disederhanakan menjadi:
I .RPARALEL
I . Rparalel = I1.R1 maka I 1 
R1
Sehigga:
R2 R1
I1  xI total dan I 2  xI total 3-20
R1  R2 R1  R2
3. Sumber dengan Rangkaian Setaranya
Suatu rangkaian dari suatu sumber yang ditunjukkan pada gambar 3-14 dinamakan
rangkaian setara karena persamaan tegangannya menurut hukum Kirchhoff . Dimana jika
pertama – tama merupakan rangkaian seri yang terdiri dari Vs dan Rs maka agar setara
dengan rangkaian hubungan paralel, ditentukan terlebih dahulu nilai Is dan Rs.

Gambar 2-15
Rangkaian Setara Sumber
E. RANGKUMAN

1. Hukum Ohm menyatakan tegangan V berbanding lurus dengan arus dan beban R atau
arusnya berbanding terbalik dengan beban R.
2. Hukum Kirchoff ada dua yaitu Kirchoff arus dan Kirchoff tegangan:
- Khirchoff arus yaitu jumlah arus yang masuk ke cabang sama dengan jumalah arus
yang keluar cabang.
- Kirchoof tegangan yaitu jumlah aljabar sumber tegangan sama dengan jumalah drop
(tegangan jatuh) tegangan pada masing-masing beban.
3. Pada rangkaian seri dimana Arus mengalir dalam masing-masing unsur atau sumber
yang dihubungkan secara berurutan itu sama.
Nilai total dari unsur-unsur R1, R2 dan R3 yang dihubungkan seri adalah dijumlahkan
langsung
Contoh : Rtotal = 2 + 8 + 10 = 20 
Nilai total dari unsur – unsur R1, R2 dan R3 dihubungkan parallel adalah sebagai berikut
Contoh: 1/Rtotal = ½ +1/8 + 1/10
4. Jika nilai total dari unsur-unsur R1, R2, R3 dan R4 dihubungkan seri paralel maka sebaiknya di
cari terlebih dari sisi kanan dari sumbernya.
Contoh: langkahnya:
1. R3 // R4 terlebih dahulu
2. R1 + (hasil parallel R3 // R4) + R2

5. Jika sekumpulan resistansi yang membentuk hubungan tertentu saat dianalisis ternyata bukan
merupakan hubungan seri ataupun hubungan paralel yang telah kita pelajari sebelumnya, maka
jika rangkaian resistansi tersebut membentuk hubungan star atau bintang atau rangkaian tipe Y,
ataupun membentuk hubungan delta atau segitiga atau rangkaian tipe ∆, maka diperlukan
transformasi baik dari star ke delta ataupun sebaliknya.

F. LATIHAN
1. Soal -soal
a. Jika bola lampu pijar 40W/250V, memiliki tahanan R =
1560 
I = V / R = 250 / 1560 = 0,160 A = 160 mA
b. Lihat gambar dibawah ini

1) Rangkaian hubungan apakah ini?


2) Berapa RTotal dan arus total Itotal?
Jawab:
1) Rangkaian seri
2) Rtotal = 2 + 4 + 6 = 12 
Vs 12
Itotal =   12 A
RT 12
c. Rangkaian dibawah ini
1) Rangkaian hubungan apa disamping ini?
2) Berapa RTotal dan ITotal ?
Jawab:
1) Rangaian parallel
1 1 1 1
2) Rtotal    
RT R1 R2 R3

1 1 1 1 1 6  3  2 11 1 11
         11 x RT = 1 x 12
RT 2 4 6 RT 12 12 RT 12

12 VS 12
RT   1,09  IT    11A
11 RT 1,09
d. Lihat gambar dibawah ini
Tentukan I4 dengan menggunakan hukum
Kirchoff arus.
I1+ I3 = I2 + I4
2 + 5 = 4 + I4
I4 = 5 + 2 – 4 = 3 Amper

Ditanyakan: a) titik – titik mana yang


ditransformasi dan apakah  - Y atau Y - 
b) berapa nilai R hasil transformasi
c) Tahanan total (Rtotal) d) Is
Penyelesaian:
a) titik bcd dan transformasi -Y
b) lihat gambar maka R1 , R2 dan R3

R1 = (1x2) / (1+2+3) = 1/3 


R2 = (2x3) / (1+2+3) = 1 
R3 = (3x1) / (1+2+3) = ½ 

c) Mencari Rtotal terlebih dahulu dicari:

R2 + 4 = 1 + 4 = 5  dan R3 + 2 = 1/3 + 2 = 7/3 


5 diparalel 7/3 = (5 x 7/3) / ( 5 + 7/3) = (35/3) / (22/3) = 35/22 
R1 di seri 35/22  = 1/3 + 35/22 = 127/66 
2 di paralel 127/66  = (2 x 127/66) / (2 +127/66) = 154/259 
Jadi Rtotalnya = 154/259 
d) Is = Vs / Rtotal = (6 ) / (154/259) = 1554/154  atau 10,09 Amper

e. Dua buah resistor dihubungkan seri masing-masing R1= 120 dan R2 = 220 di
supply dengan tegangan 6 volt. Tentukan Voltage devider .
Penyelesaian:
V1 = (120) / (120+220) x 6 = 2,12 Volt
V2 = (220) / (120+220) x 6 = 3,88 Volt

f. Lihat gambar dibawah ini


Ditanyakan: I1 dan I2
Penyelesaian:
Menentukan I1 dan I2 terlebih dahulu dicari:
Rtotal dan Is sehingga:

Rtotal = (3x7) / (3+7) + Rs = 2,1 + 1 = 3,1


dan
Is = Vs / Rtotal = 6 / 3,1 = 1,9 Volt
I1 = 7 / (3+7) x 1,9 = 1,33 A dan I2 = 3 / (3+7) x 1,9 = 0,57A

2. Tugas

a. Arus mengalir dalam suatu rangkain 0,128 A dan resistansinya 330. Tentukan
tegangannya.
b. Tegangan yang diberikan pada suatu rangkaian adalah 20V dan arus yang besarnya
120 mA.
c. Tegangan sebesar 250 V diberikan pada sebuah resistor 56. Hitunglah arus yang
mengalir.
d. Resistor 0,412 , 1,336 dan 0,678 , dalam hubungan seri carilah resistansi
seluruhnya.
e. Carilah nilai sebuah resistor bila dihubungkan secara seri dengan resistor 220  akan
menghasilkan resistansi menyeluruh 550.
f. Resistor terdiri dari 1K, 1,2, 560 dan 330 dihubungkan paralel. Hitunglah
Rekivalen dan buatkan diagram rangkaiannya.
g. Hitunglah nilai resistor bila dihubungkan paralel dengan resistor 120 akan
menghasilkan resistansi ekivalennya 560.
h. Diagram rangkaian seperti dibawah ini, tentukan Rek dan arus yang mengalir dalam
rangkaian.
i. Tiga resistor masing-masing 100, 200, 300 dihubungkan secara seri dengan catu
DC 600 V. Hitunglah :
- beda tegangan pada tiap resistor .
- arus di dalam rangkaian
- daya yang dikonsumsi oleh 200 .
j. Tentukan:
Arus pada R2 dan R3
Tegangan pada R2 dan R3
Daya pada R2 dan R3

k. Hitung kapasintasi ekivalen dari keempat seperti pada gambar dibawah ini

l. Hitung muatan pada masing-masing kapasitor bila V1 = V2 = 50 volt

m. Sebuah kapasitor 25F mempeunyai muatan awal 2,5 C. Dalam selang waktu 0t
 1 s dan i = 5 x 106t -5 A
Hitung tegangan pada t = 0,5 s dan t = 0,9 s
n. Ubahlah pernyataan sumber tegangan menjadi suatu sumber arus yang setara jika Vs =
10 Volt diseri dengan Rs = 220
o. Ubahlah sumber arus manjadi sumber tegangan dimana Ish = 2 A dan R = 4 
p. Tentukan Rtotal , Itotal dan Arus yang melewati R1

q. Tentukan Rekivalennya

r. Tiga resistor masing-masing 120, 330, 1K dihubungkan secara seri dengan catu
DC 250 V. Hitunglah :
a. beda tegangan pada tiap resistor .
b. arus di dalam rangkaian
c. daya yang dikonsumsi oleh 330 .

G. EKSPERIMEN
a. Eksperimen Hukum Ohm
Pada gambar a pengukuran tegangan pada tahanan R dikenal dengan VR atau juga disebut
tegangan jatuh (Voltage drop), misalnya nilai tahanan R = 100 dan tegangan sumber V S = 8
Volt secara teori karena bebannya hanya satu R saja maka drop tegangan = tegangan sumber

Gambar a : Pengukuran tegangan Gambar b: Pengukuran arus


Pada gambar b bahwa pengukuran arus jika nilai R = 100, dan tegangan 12 Volt, maka
secara teori nilai arus = V / R = 12 / 100 = 0,12 A, di alat ukur amper meter tidak terdapat
nilai 0,12 A pada skalanya harus dirubah menjadi bilangan bulat yaitu 120mA , terukur pada
amper meter seharus 120mA kenyataan dilapangan sedikit berbeda.
b. Eksperimen Hukum Kirchoff Tegangan dan Arus

Gambar a: Sumber seri dengan bebannya Gambar b: Sumber paralel dengan bebannya

Biasanya dalam hukum Kirchoff tegangan, rangkaiannya berbentuk seri antara


sumber dan beberapa bebannya seperti gambar a jika bebannya R1 dan R2 diseri akan
mengukur tegangan pada R2 maka tegangan yang diukur dinamakan tegangan drop yang
nilainya lebih kecil dengan tegangan sumbernya, bagaimana dengan nilai arus ?
Pada gambar b, menunjukkan aplikasi hukum Kirchoff Arus dimana rangkaiannya
berbentuk paralel antara sumber dan beberapa bebannya, jika bebannya R 1 dan R2 diparalel
maka arus yang mengalir sama dengan Itotal = IR1 + IR2 , jika menghitung IR1 maka nilainya IR1
= Itotal – IR2. Bagaimana nilai tegangan masing-masing beban?

H. RUJUKAN
1. Budiono Mismail. Rangkaian Listrik 1. Universitas Brawijaya Malang. Hal. 52
sampai dengan 59
2. Mohamad Ramdhani. 2002. Rangkaian Listrik. Erlangga Jakarta. Hal. 12 sampai
dengan 15.
3. Joseph A. Edminister, M.S.E, 1997. Rangkaian Listrik. Seri Buku Schaum, Teori
dan Soal-soal. Erlangga Jakarta. Hal. 5 sampai dengan 10

I. BACAAN YANG DIANJURKAN


1. Budiono Mismail. Rangkaian Listrik 1 . Universitas Brawijaya Malang.
2. Joseph A. Edminister, M.S.E, 1997. Rangkaian Listrik. Seri Buku Schaum, Teori
dan Soal-soal. Erlangga Jakarta.
DAFTAR PUSTAKA
1. Alexander Sadiku. 2007. Fundamentals of Electric Circuits. Cleveland State
Universuty and Prairie View A&M University . Mc Graw Hill
2. Budiono Mismail. Rangkaian Listrik. Universitas Brawijaya Malang.
3. DE LORENZO. Single Phasa Alternating Current. Teaching System for Technical
Training.
4. Joseph A. Edminister, M.S.E, 1997. Rangkaian Listrik. Seri Buku Schaum, Teori
dan Soal-soal. Erlangga Jakarta.
5. Mohamad Ramdhani. 2002. Rangkaian Listrik. Erlangga Jakarta.
6. William H. Hayt, Jr, Jilid 1, Edisi Keempat. Rangkaian Listrik. Erlangga. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai