BAB I
KONSEP DASAR SISTEM JARINGAN DISTRIBUSI
TEGANGAN MENENGAH
1.INSTALASI
POLA SISTEM
GARDU
TENAGA
DISTRIBUSI
LISTRIK
1. Pola Sistem Jaringan Tegangan Menengah
~ PUSAT LISTRIK
~
SUTET 500 KV
SUTT
SUTT 150 KV
150 KV / 20 KV
SISTEM DISTRIBUSI TM
(PRIMER)
380 V/220 V
SISTEM DISTRIBUSI TR
(SEKUNDER)
SAMBUNGAN PELAYANAN
Contoh di PT PLN (Persero)
Contoh di PT PLN (Persero)
PEMBANGKIT PLTA / PLTGU
GARDU INDUK
PEMBANGKIT PLTG
STEP UP
SALURAN
UDARA
TEGANGAN
EKSTRA
INDUSTRI
TINGGI 500
BESAR GARDU INDUK
KV
150 kV
PEMBANGKIT
PLTD
GARDU INDUK
SALURAN
500 kV
TRANSMISI
KANTOR / PERTOKOAN
JARINGAN
TM / TR
INDUSTRI
MENENGAH / KECIL
1.1. Ruang lingkup
Sistem tegangan menengah s/d 35 KV.
1.2. Sistem konstruksi
• Saluran udara
• Saluran kabel tanah.
1.3. Dasar pertimbangan
• Alasan teknis, persyaratan teknis.
• Alasan ekonomis, murah
• Alasan estetika, segi keindahan
• Alasan pelayanan, kontinuitas pelayanan, jenis/macam pelanggan.
1.4. Lay Out Sistem Distribusi Tegangan Menengah
HV SWITCH
HV BUSBAR
HV CIRCUIT BREAKER
HV / MV TRANSFORMATOR TENAGA
SUBSTATION
PMT
REL TM
PMT PENYULANG
SUTM TM KELUAR
POLE SWITCH SKTM
GARDU
TIANG SAKLAR KABEL
MASUK - KELUAR
SAKLAR TR MV / LV
SUBSTATION SAKLAR KABEL
JTR TRANSFORMATOR
SERVICE CABLE
FUSE TM
FUSED TRANSFORMER
METER RAK TR
MCB FUSE TR
METER
CONSUMER
INSTALATION
BAB II
2.1. Pendahuluan.
Untuk membuat desain kriteria akan berpedoman kepada SPLN yang ada
dan Ketentuan – ketentuan lain yang berlaku.
2) Beban Sedang
Daerah / Lokasi yang mempunyai beban sedang bila terdapat
beban antara 0,5 MVA sampai 1 MVA per KM2 .
3) Beban Padat
Daerah / Lokasi yang mempunyai beban padat bila terdapat
beban diatas 1 MVA per KM2 .
Loop Type
Penggunaan SSO Loop Type hanya pada Sistem Open Loop Dua
Penyulang, SSO tipe ini dipasang pada titik pertemuan antara
penyulang transline satu dengan penyulang transline lainnya dalam
satu loop.
T 5 > Tr + ( n +1 ) T1
- Reclose - 1 = 60 detik
- Reclose - 2 = 180 detik
Catatan :
Catatan :
10
11
Catatan :
12
13
14
3) Bandar Udara.
4) Rumah Sakit
15
Dimana :
- % Drop Voltage = Jatuh Tegangan ( % )
- P = Daya Nominal yang tersalur (MVA)
- R = Resistensi Jaringan ( ohm /km )
- X = Reaktansi Jaringan ( Ohm/km )
- L = Panjang jaringan ( km )
- Cos q = 0,85 ( 0,90 ) dan Sin q = 0,526 ( 0,435)
- KV = Tegangan L-L ( 20 KV )
2) SISTEM 1 PHASE
Dimana :
- % Drop Voltage = Jatuh Tegangan ( % )
- P = Daya Nominal yang tersalur (MVA)
- R = Resistensi Jaringan ( ohm /km )
- X = Reaktansi Jaringan ( Ohm/km )
- L = Panjang jaringan ( km )
- Cos q = 0,85 ( 0,90 ) , Sin q = 0,526 ( 0,435)
- KV = Tegangan L-N (11,6 KV)
16
Dimana :
- % Drop Voltage = Jatuh Tegangan ( % )
- P = Daya Nominal yang tersalur
(MVA)
- R = Resistensi Jaringan ( ohm /km )
- X = Reaktansi Jaringan ( Ohm/km
)
- L = Panjang jaringan ( km )
- Cos q = 0,85 ( 0,90 ) , dan Sin q = 0,526 ( 0,435)
- KV = Tegangan L-L ( 20 KV )
2) SISTEM 1 PHASE
Dimana :
- % Drop Voltage = Jatuh Tegangan ( % )
- P = Daya Nominal yang tersalur (MVA)
- R = Resistensi Jaringan ( ohm /km )
- X = Reaktansi Jaringan ( Ohm/km )
- L = Panjang jaringan ( km )
- Cos q = 0,85 ( 0,90 ) , Sin q = 0,526 ( 0,435)
- KV = Tegangan L-L ( 20 KV
17
Dimana :
- % Drop Voltage = Jatuh Tegangan ( % )
- P = Daya Nominal yang tersalur (MVA)
- R = Resistensi Jaringan ( ohm /km )
- X = Reaktansi Jaringan ( Ohm/km )
- L = Panjang jaringan ( km )
- Cos q = 0,85 ( 0,90 ) , Sin q = 0,526 ( 0,435)
- KV = Tegangan L-L ( 20 KV )
2) SISTEM 1 PHASE
Dimana :
- % Drop Voltage = Jatuh Tegangan ( % )
- P = Daya Nominal yang tersalur (MVA)
- R = Resistensi Jaringan ( ohm /km )
- X = Reaktansi Jaringan ( Ohm/km )
- L = Panjang jaringan ( km )
- Cos q = 0,85 ( 0,90 ) , Sin q = 0,526 ( 0,435)
- KV = Tegangan L-L ( 20 KV
18
Dimana :
Ø I = Arus beban yang mengalir pada Jaringan (Ampere)
Ø R = Resistansi Jaringan ( Ohm/km)
Ø L = Panjang Jaringan (km )
Ø LLF= Loss Load Factor
19
JARINGAN
PENGHANTAR AAAC
20
35 mm2
50 mm2
100
70 mm2
95 mm2
80
120 mm2
150 mm2
60
185 mm2
240 mm2
40
20
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
BEBAN (MVA)
21
BAB III
KONSEP DASAR KONSTRUKSI
JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK
3.1 Konsep Dasar 5.1
Suatu sistem tenaga listrik secara sederhana terdiri atas :
a. Sistem Pembangkit
b. Sistem Transmisi dan Gardu Induk
c. Sistem Distribusi
d. Sistem Sambungan Pelayanan
Sistem-sistem ini saling berkaitan dan membentuk suatu sistem tenaga listrik.
Sistem distribusi adalah sistem yang berfungsi mendistribusikan tenaga listrik
kepada para pemanfaat.
Sistem distribusi terbagi 2 bagian :
a. Sistem Distribusi Tegangan Menengah
b. Sistem Distribusi Tegangan Rendah
Sistem Distribusi Tegangan Menengah mempunyai tegangan kerja di atas 1 kV
dan setinggi-tingginya 35 kV. Sistem Distribusi Tegangan Rendah mempunyai
tegangan kerja setinggi-tingginya 1 kV.
JarIngan distribusi tegangan menengah berawal dari Gardu Induk. Pada
beberapa tempat berawal dari pembangkit listrik. Bentuk jaringan dapat
berbentuk radial atau tertutup (radial open loop).
Jaringan distribusi tegangan rendah berbentuk radial murni.
Sambungan pelayanan adalah bagian paling hilir dari sistem distribusi tenaga
listrik. Pada sambungan pelayanan tersambung alat pembatas dan pengukur
yang selanjutnya menyalurkan tenaga listrik kepada pemanfaat.
Konstruksi keempat sistem tersebut dapat berupa saluran udara atau saluran
bawah tanah disesuaikan dengan kebijakan manajemen, masalah kontinuitas
22
pelayanan, jenis pelanggan, pada beban atas permintaan khusus dan masalah
biaya investasi.
Sistem Pembangkit
Sistem Pembangkit
Sistem Distribusi
Sistem Distribusi TM
Sambungan Pelayanan
Gambar 4.1 Pola Sistem Tenaga Listrik
3.1.1 Aspek Perencanaan Jaringan Distribusi
Jaringan distribusi tegangan menengah saluran udara dipakai umumnya untuk
daerah dengan jangkauan luas, daerah padat beban rendah atau daerah-daerah
penyangga antara kota dan desa. Saluran Udara mempunyai biaya investasi
murah, mudah dalam pembangunannya, mudah pada sisi pengoperasian, akan
23
24
Sistem Jaringan
Tertutup
Berdasarkan kedua pola dasar tersebut, dibuat konfigurasi-konfigurasi jaringan
sesuai dengan maksud perencanaannya sebagai berikut :
a. Konfigurasi tulang ikan (Fishbone)
Konfigurasi fishbone ini adalah tipikal konfigurasi dari saluran udara
tegangan menengah beroperasi radial. Pengurangan luas pemadaman
dilakukan dengan mengisolasi bagian yang terkena gangguan dengan
memakai pemisah (Pole Top Switch - PTS / Air Break Switch – ABSW)
dengan koordinasi relai atau dengan system SCADA. Pemutus balik otomatis
– PBO (Automatic Recloser) dipasang pada saluran utama dan saklar seksi
otomatis – SSO (Automatic Sectionalizer) pada pencabangan.
b. Konfigurasi Kluster (Cluster / Leap Frog)
Konfigurasi saluran udara tegangan menengah yang sudah bertipikal sistem
tertutup, namun beroperasi radial (Radial open Loop). Saluran bagian tengah
merupakan penyulang cadangan dengan luas penampang penghantar besar.
25
c. Konfigurasi Spindel (Spindle Configuration)
Konfigurasi spindel umumnya dipakai pada saluran kabel bawah tanah. Pada
konfigurasi ini dikenal 2 jenis penyulang yaitu pengulang cadangan/standby
/express feeder dan penyulang operasi/working feeder. Penyulang cadangan
tidak dibebani dan berfungsi sebagai back-up supply jika terjadi gangguan
pada penyulang operasi. Untuk konfigurasi 2 penyulang faktor pembebanan
hanya 50%. Berdasarkan konsep spindel jumlah penyulang pada 1 spindel
adalah 6 penyulang operasi dan 1 penyulang cadangan sehingga faktor
pembebanan konfigurasi spindel penuh adalah 85 %. Ujung-ujung penyulang
berakhir pada gardu yang disebut gardu hubung dengan kondisi penyulang
operasi “NO” (Normally open), kecuali penyulang cadangan dengan kondisi
“NC” (Normally Close).
d. Konfigurasi Garpu / Fork
Konfigurasi ini memungkinkan 1 gardu distribusi dipasok dari 2 penyulang
berbeda dengan selang waktu pemadaman sangat singkat (Short Break
Time). Jika penyulang operasi mengalami gangguan, dapat dipasok dari
penyulang cadangan secara efektif dalam waktu sangat singkat dengan
26
ACO
e. Konfigurasi Spotload (Parallel Spot Configuration)
Konfigurasi yang terdiri sejumlah penyulang beroperasi paralel dari
sumber/gardu induk berakhir pada gardu distribusi.
Konfigurasi ini dipakai jika beban pelanggan melebihi kemampuan hantar
arus penghantar. Salah satu penyulang berfungsi sebagai penyulang
cadangan, guna mempertahankan kontinuitas penyaluran. Sistem harus
dilengkapi dengan Relai Directional pada gardu hilir (gardu hubung).
Beban
f. Sistem Jala-jala (Grid, Mesh)
Konfigurasi jala-jala, memungkinkan pasokan tenaga listrik dari berbagai
arah ke titik beban. Rumit dalam proses pengoperasian, umumnya dipakai
pada daerah padat beban tinggi dan pelanggan-pelanggan / pemakaian
khusus.
27
3.3 Kontinuitas Penyaluran
Kontinuitas penyaluran bagi pemanfaat tenaga listrik adalah berapa lama padam
yang terjadi dan berapa banyak waktu yang diperlukan untuk memulihkan
penyaluran kembali tenaga listrik. Untuk itu tingkat kontinuitas penyaluran
dibagi menjadi 5 tingkat:
Tingkat - 1 : Pemadaman dalam orde beberapa jam. Umumnya terjadi pada
sistem saluran udara dengan konfigurasi radial.
Tingkat - 2 : Pemadaman dalam order kurang dari 1 jam. Mengisolasi
penyebab gangguan dan pemulihan penyaluran kurang dari 1
jam. Umumnya pada sistem dengan pasokan penyulang
cadangan.
Tingkat - 3 : Pemadaman dalam orde beberapa menit. Umumnya pada sistem
yang mempunyai sistem SCADA.
Tingkat - 4 : Pemadaman dalam orde detik. Umumnya pada sistem dengan
fasilitas automatic switching pada sistem fork.
Tingkat - 5 : Sistem tanpa pemadaman. Keadaan dimana selalu ada pasokan
tenaga listrik, misalnya pada sistem spotload, transformator
yang bekerja parallel.
Keputusan untuk mendesain sistem jaringan berdasarkan tingkat-tingkat
penyaluran tersebut adalah faktor yang utama yang mendasari memilih suatu
bentuk konfigurasi sistem jaringan distribusi dengan memperhatikan aspek
pelayanan teknis, jenis pelanggan dan biaya.
28
29
30
A. Relai hubung tanah dan relai hubung singkat fasa-fasa untuk kemungkinan
gangguan penghantar dengan bumi dan antar penghantar.
B. Pemutus Balik Otomatis (Automatic Recloser) – PBO saklar seksi otomatis
(Automatic Sectionalizer) – SSO. PBO dipasang pada gardu induk dan saluran
utama sementara SSO dipasang pada saluran pencabangan.
C. Lightning Arrester sebagai pelindung kenaikan tegangan peralatan akibat
surja petir. Lightning Arrester dipasang pada tiang awal/tiang akhir, kabel
tee – off pada jaringan dan gardu transformator serta pada isolator tumpu.
D. Pembumian bagian konduktif terbuka dan bagian konduktif extra pada tiap-
tiap 4 tiang atau pertimbangan lain dengan nilai pentanahan tidak melebihi
10 ohm.
E. Kawat tanah (Shield wire) untuk mengurangi gangguan akibat sambaran
petir langsung.
F. Penggunaan fuse cut – out (FCO) pada jaringan pencabangan.
G. Penggunaan sela tanduk (arcing horn)
3.5.3 Konsep Isolasian Gangguan
Mengingat saluran utama TM mempunyai jangkauan yang luas, usaha-usaha
mengurangi lama padam pada bagian-bagian/zona-zona pelayanan SUTM
dilakukan dengan cara penempatan peralatan pemutus (Switch Gear) pada titik
tertentu.
Pada saluran utama dapat dipasang jenis-jenis peralatan baik yang bersifat
pemisah (Pole Top Switch) atau yang bersifat pemutus beban (Load Break
Switch) atau peralatan pemutus balik (Automatic Recloser).
Pada saluran pencabangan dapat dipasang peralatan yang bersifat pemisah (Pole
Top / Air Break Switch) atau Fused Cut Out atau peralatan Automatic
Sectionalizer.
Pada titik penyambungan (jika interloop dengan penyulang lain) dapat dipasang
Pole Top Load Break Switch.
3.5.4 Konstruksi SUTM
31
Konstruksi jaringan dimulai dari sumber tenaga listrik / gardu induk dengan
kabel tanah tegangan menengah kearah tiang pertama saluran udara. Tiang
pertama disebut tiang awal, tiang tengah disebut tiap penumpu (line pole), jika
jalur SUTM membelok disebut tiang sudut dan berakhir pada tiang ujung (end
pole).
Untuk saluran yang sangat panjang dan lurus pada titik-titik tertentu dipasang
tiang peregang. Fungsi tiang peregang adalah untuk mengurangi besarnya
tekanan mekanis pada tiang awal / ujung serta untuk memudahkan operasional
dan pemeliharaan jaringan.
Topang tarik (guy wire) dapat dipakai pada tiang sudut dan tiang ujung tetapi
tidak dipasang pada tiang awal. Pada tempat-tempat tertentu jika sulit
memasang guy wire pada tiang akhir atau tiang sudut, dapat dipakai tiang
dengan kekuatan tarik besar.
Isolator digunakan sebagai penumpu dan pemegang penghantar pada tiang,
hanya dipakai 2 jenis isolator yaitu isolator peregang(hang isolator/suspension
isolator) dan isolator penumpu (line post/pinpost/insulator pin). Isolator
peregang dipasang pada tiang awal / akhir / sudut. Isolator penumpu dipasang
pada tiang penumpu dan sudut.
Konfigurasi konstruksi (Pole Top Construction) dapat berbentuk vertikal,
horizontal atau delta. Konstruksi sistem pembumian dengan tahanan (R = 12
ohm, 40 ohm dan 500 ohm) atau dengan multi grounded common netral (solid
grounded) yaitu dengan adanya penghantar netral bersama TM, TR (di Jawa
Timur menggunakan system pembumian 500 ohm, dengan tambahan konstruksi
penghantar pembumian diatas penghantar fasa).
Isolator dipasang pada cross arm / bracket / travers tahan karat (Galvanized
Steel Profile).
Penghantar saluran udara tegangan menengah ini dapat berupa:
1. A3C (All Alumunium Alloy Conductor)
2. A3C – S (Half insulated A3C)
3. Full insulated A3C twisted (A3C-TC)
Luas penampang penghantar 35 mm2, 50 mm2, 70 mm2, 150 mm2, 240 mm2.
3.5.5 Jangkauan Pelayanan
32
LA
4 6. Fused Cut Out
S
33
34
Relai terpasang pada kubikel 20 kV di gardu induk, relai tipe arus lebih, fase-fase
dan arus lebih hubung tanah dengan karakteristik sesuai kebutuhan (IDMT atau
Inverse Relay). Jenis kabel yang dipakai adalah multicore atau single core belted
cable dengan copper screen. Cooper screen pada terminal gardu induk dan atau
gardu distribusi dapat dibumikan atau tidak, sesuai dengan konsep proteksinya
dengan kemampuan dialiri arus listrik 1000 Ampere selama 1 detik.
Sambungan kabel dengan dipasang lightning arrester untuk melindungi kabel
dari kenaikan tegangan akibat surja petir dengan nilai arus pengenal 10 kA pada
tiang pertama dan ujung serta 5 kA pada tiang tengah. Tambahan pemakaian
fused cut out dapat dipertimbangkan sesuai kebutuhan.
Untuk sambungan sistem spot load ditambahkan relay diferensial atau
directional pada gardu hubung sisi pelanggan spotload.
3.6.3 Konstruksi SKTM
Sesuai standar pabrik, kabel tanah pada kondisi tanah (specific thermal
resistivity of soil) 1000C cm/w dengan kedalaman 70 cm, untuk penggelaran 1
kabel mempunyai kemampuan hantar arus 100 %. Kemampuan hantar arus
kabel harus dikoreksi jika persyaratan tersebut berubah.
Penggunaan kabel dengan penampang yang lebih besar pada jalur keluar dari
gardu induk / sumber tenaga listrik harus dipertimbangkan.
Kabel harus dilindungi terhadap kemungkinan gangguan mekanis dengan pasir,
Pipa pelindung, buis beton atau pelat beton.
Jalur jaringan kabel, titik belok dan sambungan kabel harus diberi tanda guna
memudahkan inspeksi, pemeliharaan dll.
3.6.4 Konsep Isolasi Gangguan
Gangguan pada saluran kabel diisolasi dengan cara membuka pemutus beban
(load break switch) pada gardu distribusi. Bagian kabel yang tidak terganggu
dipasok dari penyulang cadangan melalui gardu hubung.
Jika terjadi gangguan bersamaan pada beberapa titik saluran kabel, maka ada
bagian yang tidak terselamatkan / black out.
35
LBS LBS TP
HRC F
IN
out PHB . TR
36
Bagan satu garis gardu distribusi portal
SUTM
S
FCO
LA
Trafo
PHB TR
Σ
3.7.1 Gardu Distribusi Pasangan Luar
Konstruksi gardu distribusi pasangan luar type Portal terdiri atas Fused Cut Out
sebagai pengaman hubung singkat trafo de ngan elemen pelebur/ fuse link type
expulsiondan lightning arrester sebagai sarana pencegah naiknya tegangan pada
transformator akibat surja petir. Elekroda pembumian dipasang pada masing-
masing lightning arrester dan pembumian titik netral transformator sisi
tegangan rendah. Kedua elekroda pembumian tersebut dihubungkan dengan
penghantar yang berfungsi sebagai ikatan penyama potensial yang digelar di
bawah tanah.
Pada gardu distribusi tipe cantol, transformator yang terpasang adalah jenis CSP
(Completely Self Protected Transformer). Perlengkapan perlindungan
transformator tambahan adalah lightning arrester. Pada transformator tipe CSP
fasa 1, penghantar pembumian arrester dihubung langsung dengan badan
transformator. Konstruksi pembumian sama dengan gardu portal. Perlengkapan
hubung bagi tegangan rendah maksimum 2 jurusan dengan saklar pemisah pada
sisi masuk dan pengaman lebur (type NH, NT) sebagai pengaman jurusan. Semua
bagian konduktif terbuka dihubungkan dengan pembumian sisi tegangan
rendah.
37
38
Perlengkapan hubung bagi sisi tegangan rendah sama dengan instalasi gardu
pada butir – a diatas. Konstruksi instalasi pembumian pada gardu beton dapat
berupa elektroda grid (kawat BC digelar dibawah pondasi) atau elektroda batang
atau kombinasi keduanya.
c. Sambungan untuk Pemanfaat Tegangan Menengah
Untuk pemanfaat dengan sambungan tegangan menengah tanpa transformator.
Perlengkapan hubung bagi tegangan menengah dilengkapi dengan kubikel trafo
tegangan dan kubikel pembatas beban (circuit breaker).
Seluruh konstruksi pembumian sama dengan instalasi pembumian gardu butir a
dan butir b. Pada pelanggan spot load dengan pasokan SKTM lebih dari 1 kabel
yang dioperasikan paralel dapat ditambahkan rele diferential atau rele arah
(directional relay)
(lay out sambungan Tegangan Menengah)
LBS LBS PT CB
APP Pemanfaat
83.8 Jaringan Tegangan Rendah
Jaringan tegangan rendah merupakan bagian hilir dari suatu sistem tenaga listrik
jaringan tegangan rendah dimulai dari gardu distribusi dengan bentuk jaringan
radial.
3.8.1. Konstruksi Saluran Udara
Penghantar jaringan secara umum memakai kabel yang dikenal sebagai LVTC
(Low oltage Twisted Cable), IBC (Insulated Bundled Conductor), TIC (Twisted
Insulated Conductor) atau kabel jenis NYY / NYFGbY untuk saluran kabel bawah
39
tanah. Jangkauan operasi dibatasi oleh batas-batas tegangan +5% -10%, dengan
pembebanan yang maksimal. Konstruksi jaringan dengan tiang sendiri panjang
9 meter atau dibawah saluran udara TM (underbuilt) tidak kurang dari 1 meter
dibawah penghantar SUTM
3.8.2 Konstruksi Saluran Bawah Tanah
Konstruksi saluran bawah tanah dipakai pada :
a. Kabel naik (Riser Cable – opstik kabel) antara PHB – TR di gardu distribusi
dan tiang awal jaringantegangan rendah.
b. Sebagai jaringan distribusi tegangan rendah pada daerah-daerah yang
memerlukan.
Jenis kabel yang dipakai adalah jenis kabel dengan isolasi ganda atau dengan
pelindung mekanis (contoh NYFGbY). Kabel jenis NYY dapat dipakai dengan
persyaratan harus dimasukkan dalam pipa pelindung sebagai penahan tekanan
mekanis. Persyaratan konstruksi kabel bawah tanah sama dengan persyaratan
konstruksi kabel bawah tanah jaringan tegangan menengah, hanya kedalaman
penggelaran adalah ± 60 cm
3.8.3 Proteksi Jaringan dan Pembumian
Jaringan tegangan rendah dimulai dari perlengkapan hubung bagi tegangan
rendah di gardu distribusi, dengan pengaman lebur (NT / NH Fuse) sebagai
pengaman hubungan singkat.
Sistem pembumian pada jaringan tegangan rendah memakai sistem TN–C, titik
netral dibumikan pada tiap-tiap 200 meter/tiap 5 tiang atau pada tiap 5 PHB
pada SKTR, dengan nilai tahanan pembumian tidak melebihi 10 ohm. Titik
pembumian pertama satu tiang sesudah tiang awal dan paling akhir satu tiang
sebelum tiang akhir. Nilai pembumian total pada satu Gardu Distribusi sebesar-
besarnya 5 ohm
3.9 Sambungan Pelayanan
40
Sambungan pelayanan atau service line adalah bagian yang paling akhir dari
sistem tenaga listrik. Dibedakan 2 jenis sambungan, untuk pelanggan tegangan
menengah dan untuk pelanggan tegangan rendah dengan konstruksi saluran
udara dan saluran bawah tanah.
3.9.1 Konstruksi Saluran Udara
Sambungan pelayanan tegangan rendah dengan menggunakan konstruksi
saluran udara baik untuk sambungan fasa tunggal atau sambungan fasa – 3
menyambung dari jaringan tegangan rendah langsung ke papan bagi OK / papan
meter APP.
Terdapat 3 jenis konstruksi Sambungan Pelayanan yaitu :
1. Konstruksi sambungan langsung tanpa tiang atap (Dakstandard, Roof Pole,
Mirstang).
2. Konstruksi sambungan langsung dengan menggunakan tiang atap.
3. Konstruksi sambungan langsung tanpa tiang atap, dengan melalui saluran
bawah tanah.
Panjang maksimum penghantar saluran udara sampai dengan kotak APP adalah
30 meter dan 60 meter (untuk listrik pedesaan) dengan jatuh tegangan tidak
melebihi 1%. Untuk sambungan pelanggan pada listrik pedesaan jatuh tegangan
maksimum 2%.
Pencabangan / sambungan seri dibatasi 5 sambungan pelayanan. Jumlah
sambungan pelayanan dari atas tiang tidak melebihi 4 sambungan dan untuk
listrik pedesaan tidak melebihi 7 sambungan.
Jenis kabel yang dipakai Twisted Cable dengan penghantar alumunium (NFA2X).
Untuk saluran bawah tanah memakai kabel dengan pelindung mekanis
(misalnya NYFGbY). Untuk sambungan antara konduktor yang berbeda jenis (Cu
dan Al) harus menggunakan Bimetal Joint
3.9.2 Konstruksi Sambungan Pelayanan Tegangan Rendah Bawah Tanah
Persyaratan konstruksi saluran bawah tanah sama dengan persyaratan
konstruksi jaringan distribusi bawah tanah.
41
Penghantar yang dipakai adalah jenis kabel tanah dengan pelindung metal
(NYFGBy). Jika memakai penghantar dengan inti alumunium, terminasi PHB
harus memakai sepatu kabel bimetal
Fungsi tiang diganti dengan perlengkapan hubung bagi distribusi (PHB) dari
PHB sambungan pelayanan ditarik langsung ke kotak APP pelanggan.
Satu PHB dapat melayani 6 sambungan keluar baik untuk sambungan pelayanan
atau pencabangan PHB distribusi lainnya. Pengamanan sambungan keluar
jurusan memakai pengaman lebur jenis current limitting. Penghantar sisi masuk
dan keluar PHB memakai saklar beban.
Pada tempat-tempat tertentu kontruksi saluran dapat ditempatkan pada dinding
bangunan, demikian pula dengan kontak PHB distribusi.
Semua Bagian Konduktif Terbuka (Panel PHB) harus dibumikan dengan sistem
TN – C.
3.9.3 Sambungan Pelayanan Pelanggan Tegangan Menengah
Untuk sambungan pelayanan tegangan menengah ada penambahan
perlengkapan pada gardu distribusi tipe beton :
a. Kubikel trafo tegangan – PT
b. Kubikel sambungan pelanggan yang terdiri atas :
- Trafo arus / CT
- Pembatas daya / Relai Pembatas daya
- Pemutus tenaga / circuit breaker
Dalam hal khusus instalasi sambungan pelanggan tegangan menengah dapat
dilakukan melalui gardu distribusi tipe portal dengan PT – CT tipe outdoor.
Pengaman trafo / pembatas daya pelanggan dengan pengaman lebur Jenis
current limiting.
3.9.4 Intalasi Pembatas dan Pengukur (APP)
Instalasi APP ditempatkan pada tempat yang mudah didatangi, terlindung dari
panas dan hujan atau gangguan mekanis, atau terlindung dalam lemari panel jika
ditempatkan di luar rumah. APP ditempatkan pada papan OK pada masing-
42
43
3.10.2. Parameter Lingkungan
Parameter lingkungan yang harus dipenuhi oleh komponen adalah :
a. Kondisi iklim
b. Suhu keliling
c. Besarnya curah hujan
d. Kelembaban relatif
e. Ketinggian dari permukaan laut
3.10.3 Parameter Material
Parameter konstruksi komponen harus diperhatikan agar tidak terjadi kegagalan
konstruksi :
• Working load (beban kerja)
• Ukuran / dimensi peralatan
• Penggunaan indoor / outdoor
• Prosedur / tata cara konstruksi
• Spesifikasi teknis konstruksi
• Kemudahan pemakaian alat kerja
• Proteksi terhadap kontaminasi
Parameter desain tersebut ditentukan pada saat akan membeli material atau
melaksanakan konstruksi yang disesuaikan dengn kondisi system kelistrikan
setempat.
Sebagai gambaran diberikan contoh persyaratan teknisk listrik komponen
jarring distribusi di PT PLN Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang.
Sistem tegangan tinggi dianggap dengan kapasitas pembangkit dengan daya tak
berhingga
Kapasitas transformator di Gardu Induk 60 MVA, 12,5%
Tegangan operasi 20 kV
Basic impuls 125 kV
44
45
BAB IV
STANDAR KONSTRUKSI JARDIST
46
è Lintasan JTM dari titik awal sampai dengan titik akhir diusahakan
merupakan garis lurus
è Lintasan JTM mudah dijangkau
v Estetika baik, pada dasarnya bila standar konstruksi dan ketentuan
pemasangannya dipenuhi, maka secara estetika saluran JTM baik, tetapi
mungkin karena pemasangan yang kurang benar atau adanya perubahan
akibat gangguan, maka yang terlihat saluran jtm menjadi tidak rapi
4.3. Pemilihan Konstruksi SUTM
Didasarkan posisi atau letak dan arah lintasan saluran :
1. Konstruksi pada tiang awal / akhir
2. Konstruksi pada tiang dengan tarikan lurus
3. Konstruksi pada tiang dengan tarikan sudut kecil
4. Konstruksi pada tiang dengan tarikan sudut besar
5. Konstruksi pada tiang percabangan saluran
6. Konstruksi pada tiang penegang
SUTM A3C3 X 35 KHUSUS (GAWANG MAX = 100 M)
20 1 4 6
00 1 3 4 7 9
1 X PIN 2 X PIN
ISOLATO
1 X 1800 1 X 2062 1 X 2500
TRAVERS
1 X 11 / 200
TIANG
1 X L (LIGHT) 1 X M (MEDIUM)
STAY
TANPA
47
SUTM A3C 3 X 35 GABUNGAN SUTR - TIC GAWANG MAX = 50 M
5 0 40 60
0 0
0 0
15 30 45 75 90
0 0 0 0 0
1 X PIN 2 X PIN
ISOLATOR
1 X 1800 1 X 2062 1 X 2500
TRAVERS
11 / 200 : UNTUK GABUNGAN SUTR - TIC SIRKIT TUNGGAL
11 / 350 : UNTUK GABUNGAN SUTR - TIC SIRKIT GANDA
TIANG
BETON
1 X L (LIGHT) 1 X M (MEDIUM)
STAY
TANPA
STAY
48
SUTM A3C 3 X 70 GABUNGAN SUTR - TIC GAWANG MAX = 50 M
10 20 40 60
0 0 0
00 15 30 45 75 90
0 0 0 0 0
1 X PIN 2 X 1/2 TENSION
ISOLATOR
1 X 1800 1 X 2062 2 X 1800
TRAVERS
11 / 200 : UNTUK SUTR - TIC SIRKIT TUNGGAL
11 / 350 : UNTUK SUTR - TIC SIRKIT GANDA
TIANG
BETON
1 X L (LIGHT) 1 X M (MEDIUM) 2 X M (MEDIUM)
STAY
TANPA
STAY
49
SUTM A3C 3 X 70 KHUSUS GAWANG MAX = 50 M
10 18 40
0 60
0 0
0 0
15 30 45 75 90
0 0 0 0 0
1 X PIN 2 X PIN 2 X 1/2 TENSION
ISOLATOR
1 X 1800 1 X 2062 2 X 1800
TRAVERS
1 X 11 / 200
TIANG
BETON
1 X L (LIGHT) 1 X M (MEDIUM) 2 X M (MEDIUM)
STAY
TANPA
STAY
50
SUTM A3C 3 X 150 / 3 X 70 GABUNGAN SUTR TIC GAWANG MAX = 50 M
20 40 60
0 0
0 0
45
15 30 75 90
0 0 0 0 0
1 X PIN 2 X PIN 2 X 1/2 TENSION
ISOLATOR
1 X 1800 1 X 2062 2 X 1800
TRAVERS
1 X 350
TIANG
BETON
1 X M (MEDIUM) 1 X H (HEAVY) 2 X H (HEAVY)
STAY
TANPA
STAY
51
KONSTRUKSI PEMASANGAN KABEL NAIK PADA TIANG AWAL / AKHIR /
PENEGANG DILENGKAPI DENGAN ARESTER
Kode Jml Jenis material kode Jml Jenis material
a 2 bh Travers afspan UNP.100.50.48x1800 ll 3 bh Ling 25 x 50
b 2 bh Pelat baja penahan travers-B l l-1 4 bh Ling 25 x 25
Bkp 4 bh Brace untuk travers pendek p 3 bh Arrester 20 kV,5 / 10 kA
e 8 bh Mur baut dan ring M.16 x 60 mm g 1 bh Mof ujung tiang
e-1 6 bh Mur baut dan ring M.16 140 mm r 1 set Dudukan mof ujung tiang
f 1 bh Mur baut dan ring M.16 x 260 mm erm 1 set Pengetanahan TM
j 2 bh Mur baut dan ring M.16 x 300 mm pk 1 bh Pipa galvanis f 4o x 3
k 4 bh Strip plat type 1 untuk travers afspan lss m1 Stainless steel strip
l 2 bh Strip plat type 2 untuk travers afspan lb 4 bh Stopping bukle
ml 3 set Isolator penegang / afspan long rod sk - 5 3 bh Sepatu kabel Cu 50
pt 0,32m Protective plastic tape sk - 6 bh Sepatu kabel sesuai ukuran
Prt 3 bh Pritorm spiral termination clt 2 bh Compression line tap Cu 50
3 bh H type conector
52
KONSTRUKSI PEMASANGAN KABEL NAIK DUA SALURAN PADA TIANG
AWAL / AKHIR
Kode Jml Jenis material kode Jml Jenis material
adsA 4 bh Travers kabel naik double Sircuit bag. q 2 bh Mof ujung tiang
atas
a-k 2 bh Travers UNP 100 50,48 x 3000 m r 2 set Dudukan mof
b 8 bh Plat baja penahan travers - 0 ptt 12 bh Parallel groove
e-1 12 bh Mur baud dan ring M.16 x 140 mm er 1 set Pengetanahan ganda
o
f 4 bh Mur baud dan ring M.16 x 260 mm pk 2 bh Pipa galvanis f 4 x 3 mtr
j 8 bh Mur baud dan ring M. 16 x 300 mm lss 10 m Stainles steel strp
k 8 bh Strip plat type 1. Untuk travers afspan lb 10 bh Stoping bukle
l 4 bh Strip plat type 2 untuk travers afspan sk - s 6 bh Sepatu kabel Cu 50
ml 6 set Isolator penegang / afspan long rod sk 12 bh Sepatu kabel sesuai ukuran
prt 6 bh Priform spiral termination pt 0.64m Protective plastic tape
p 6 bh Arrester 20 kV.5 / 10 K A m p ll 6 bh Link 25 x 50
clt 4 bh Compression line top Cu 50 ll -1 10 bh Link 25 x 25
53
KONSTRUKSI PEMASANGAN KABEL TURUN PADA TIANG TUMPU DILENGKAPI
ARESTER
Kode Jml Jenis material kode Jml Jenis material
a 1 bh Travers tumpu. UNP.100.5048 x 1800 lb 4 bh Stopping buckle
b 1 bh Pelat baja penahan travers - 0 erm 1 set Pentanahan TM
c 1 bh Klem beuge f 6 x 40 mm - 0 sk - 5 3 bh Sepatu kabel Cu 50
e 2 bh Mur baud dan ring M.16 x 60 mm sk 6 bh Sepatu kabel sesuai ukuran
f 1 bh Mur baud dan ring M.16 x 260 mm pt 0.32m Protective plastic tape
g 3 bh Isolator tumpu type post ll 3 bh Link 25 x 50
0 0
h 3 bh ( 2 top ties ) 2 side ties ll - 1 4 bh Link 25 x 25
p 3 set Arester 20 kV 5/10 KA clt 2 bh Compression line top
q 1 bh Mof ujung tiang pll 6 bh Parallel groove sesuai
ukuran
r 1 set Dudukan mof htc 3 bh H type connector
o
pk 1 bh Pipa galvanis f 4 x 3 m
lss 4 mtr Stainlies steel strip
54
KONSTRUKSI PEMASANGAN TIANG AKHIR
Catatan:
- Menggunakan 1 set stay heavy
- Sisa kawat 3 meter, diikatkan pada hantaran dengan dua parallel groove
55
ko
Kode Jml Jenis material Jml Jenis material
de
a 2 Travers afsan UNP.100.504,8 ml 3 Isolator
bh x 1.800 set penegang/atspan long
rod
b 2 Pelat baja penahan travers - prt 3 Pritocm spiral
bh B bh termination
f 1 Mur baud dan ring M.16 x 260 bkp 4 Brace untuk travers
bh mm bh pendek
j 2 Mur baud dan ring M.16 x 300 e- 6 Mur baud dan ring M.16
bh mm 1 bh x 140 mm
e 8 Mur baud dan ring M.16 x 60 pll 6 Parallel groove sesuai
bh mm bh ukuran
k 4 Strip plat type 1.untuk travers
bh afspan
i 2 Strip plat type 2.untuk travers
bh afspan
KONSTRUKSI PEMASANGAN TIANG TUMPU
4.1.1
4.1.2
4.1.3
4.1.4
4.1.5 KONSTRUKSI PEMASANGAN PADA TIANG TUMPU
57
Kode Jml Jenis material kode Jml Jenis material
al 1 bh Travers UNP. 80 x 45 x 5 x 2.000 m e 5 bh Mur baud dan ring M 16x50mm
cl 1 bh Klem beugel f 6 x 40 mm h 3 bh < 20 top ties: > 20 side ties
cs-2 1 bh Klem penahan brace f 6 x 60 mm
4.1.6bpt 1 bh Brace penahan travers
4.1.7
4.1.8
4.1.9 KONSTRUKSI PEMASANGAN PADA TIANG TUMPU JENIS
PORTAL
58
Catatan :
- Digunakan untuk 00 - 40
- Pengikatan penghantar 00 - 20 diatas Isolator
- Pengikatan penghantar ³ 20 dileher Isolator
4.1.10
Kode Jml Jenis material
a 1 bh Travers .UNP.100 x 50 x 4,8 x 1,800
b 2 bh Pelat baja penahan travers - B
c 2 bh Klem beuge f 6 x 40 mm
e 4 bh Mur baud dan ring M.16 x 60 mm
f 2 bh Mur baud dan ring M.16 x 260 mm
g 3 bh Isolator tumpu type post
0 0
h 3 bh < 2 top ties > 2 side ties
4.1.11
4.1.12 KONSTRUKSI PEMASANGAN PADA TIANG TUMPU SIRKIT
GANDA
59
Catatan :
- Menggunakan tiang beton 11 – 500 daN
- Max jarak tiang ( span ) = 50 meter
- Hanya untuk jaringan lurus keluar dari GI
Kode Jml Jenis material kode Jml Jenis material
a 1 bh Travers tumpu UNP.100.50.48x1.800 g 6 bh Isolator tumpu type post
mm
0 0
a-k 1 bh Travers UNP 100.5048 x 30.00 mm h 6 bh < 2 top ties: > 2 side ties
b 2 bh Pelat baja penahan travers - B c-1 1 bh Klem f 6 x 40 - f 214 mm
c 4 bh Klem beugel f 6 mm - f 192 mm
e 4 bh Mur baud dan ring M.16 x 60 mm
f 2 bh Mur baud dan ring M16 x 260 mm
KONSTRUKSI PEMASANGAN PADA TIANG TARIKAN SUDUT MENGGUNAKAN
ISOLATOR TUMPU DOBEL
Jaringan SUTM Gabungan SUTM khusus Catatan :
SUTM-ITC(50 m) ( 100 ) 1. Pengikatan penghantar, dileher isolator.
0
Panjang Batas Panjang Batas 2. Untuk sudut ³ 60 menggunakan Armarod
0
travers sudut travers sudut b Dinding wire untuk sudut < 60
Konduktor ( mm ) (mm) menggunakan Double sideties
0 0 0 0 3. Untuk jarak rata-rata tiang 50 m line lurus,
A 3 C 35 2500 60 ÷90 2500 60 ÷90 pada lintasan rel KA pengikatan dengan
A 3 C 70 - - 2000 400÷600 Arrmarod dan dinding wire.
4. Menggunakan stay, lihat gambar TT-
60
KONSTRUKSI PEMASANGAN PADA TIANG TUMPU DENGAN ISOLATOR
TUMPU DOBEL DAN TIANG BETON BULAT 9/200 daN
61
Kode Jml Jenis material kode Jml Jenis material
al 2 bh Travers UNP.80 x 45 x 5 x 2000 mm g 6 bh Isolator tumpu type post
3
bpt 2 bh Brace penahan traves I/ar/bw /3 bh Double side ties / Armarod
cs - 2 1 bh Klem penahan brace f 6x60 mm 9m Beding wire
c - 3 1 bh Klem beugel ± 6 40 mm j-2 4 bh Mur baud dan ring
M16x235 mm
e 3 bh Mur baud dan ring M16 x 60 mm
KONSTRUKSI PEMASANGAN PADA TIANG TARIKAN SUDUT MENGGUNAKAN
ISOLATOR TUMPU DOBEL DAN TIANG JENIS PORTAL
Catatan :
s
- Digunakan untuk sudut 400 – /d 600
- Stay digunakan bila tidak dipondasi
Kode Jml Jenis material kode Jml Jenis material
a-l 2 bh Travers UNP.100 x 50 x4,8x 2000 e-1 6 bh Mur baud dan ring M.16x140
mm
62
KONSTRUKSI PEMASANGAN PADA TIANG PENEGANG, TIANG BETON BULAT
9/200 daN
KONSTRUKSI PEMASANGAN PADA TIANG PENEGANG / SUDUT UNTUK JARAK
RENTANG (SPAN) 100 S/D 125 M
Catatan :
- Dpakai pada setiap 15 gawang
- Parallel grove hanya hanya dipakai pada setiap 15 gawang
- Untuk span max 100m, dengan sudut max 60 0
- Untuk span max 125 m :
0 0
A 30 C & 70 max 18
0 0
A 30 C 35 max 10
- Menggunakan 2 set stay
KONSTRUKSI PEMASANGAN PADA TIANG PENEGANG / SUDUT UNTUK JARAK
RENTANG (SPAN) 125 S/D 170 M
Catatan :
1. Hanya untuk A3C 150 dan 70 mm 0
2. Untuk jaringan lurus dengan span 125 s/d d 170 m,sudut max 16 tanpa isolator tumpu
3. Parallel groove hanya dipakai pada setiap 15 gawang
4. Menggunakan 4 set stay medium
KONSTRUKSI PEMASANGAN PADA TIANG PENEGANG UNTUK JARAK RENTANG
(SPAN) 170 S/D 235 M
Catatan :
- Menggunakan tiang beton 350 daN
- Mengguanakan 4 set stay henvy
4.1.13
4.1.14
4.1.15 KONSTRUKSI PEMASANGAN PADA PERCABANGAN SILANG
Kode Jml Jenis material kode Jml Jenis material
a (a-1) 0
3 bh < 18 travers 1,8 m ; 18-60 travers j 2 bh Mur baud dan ring M.16 x
2.000 m 300 mm
b 3 bh Pelat baja penahan travers - B kh 4 bh Strip plat khusus u/travers
afspan
c 1 bh Klem f 6 x 40 mm - B l 4 bh Strip plat khusus 2 unt
travers afspan
e 10 bh Mur baud dan ring M16 x 60 mm Ml 5 set Isolator penegang/afspan
long rod
e-1 8 bh Mur baud dan ring M16 x 140 mm prt 6 bh Priform spiral termintion
f 2 bh Mur baud dan ring M.16 x 260mm bkp-2 4 bh Brace untuk travers p[endek
type 2
g 4 bh Isolator tumpu type post htc 6 bh H type connector
h 3 bh < 20 top ties > < 20 side ties
67
4.1.17
4.1.18 KONSTRUKSI PEMASANGAN PADA TIANG SUDUT ± 90 °
69
KONSTRUKSI PEMASANGAN RECLOSER ATAU SECTIONALIZER PADA TIANG
PORTAL
70
KONSTRUKSI PEMASANGAN LOADBREAK SWITCH PADA TIANG PORTAL
71
KONSTRUKSI PENAHAN / PENYANGGA TIANG
Pada dasarnya tiang yang didirikan harus dipasang dengan pondasi / bagian
bawah tiang itu kuat, sehingga akibat tarikan penghantar, tiang tidak akan
miring. Tetapi oleh karena kondisi tanah dan kemampuan beban kerja yang
terbatas, maka perlu dipasang penahan / penyangga tiang.
Ada beberapa macam konstruksi penyangga tiang yang dapat dijadikan
alternatip tergantung kondisi tempat tiang didirikan .
1. Tupang tarik (trek sur) : menggunakan kawat baja sebagai penahan tiang
dari tarikan kawat / konduktor . Sebagai penguatnya bagian bawah kawat
penahan dipasang beton-blok yang ditanam di dalam tanah
2. Tupang antar tarik (kontra mas)
3. Tupang tekan (druk skur)
4. Pondasi dan beton kerja tiang yang diperkuat
JARAK AMAN
ADALAH JARAK MINIMUM DIPERBOLEHKAN ANTARA JARINGAN
BERTEGANGAN DENGAN JARINGAN ATAU BENDA LAIN
RUANG BEBAS (CLEARANCE) SALURAN UDARA TEGANGAN RENDAH
TERHADAP SALURAN UDARA ATAU BENDA LAIN DALAM SATUAN METER
No. Ruang Bebas Udara Notasi Clearance
1. Kabel udara menyebrang jalan kereta api a 8.23
2. Kabel udara menyebrang jalan raya
b 5.48
3. Kabel udara ke tanah c 4.56
4. Kabel udara ke ujung pohon d 1
5. Kabel udara sepanjang jalan raya / kota e 4.56 – 5.48
6. Kabel udara ke kabel telepon f 1.20
7. Kabel udara ke kabel JTR g 0.6
8. Kabel udara ke sekur h 0.6
72
4.4. Konstruksi KabelTegangan Menengah 20 KV
TUJUAN
Setelah menyelesaikan bahan bacaan, peserta mampu :
Ø Menjelaskan latar belakang perlunya memperhatikan Konstruksi Kabel –
TM 20 kV
Ø Menjelaskan sumber bahaya kabel tanah dan cara penanggulangannya.
Ø Menjelaskan Petunjuk Keselamatan Kerja dalam penggalian dan
penenaman kabel tanah di jalan umum.
STANDART
Sesuai Peraturan yang berlaku.
4.4 Pendahuluan
Salah satu penghantar tenaga listrik dilakukan melalui kawat udara, akan
tetapi sesuai dengan kemajuan perkembangan kota maka kawat listrik yang
bergantungan ditengah – tengahkota dirasakan sangat mengganggu
pemandangan, lagi pula berbahaya bagi keselamatan umum.
Mengingat bahwa sebagian besar pemakai tenaga listrik tinggal dikota dan
kebutuhan akan tenaga listrik terus meningkat, sehingga pemasangan kawat
udara terus bertambah. Sehingga lama kelamaan kawat penghantar tenaga
listrik tersebut akan mengganggu pemandangan di jalan – jalan kota. Oleh
karena itu dirasa perlu untuk membuat kabel yang dapat ditanam didalam
tanah.
Namun penyambungan kabel didalam tanah juga banyak menimbulkan
bahaya ,sehingga harus diperhatikan cara penanamannya dan
penyambungannya agar dapat terhindar dari gangguan yang akan terjadi.
Selain itu kabel tanah juga berbahaya bagi pekerja itu sendiri dan masyarakat
sekitarnya, maka dari itu perlu diperhatikan keselamatan kerjanya.
4.4.2 Sumber Kerusakan Kabel Tanah
73
74
Gambar. 1
b. Kalau jumlah jalur kabel yang akan kita tanam dalam satu galian
lebih dari satu jalur, maka jarak kabel 20 cm atau diberi isolasi
pelindung diantara kabel dengan memakai batu yang dimiringkan,
(lihat gambar 2).
Gambar. 2
75
76
77
Gambar. 6
3. Belum tersedianya Perlengkapan Pada Saat Dilaksanakan
Penggelaran dan Penanaman Kabel Tanah.
a. Dongkrak haspel. (lihat gambar 7)
Gambar. 7
b. Grip penarik dan tambang. (lihat gambar 8).
Gambar. 8
78
c. Roller untuk penarik lurus dan pembelok. (lihat gambar 9).
Gam
bar .9
e. Tanda – tanda peringatan galian kabel berupa :
Papan peringatan Gb 10.
Gambar. 10
" Tanda panah untuk jalur jalan. (lihat gambar 11).
79
Gambar. 11
Bendera warnah biru dan merah.
(lihat gambar 12).
" Lampu merah yang dipasang pada malam hari.
(lihat gambar 13 di bawah ini).
80
f. Blok beton untuk membuat perlindungan kabel dan
membuat krosing jalan dan penyeberangan jalan.
(lihat gambar 14).
f. Bata untuk peringatan adanya kabel tanah.
(lihat gambar 15).
g. Tanda lintasan kabel tanah.
(lihat gambar 17)
81
h. Bata untuk tanda kotak
samungan.
( lihat gambar 17)
I. Sarung tangan (lihat gambar 18)
J. Tenda untuk berteduh bagi pekerja – pekerja pada saat
melaksanakan pekerjaan penyambungan.
k. Pompa air dan ember untuk membuang air yang mungkin
terdapat pada galian – galian tersebut.
l. Peralatan untuk membuat trowongan dan bobokan
pondasi yang menghalangi galian kabel, dan tidak boleh
dirusak.
m. Pasir untuk menguruk pada waktu kabel tanah digelar.
4.4.3. PENARIKAN ATAU PERGELARAN KABEL TANAH.
82
83
b. Dalam melaksanakan penarikan kabel sedapat mungkin tanpa membuat
selingan kabel Jika selinagn kabel tersebut harus dibuat berbentuk huruf
s dimana jari – jari lengkunganya sedikit 3 m, tidak dibenarkan menyilang
kabel seperti membuat angka 8 (delapan). (lihat gambar 20)
4.4.4. Petunjuk KeselamatanKerja Penggalian dan Penanaman Kabel
Tanah di Jalan Umum.
Ada 2 macam petunjuk keselamatan kerja penggalian dan penanaman kabel
tanah.
1 Keamanan Untuk Pekerjaan di Jalan umum.
a. Guna menghadiri kecelakaan pelaksanaan pekerjaan pemasangn kabel
di jalan umum jangan sampai mengurangi luas jalan dengan
membongkar jalan terlalu lebar.
b. Bila pekerjaan dilaksanakn di jalan yang sempit usahakanlah :
84
85
2. Cara Penempatan / pemasangan Tanda – tanda Peringatan.
a. Petunjuk jaln diletakkan 16 m sebelum lubang galian dengan anak
panah kearah jalan yang dapat dilihat.
b. Tonggak peringatan pada garis daerah yang diamankan dengan jarak
masing – masing 4 m.
c. Bendera merah diletakkanpada lobang galian atau pada tempat
urukan yang belum begitu keras untuk pekerjaan disiang hari.
d. Bendera merah dan biru diletakkan pada lobang galian yang
pekerjaannya ditengah jalan umum.
e. Lampu merah / kuning yang berkelip dipergunakan apabila pekerjaan
dilakukan pada malam hari.
CONTOH :
1. Untuk pekerjaan penggalian kabel dijaln umum dua jalur / jurusan, dua
kendaraan yang lewat bersimpangan.
86
2. Untuk pekerjaan penyambungan kabel dijalan umum satu jurusan, satu
kendaraan yang lewat.
87
3. Untuk pekerjaan penyambungan kabel dijalan umum satu jurusan, dua
kendaraan sejajar yang lewat.
88
4. Untuk pekerjaan penyambungan kabel dijalan yang berada ditengah-
tengah jalan.
89
90
BAB V
PERHITUNGAN LISTRIK TERAPAN
5.1. Jatuh Tegangan
• Jatuh tegangan merupakan besarnya tegangan yang hilang pada suatu
penghantar.
• Jatuh tegangan atau susut tegangan pada saluran tenaga listrik secara umum
berbanding lurus dengan panjang saluran dan beban serta berbanding
terbalik dengan luas penampang penghantar.
• Besarnya susut tegangan dinyatakan baik dalam % atau dalam besaran volt.
Besarnya batas atas dan bawah ditentukan oleh kebijaksanaan perusahaan
kelistrikan.
• Perhitungan susut tegangan praktis pada batas-batas tertentu dengan hanya
menghitung besarnya tahanan masih dapat dipertimbangkan, namun pada
sistem jaringan khususnya pada sisitem tegangan menengah masalah
indukstansi dan kapasitansinya diperhitungkan karena nilainya cukup
berarti.
5.2. Perhitungan Praktis Jatuh Tegangan untuk kondisi Tanpa Beban
Induktansi
Definisi simbol dan Satuan
P : beban dalam [watt]
V : tegangan antara 2 saluran
q : penampang saluran [mm2]
Dv : jatuh tegangan [volt]
Du : jatuh tegangan [%]
L : panjang saluran (bukan panjang penghantar) [meter sirkuit]
I : arus beban [A]
l : daya hantar jenis. Cu = 56; Almunium = 32,7
91
5.3 Sistem-Sistem Penghantar, Cos j
Jatuh Tegangan (dalam %)
Untuk beban P, panjang L ; Du [%]
Besarnya penampang saluran, q [mm2]
L
q
P
q=
L ´ I ´ 200
V ´ Du ´ l
atau q=
L ´ P ´ 200
V ´ Du ´ l
2
mm2 [ ]
Jatuh Tegangan (dalam Volt)
q=
L´ P´ 2
V ´ Dv ´ l
atau q=
L´ I´ 2
Dv ´ l
mm2 [ ]
Contoh :
1. Beban P = 900 watt; D u = 2%; V = 115 volt ; L = 400 meter.
Maka :
L ´ P ´ 200 400 ´ 900 ´ 200
q= = = 48,6
V 2 ´ Du ´ l 1152 ´ 2 ´ 56
2. Beban pada titik P = 14 A, pada titik Q = 16 A, Dv pada Q = 2,5 volt, L1 = 20
meter, L2= 16 meter (penghantar tembaga).
O L1 P L2 Q
I1=30 A I2=16 A
14 A 16 A
Dv 2,5 volt
Dv=Dv1+Dv2
20 x30 x 2 16 x16 x 2
2,5 = +
56q 56 q
q = 12,2
diambil q = 16mm 2
92
Sistem Fasa Tiga dengan cos j
Bila diketahui besarnya arus I, Dv [volt]
1,73 ´ L ´ I ´ cos j
q= [mm 2 ]
Dv ´ l
1,73 ´ L ´ I ´ cosj
Dv = [volt ]
q´l
Bila diketahui besarnya beban P dalam watt
L´ P
q= [mm 2 ]
V ´ Dv ´ l
Contoh :
1. Saluran arus bolak balik fasa – 3 L = 80 meter, P = 2000 watt; V= 190 volt; Dv
= 3,8 volt; arus penghantar netral = 0 A
L´ P 80 ´ 2000
q= = = 3,96mm2
V ´ Dv ´ l 190 ´ 3,8 ´ 56
2. Berapa jatuh tegangan pada satu saluran L : 150 meter, I : 190 Ampere ; q =
95 mm2, sistem fasa -2. cos j = 0,88
1,73 ´ L ´ I ´ cosj 1,73 ´ 150 ´ 190 ´ 0,88
Dv = =
q´l 95 ´ 56
= 8,15volt
5.4 . Perhitungan Dengan Moment Listrik
Perhitungan momen listrik untuk sistem fasa 3 dengan terminologi sebagai
berikut :
SIMBOL KETERANGAN TR TM
P daya aktif KW MW
U tegangan kerja antar fasa V KV
R tahanan penghantar W/km W/km
x reaktansi penghantar W/km W/km
j beda fasa
93
1 V2
Pada TM : M1 = ´
100 R + x tan j
1 V2
Pada TR : M1 = ´
105 R + x tan j
Tabel-tabel pada halaman berikut memberikan data momen listrik (M) untuk
berbagai harga cos j, luas penampang yaitu :
M1 adalah momen listrik untuk Dv = 1 %
M5 adalah momen listrik untuk Dv = 5 %
M7 adalah momen listrik untuk Dv = 7 %
Dengan beberapa batasan :
1. Beban fasa 3 seimbang di ujung hantaran
2. Suhu kerja 300C untuk hantaran udara dan berisolasi dan 300 untuk kabel
bawah tanah dan hantara udara berisolasi.
3. Reaktansi 0,3 ohm/km untuk hantaran udara tidak berisolasi dan 0,1 ohm/km
untuk kabel tanah dan hantaran udara berisolasi
Contoh penggunaanya :
1. Saluran udara 20 kV fasa 3, A3C 150 mm2 cos j : 0,95 daya 4 kW panjang
sirkuit 10 kms.
Tabel memberikan M1 : 11,5 MW.km
Du 40
Jatuh tegangan relatif = ´1% = 3,47% .
u 11,5
2. Saluran udara 20 kV fasa 3, A3C 150 mm2, L : 20 kms dibebani 20 trafo
dengan daya masing-masing 250 kVA, beban merata dan cos j = 0,8. Jatuh
tegangan relatif pada transformator paling ujung adalah :
94
95
P
2. beban merata sepanjang saluran besar
beban = 2 x kuat penghantar
L
Fd = 0,5
ΣP
½L
3. beban memberat ke ujung
L
2
Fd =
3
2/3 L
ΣP
4. beban memberat kemuka
L
1
Fd =
3
1/3 L ΣP
96
Contoh :
Penghantar A3C dengan beban I Ampere, panjang L kms, Du = 5% beban merata
sepanjang saluran Fd = 0,5 maka penghantar boleh dibeban 2 x I (Ampere) atau
saluran diizinkan sepanjang 2L.
5.6 Radius Pelayanan
Perhitungan jatuh tegangan dengan rumus konvensional
P
Du = (r + x tan j ). Volt/km.
3U
Memberikan hubungan antara jatuh tegangan Du, P dan panjang penghantar L,
jika beban berada pada ujung penghantar.
Grafik pada halaman berikut memberikan gambaran hubungan parameter-
parameter tersebut.
Grafik ini dapat digunakan secara sederhana sebagai berikut :
1. Jika faktor distribusi = 0,5 salah satu nilai-nilai Du, P, L dapat dapat dikalikan
dua.
1
2. Jika faktor distribusi = salah satu nilai-nilai Du, P, L dapat dikalikan tiga.
3
2
3. jika faktor distribusi = salah satu nilai-nilai Du, P, L dapat dikalikan satu
3
setengah.
Catatan :
Perlu diperhatikan Kemampuan Hantar Arus Penghantar yang dipergunakan.
97
Jarak [Km]
50
45
40
35
30
25
20
15 35mm2
70mm2 240mm
150mm 2
2
10
5
35 mm2 70 mm2
Limit Limit
1 2 3 4 5 6 7 8
MW
[MW] Grafik kemampuan penyaluran SUTM fasa – 3 beban diujung Du 5%,
cos j= 0,8 T=35oC A3C [IEC.2008]
98
Grafik kemampuan penyaluran kabel Twisted Tegangan Rendah (TR) beban
diujung pada suhu (T )= 30oC dan cos j = 0,8
5.7 Kemampuan Hantar Arus
Kemampuan Hantar Arus penghantar dibatasi dan ditentukan berdasarkan
batasan-batasan lingkungan, teknis material dan batasan pada kontruksi
penghantar tersebut yaitu :
• Temperatur lingkungan
• Jenis penghantar
• Temperatur lingkungan awal
99
100
101
102
1 2 3 4
3 x 25 + 25 103
3 x 35 + 25 125
3 x 50 + 35 154
3 x 70 + 50 196
3 x 95 + 70 242
2 x 10 re 54 Saluran Tegangan
NFA2X
2 x 10 rm 54 rendah
2 x 16 rm 72
4 x 10 re 54
4 x 10 rm 54
4 x 16 rm 72
4 x 25 rm 102
2 x 10 re 42
2 x 10 rm 42
2 x 16 rm 58
NFAY 4 x 10 re 42 Saluran Pelayanan
4 x 10 rm 42
4 x 16 rm 58
4 x 25 rm 75
103
Tabel 5.10 KHA terus menerus untuk kabel tanah berinti tunggal
penghantar tembaga, berisolasi dan berselubung PVC, dipasang pada
sistem Arus Searah dengan tegangan kerja maksimum 1,8 kV; serta untuk
kabel tanah berinti dua, tiga dan empat berpenghantar tembaga, berisolasi
dan berselubung PVC yang dipasang pada sistem Arus Bolak-balik tiga fasa
dengan tegangan pengenal 0,6/1 kV (1,2 kV), pada suhu keliling 300C.
KHA terus menerus
Luas Berinti tiga dan
Berinti tunggal Berinti dua
Jenis Penampang empat
kabel di di di di di di
mm2 tanah udara tanah udara tanah udara
A A A A A A
1 2 3 4 5 6 7 8
1,5 40 26 31 20 26 18,5
2,5 54 35 41 27 34 25
4 70 46 54 37 44 34
6 90 58 68 48 56 43
NYY 10 122 79 92 66 75 60
NYBY 16 160 105 121 89 98 80
NYFGbY
NYCY 25 206 140 153 118 128 106
NYCWY 35 249 174 187 145 157 131
NYSY 50 296 212 222 176 185 159
NYCEY
NYSEY 70 365 269 272 224 228 202
NYHSY 95 438 331 328 271 275 244
NYKY 120 499 386 375 314 313 282
NYKBY
NYKFGBY 150 561 442 419 361 353 324
NYKRGbY 185 637 511 475 412 399 371
240 743 612 550 484 464 436
300 843 707 525 590 524 481
400 986 859 605 710 600 560
500 1125 1000 - - - -
104
BAB VI
PERHITUNGAN MEKANIKA TERAPAN
6.1 Gaya-Gaya Mekanis Pada Tiang
Tiang pada jaringan distribusi tenaga listrik berfungsi sebagai tumpu
penghantar, menerima gaya-gaya mekanis akibat :
1. Berat penghantar dan peralatan
2. Gaya tarik dari penghantar (tensile strength)
3. Tiupan angin
4. Akibat penghantar lain
Besarnya gaya-gaya tersebut berbeda sesuai dengan fungsi tiang (tiang
awal/ujung, tiang tengah, tiang sudut) dan luas penghantar.
Tiang baik tiang besi atau tiang beton mempunyai kekuatan tarik (working load)
sesuai standard yang berlaku saat ini yaitu 160 daN, 200 daN, 350 daN, 500 daN,
800 daN, 1200 daN dimana daN adalah deka Newton atau setara dengan 1,01 kg
gaya (masa x gravitasi).
6.2. Jarak antar tiang (Jarak gawang)
Tiang didirikan mengikuti jalur saluran distribusi. Jarak antar tiang disebut
gawang (span). Terdapat beberapa uraian mengenai pengertian dari span :
a. Jarak gawang maksimum adalah jarak gawang terpanjang pada suatu
saluran.
b. Jarak gawang rata-rata adalah jarak gawang rata-rata aritmatik
a1 + a2 + a3 + an +
arata -rata =
jumlahgawang
c. Jarak gawang ekivalent (Ruling span) adalah jarak gawang yang diukur
berdasarkan rumus
105
1 2
aex = (arata -rata ) + jarak gawang terpanjang
3 3
d. Jarak gawang pemberatan (weighted span) adalah jarak gawang antara dua
titik terendah dari penghantar pada 2 jarak gawang berurutan.
a1 a2
a1 ¹ a
6.3. Berat penghantar dan gaya berat penghantar
Berat penghantar adalah massa penghantar tiap-tiap km (kg/km)
Gaya berat penghantar = m x g
Dimana : m = massa penghantar
g = gravitasi
Sag atau andongan adalah jarak antara garis lurus horizontal dengan titik
terendah penghantar. Berat penghantar dihitung berdasarkan panjang
penghantar sebenarnya sebagai fungsi dari jarak andongan dihitung dengan
rumus sebagai berikut :
8s 2
L = a + dimana : L = panjang total penghantar (m)
3a
a = jarak gawang
s = panjang andongan/sag
106
F = Y ∆L Newton
Dimana : Y = Modulus Young
A = Luas Penampang (m2)
∆L = Deformasi panjang penghantar (m)
= (Lt – L0) meter
L0 = Panjang Awal
Lt = Panjang pada penambahan (-∆t)
Jika tensile stress pada t = 200C adalah nol. Pada keadaan tersebut, panjang
penghantar sama dengan jarak gawang sehingga gaya-gaya yang terjadi pada
tiang adalah Fv = 0, Fh = gaya berat penghantar. Dengan kata lain tiang hanya
mengalami gaya berat penghantar sendiri yang pada kondisi ini sama dengan
gaya berat penghantar pada titik sag terendah.
107
L=a
Fh = maksimum S=o
Fv = 0 T = 200C
a
Contoh :
1. Gaya F horizontal pada tiang untuk a= 40 meter. Penghantar kabel twised (3 x
70 mm2 + N) meter.
FH = m x g daN
= 1,01 kg x ohm x 9,8 = 396. daN
2. Gaya F Horizontal pada tiang jika s = 1 meter
8, s 8,1
L = a + =40 + =42,3 meter
s 3,1
F = 42,3 x 1,01 kg /m x 9,8 = 418,7 daN
FH = F sin a ® a = sudut andongan » 300.
= 418 sin 300 = 345 daN.
6.5. Pengaruh angin
Pengaruh kekuatan hembus angin di Indonesia diukur sebesar 80 daN/m2 oleh
karena tiang/penghantar bulat dihitung 50% atau 40 daN/m2.
Gaya akibat hembusan angin ini terarah mendatar (transversal) sebesar
Fangin = 40 daN/m2 x (diameter x L +Luas penampang tiang)
Dalam beberapa hal faktor luas penampang tiang diabaikan
Tabel berikut memberikan data karakteristik mekanis untuk berbagai jenis
penghantar dan luas penghantarnya :
Karakteristik penghantar kabel twisted inti alumunium tegangan rendah
(NFA2X-T) dengan penggantung jenis almelec (breaking capacity 1755 daN).
Karakteristik penghantar all alumunium alloy conductor (A3C)
Modulus elasticity 6000 hbar
108
109
Jika pada temperature minimal (t = 20o C) masih terdapat Sag, maka gaya regangan
(tensile stress) sama dengan nol. Pada kondisi demikian tiang mendapat gaya mekanis
F:
• Akibat massa penghantar x ½ jarak gawang = Fm
• Akibat angn x panjang ½ jarak gawang = Fa
Maka F = (daN).
Dimana pengaruh tiupan angin pada tiang diabaikan.
Fa
Arah Tiupan Angin
F
Dimana α = sudut deviasi lintasan jaringan
F = gaya mekanis tiang awal/ujung
Rumus gaya mekanis tiang sudut secara matematis
F = Fa x d x L x Cos2 + 2 F sin
Dimana : Fa = tekanan angin pada arah bisection
110
d = diameter penghantar
L = Panjang total penghantar
α = Sudut deviasi lintasan (derajat)
Apabila F1 adalah gaya mekanis maksimum pada tiang awal/ujung, dimana
F1 = F akibat massa penghantar + F akibat hembusan angin,
Maka tiang sudut menerima gaya maksimum sebesar
111
112
6.9. Penggunaan Hasil Perhitungan Dalam Konsep Perencanaan
Mengingat perkembangan beban pelanggan, dll, kekuatan hasil perhitungan dikalikan
2, untuk mengantisipasi penambahan jalur jaringan distribusi dari tiang awal yang
sama.
Tabel berikut memberikan angka kekuatan tiang berdasarkan jenis penghantar dan
tiang sudut. Khusus untuk tiang akhir atau tiang sudut sejauh memungkinkan,
dipergunakan tiang dengan kekuatan tarik lebih kecil, namun ditambah konstruksi
topang tarik/guy wire/nekskun.
Tabel kekuatan tarik tiang awal/ujung (working load) JTR. Kekuatan angin 40
daN/m2 jarak gawang 45 meter t = 200C, panjang tiang 9 meter. Sag = 0 meter
GW = Guy Wire
No Penghantar Kekuatan tiang 9 m (daN) Alternatif
200 350 500 800 1200 pilihan
1. LV twisted cable X
3x35+N mm2
2. LV twisted 3x50+N X 200 daN +
mm2 GW
3. LV twisted 3x70+N X 200 daN
mm2 +GW untuk
tiang
ujung/akhir
Tabel Kekuatan Tarik Tiang Awal/Ujung (Working Load) JTM
Kekuatan angin 40 daN m2 jarak gawang 45 meter t = 200C, panjang tiang 12
meter.
No Penghantar Kekuatan tiang Alternatif Pilihan
200 350 500 800 120
0
1. A3C 3x35 mm2 X
2. A3C 3x50 mm2 X + GW
3. A3C 3x70 mm2 x 200 daN+GW
4. A3C 3x150 mm2 x 200 daN+GW
untuk tiang
ujung/akhir
5. A3C 3x240 mm2 2x 350 daN+GW
untuk tiang
ujung/akhir
6. A3C 2x(3x150)mm2
7. A3C 2x(3x240)mm2 2x 350 daN+GW
untuk tiang
113
ujung/akhir
8. A3C 3x150 2x 350 daN+GW
mm2+LVTC 3x70+N untuk tiang
mm2 ujung/akhir
9. A3C 3x240 2x
mm2+LVTC 3x70+N
mm2
Tabel kekuatan tiang sudut (Working load) saluran fasa-3 konstruksi underbuilt
JTM/JTR Tiang besi/beton panjang 11/12 meter, tiupan angin 40 daN/m2 t :
200C, sag = 60 cm
GW = Guy Wire : 2x = tiang ganda
No. Jarak Penghant Sudut Kekuatan tiang (daN) Alternatif
Gawa ar Deviasi 20 35 50 80 12 pilihan
ng 0 0 0 0 00
1. 50 A3C.35 00 - 150 X
meter mm2+LVT 150 - 300 X 200daN +
C 30 - 600 X GW
3x70/Nm 600 - 900 2X 200daN +
m2 GW
2. 50 A3C.70 00 - 150 X 200daN +
meter mm2+LVT 150 - 300 X GW
C 30 - 600 2X 200daN +
3x701/N 600 - 900 2X GW
mm2
3. 50 A3C.150 00 - 150 X
meter mm2+LVr 150 - 300 X
c 3x70/N 30 - 600 X + GW
mm2 600 - 900 2X 350daN +
GW
4. 50 A3C.240 00 - 150 X
meter mm2+LVr 150 - 300 X + GW
c 30 - 600 2X 350daN +
3x70/Nm 600 - 900 2X GW
m2
5. 50 A3C.150 00 - 150 X
meter mm2 150 - 300 2X 350daN +
GANDA 30 - 600 2X GW
600 - 900 2X 350daN +
GW
6. 50 A3C.240 00 - 150 X
meter mm2 150 - 300 X + GW
GANDA 30 - 600 2X 2 x 350 +
600 - 900 2X GW
2 x 350 +
114
GW
7. 90 A3C.240 00 - 150 X
meter mm2 15 - 30
0 0 2X 2x350daN
30 - 600 2X + GW
60 - 90
0 0 2X
8. 90 A3C.150 00 - 150 X
meter mm 2 15 - 30
0 0 X + GW
GANDA 30 - 600 2X
600 - 900 2X
9. 90 A3C.240 0 - 15
0 0 X
meter mm2 150 - 300 X + GW
30 - 600 2X + GW
600 - 900 2X
3. 90 A3C.240 0 - 15
0 0 X
meter mm2 150 - 300 X + GW
GANDA 30 - 600 2X + GW
600 - 900 2X
Catatan : Apabila menggunakan A3C berisolasi maka berat penghantar
bertambah 35 %, sehingga kekuatan tiang sudut harus ditambah dengan
pemasangan guy wire.
6.10. Metode Grafis Untuk Tiang Sudut
Perhitungan – perhitungan yang dilakukan untuk menentukan kekuatan mekanik tiang
sudut kerap kurang aplikatif. Model grafis dapat membantu tanpa harus menghitung
besarnya sudut deviasi lintasan jaringan.
Asumsi :
Gaya mekanis pada tiang sudut adalah resultan gaya tarik tiang ujung/awal
untuk berbagai penghantar yang berbeda.
Contoh :
Penghantar Fasa –3 A3C 150 mm2 sudut deviasi jo. Berapa working load
tiang yang dipilih.
Kekuatan tiang ujung A3C 3 x 150 = 500 daN.
Buat gambar dengan skala 1 cm = 100 daN
Ukur panjang resultan gaya misalnya 3,5 cm » 3,5 x 100 = 350 daN
Maka besarnya kuat tarik tiang sudut tersebut adalah 350 daN
115
5 cm = 500 daN
3 x 150 mm2
F0
3
x
15
0
m
m
2
R 5 cm = 500daN
3,5 cm = 3500 daN
6.11. Beban mekanik pada cross arm /travers
Cross arm adalah tempat dudukan isolator. Beban mekanis pada cross arm arah
horizontal akibat dari gaya regangan penghantar dan beban vertikal akibat berat
penghantar. Umumnya beban vertikal diabaikan. Bahan cross arm adalah besi (ST.38)
profil UNP galvanis dengan panjang berbeda.
Profil Panjang Penyusunan Deviasi
UNP 8 1,6 meter
Tiang Tumpu
UNP 10 1,8 meter
Tiang tumpu. Tiang awal/akhir 00 - 150
UNP 10 2 meter Tiang tumpu, tiang sudut*) 150 - 300
UNP 15 2,4 meter
Tiang tumpu*), tiang sudut, 30 - 600
awal/akhir 600 - 900
UNP 15 2,8 meter Tiang tumpu, tiang sudut*) awa/akhir
Catatan *) dapat memakai cross arus ganda untuk tiang awal
6.12. Beban Mekanis Isolator
Terdapat 2 jenis isolator yang dipakai sesuai dengan fungsinya :
1. Isolator tumpu/line insulator, terdapat berbagai istilah line post insulator,
post insulator, insulator pin.
2. Isolator regang/Suspension Insulator, terdapat 2 macam isolator yaitu,
isolator payung (umbrella insulator) / Insulator/suspension insulator dan
long rod insulator.
a. Isolator tumpu/line isolator
Isolator tumpu digunakan untuk tumpuan penghantar gaya mekanis pada
isolator ini adalah gaya akibat berat beban penghantar pada ting penampang
atau pada tiang sudut.
Jenis Isolator
No. Karakteristik
Line Post Pin Post Pin
1. Tegangan kerja maksimal 24 KV 24 KV 22 KV
2. Withstand voltage (basah) 65 KV 65 KV 75 KV
3. Impulse withstand voltage 125 KV 125 KV 125 KV
4. Mechanical Strength 1250 daN 1250 850
5. Creepage distance 480 mm daN daN
116
117
h
S1
S2
t
d L/2
h æ hö
S 23 = + ç1 + ÷ - s1 - hmeter
2 è 8s ø
d = (l2w-2ht/2.l.w meter)
dimana :
l : jarak horizontal
h : perbedaan tinggi
S1 : jarak andongan pada ½ gawang
S2 : Panjang andongan pada garis horisontal
S : Jarak gawang
T : regangan penghantar (daN)
w : berat penghantar (daN/m)
Pada dasarnya rumus diatas kurang aplikatif sehingga untuk menentukan
titik andongan sebaiknya dilakukan dengan template.
6.14. Pondasi Tiang dan Struktur Tanah
Pondasi pada dasarnya digunakan pada semua tiang, baik tiang tumpu, tiang
awal/akhir atau tiang sudut. Jenis dari konstruksi pondasi disesuaikan dengan kondisi
tanah dimana tiang tersebut akan didirikan.
Data berikut adalah klasifikasi tanah untuk berbagai macam pondasi tiang
118
F : 250 - 300
2 Cohesive Tanah lunak, 2500-7500 C : 2500-5000
Granular endapan lumpur daN/m2 daN/m 2
V2
1. D = 0,75 s +
20000
V
2. D = s +
150
119
120
• F = F12 + F 2
• Fiber optik produk Jembo Kabel
Jenis Massa Diameter F1 F2 F = F12 + F 2 2
No
Penghantar [Kg/m] [m] [daN] [daN] [daN]
1 6/1T 0.239 12.6 x 22.7 53 40 66
2 12/2T 0.252 13.2 x 23.3 57 42 71
3 24/2T 0.276 14.4 x 24.5 62 44 76
4 48/4T 0.283 14.4 x 24.5 63 44 77
5 96/8T 0.359 16.3 x 26.4 73 48 87
Gaya mekanis maksimum pada tiang sudut
• Keterangan teknis sama dengan Tabel III
•
• Fs = 2 FsSina / 2
121
Gaya Mekanis Tiang Sudut Fs [daN]
Error! a = 45 0 a = 60 0 a = 90 0
Objects
cannot be
No Jenis Penghantar created
from
editing
field
codes.
1 6/1T 34 50 66 9
2 12/2T 36 54 72 101
3 24/2T 40 58 76 108
4 48/4T 42 60 78 110
5 96/8T 46 68 88 112
6.17 Contoh Aplikasi Perhitungan
1. Jaringan tiang 9 meter (3 x 70 + N/mm2), jarak gawang 45 meter sag 1 meter
working load tiang awal/ujung 500 daN.
- Beban mekanik total : 224 daN
- Working load tiang : 500 daN
Sisa beban mekanis yang diizinkan 226 daN
Jika ditambah saluran fiber optik 96/8T, beban mekanis pada tiang ujung 87
daN dengan sisa beban mekanis sebesar 226 daN dapat ditambah saluran
kabel fiber optik 2 saluran 2 x 87 daN = 174 daN
Sisa akibat beban mekanis sebesar (226 – 174 daN) = 52 daN di perkirakan
dapat menahan beban mekanis akibat sambungan pelanggan.
2. Jika jaringan kabel twisted ganda 2(3x70+N) mm2
• Beban mekanis akibat kabel twisted 2 x 224 daN = 448 daN
• Beban akibat fiber optik 1 saluran = 87 daN
122
• Total beban mekanis = (448 daN + 87 daN) = 535 daN, kelebihan beban
mekanis sebesar (535 – 500) daN = 35 daN, dan akibat beban mekanis
sambungan pelanggan
• Tiang tersebut harus ditambah Guy Wire
3. Sistem under built A3C 3 x 150 mm2 dan kabel twisted (3 x 70 + N) mm2
• Working load tiang ujung : 500 daN
• Beban mekanis A3C 3 x150mm2 : 273 daN
• Beban mekanis kabel twisted (3 x 70 + N) : 274 daN
• Sisa kekuatan akibat beban mekanis : 0 daN
4. Pembetaan pada tiang sudut
Sudut lintasan a = 90 0
• Beban mekanis JTR (3 x 70 + N) : 317 daN
• Beban mekanis kabel fiber optik 96/8T : 112 daN
• Total : 429 daN
• Working load tiang sudut : 350 daN
Dengan adanya beban mekanis tambahan tiang sudut tersebut harus
ditambah topang tarik/GuyWire
6.18 Pengaruh Gaya Mekanis Saluran Non PLN
Adanya beban tambahan saluran non elektrikal akibat kebijaksanaan setempat
mungkin tidak dapat dihindari. Namun tiang mempunyai fungsi utama sebagai
penyangga jaringan listrik PLN sendiri, sehingga harus dipertimbangkan
kemungkinan adanya tambahan jaringan listrik PLN sendiri padatiang tersebut.
Penambahan beban mekanis harus dihitung, namun hendaknya tidak melebihi
working load tiang itu sendiri. Jika ternyata melebihi sebaiknya diberi tambahan
Guy Wire/topang tarik.
Berdasarkan pertimbangan tersebut dan contoh hasil perhitungan penambahan
beban mekanis kabel-kabel optik atau lainnya, maka penambahan saluran non
PLN pada tiang:
1. Harus dihitung akibat beban mekanisnya antara lain pondasi tiang
2. Tidak diperbolehkan pada sistem SUTM - JTR (under built)
3. Tidak diperbolehkan pada saluran ganda JTR
4. Sebaiknya ditambahkan topang tarik pada tiang sudut dan tiang ujung
123
124
BAB VII
125
20 40
0
0
0 15 30 45 60 75 90
0 0 0 0 0 0
1 X 9 / 200
TIANG
BETON
1 X L (LIGHT) 1 X M (MEDIUM)
TANPA STAY
STAY
CATATAN ;
1. K = JUMLAH KABEL PJU DARI 0 - 2
2. UNTUK TIANG AKHIR : STAY M (MEDIUM)
PEMILIHAN MATERIAL SKUTR SIRKIT GANDA DENGAN GAWANG MAX = 50
M
126
12 40
0 0
0
0 15 30 45 60 75 90
0 0 0 0 0 0
9 / 200
TIANG
BETON
CATATAN ;
1. K = JUMLAH KABEL PJU DARI 0 - 2
2. UNTUK TIANG AKHIR 9 / 200 : STAY L (LIGHT)
3. UNTUK TIANG BETON 9 / 500 : TANPA STAY
KONSTRUKSI PEMASANGAN KABEL NAIK SKUTR SATU JURUSAN PADA
TIANG AWAL
127
Kode Jml Jenis material kode Jml Jenis material
Isc 1 bh Strain clamp Iq + bjs 1 + 4 bh Out door term box LV + bimetal
junction sleeve
Ipb 1 bh Bracket Iqi + bjs 1 bh Out door term box PJU + bimetal
junction sleeve
Isp 2 bh Plastic strap Ipa 1 bh Pipa air F 3” x 300 m
Ib 7 bh Stopping buckle Ipu 1 bh Pipa air F 2 “ x 300 mm untuk PJU
II 5 bh Link 25 x 50 Pt 1m Protective plastic tape
Iss 7m Strap stainless steel
KONSTRUKSI KABEL NAIK SKUTR SATU JURUSAN SIRKIT GANDA PADA
TIANG AWAL
128
Kode Jml Jenis material kode Jml Jenis material
Isc 2 bh Strain clamp Iq + bjs 2 + 8 bh Out door term box LV + bimetal
junction sleeve
Ipb 2 bh Bracket Iqi + bjs 2 bh Out door term box PJU + bimetal
junction sleeve
Isp 4 bh Plastic strap Ipa 2 bh Pipa air F 3” x 300 m
Ib 9 bh Stopping buckle Ipu 2 bh Pipa air F 2 “ x 300 mm untuk PJU
II 11 bh Link 25 x 50 Pt 2m Protective plastic tape
Iss 10 m Strap stainless steel
KONSTRUKSI KABEL NAIK SKUTR DUA JURUSAN PADA TIANG AWAL
129
Kode Jml Jenis material kode Jml Jenis material
Isc 2 bh Strain clamp + bjs
Iq 2 + 8 bh Out door term box LV + bimetal
junction sleeve
Ipb 2 bh Bracket Iq 1 + bjs 2 bh Out door term box PJU + bimetal
junction sleeve
Ipa
Isp 4 bh Plastic strap 2 bh Pipa air F 3” x 300 m
Ib 7 bh Stopping buckle Ipu 2 bh Pipa air F 2 “ x 300 mm untuk PJU
II 10 bh Link 25 x 50 Pt 2m Protective plastic tape
Iss 7m Strap stainless steel
KONSTRUKSI PEMASANGAN KABEL NAIK SKUTR DUA JURUSAN SIRKIT
GANDA PADA TIANG AWAL
130
131
Kode Jml Jenis material kode Jml Jenis material
Isc 1 bh Strain clamp Itc 5 bh Terminal CAP
Ipb 1 bh Bracket Iss 3 m Strap stainleess steel
Isp 2 bh Plastic strap tbl 1 bh Turn buckle light
Ib 1 bh P.V.C tube Æ 21 / 4 x
500
II 4 bh Stoping buckle
Iss 2 bh Link 25 x 50
KONSTRUKSI PEMASANGAN SKUTR PADA UJUNG JARINGAN SIRKIT GANDA
132
Kode Jml Jenis material kode Jml Jenis material
Isc 2 bh Strain clamp Itc 10 bh Terminal CAP
Ipb 2 bh Bracket
Iss 45 m Strap stainleess steel
Isp 4 bh Plastic strap tbk 2 bh Turn buckle light
Ivc 2 bh P.V.C tube Æ 21 / 4 x
500
Ib 6 bh Stoping buckle
II 4 bh Link 25 x 50
KONSTRUKSI PEMASANGAN SKUTR PADA LINTASAN DENGAN SUDUT
KURANG DARI 450 (SMALL ANGLE)
133
Kode Jml Jenis material kode Jml Jenis material
Isc 15 m Stainless steel strap
Ib 2 bh stopping buckle
Ism 1 set Suspension clamp
Ipb 1 bh Pole bracket
Isp 2 bh Plastic strap
KONSTRUKSI PEMASANGAN SKUTR PADA LINTASAN DENGAN SUDUT
ANTARA 450 S/D 1200 (LARGE ANGLE)
134
Kode Jml Jenis material kode Jml Jenis material
Iss 15 m Stainless steel strap
Isb 2 bh Plastic strap
Isc 2 bh Strain clamp
Ipb 1 bh Pole bracket
Ip 2 bh Stopping buckle
KONSTRUKSI PEMASANGAN SKUTR PADA TIANG PENEGANG
135
Kode Jml Jenis material kode Jml Jenis material
Isp 4 bh Plastic strap Iss 1,5 m Strap stainleess steel
Isc 2 bh Strain clamp Ib 2 bh Stoping buckle
Ipb 2 bh Pole bracket
Ibl 1 bh Turn buckle light
KONSTRUKSI PEMASANGAN SKUTR DENGAN SATU PERCABANGAN PADA
LINTASAN DENGAN SUDUT KURANG DARI 450 (SMALL ANGLE)
136
Kode Jml Jenis material kode Jml Jenis material
Iss 3 mtr Stainless steel strap Icr 2 bh Connector
Ism 1 set Suspension clamp Isc 1 bh Strain clamp
Ipb 2 bh Pole bracket Ibi 1 bh Turn buckle light
Isp 5 bh Plastic strap
Ib 4 bh Stopping buckle
KONSTRUKSI PEMASANGAN SKUTR SATU PERCABANGAN PADA LINTASAN
DENGAN SUDUT KURANG DARI 450 S/D 1200 (LARGE ANGLE)
137
Kode Jml Jenis material kode Jml Jenis material
Iss 3m Strap stainless steel Icr 5 bh Connector
Ib 4 bh Suspension buckle
Ipb 2 bh Pole bracket
Isc 3 bh Strain clamp
Isp 4 bh Plastic strap
KONSTRUKSI PEMASANGAN SKUTR SATU PERCABANGAN PADA TIANG
PENEGANG
138
Kode Jml Jenis material kode Jml Jenis material
Isc 3 bh Strain clamp Iss 3 m Stainless steel strap
tbl 2 bh Turn buckle light
Icr 5 bh Connector
Ibp 3 bh Pole bracket
Isp 7 bh Plastic strap
KONSTRUKSI PEMASANGAN SKUTR DUA PERCABANGAN PADA LINTASAN
DENGAN SUDUT KURANG DARI 450 (SMALL ANGLE)
139
Kode Jml Jenis material kode Jml Jenis material
Iss 3m Stainless steel Ibp 3 bh Pole bracket
Ism 1 set Suspension clamp tbl 1 bh Turn backle light
Isp 8 bh Plastic strap
Icr 10 bh Connector
Isc 2 bh Strain clamp
Ib 4 bh Stopping buckle
KONSTRUKSI PEMASANGAN SKUTR DUA PERCABANGAN PADA LINTASAN
DENGAN SUDUT KURANG DARI 450
140
141
Kode Jml Jenis material kode Jml Jenis material
Isp 7 bh Plastic strap Icr 10 bh Connector
Isc 4 bh Strain clamp Tbl 1 bh Turn buckle light
Ipb 3 bh Pole bracket
Iss 3m Strap stainles steel
Ib 4 bh Stopping buckle
KONSTRUKSI PEMASANGAN SKUTR DUA PERCABANGAN PADA TIANG
PENEGANG
142
Kode Jml Jenis material kode Jml Jenis material
Isc 4 bh Strain clamp Iss 3m Strap stainless steel
tbl 2 bh Turn buckle light Ib 4 bh Stopping buckle
Icr 10 bh Connector
Ipb 4 bh Pole bracket
Isp 10 bh Plastic strap
7.3. Sambungan Pelayanan Tegangan Rendah
7.3.1. Pengertian sambungan pelayanan tegangan rendah ( SP – TR )
Ialah bagian dari jaringan tegangan rendah (JTR) yang menghubungkan
sluran tegangan rendah (STR) sampai dengan Alat Pembatas dan
Pengukur. (APP)
7.3.2. Bagian bagian sambungan pelayanan
143
7.3.3. Variasi Tegangan Pelayanan
Tegangan standard untuk sambungan pelayanan dengan sistem arus
bolak balik fasa tunggal besarnyategangan nominalnya adalah :
127 v secara bertahap akan dihilangkan
220 v
Tegangan standard untuk sambungan pelayanan dengan sistem arus
bolak balik fasa tiga besarnya tegangan nominalnya adalah
127 v / 220 v secara bertahap akan dihilangkan
220 v / 380 v
7.3.4. Rugi Tegangan Pada Sambungan Pelayanan
Rugi tegangan maksimum yang diperkenankan sepanjang hantaran SR
ialah 2% dalam hal ini SR diperhitungkan dari titik penyambung pada
STR
Sedangkan khusus untuk penyambung langsung dari papan bagi TR di
gardu Transformator rugi tegangan maksimum yang diperkenankan 12%
Model SR yang disadapkan dari JTR
144
Model SR yang disadapkan langsung dari trafo
7.3.5. Konstruksi Penyadapan
A. Jenis Hantaran
Hantaran berisolasi dipilin (kabel twisted)
1. Hantaran dengan bahan alumunium setengah keras (medium hard
drawn) digunakan untuk SLP dan SMP
2. Hantaran duplex (DX) dan Quaduplex (OX) bahan dari alumunium
keras (H-AL) berisolasi sebagai hantaran phasenyadan ACSR
sebagai kawat netralnya yang juga berfungsi sebagai kawat
penggantung. Hantaran ini digunakan sebagai SLP , sedangkan
145
146
147
ACSR – DV 30 30 30 30
NAYY
5. Kemampuan Tegangan Tarik Tiang Atap
Tabel dibawah ini adalah kemampuan tegangan tarik dari tiang
atap yang kawat kawatnya / kabelnya ditarik dengan tegangan
tarik 1 setengah Kg / mm2, maka dapat ditentukan ukuran dari
tiang atap
Ukuran diameter tiang atap bahan pipa gas
Diameter Jumlah kabel Penampang hantaran
( inch ) ( mm 2 )
1 2 6
1,5 2 25
3 16
4 10
2 2 25
3 25
4 16
2,5 2 50
3 25
4 25
6. Titik Tumpu / Tiang Atap
Untuk memenuhi ketentuan dari jarak bebas, maka pengaturab
konstruksi sisi rumah dapat digunakan
• Tiang atap yang terbuat dari baja galuanis
• Jangkar yang ditanam / disekrup
7.4. Design Sambungan Pelayanan Tegangan Rendah
Ada beberapa tipe disaign sambungan tenaga listrik tegangan rendah yaitu
:
• Tipe A
148
SLTR TIPE A
UNTUK RUMAH TINGGAL
SLTR TIPE A
UNTUK RUMAH GANDA ( KOPEL )
149
SLTR TIPE A UNTUK PERTOKOAN
( Alternatif 1 )
150
SLTR TIPE A UNTUK PERTOKOAN
( Alternatif 2 )
151
• Tipe B
SLTR TIPE B
UNTUK RUMAH TUNGGAL
152
SLTR TIPE B
UNTUK RUMAH SERI
153
• Tipe C
SLTR TIPE C UNTUK RUMAH
154
• Tipe D
Untuk rumah ( tunggal dan ganda), untuk pertokoan dan rumah susun
dan untuk komplek perumahan
Dengan APP tipe khusus I di gardu distribusi
155
Dengan APP tipe khusus I di gardu tiang
156
Dengan APP tipe khusus I di pelanggan
157
SLTR dengan APP tipe khusus I di gardu distribusi
158
SLTR dengan APP tipe khusus I di gardu distribusi
159
SLTR dengan APP tipe khusus I di gardu tiang
160
SLTR dengan APP tipe khusus I di gardu Distribusi
161
Gambar diagram gardu
162
Konstruksi pemasangan
Penghantar berisolasi dipilin
Konstruksi penyadapan
163
Konstruksi SR tipe A
164
165
166
BAB VIII
8.1. Korelasi Panjang JTR Dengan Drop Teganan
• Jenis Penghantar
• Luas penampang penghantar.
• Panjang Jaringan
• Kerapatan beban
Selain pemilihan penghantar yang digunakan harus dibatasi besar arus
beban yang mengalir sesuai dengan KHA (Kemampuan Hantar Arus) dari
jenis penghantar agar batas drop tegangan yang diijinkan dapat tercapai.
167
Jenis , Luas dan panjang penghantar yang digunakan untuk JTR akan
mempengaruhi besarnya Impedansi (Z) dari JTR, perkalian
impedansi Z dengan arus yang mengalir akan didapatkan besarnya
Drop tegangan pada JTR, seperti rumus berikut ini :
∆V = I x Z ……………….. (1)
Keterangan :
168
VS = VL + (R + j X ) . L = VL + RI + j X. I
V drop = VS – VL = RI + j X. I
= I (R + j X) Volt
= Re (I Z)
dimana :
Besaran Real Z = (R2 + X2)^1/2
169
170
PSusutTeknis = 3.I 2 .R.L.LLF .0,333
Dimana :
Ø I = Arus beban yang mengalir pada Jaringan (Ampere)
Ø R = Resistansi Jaringan ( Ohm/km)
Ø L = Panjang Jaringan (km )
Ø LLF= Loss Load Factor
Dimana :
171
Dimana :
Ø % Drop Voltage = Jatuh Tegangan ( % )
Ø P = Daya Nominal yang tersalur (VA)
Ø R = Resistensi Jaringan ( ohm /km )
Ø X = Reaktansi Jaringan ( Ohm/km )
Ø Vs = tegangan sumber L-L ( 400 Volt )
Untuk mencapai range losses tersebut maka desain JTR juga harus
mempertimbangkan hal hal yang sama seperti pada saat menekan
drop tegangan yaitu :
• Luas penampang
PSusutTeknis = 3.I 2 .R.L.LLF (Watt)
172
Dimana :
Ø I = Arus beban yang mengalir pada Jaringan (Ampere)
Ø R = Resistansi Jaringan ( Ohm/km)
Ø L = Panjang Jaringan (km )
Ø LLF= Loss Load Factor
PSusutTeknis = 3.I 2 .R.L.LLF .0,333 (Watt)
Dimana :
Ø I = Arus beban yang mengalir pada Jaringan (Ampere)
Ø R = Resistansi Jaringan ( Ohm/km)
Ø L = Panjang Jaringan (km )
Ø LLF= Loss Load Factor
Hasil perhitungan seperti tabel terlampir
173
KORELASI PANJANG DENGAN DROP TEGANGAN JTR TWISTED CABLE
Tegangan sumber 400 Volt
Asumsi Beban merata
DROP
Jenis Pengahntar KHA TEG PANJANG JTR MAKSIMUM UNTUK BEBAN DENGAN % KHA : (M)
(A) (%) 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%
TC 3 x 70+50
mm2 196 6,0% 1,484 1,113 0,891 0,742 0,636 0,557 0,495 0,445
TC 3 x50+50
mm2 154 6,0% 1,267 0,950 0,760 0,634 0,543 0,475 0,422 0,380
TC 3 x 35+50
mm2 125 6,0% 1,164 0,873 0,698 0,582 0,499 0,436 0,388 0,349
TC 3 x 25+50
mm2 103 6,0% 1,022 0,766 0,613 0,511 0,438 0,383 0,341 0,307
TC 3 x 70+50
mm2 196 5,0% 1,237 0,928 0,742 0,618 0,530 0,464 0,412 0,371
TC 3 x50+50
mm2 154 5,0% 1,056 0,792 0,634 0,528 0,453 0,396 0,352 0,317
TC 3 x 35+50
mm2 125 5,0% 0,970 0,727 0,582 0,485 0,416 0,364 0,323 0,291
TC 3 x 25+50
mm2 103 5,0% 0,852 0,639 0,511 0,426 0,365 0,319 0,284 0,255
TC 3 x 70+50
mm2 196 4,0% 0,989 0,742 0,594 0,495 0,424 0,371 0,330 0,297
TC 3 x50+50
mm2 154 4,0% 0,845 0,634 0,507 0,422 0,362 0,317 0,282 0,253
TC 3 x 35+50
mm2 125 4,0% 0,776 0,582 0,465 0,388 0,332 0,291 0,259 0,233
TC 3 x 25+50
mm2 103 4,0% 0,681 0,511 0,409 0,341 0,292 0,255 0,227 0,204
TC 3 x 70+50
mm2 196 3,0% 0,742 0,557 0,445 0,371 0,318 0,278 0,247 0,223
TC 3 x50+50
mm2 154 3,0% 0,634 0,475 0,380 0,317 0,272 0,238 0,211 0,190
TC 3 x 35+50
mm2 125 3,0% 0,582 0,436 0,349 0,291 0,249 0,218 0,194 0,175
TC 3 x 25+50
mm2 103 3,0% 0,511 0,383 0,307 0,255 0,219 0,192 0,170 0,153
174
TC 3 x 70+50
mm2 196 2,0% 0,495 0,371 0,297 0,247 0,212 0,186 0,165 0,148
TC 3 x50+50
mm2 154 2,0% 0,422 0,317 0,253 0,211 0,181 0,158 0,141 0,127
TC 3 x 35+50
mm2 125 2,0% 0,388 0,291 0,233 0,194 0,166 0,145 0,129 0,116
TC 3 x 25+50
mm2 103 2,0% 0,341 0,255 0,204 0,170 0,146 0,128 0,114 0,102
TC 3 x 70+50
mm2 196 1,0% 0,247 0,186 0,148 0,124 0,106 0,093 0,082 0,074
TC 3 x50+50
mm2 154 1,0% 0,211 0,158 0,127 0,106 0,091 0,079 0,070 0,063
TC 3 x 35+50
mm2 125 1,0% 0,194 0,145 0,116 0,097 0,083 0,073 0,065 0,058
TC 3 x 25+50
mm2 103 1,0% 0,170 0,128 0,102 0,085 0,073 0,064 0,057 0,051
175
176
KURVA PANJANG JTR vs ARUS BEBAN
DROP TEG 6 % (Beban Merata)
2,000
Panjang(km) 1,900
1,800
1,700
1,600 TC 3x70+50 mm2
1,500
1,400 TC 3x50+50 mm2
1,300
1,200 TC 3x35+50mm2
1,100
1,000 TC 3x25+50 mm2
0,900
0,800
0,700
0,600
0,500
0,400
0,300
0,200
0,100
0,000
0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%
KURVA PANJANG JTR vs ARUS BEBAN
DROP TEG 5 % (Beban Merata)
2,000
1,900
Panjang(km)
1,800
1,700
1,600
1,500 TC 3x70+50 mm2
1,400
1,300 TC 3x50+50 mm2
1,200
1,100 TC 3x35+50mm2
1,000
0,900 TC 3x25+50 mm2
0,800
0,700
0,600
0,500
0,400
0,300
0,200
0,100
0,000
0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%
177
KURVA PANJANG JTR vs ARUS BEBAN
DROP TEG 3 % (Beban Merata)
2,000
1,900
Panjang(km)
1,800
1,700
1,600 TC 3x70+50 mm2
1,500
1,400 TC 3x50+50 mm2
1,300
1,200 TC 3x35+50mm2
1,100
1,000 TC 3x25+50 mm2
0,900
0,800
0,700
0,600
0,500
0,400
0,300
0,200
0,100
0,000
0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%
178
Panjang(km)
1,800
1,700 TC 3x70+50 mm2
1,600
1,500 TC 3x50+50 mm2
1,400
1,300 TC 3x35+50mm2
1,200
1,100 TC 3x25+50 mm2
1,000
0,900
0,800
0,700
0,600
0,500
0,400
0,300
0,200
0,100
0,000
0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%
KURVA PANJANG JTR vs ARUS BEBAN
DROP TEG 1 % (Beban Merata)
2,000
1,900
Panjang(km)
1,800
1,700
1,600 TC 3x70+50 mm2
1,500
1,400 TC 3x50+50 mm2
1,300
1,200 TC 3x35+50mm2
1,100
1,000 TC 3x25+50 mm2
0,900
0,800
0,700
0,600
0,500
0,400
0,300
0,200
0,100
0,000
0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%
179
KURVA PANJANG JTR vs ARUS BEBAN
LOSSES 3,0 % (Beban Merata, cos Q 0.85)
2,000
1,900
Panjang(km)
1,800
1,700
1,600 TC 3x70+50 mm2
1,500
1,400 TC 3x50+50 mm2
1,300
1,200 TC 3x35+50mm2
1,100
1,000 TC 3x25+50 mm2
0,900
0,800
0,700
0,600
0,500
0,400
0,300
0,200
0,100
0,000
0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%
180
KURVA PANJANG JTR vs ARUS BEBAN
LOSSES 2.0% (Beban Merata, cos Q 0.85)
2,000
1,900
Panjang(km)
1,800
1,700
1,600
1,500
1,400
1,300
1,200 TC 3x70+50 mm2
1,100
1,000 TC 3x50+50 mm2
0,900
0,800 TC 3x35+50mm2
0,700 TC 3x25+50 mm2
0,600
0,500
0,400
0,300
0,200
0,100
0,000
0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%
KURVA PANJANG JTR vs ARUS BEBAN
LOSSES 1,0 % (Beban Merata, cos Q 0.85)
2,000
1,900
Panjang(km)
1,800
1,700 TC 3x70+50 mm2
1,600
1,500 TC 3x50+50 mm2
1,400
1,300 TC 3x35+50mm2
1,200
1,100 TC 3x25+50 mm2
1,000
0,900
0,800
0,700
0,600
0,500
0,400
0,300
0,200
0,100
0,000
0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%
181
BAB IX
TRANSFORMATOR DISTRIBUSI
Transformator Distribusi adalah salah satu peralatan listrik yang
mentransfomasikan tegangan menengah menjadi tegangan rendah dan
mempunyai karakteristik tertentu.
182
183
184
97,00
96,50 cos phi 0.80
96,00 cos phi 0.85
cos phi 0.90
95,50
95,00
0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9 1,0 1,1 1,2 1,3
Faktor Beban
2,50
2,00
1,50
1,00
0,50
-
0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9 1 1,1 1,2 1,3
FAKTOR BEBAN
Pola pembebanan transformator distribusi hendaknya mengikuti
karakteristik transformator sesuai dengan spesifikasi transformator
185
KAPASITAS TRANSFORMATOR =
50 KVA
LOAD FACTOR LOSSES
(%) (%)
10 10,30
15 7,10
20 5,56
30 4,16
40 3,60
50 3,37
60 3,31
70 3,34
80 3,43
90 3,57
100 3,73
110 3,91
130 4,31
150 4,75
KAPASITAS TRANSFORMATOR =
100 KVA
LOAD FACTOR LOSSES
(%) (%)
10 5,15
15 3,55
20 2,78
30 2,08
40 1,80
50 1,68
60 1,65
70 1,67
80 1,72
90 1,78
186
100 1,86
110 1,95
130 2,16
150 2,38
KAPASITAS TRANSFORMATOR =
160 KVA
LOAD FACTOR LOSSES
(%) (%)
10 4,29
15 2,95
20 2,30
30 1,71
40 1,47
50 1,37
60 1,33
70 1,34
80 1,37
90 1,42
100 1,48
110 1,55
130 1,70
150 1,87
KAPASITAS TRANSFORMATOR =
200 KVA
LOAD FACTOR LOSSES
(%) (%)
10 4,12
15 2,83
20 2,22
30 1,66
40 1,43
50 1,33
60 1,31
70 1,32
80 1,35
187
90 1,40
100 1,47
110 1,54
130 1,69
150 1,86
Besaran maksimal dari drop tegangan maupun susut dari
transformator distribusi perlu ditentukan , sehingga dalam
pengoperasiannya akan didapat hasil kinerja yang optimal.
188
TABEL PEMBEBANAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI TERHADAP SUSUT
SUSUT (%)
DAYA PEMBEBANAN TRANSFORMATOR
TRANSFORMATOR
KVA 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% 110%
1,8 1,9
25 4,91 2,70 2,08 1,84 1,77 1,78 3 1 2,00 2,12 2,24
1,7 1,8
50 4,90 2,68 2,05 1,81 1,72 1,72 6 3 1,92 2,02 2,13
1,7 1,8
100 4,90 2,68 2,05 1,81 1,72 1,72 6 3 1,92 2,02 2,13
1,4 1,4
160 4,08 2,22 1,68 1,47 1,39 1,38 1 6 1,53 1,60 1,69
1,3 1,4
200 3,92 2,14 1,63 1,43 1,36 1,36 9 4 1,51 1,59 1,67
1,3 1,4
250 3,92 2,13 1,61 1,41 1,34 1,33 5 0 1,46 1,54 1,62
1,3 1,4
315 3,99 2,17 1,65 1,45 1,37 1,36 9 4 1,51 1,58 1,67
1,3 1,3
400 3,79 2,06 1,56 1,36 1,29 1,28 0 5 1,41 1,48 1,56
500 3,59 1,95 1,48 1,30 1,23 1,22 1,2 1,2 1,34 1,41 1,48
189
4 8
1,1 1,2
630 3,37 1,83 1,39 1,22 1,15 1,14 6 0 1,26 1,32 1,39
1,2 1,3
800 3,57 1,95 1,48 1,30 1,24 1,24 6 1 1,37 1,44 1,52
1,3 1,3
1000 3,76 2,05 1,56 1,38 1,31 1,31 4 9 1,46 1,53 1,62
TRAFO 50 KVA
5,0
4,5
TRAFO 630 KVA
4,0
NILAI SUSUT (%)
3,5
3,0
2,5
2,0
1,5
1,0
10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% 110%
PEMBEBANAN
190
TRAFO 25 KVA
5,0
3,5
3,0
2,5
2,0
1,5
1,0
10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% 110%
PEMBEBANAN
4,5
TRAFO 800 KVA
4,0
NILAI SUSUT (%)
3,5
3,0
2,5
2,0
1,5
1,0
10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% 110%
PEMBEBANAN
191
3,0
NILAI SUSUT (%)
2,5
2,0
1,5
1,0
10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% 110%
PEMBEBANAN
- JTM 3 kawat : H1 - H2
- JTM 4 kawat : H1 -
192
Transformator Transformator
untuk untuk
sistem JTM 4 sistem JTM 3
kawat kawat
193
Dyn5 / Yzn5
194
Hubungan bintang ( Y ) :
195
Hubungan delta ( Δ ) :
196
Hubungan zigzag ( Z ) :
197
c) Rugi total :
198
199
Inti besi :
§ Susunan (stacking).
§ Gulungan (wound type)
Kenaikan suhu :
Tegangan sekunder :
Tegangan sekunder pada keadaan tanpa beban adalah tegangan
nominal sistem jaringan tegangan rendah :
200
Tegangan sadapan :
Penyadapan belitan menggunakan pengubah sadapan 5 (lima)
langkah yang ditempatkan pada belitan primer. Sadapan No. 3
merupakan sadapan utama. Nilai-nilai tegangan sadapan
tercantum pada tabel.
Tabel Tegangan Pengenal Sadapan
JTM 3 kawat JTM 4 kawat
No. Fasa tiga dan fase
Fase tiga Fase tunggal
Sadapan tunggal
Tipe 1 Tipe 2 Tipe 1 Tipe 2 Tipe 1 Tipe 2
1 21 kV 22 kV 21 kV 22 kV 21/√3 kV 22/√3
kV
2 20,5 kV 21 kV 20,5 kV 21 kV 20,5/√3 kV 21/√3 kV
3 20 kV 20 kV 20 kV 20 kV 20/√3 kV 20/√3
kV
4 19,5 kV 19 kV 19,5 kV 19 kV 19,5/√3 19/√3
kV kV
5 19 kV 18 kV 19 kV 18 kV 19/√3 kV 18/√3
kV
Minyak isolasi :
201
202
BAB X
KONSTRUKSI PERANGKAT HUBUNG BAGI TEGANGAN RENDAH
(PHB-TR)
10.1. Pengertian
Adalah satu perangkat peralatan listrik berupa alat hubung, alat pengaman,
alat ukur dan alat idikator lainnya yang terpasang pada satu tempat yang
disebut panel.
Dipasang pada gardu distribusi tegangan rendah atau sisi hulu dari
instalasi pemanfaatan tenaga listrik.
10.4. Konstruksi PHB – TR
203
ð Peralatan utama
• Saklar utama
• Busbar dan saluran pembagi
• Penjepit fuse (ground plate)
• Fuse (zekering)
• Sistem Pembumian
ð Peralatan pelengkap
• Instrumen ukur
• Alat test tegangan saluran
• Magnetic contactor
• Lampu penerangan
204
205
206
207
ð Pembumian pengaman JTR dan JTM terpisah dan tiang JTR dan
JTM terpisah tahanan pembumian menyeluruh maksimum 5
ohm
1M 3M
208
ð Elektrode pelat
c. Ukuran minimum elektrode bumi
No Bahan Baja Baja berlapis Tembaga
digalvanisasi tembaga
Jenis dengan proses
Elektrode pemanasan
1 Elektrode pita Pita baja 100 Pita tembaga
mm setebal 50 mm.tebal
minimum 3 mm 2 mm
50 mm2
Penghantar Pita tembaga
pilin 35 mm2, 50 mm, tebal
bukan kawat minimum 2
halus mm
2 Elektrode Pipa baja 25 Baja
batang mm2 Baja profil berdiameter
( mm ) l 65 x 65 15 mm
x 7 dilapisi
U 6,5 tembaga
T 6 x 50 x 3 setebal 250
Batang profil micro meter
lain yang
setaraf
3 Elektrode Pelat besi Pelat
pelat setebal 3 mm, tembaga
luas 0,5 mm2 tebal 2 mm
209
210
r r
------- atau ------
r 1 100
e. Tahanan jenis tanah
Tahanan jenis tanah berbeda-beda bergantung jenis tanahnya.
1 2 3 4 5 6 7
Jenis tanah Tanah Tanah Pasir Kerikil Pasir Tanah
rawa liat basah basah basah dan berbatu
Dan kerikil
Ladang kering
Tahanan 30 100 200 500 1.000 3.000
jenis
(ohm.m)
10.6. Instrumen Ukur
ð Kelas meter yang dipilih maksimal 1 ( satu ) atau yang lebih teliiti
211
212
213
BAB XI
PENGENALAN KUBIKEL 20 KV
11.1 Pengertian dan Fungsi Kubikel 20 kV
Kubikel 20 kv adalah seperangkat peralatan listrik yang dipasang pada
gardu distribusi yang berfungsi sebagai pembagi, pemutus,
penghubung pengontrol dan proteksi sistem penyaluran tenaga listrik
tegangan 20 kV kubikel 20 kV biasa terpasang pada gardu distribusi
atau gardu hubung yang berupa beton maupun kios
11.2. Jenis Jenis Kubikel
Berdasarkan fungsi dan nama peralatan yang terpasang kubikel
dibedakan menjadi beberapa jenis yaitu :
• Kubikel Pemutus Tenaga ( PMT = CB )
• Kubikel PMS ( Pemisah )
• Kubikel LBS ( Load Break Sswitch )
• Kubikel CB Out Metering ( PMT CB )
• Kubikel TP ( Transformer Protection)
• Kubikel PT ( Potential Transformer )
• Kubikel B1 ( Terminal Out Going )
214
11.3. Fungsi Kubikel
11.3.1. Kubikel PMS (Pemisah)
Berfungsi sebagai membuka dan menutup aliran listrik 20 kV tanpa
ada beban, karena kontak penghubung tidak dilengkapi alat
peredam busur listrik.
Simbol diagram PMS
11.3.2. Kubikel PMT ( Pemutus Tenaga }
Berfungsi untukembuka dan menutup aliran listrik dalam keadaan
berbeban atau tidak berbeban, termasuk memutus pada saat
terjadi gangguan hubung singkat.
Simbol diagram PMT
215
216
a. Satu set rele untuk beban lebih dan gangguan ke bumi, rele harus
disambungkan dengan transformator arus diatas. Arus dan waktu
dapat diatur terpisah.
217
218
Simbol Diagram Kubikel CB OUT Metering
219
a. Arus primer : sesuai kebutuhan (50, 100, 150, 200 atau 400 A)
b. Arus sekunder : 5 A
c. Kapasitas keahanan arus hubung singkat (1 detik) : 12,5 kA
d. Beban pengenal
Kapasitas transformator arus tersebut harus dapat memenuhi
kebutuhan rele yaitu :
- Satu inti 30 VA kelas 0,5 untuk pengukuran
- Satu inti lainnya 15 VA kelas 10-P-10 untuk proteksi.
ü Rele
a. Satu set rele untuk arus lebih, beban lebih dan gangguan ke bumi. Rele
harus dihubungkan dengan transformator di atas. Arus dan waktu dapat
diatur secara terpisah.
b. Karakteristik dari rele beban lebih
Arus Pengenal Waktu peutusan (triping
(In) time)
1,05 In Sesudah 60 menit
1,2 In Sebelum 20 menit
1,5 In Sebelum 5 menit
4 In Trip sesaat
c. Rele harus dirancang sehingga melepas pemutus tenaga dengan
atau tanpa memerlukan sumber daya dari luar.
d. Rele harus dilengkapi fasilitas untuk pengetesan arus dan
pengetesan untuk melepas kontak (trip release)
e. Tiga buah amperemeter kebutuhan maksimum (maximum
demand ammeter), dipasang pada panel penunjuk (metering
panel) dan ditempatkan diatas pengaman lebur.
ü Sistem interlok
11.3.5. Kubikel TP (Transformer Protection)
Berfungsi sebagai alat pengaman transformator distribusi, dikenal
juga dengan istilah kubikel PB (Pemutus Beban) kubikel ini berisi lbs
220
221
Kubikel terdiri dari :
- Satu set busbar fase tiga 400 A atau 630 A
- Satu pemisah tiga kutub dengan arus pengenal, 100 A yang dioperasikan
secara manual
- Tiga pengaman lebur dengan kapasitas pemutus arus yang tinggi :
a. Arus pengenal : 6,3 A
b. Kapasitas pemutus : 12,5 A
- Tiga buah transformtaor tegangan
a. Rasio : 20 / Ö3 kV // 100 / Ö3 Volt
b. Beban pengenal : 50 VA
c. Kelas ketelitian : 0,5
- Satu buah pengaman lebur tegangan rendah pada setiap fase, pengaman
lebur tersebut harus dapat dicapai dari luar kubikel
- Sistem saling mengunci (interlock) harus berfungsi baik
- Busbar pembumian
11.3.7. Kubikel Terminal Out Going (B1)
Berfungsi sebagai terminal penghubung kabel ke pemakaian
(pelanggan) berisi pms, dan bila mana posisi membuka maka kontak
gerak terhubung dengan pentanahan
Simbol diagram kubikel terminal out going
222
Kubikel terdiri dari :
a. Satu set busbar fase tiga 400 A atau 630 A
b. Satu sakelar pembumian tiga kutub dan penghubung singkat yang
dioperasikan secara manual.
c. Tiga buah gawai kontrol tegangan
d. Busbar pembumian
e. Disediakan ruang yang cukup dibagian bawah kompartemen dan
disediakan penunjang kabel untuk pemasangan terminasi kabel tiga inti
berisolasi padat. Konduktor dari aluminium dengan luas penampang
sampai dengan 150 mm2
11.4. Bagian – Bagian Dari Konstruksi Kubikel
• Kompartemen
• Rel / Busbar
• Kotak Pemutus
• Pemisah Hubung Tanah
• Terminal Penghubung
• Fuse Holder
• Mekanik Kubikel
• Lampu Indikator
• Pemanas (Heater)
• Handle Kubikel (Tuas Operasi)
11.4.1. Kompartemen
Merupakan rumah dari terminal penghubung, LBS, PMT, PMS, Fuse,
Trafo ukur, (CT, PT) peralatan mekanis dan instalasi tegangan rendah,
223
224
bahan yang dapat terbakar tetapi api dapat cepat mati dengan
sendirinya (selfextinguishing).
Isolator tonggak dapat dibuat dari bahan porselin atau isolasi lain yang
tidak mudah terbakar. Isolator porselin berdasarkan rekomendasi IEC
168.
Jarak rambat tidak boleh kurang dari 320 mm. Isolator sintetis harus
bebas dari cacat permukaan seperti rongga-rongga (fold blow holes)
dan sebagainya, yang dapat mengganggu operasi isolator selanjutnya (
sesuai rekomendasi IEC 660 ).
11.4.3. Kontak Pemutus
Sebagai pemutus / penghubung aliran listrik kontak pemutus terdiri
dari dua bagian yaitu kontak gerak (moving contact) dan kontak tetap
(fixed contact) sebagai peredam busur api pada kubikel jenis LBS atau
PMT digunakan media minyak, gas SF6, vacum atau dengan hembusan
udara, selain itu memperkecil terjadinya busur api dilakukan dengan
pembukaan dan penutupan kontak pemutus secara cepat secara
mekanis
225
11.4.4. Sirkuit pembumian
Semua bagian logam PHB yang bukan merupakan bagian sirkuit utama
atau sirkuit bantu dan yang dapat bermuatan sehingga membahayakan
harus dihubungkan ke penghantar pembumian .
Penghantar tersebut terbuat dari tembaga dan mampu mengalirkan
arus sebesar 12,5 kA selama 1 detik tanpa menjadi rusak.
Kepadatan arus di sirkuit pembumian tidak boleh melampaui 200
A/mm2 dengan luas penampang penghantar tidak kurang dari 30 mm2
Pada setiap ujung penghantar disambung dengan instalasi sistem
pembumian pembumian melalui baut berukuran M12. Penghantar
pembumian ditempatkan sedemikian sehingga tidak merintangi tangan
untuk mencapai terminal kabel.
Selungkup kompartemen sekurang-kurangnya harus terselubung di
satu titik dengan penghantar bumi. Kontinuitas pembumian antara
badan kompartemen dan
sekat atau tutup diyakinkan melalui pemasangan baut dan mur atau
cara lain yang dapat diandalkan.
Kontinuitas pembumian antara bagian bergerak yang berengsel dengan
luas penampang tidak kurang dari 30 mm2 suatu penguat ditambahkan
pada pita tersebut untuk melindungi anyaman pita terhadap tegangan
mekanis yang tidak semestinya.
Bagian sakelar pembumian harus terhubung ke penghantar utama
pembumian melalui penghantar tembaga yang kaku dan fleksibel
dengan luas penampangnya tidak kurang dari 30 mm2 .
Setiap kubikel yang dilengkapi sakelar pembumian harus dipasang
terminal tembaga untuk pembumian yang dihubungkan ke penghantar
pembumian dengan penjepit pembumian sementara.
11.4.5. Pemisah Hubung Tanah (Pemisah Tanah)
226
227
228
229
Ø Interlock pintu
230
Ø Penguncian
ü Perlengkapan penguncian harus disediakan untuk :
ü Sakelar pembumian pada posisi terbuka atau tertutup
ü Sakelar utama atau pemutusan tenaga pada posisi terbuka
ü Pintu Kubikel
231
232
Terdiri dari kubikel PMT Incoming dan Out going dengan kapasitas
sampai 1.250 A, dilengkapi dengan instrumen pengukuran dan proteksi
gangguan arus lebih serta indikator gangguan hubung tanah. Diletakkan
di atas lubang yang disebut manhole di suatu ruangan khusus 20 KV GI.
Dapat dioperasikan secara lokal maupun jarak jauh melalui Sistim Scada.
Diagram garis tunggal Komposisi Kubikel pada Gardu Induk
11.5.2. Tata Letak dan Komposisi Kubikel pada Gardu Hubung
Terdiri dari Kubikel LBS Incoming dan Outgoing yang jumlahnya
tergantung dari banyak saluran masuk dan saluran keluar.
Dapat dioperasikan secara lokal maupun jarak jauh bila dilengkapi dengan
penggerak motor dan sistim Scada.
11.5.3. Tata Letak dan Komposisi Kubikel pada Gardu Distribusi
Kubikel diletakkan di atas manhole pada gardu distribusi yang berupa
bangunan tembok atau beton maupun yang berbentuk Kios. Pada Gardu
bentuk bangunan tembok atau beton selain ada kubikel, pada bangunan
tersebut juga diletakkan Trafo distribusi dan PHB – TR, sehingga harus
diperhatikan faktor keamanan pada waktu petugas mengoperasikan Gardu
tersebut.
Komposisi Kubikel tergantung pada sifat pelayanan gardu tersebut
Ada tiga jenis pelayanan gardu distribusi, yaitu :
• Pelayanan umum TR
• Pelayanan khusus TM
• Pelayanan campuran TM dan TR
A. Diagram garis tunggal komposisi kubikel pada gardu distribusi
pelayanan Umum TR
233
Gardu pelayanan umum dengan 1 (satu) buah trafo distribusi adalah : LBS,
LBS, PB – type 1A
PT
Gardu pelayanan umum dengan 2 (dua) buah trafo distribusi type 1B
B. Diagram garis tunggal komposisi kubikel pada gardu pelayanan
khusus TM
234
FUSE
OCB
TM
PT
CT
KWH
CB : Circuit Breaker Out Going pada Gardu PGDB
CBO : Circuit Breaker Out Going pada Gardu PGC
Gardu Pelayanan khusus TM type 4A : LBS, LBS, PT, CBOM
235
Type 4A
LBB LBS
CB OM
OCB
CT
PT
KWH
KE TRAFO
DISTRIBUSI
CBOM : Circuit Breaker Out Metering, yaitu kubikel pmt dilengkapi
dengan sarana pengukuran dan pembatasan didalamnya terdapat CT dan
PT
Gardu pelayanan khusus TM dilengkapi dengan pengamanan fuse TM pada
sisi beban : LBS, LBS, PT, CB, PB
CT
KE TRAFO
KWH DISTRI
BUSI
236
TYPE
FUS OCB
E
PT
CT
KW
237
Gardu Pelayanan Campuran Type 4B : PB, LBS, LBS, CBOM
PB LBS LBS
CB
OM
OCB
CT
TRAFO KWH
DISTRIBUSI KE
TRAFO
238
BAB XII
SAMBUNGAN RUMAH
Selain itu sambungan rumah juga termasuk salah satu bagian penyumbang
susut teknis, maka dalam Desain Jaringan distribusi sambungan rumah
(SR) harus bisa dihitung drop tegangan serta losses yang timbul untuk
panjang dan jenis penghantar tertentu yang digunakan serta jumlah seri
SR yang tersambung.
12.1 Drop Teganan Sambungan Rumah ( SR )
Dalam hal ini juga diambil asumsi bahwa arus beban konsumen merata
,sehingga dalam perhitungan ini akan dipakai arus rata-rata
perkonsumen pada waktu beban puncak
3. SR 3 fasa 1 konsumen
239
R1
E (Watt ) = 2 I 2 R1
E (Kwh) = 2.I2 R1 Lsf . t . 10-3
L1 L2 L3 L4
I I I I
240
= 22.I .R1(Watt)
2
Jika dibandingkan dengan susut SR 1 phasa untuk 1 Konsumen
maka akan diperoleh angka perbandingan
EiK (Watt)
KSR = --------------------------
E1 K (Watt)
Sebagai berikut :
JENIS SR KSR
1θ 1K 1,0
1θ 2K 2,5
1θ 3K 4,78
1θ 4K 7.5
1θ 5K 11,0
E i K = KSR. S1 K (Watt)
E5 K = 11. S1 K (Watt)
241
Susut SR perkonsumen :
E (Watt) = 3 I2 . R.L
E (kWh) = 3 I2 . R.L.Lsf. t
Dimana :
Ø I = Arus beban rata-rata per konsumen waktu beban puncak
Ø RL = Tahanan penghantar dgn panjang L maksimum 30 m
Ø Penampang disesuaikan dengan beban.
242
TIC 2 x 10
mm2 AL
Jumlah Tahanan Energi
Panjang Beban Tersalurkan Losses
Sambungan Kawat
SR (m) (A)
Rumah (R) (kwh) (kWh) (%)
1 30 0,074 1,2 161,568 0,0534 0,03
2 30 0,074 1,2 161,568 0,1335 0,08
3 30 0,074 1,2 161,568 0,2491 0,15
4 30 0,074 1,2 161,568 0,4005 0,25
5 30 0,074 1,2 161,568 0,5874 0,36
6 30 0,074 1,2 161,568 0,8091 0,5
7 30 0,074 1,2 161,568 1,0681 0,66
1 35 0,086 1,2 161,568 0,0623 0,04
2 35 0,086 1,2 161,568 0,1558 0,1
3 35 0,086 1,2 161,568 0,2907 0,18
4 35 0,086 1,2 161,568 0,4673 0,29
5 35 0,086 1,2 161,568 0,6854 0,42
6 35 0,086 1,2 161,568 0,9439 0,58
7 35 0,086 1,2 161,568 1,2461 0,77
1 40 0,098 1,2 161,568 0,0712 0,04
2 40 0,098 1,2 161,568 0,178 0,11
3 40 0,098 1,2 161,568 0,3322 0,21
4 40 0,098 1,2 161,568 0,534 0,33
5 40 0,098 1,2 161,568 0,7833 0,48
6 40 0,098 1,2 161,568 1,0788 0,67
7 40 0,098 1,2 161,568 1,4241 0,88
243
TIC 2 x 10
mm2 AL
Jumlah Panjang Tahanan Beban Energi Losses
Sambungan SR Kawat Tersalurkan
Rumah (m) ( R ) (A) (kwh) (kWh) (%)
1 45 0,110 1,2 161,568 0,0801 0,05
2 45 0,110 1,2 161,568 0,2003 0,12
3 45 0,110 1,2 161,568 0,3737 0,23
4 45 0,110 1,2 161,568 0,6008 0,37
5 45 0,110 1,2 161,568 0,8812 0,55
6 45 0,110 1,2 161,568 1,2136 0,75
7 45 0,110 1,2 161,568 1,6021 0,99
1 50 0,123 1,2 161,568 0,0890 0,06
2 50 0,123 1,2 161,568 0,2225 0,14
3 50 0,123 1,2 161,568 0,4152 0,26
4 50 0,123 1,2 161,568 0,6676 0,41
5 50 0,123 1,2 161,568 0,9791 0,61
6 50 0,123 1,2 161,568 1,3485 0,83
7 50 0,123 1,2 161,568 1,7801 1,10
1 55 0,135 1,2 161,568 0,0979 0,06
2 55 0,135 1,2 161,568 0,2448 0,15
3 55 0,135 1,2 161,568 0,4567 0,28
4 55 0,135 1,2 161,568 0,7343 0,45
5 55 0,135 1,2 161,568 1,0770 0,67
6 55 0,135 1,2 161,568 1,4833 0,92
7 55 0,135 1,2 161,568 1,9582 1,21
244
HASIL PERHITUNGAN SUSUT SAMBUNGAN RUMAH
Tiang
JTR
1 2 3 4 5 6
Tegangan Operasi = 220 V
Beban Puncak = 4 Amp
Factor Beban = 0,6 LLF 0,3504
Beban rata-rata = 2,4 Amp
R/kms R/30 mtr
Panjang SR = 30 meter 2,45 0,074
35 meter 2,45 0,086
40 meter 2,45 0,098
45 meter 2,45 0,110
50 meter 2,45 0,123
55 meter 2,45 0,135
TIC 2 x 10 mm2 AL
Jumlah Panjang Tahanan Beban Energi Losses
Sambungan SR Kawat Tersalurkan
Rumah (m) ( R ) (A) (kwh) (kWh) (%)
1 30 0,074 2,4 323,136 0,2136 0,07
2 30 0,074 2,4 323,136 0,5340 0,17
3 30 0,074 2,4 323,136 0,9965 0,31
4 30 0,074 2,4 323,136 1,6021 0,50
5 30 0,074 2,4 323,136 2,3498 0,73
6 30 0,074 2,4 323,136 3,2363 1,00
7 30 0,074 2,4 323,136 4,2723 1,32
1 35 0,086 2,4 323,136 0,2492 0,08
2 35 0,086 2,4 323,136 0,6231 0,19
245
246
KURVA SUSUT SR
BEBAN RATA-RATA 4A, LF = 0.6
3,00
SUSUT (%)
2,50 SR 30 MTR
SR 35 MTR
2,00 SR 40 MTR
SR 45 MTR
1,50 SR 50 MTR
SR 55 MTR
1,00
0,50
0,00
1 2 3 4 5 6 7
SAMBUNGAN RUMAH
Tiang
JTR
1 2 3 4 5 6
247
Tegangan Operasi = 220 V
Beban Puncak = 6 Amp
Factor Beban = 0,6 LLF 0,3504
Beban rata-rata = 3,6 Amp
R/kms R/30 mtr
Panjang SR = 30 meter 2,45 0,074
35 meter 2,45 0,086
40 meter 2,45 0,098
45 meter 2,45 0,110
50 meter 2,45 0,123
55 meter 2,45 0,135
TIC 2 x 10 mm2 AL
Jumlah Panjang Tahanan Beban Energi Losses
Sambungan SR Kawat Tersalurkan
Rumah (m) ( R ) (A) (kwh) (kWh) (%)
1 30 0,074 3,6 484,704 0,4806 0,10
2 30 0,074 3,6 484,704 1,2016 0,25
3 30 0,074 3,6 484,704 2,2422 0,46
4 30 0,074 3,6 484,704 3,6048 0,74
5 30 0,074 3,6 484,704 5,2870 1,09
6 30 0,074 3,6 484,704 7,2817 1,50
7 30 0,074 3,6 484,704 9,6128 1,98
1 35 0,086 3,6 484,704 0,5607 0,12
2 35 0,086 3,6 484,704 1,4019 0,29
3 35 0,086 3,6 484,704 2,6159 0,54
4 35 0,086 3,6 484,704 4,2056 0,87
5 35 0,086 3,6 484,704 6,1682 1,27
6 35 0,086 3,6 484,704 8,4953 1,75
7 35 0,086 3,6 484,704 11,2149 2,31
1 40 0,098 3,6 484,704 0,6409 0,13
2 40 0,098 3,6 484,704 1,6021 0,33
3 40 0,098 3,6 484,704 2,9896 0,62
4 40 0,098 3,6 484,704 4,8064 0,99
5 40 0,098 3,6 484,704 7,0494 1,45
6 40 0,098 3,6 484,704 9,7089 2,00
7 40 0,098 3,6 484,704 12,8170 2,64
248
KURVA SUSUT SR
BEBAN RATA-RATA 6A, LF = 0.6
4,00
SR 30 MTR
3,50 SR 35 MTR
SR 40 MTR
3,00
SR 45 MTR
2,50 SR 50 MTR
SUSUT (%)
SR 55 MTR
2,00
1,50
1,00
0,50
0,00
1 2 3 4 5 6 7
249
BAB XIII
PENGAMAN SISTEM DISTRIBUSI
13.1 Pendahuluan
Jaringan distribusi berfungsi untuk menyalurkan tenaga listrik ke pihak pelanggan.
Karena fungsinya tersebut maka keandalan menjadi sangat penting dan untuk itu
jaringan distribusi perlu dilengkapi dengan alat pengaman
Persyaratan yang harus dimiliki oleh alat pengaman atau sistem pengaman
1. Sensitifitas (kepekaan)
Suatu pengaman bertugas mengamankan suatu alat atau bagian tertentu dari
sistem tenaga listrik termasuk dalam jangkauan pengamanannnya merupakan
daerah pengaman tugas suatu pengaman mendeteksi adanya gangguan yang
terjadi didaerah pengamanannya harus cukup sensitif untuk mendeteksi dengan
nilai minimum dan bila perlu mentripkan PMT atau Pelebur untuk memisahkan
bagian yang terganggu dengan bagian yang sehat
2. Selektifitas (ketelitian)
Selektifitas dari pengaman adalah kwalitas kecermatan dalam mengadakan
pengamanan bagian yang terbuka dari suatu sistem oleh karena terjadinya
gangguan diusahakan seminimal mungkin jika dapat tercapai maka pengamanan
demikian disebut pengamanan selektif.
250
3. Keandalan ( Realibilitas)
Dalam keadaan normal pengaman tidak boleh bekerja, tetapi harus pasti dapat
bekerja bila diperlukan. Pengaman tidak boleh salah bekerja, jadi susunan alat-alat
penga,man harus dapat diandalkan. Keandalan keamanan tergantung kepada
desain, pengerjaan dan perawatannya
4. Kecepatan. (Speed)
Makin cepat pengaman bekerja tidak hanya dapat memperkecil kerusakan tetapi
juga dapat memperkecil kemungkinan meluasnya akibat-akibat yang ditimbulkan
oleh gangguan
Saluran udara tegangan menengah maupun tegangan rendah dengan kawat terbuka
(SUTM dan SUTR telanjang) merupakan saluran yang paling rawan terhadap
gangguan eksternal, yaitu gangguan yang diakibatkan dari luar sistem itu sendiri
seperti :
1. sentuhan pohon,
2. gangguan karena binatang liar, seperti ular, monyet, burung, kelelawar dll
3. gangguan karena sambaran petir
4. gangguan karena kebocoran isolator, kegagalan Lightning Arrester
Selain itu faktor penyebab lain adalah binatang seperti burung, kelelawar dan ular
dibeberapa tempat ada juga benang layangan dilaporkan sebagai salah satu penyebab
gangguan pelayanan tenaga listrik . Gangguan-gangguan semacam ini dapat
dikategorikan sebagai gangguan sesaat (temporer ) artinya gangguan ini dapat
hilang dengan sendirinya pada saat beroperasinya alat pengaman distribusi seperti
penutup balik otomatis (Recloser) atau Sectionalizer atau bahkan dapat pula
gangguan ini hilang sendiri karena dahan pohon atau pohon bambu yang terangkat
kembali karena hembusan angin . Gangguan terhadap pelayanan tenaga listrik yang
251
#
I= $
………………………….(1.1)
Dimana :
I = Arus yang mengalir pada Impedansi Z (AMPER)
V = Tegangan sumber ( VOLT)
Z = Impedansi jaringan yaitu nilai ekivalen dari seluruh impedansi di dalam jaringan
mulai dari sumber tegangan sampai ke titik gangguan (OHM)
Dengan mengetahui besarnya tegangan sumber dan nilai impedansi tiap komponen
jaringan serta bentuk konfigurasinya di dalam system maka besarnya arus gangguan
hubung singkat dapat dihitung dengan rumus diatas.
Lebih lanjut lagi, arus gangguan yang mengalir pada tiap komponen jaringan juga
dapat dihitung dengan bantuan rumus tersebut diatas. Yang membedakan antara
252
gangguan hubung singkat 3 phasa , 2 phasa dan 1 phasa ke tanah adalah impedansi
yang terbentuk sesuai dengan macam gangguan hubung singkat itu sendiri, seperti
ditunjukkan berikut ini :
Dimana :
Z1 = Impedansi urutan positip
Z2 = Impedansi urtutan negatip
Z0 = Impedansi urutan nol
Pada perhitungan arus hubung singkat 3 phasa, dikenal 3 macam Impedansi yaitu
Dimana :
I f 3 phasa = Besar arus yang mengalir pada setiap phasa sewaktu terjadi gangguan
hubung singkat di suatu titik didalam sistem (AMP)
E phasa = Besar tegangan tiap phasa terhadap netral sistem (VOLT)
Z1 = Impedansi ekivalen urutan positip (dikatakan ekivalen karena
impedansi ini mewakili seluruh impedansi didalam sistem yang
terhubung seri atau paralel mulai dari sumber sampai titik gangguan
B. Arus Gangguan Hubung Singkat 2 phasa
Arus gangguan 2 phasa dihitung dengan menggunakan rumus :
% ),
I 2 phasa = $+-./ ........................................................ (1.5)
253
Atau :
√1 ∗ %)
I 2 phasa = $+-./
……………………………………… (1.6)
Impedansi Z1 dan Z2 adalah impedansi urutan positip dan urutan negatip dari seluruh
impedansi masing-masing urutan didalam sistem baik yang tersambung seri maupun
paralel yang disederhanakan menjadi impedansi ekivalen urutan positip dan
impedansi ekivalen urutan negatip.
% '()*)
Karena Z1 = Z2 dan I f 3 phasa = $+
Ea I = I1 + I2 + Io
Eb
Ec I=3Io
Pada phasa A mengalir arus urutan positip, negatip dan nol tetapi pada phasa B dan C
tidak ada arus ( Io , I1 dan I2 saling meniadakan ).
254
1 ∗ %)
I 1 phasa = $+-./-.8 ……………………………………… (1.9)
255
Ada empat pola pengaman sistem distribusi yang telah diterapkan di lingkungan PLN.
Perbedaan pola-pola tersebut didasarkan atas pentanahan/ pembumian pada titik netral
trafonya, yaitu:
1. Pentanahan dengan Tahanan Tinggi (High Resistance)
2. Pentanahan dengan Tahanan Rendah (Low Resistance)
3. Pentanahan Langsung (Solid Grounding)
4. Pentanahan Mengambang / tidak ditanahkan (Floating)
Dalam memilih pola pengamanan sistem distribusi yang tepat bagi suatu daerah,
perlu diketahui pola pentanahan dari masing-masing sistem distribusi, yaitu:
1) Pola 1 yaitu sistem distribusi dengan pentanahan menggunakan tahanan tinggi,
dimaksudkan untuk memperoleh hasil yang optimal dengan mengutamakan
keselamatan umum, sehingga meskipun dengan saluran udara masih layak
memasuki daerah perkotaan.
2) Pola 2 yaitu sistem distribusi dengan pentanahan secara langsung,
dimaksudkan untuk memperoleh hasil optimum dengan mengutamakan faktor
ekonomi, sehingga dengan saluran udara elektrifikasi dapat dilaksanakan di
luar kota sampai ke daerah yang terpencil.
3) Pola 3 yaitu sistem distribusi dengan pentanahan menggunakan tahanan
rendah dimaksudkan untuk memperoleh hasil optimum dari kombinasi antara
faktor ekonomi dan keselamatan umum, dan jaringan dapat mempergunakan
saluran udara bagi daerah luar kota maupun kabel bagi daerah padat dalam
kota.
4) Pola 4 yaitu sistem distribusi dengan tiga kawat menggunakan pentanahan
netral mengambang. Pola 4 untuk saat ini sudah tidak digunakan di PLN
karena pada sistem ini ketika terjadi gangguan tanah terlalu kecil maka tidak
cukup kuat untuk menggerakkan rele gangguan tanah.
256
Proteksi terpasang:
PMT SSO
SSO
PL PL
Y OCR
NGR GFR
500 Ohm
S
N
257
Proteksi terpasang:
SSO
PL PL
Y OCR
GFR
Solid
Grounding
258
• PBO dikoordinasikan dengan SSO dan Pelebur (PL) jenis Fuse Cut Out
(FCO).
• Pada sistem Spindle dengan saluran kabel, pengamannya dengan rele arus
lebih tanpa penutup balik (atau di blok) dan atau pelebur.
PL
PMT PBO SSO
SSO
PL
NGR
Y OCR
40 Ohm GFR
259
Jika arus yang melewati Pelebur melebihi nilai arus rating nominalnya, maka
elemen lebur akan panas dan terus meningkat jika telah mencapai titik leburnya
maka elemen akan melebur.
Berdasarkan cara kerjanya, Pelebur dapat dibedakan menjadi :
a. Pelebur penungguan arus nol ( the current awaiting zero type )
Yaitu pelebur yang menginteruposi sempurna setelah arus yang ditunggu
= 0. Pada saat itu gas pemadam akan memadamkan seluruh busur
dengan sempurna.Bahan gas yang digunbakan antara lain Basic acid,
260
karena pada saat pemadaman akan melepas gas serta akan memberi
suara ledakan pada waktu pemutusan sehingga membantu orang yang
mendengarnya mengetahui bahwa fuse link telah putus,
Yaitu pelebur yang dalam waktu singkat mengubah faktor daya yang
rendah menjadi lebih tinggi dalam rangkaian, sehingga menggeser “
titik arus “ mendekati “ titik tegangan “ = 0.
Pelebur yang termasuk jenis ini ialah Current Limiting Fuse, HRC Fuse
yang dipasang pada kubikel.
Pelebur jenis ini dibuat panjang serta dikelilingi oleh bahan poengisi (
pasir silika ) yang berfungsi untuk menahan bunga api dan
mempertahankan tekanan yang tinggi seanjang daerah bunga api yang
disebabkan oleh elemen yang praktis melelh seluruhnya, sehingga
261
Pelebur yang banyak digunakan pada jaringan distribusi adalah jenis letupan
dengan konstruksi type Fuse Cut Out (FCO), sedangkan Pelebur jenis
pembatasan arus dipasangan pada kubikel Gardu Distribusi pasangan dalam
seperti gambar di bawah ini.
Ada 2 jenis fuse letupan (expulsion) yang diklasifikasi sebagai Fuse Cut-Out
(FCO) distribusi yaitu
a. Fuse cut out bertabung fiber (Fibre tube fuse)
b. Fuse link terbuka (Open link fuse)
Fuse cut out bertabung fiber mempunyai fuse link yang dapat diganti-ganti
(interchangeability) dan terpasang didalam pemegang fuse (fuse holder)
berbentuk tabung yang terbuat dari bahan serat selulosa. Fuse ini dapat
dipergunakan baik untuk Fuse Cut-Out terbuka (open fuse cut-out) atau Fuse
Cut-Out tertutup (enclosed fuse cutout), fuse cut-out terbuka dapat dilihat pada
gambar 3.5.Pada gambar ini terlihat fuse bertabung fiber dipasang diantara 2
(dua) isolator dan jaringan listrik dihubungkan pada kedua ujung fuse holdernya
pada fuse cutout tertutup, tabung fuse terpasang disebelah dalam pintu fuse
cutout dan seluruh kontak listriknya terpasangkan pada rumah fuse yang terbuat
dari porselain seperti terlihat pada gambar 3.6.
Kedua Fuse Cutout ini dapat dipergunakan pada jaringan-jaringan dengan sistim
delta atau jaringan dengan sistim bintang tanpa pentanahan demikian juga pada
jaringan - jaringan yang menggunakan sistim netral ditanahkan apabila
tegangan pemutusan fuse cutout secara individual tidak melebihi tegangan
maksimum pengenal rancangan dan tahanan isolasi ketanah sesuai dengan
kebutuhan operasinya
Fuse cutout link terbuka terdiri dari sebuah fuse link yang tertutup didalam
sebuah tabung fiber yang relatif kecil dengan dilengkapi kabel penghubung
tambahan pada fuse link-nya untuk memperpanjang kedua ujung tabungnya.
Kabel penghubung tambahan ini kemudian dihubungkan ke pegas kontak beban
pada rumah fuse (fuse support) untuk kerja secara mekanik. Kerja pegas ini
dimaksudkan untuk menjamin pemisahan agar kedua ujung dari fuse terbuka
pada saat fuse bekerja dan ini dipakai karena kemampuan pemutusan pada
tabung fiber yang kecil relatif terbatas. Fuse cutout ini dirancang untuk dipakai
262
pada tegangan 17 kV, selain itu fuse ini mempunyai arus pengenal pemutusan
yang lebih rendah dari pada fuse cutout bertabung fiber
263
Gambar 13.4 Fuse Cutout Terbuka Gambar 13.5 Fuse Cutout Tertutup
264
265
Pelebur jenis letupan ada 2 type yaitu type “K” atau disebut type cepat dan “T”
disebut type lambat .
Perbedaannya pada kurva antara kedua type didasarkan pada “speed ratio “,
yaitu perbandingan antara arus leleh minimum pada 0,1 detik dengan leleh
minimum pada 300 detik untuk pelebur dengan arus nominal sampai dengan
100 Amper atau pada 600 detik untuk pelebur dengan arus nominal lebih besar
dari 100 Amper.
Untuk fuse link type K speed ratio = 6 – 8
Untuk fuse link type T speed ratio = 10 – 13
13.4.5 Kemampuan Hantar Arus
13.4.6 Kemampuan hantar arus terus menerus pelebur ( FCO ) jenis letupan (
expulsion) tipe T (lambat) dan tipe K (cepat) ditetapkan sebagai berikut
:
a. 1.5 kali arus pengenalnya, bagi pelebur dengan arus pengenal 6.3
A sampai dengan 100 A
b. 1.3 kali arus pengenalnya bagi pelebur dengan arus pengenal 125
A sampai dengan 160 A
c. Sama dengan nilai arus pengenalnya bagi pelebur dengan arus
pengenal 200 A
13.4.7 Pelebur letupan tipe H sama dengan arus pengenalnya
13.4.8 Pelebur jenis Pembatas Arus ( limmiting Current) atau disebut MV Fuse
( Power Fuse) atau HRC Fuse ( High Rupture Capacity ) sama dengan
arus pengenalnya
13.4.9 Kemampuan hantar arus terus menerus dari pelebur harus sama atau
lebih besar dari arus beban maksimum terus menerus yang akan
melewatinya
266
267
268
269
270
Karakteristik arus – waktu lebur minimum fuse link tipe K dan T yang dibuat
semestinya tidak kurang dari nilai-nilai minimum yang ditampilkan dan karakteristik
lebur minimum fuse link ini ditambah dengan toleransi dari pabrikan seharusnya tidak
lebih besar dari nilai maksimum seperti pada tabel 1 dan tabel 2. untuk fuse link tipe
K dan tabel 3 dan tabel 4 untuk fuse link tipe T.
Untuk memperoleh kerja yang selektif dapat dipergunakan sederetan fuse link dengan
nilai arus pengenal yang disarankan (prefered continues rating) : 6 - 10 – 15 – 25 – 40
– 65 – 100 – 140 dan 200 amper, nilai arus pengenal kontinyu 8 – 12 – 20 – 30 – 50
– dan 80 amper merupakan nilai arus pengenal yang tidak disarankan (non prefered
countinues rating).sebagai standar intermediate.
Nilai-nilai arus pengenal fuse ini disediakan dengan maksud agar setiap nilai arus
penganal fuse link yang disarankan dapat diproteksi oleh nilai arus pengenal fuse link
yang disarankan dengan nilai arus pengenal yang lebih besar dan setiap nilai arus
pengenal fuse link yang tidak disarankan akan diproteksi oleh nilai arus pengenal fuse
link yang tidak di sarankan dengan nilai arus pengenal yang lebih besar dalam
beberapa kasus kerja selektif dapat juga diperoleh antara fuse link yang disarankan
dengan fuse link yang tidak disarankan
Nilai arus pengenal fuse link di bawah 6 amper : 1, 2 dan 3 sudah distandarisasi, nilai-
nilai arus pengenal yang rendah ini tidak dimaksudkan untuk berkordinasi satu dengan
yang lain namun koordinasi lebih baik dengan nilai arus pengenal 6 ampere atau
diatasnya
Karakteristik kerja fuse link fuse cutout type K , T dan H masing masing dapat dilihat
pada gambar 5 , gambar 6 dan pada gambar 7 seperti berikut :
Dari kedua Karakteristik kerja fuse ini masing-masing memiliki :
a. Kurva waktu leleh minimum ( minimum melting time )
Yaitu kurva yang menunjukkan waktu yang dibutuhkan mulai dari saat terjadinya
arus lebih sampai dengan mulai meleburnya pelebur untuk harga arus tertentu.
b. Waktu busur
Waktu antara saat timbulnya busur permulaam sampai saat pemadaman
c. Kurva waktu pembebasan maksimum ( maximum clearing time )
Yaitu kurva yang menunjukkan waktu yang dibutuhkan dari saat terjadinya arus
lebih sampai dengan padamnya bunga api untuk harga arus tertentu
271
8 15 18 18 27 97 116 6. 5
12 25 30 29. 5 44 166 199 6. 6
20 39 47 48 71 273 328 7. 0
30 63 76 77. 5 115 447 546 7. 1
50 101 121 126 188 719 862 7. 1
80 160 192 205 307 1180 1420 7. 4
272
Tabel 13.4 Arus Leleh Fuse Link Tipe T Intermediate – Tidak disarankan. [1]
273
Tabel 13. 5 Ketersediaan tipe dan rating fuse link yang diproduksi pabrik
Arus kontinyu yang di
ijinkan Jenis waktu
Arus Pengenal ( % Pengenal ) kerja Rasio Kecepatan
Tipe Fuse Link (A) Kerja
H
( Tahan Surja ) 1-2-3-5-8 100 Sangat lambat 6 s/d 18
D - Timah
(Tahan Surja ) 1-1,5-2-3-4-5-7-10-15-20 100 Sangat lambat 7 s/d 46
K – Timah
( Cepat ) 1 s/d 200 150 Cepat 6 s/d 8,1
K – Perak
( Cepat ) 6 s/d 100 100 Cepat 6 s/d 8,1
N – Timah
( Cepat ) 5 s/d 200 100 Cepat 6 s/d 11
T – Timah
( Lambat ) 1 s/d 200 150 Lambat 10 s/d 13.1
S – Tembaga
( Sangat Lambat ) 3 s/d 200 150 Sangat lambat 15 s/d 20
EK
( Cepat ) 6 s/d 100 150 Cepat 6 s/d 8.1
ET
( Lambat ) 6 s/d 100 150 Lambat 10 s/d 13.1
EH
(Sangat Lambat) 1,2,3,5 100 Sangat lambat 13 s/d 22
274
275
276
Seri R 20. ( A ) :
1 – 1,12 – 1,25 – 1,4 – 1,6 – 1,8 – 2 – 2,24 – 2,5 – 2,8 – 3.15 –
3,55 – 4 – 4,5 – 5 – 5,6 – 6,3 – 7,1- 8 – 9 dan kelipatan 10 nya
§ Tegangan maksimum : 24 kV
e. Karakteristik pelebur
• Batas kenaikan suhu
Anak dan rumah pelebur ( Fuse link dan Fuse holder ) harus dapat
dilewati arus pengenalnya secara terus menerus tanpa melewati
batas kenaikan suhunya seperti tertera pada tabel Batas Suhu dan
Kenaikan Suhu berbagai komponen
• Kelas pelebur jenis letupan dibagi dalam dua kelas yaitu :
1. Fuse letupan (expulsion ) kelas 1 dipergunakan untuk proteksi
sekelompok trafo berkapasitas besar
2. Fuse letupan (eexpulsion ) kelas 2 dipergunakan untuk
proteksi trafo-trafo kecil untuk proteksi kapasitor atau untuk
keperluan seksionalisasi jaringan distribusi tegangan
menengah dengan saluran udara
f. Karakteristik waktu–arus fuse link
Pabrik harus menyediakan kurva-kurva yang diperoleh dari pengujian
jenis karakteristik waktu sesuai yang ditentukan pada publikasi IEC
282-2 1974 .
277
Gambar 13.12 Bagian - Bagian dari konstruksi FCO
KETERANGAN :
278
Gambar 13.15 Load Buster alat untuk membuka Fuse Holder Cut
Out pada kondisi berbeban dengan peredam busur api
279
pembukaan dan penutupan PMT baik karena disengaja atau karena adanya kejadian
tidak normal pada suatu sistim tenaga.
Sedangkan surja petir karena adanya peristiwa sambaran petir yang menyambar ke
suatu benda di bumi terjadi akibat pelepasan muatan listrik dari awan petir ke bumi.
Dalam prosesnya, pelepasan muatan listrik tersebut terjadi dalam orde µ Second.
Besarnya muatan listrik di awan petir, mewakili besarnya arus petir untuk menetralisir
ke bumi. (bumi berfungsi sebagai gudang penampungan muatan listrik). Arus petir
adalah arus listrik yang polaritasnya bisa positip bisa pula negatip terhadap
referensinya (bumi) dan mengalir dalam waktu singkat.
Apabila petir menyambar disuatu titik pada Jaringan (misalnya Jaringan TM 20 kV),
maka gerak dari gelombang petir itu menjalar ke segala arah menuju suatu titik lain
yang dapat menetralisir arus petir tersebut. Yaitu menuju ketitik pentanahan, dengan
perkataan lain terjadi gelombang berjalan sepanjang Jaringan.
Sebelum gelombang petir menemukan titik tanah untuk discharge, maka pada
konduktor jaringan atau konduktor belitan Transformator distribusi, akan terdapat
beda potensial yang gelombangnya persis sama dengan gelombang tegangan petir.
Untuk memotong gelombang impuls petir ini dipergunakan peralatan yang disebut
arrester.
Fungsi arrester sangat vital pada kondisi adanya kedua jenis surja di atas pada sistim,
karena jika arrester gagal berfungsi maka bahaya besar mengancam pembangkit,
transformator tenaga dan seluruh peralatan pendukungnya. Kebakaran hebat bisa
terjadi dengan sangat cepat dan kerugian milyaran rupiah sudah pasti akan dialami,
sehingga penting sekali peralatan ini dipelihara dan diamati kinerjanya setiap saat.
13.9 Sambaran Petir
- -- --
AWAN - - -
- - - -
-- - - - -
- --
- - -- - -
- -- - --
- -- - - --
+ - - - Muatan negatif
280
Petir adalah pelepasan muatan yang terjadi antara awan, dalam awan atau antara
awan dengan tanah. dimana dalam awan terdapat muatan positif dan muatan
negatif, jika muatan ini senama bertemu maka akan terjadi tarik menarik yang
dapat menimbulkan lendakan/kilat diawan, begitu juga kalau muatan negatif dan
muatan positif dekat akan terjadi tolak menolak, juga akan terjadi ledakan/kilat.
Bumi adalah sebagai gudang muatan positif maupun negatif, jika pelepasan
muatan dari petir dekat dengan bumi, maka akan terjadi sambaran petir kebumi.
Seperti terlihat pada gambar 1 diatas.
• Sambaran Langsung
Sambaran langsung yang mengenai rel dan peralatan Peralatan adalah yang
paling hebat diantara gelombang berjalan lainnya yang datang ke Peralatan.
Sambaran langsung menyebabkan tegangan lebih yang sangat tinggi yang
tidak mungkin dapat ditahan oleh isolasi yang ada (> BIL)
• Sambaran Induksi
281
Bila terjadi sambaran kilat ke tanah di dekat saluran maka akan terjadi
fenomena transien yang diakibatkan oleh medan elektromagnetis dari kanal
kilat. Fenomena kilat ini terjadi pada kawat penghantar. Akibat dari
kejadian ini timbul tegangan lebih dan gelombang berjalan yang merambat
pada kedua sisi kawat tempat sambaran berlangsung. Tegangan induksi
dapat berubah-ubah tergantung dari keadaannya, secara umum besar
tegangan lebih akibat sambaran induksi antara 100 – 200 kV, muka
gelombangnya (Wave front) lebih dari 10 μs dan ekor gelombang (wave
tail) 50 – 100 μs, dimana gelombang ini sebagai ancaman bagi peralatan
distribusi.
Bentuk gelombang surja petir (tegangan impuls) terlihat pada gambar 2 dibawah
ini, dengan Tf (waktu muka gelombang) , Tt (waktu ekor gelombang) dan U
(tegangan puncak). Untuk sambaran langsung besarnya Tf = 1.2 μs, Tf = 50 μs
dan tegangan puncak U = mendekati 300 kV, sambaran induksi besar Tf = 10 μs
,Tt = 50 – 100 μs dan U = 100 – 200 kV
282
• Tegangan tembus luar dan dalam ( Internal and External Flashover) yang
mungkin terjadi akibat osilasi yang terjadi pada peralatan. Ini disebabkan oleh
kecuraman gelombang datang dengan ekor gelombang yang panjang.
LBS LBS PT CB
APP Pemanfaat
283
Walaupun sela batang sangat murah dan sederhana, tetapi sela ini
mempunyai batasan-batasan dalam penggunaannya, sebagai
berikut :
284
13.12.2 Arrester
Arrester adalah alat pelindung bagi peralatan sistem terhadap surja petir dan
tegangan abnormal frekuensi jala-jala. Arrester berlaku sebagai jalan pintas
(by-pass) sekitar isolasi. Arrester membentuk jalan yang mudah dilalui oleh
arus kilat atau petir, sehingga tidak timbul tegangan lebih yang tinggi pada
peralatan. Jalan pintas harus sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu
aliran daya sistem. Jadi pada keadaan normal arrester berlaku sebagai isolator
dan bila timbul surja berlaku sebagai konduktor, jadi melewatkan arus yang
tinggi. Setelah surja hilang arrester harus dapat dengan cepat kembali
menjadi isolator, sehingga pemutus beban tidak sempat membuka.
ARRESTER ARRESTER
TRAFO TRAFO
ARRESTER
285
Gambar 13.19 c
KETERANGAN :
Gambar 4.4.a : Pemasangan Arrester yang salah
Gambar 4.4.b : Pemasangan Arrester yang benar
Gambar 4.4.c : Pemasangan Arrester untuk outgoing feeder dari PLTD
teg petir
Gelombang petir
286
a. Non Linear Type Lightning Arrester (Arrester Tipe Tahanan Tak Linear).
Jenis Silicon Carbide ( SiC)
Arrester ini terdiri dari beberapa sela yang tersusun seri dengan piringan-piringan
tahanan, dimana tahanan ini mempunyai karakteristik sebagai berikut: harga
tahanannya turun dengan cepat pada saat arus terpa mengalir sehingga tegangan
antara terminal arrester tidak terlalu besar dan harga tahanan naik kembali jika arus
terpa sudah lewat sehingga memotong arus ikutan pada titik nol pertamanya. Sela api
(sparks gap) dan tahanan disusun secara seri dan ditempatkan didalam rumah porselen
kedap air sehingga terlindung dari kelembaban, pengotoran dan hujan.
Distribusi tegangan yang tidak merata diantara celah sela api (sparks gap)
menimbulkan masalah. Untuk mengatasi ini dipasang kapasitor dan tahanan non
linear paralel dengan sela api.Pada daerah tegangan yang lebih tinggi kapasitor dan
tahanan linear dihubungkan dengan paralel dengan badan celah. Bila tegangan lebih
menyebabkan loncatan bunga api pada celah-celah yang diserikan, arus akan sangat
tinggi untuk mempercepat redanya tegangan lebih.
Tegangan tertinggi yang yang akan muncul pada penangkal petir adalah tegangan
loncatan atau tegangan yang terjadi pada tahanan tak linear, pada saat lonjakan arus
mengalir. Tegangan loncatan bunga api terendah dari penangkal disebut tegangan
loncatan pulsa bunga api seratus persen (Maximum 100% Impulse Spark Over
Voltage). Tegangan yang dibangkitkan tahanan non linear pada saat arus loncatan
mengalir disebut tegangan residu. Semakin rendah harga-harga ini semakin baik
tingkat perlindungan pada peralatan.
Arus bocor yang mengalir melalui tahanan dalam dalam keadaan operasi normal dari
sistem tidak melebihi 0,1 mA. Arus ini sudah cukup untuk mempertahankan
temperature dibagian dalam arrester lima derajat lebih tinggi dari temperature
sekeliling sehingga mencegah masuknya uap air kebagian dalam arrester.Gambar
arrester jenis ini diperlihatkan pada gambar 4.6.
287
Arrester jenis Metal Oxide hanya terdiri dari unit-unit tahanan tak linear yang
terhubung satu sama lainnya tanpa memakai sela percik pada setiap unit. Untuk
arrester jenis Metal Oxide material tahanan tak linear pada dasarnya keramik yang
dibentuk dari oksida seng ( ZnO) dengan penambahan oksida lain.
288
Bahan ini telah banyak dipakai untuk perlindungan rangkaian-rangkaian yang bekerja
pada beberapa kV sampai dengan tegangan distribusi. Karena derajad ketidaklinearan
yang tinggi, bahan ini memungkinkan penyederhanaan dalam desain dan dapat
memperbaiki penampilan dalam lingkungan tertentu.
289
ikutan dari sistem secara efektif. Tegangan pengenal dari arrester harus lebih
tinggi dari tegangan phasa sehat ketanah, jika tidak demikian maka arrester akan
melewatkan arus ikutan sistem terlalu besar yang menyebabkan arrester rusak
akibat beban lebih termis (thermal overloading). Tegangan tertinggi sebagai
berikut:
Ø Tegangan sistem tertinggi (system highest voltage), umumnya diambil
harga 110% dari harga tegangan nominal sistem.
Ø Koefisien pentanahan , didefenisikan sebagai perbandingan antara
tegangan rms phasa sehat ke tanah dalam keadaan gangguan pada
tempat dimana arrester dipasang, dengan tegangan rms phasa ke phasa
tertinggi dari sistem dalam keadaan tidak ada gangguan. Jadi tegangan
pengenal dari arrester (arrester rating) adalah tegangan rms phasa ke
phasa x 1.10 x koefisien pentanahan.
Sistem yang ditanahkan langsung koefisien pentanahannya
0.8.Arrester disebut arrester 80%. Sistem yang tidak ditanahkan
langsung koefisien pentanahannya 1,0 .Arrester ini disebut arrester
100%.
290
Umumnya tegangan sisa tidak akan melebihi BIL (Basic Insulation Level =
Tingkat Isolasi Dasar = TID) dari peralatan yang dilindungi walaupun arus
pelepasan maksimum mencapai 65 kA hingga 100 kA.
291
Tegangan percik pada celah seri akibat terkenal gangguan tegangan lebih oleh
proses pensaklaran oleh peralatan penghubung (switchgear).Karakteristik
gelombang impuls surja hubung dinyatakan dengan 250 / 2500 μs.
Korelasi antara kemampuan isolasi peralatan listrik dengan alat pelindung (protective
device) sehingga isolasi dari peralatan terlindung dari bahaya tegangan lebih. Tujuan
koordinasi isolasi ini adalah untuk menciptakan suatu sistem yang bagian-bagiannya,
masing-masing dan satu sama lain mempunyai ketahanan isolasi yang sedemikian
rupa sehingga dalam setiap kondisi operasi kualitas pelayanan / penyediaan tenaga
listrik dapat dicapai dengan biaya seminimum mungkin.
Koordinasi isolasi yang baik akan mampu menjamin :
o Bahwa isolasi peralatan akan mampu menahan tegangan kerja sistem yang
normal dan tegangan tidak normal yang mungkin timbul dalam sistem.
o Bahwa isolasi peralatan akan gagal hanya jika terjadi tegangan lebih luar.
o Bahwa jika kegagalan terjadi maka hanya pada tempat-tempat yang
menimbulkan kerusakan paling minimum.
Masalah koordinasi isolasi pada system tenaga, menyangkut hal-hal sebagai berikut :
292
3. Pemilihan Arrester
Untuk penyederhanaan dalam pemilihan arrester ditentukan langkah-langkah
sebagai berikut :
1) Penentuan besarnya tegangan lebih satu phasa ke tanah atau tegangan
lebih akibat kerja sistem yang tidak normal pada lokasi dimana arrester
dipasang. Tegangan lebih ini akibat gangguan satu phasa ke tanah
dapat menyebabkan kenaikan tegangan phasa sehat lainnya. Besarnya
tegangan ini tergantung dari karakteristik sistem dan jenis pentanahan
sistem pada waktu gangguan terjadi.
2) Perkiraan besarnya tegangan pengenal arrester pada frekuensi jala-jala.
Jika tegangan tinggi sistem dan koefisien pentanahan sudah diketahui
maka tegangan pengenal dari arrester sudah dapat dihitung secara
kasar. Tegangan pengenal tidak boleh lebih rendah dari perkalian
kedua harga diatas. Misal: Tegangan sistem 20 kV ditanahkan efektif
293
................................................................(4.1)
dimana :
294
tingkat perlindungan arrester menjadi 713 kV, pilih TID peralatan sebesar 950
kV. Faktor perlindungan = (950 – 713 ) kV = 237 kV. Faktor perlindungan ini
lebih besar dari 20% dari TID peralatan, sehingga arrester ini sudah memberi
faktor perlindungan yang baik.
6) Jarak Lindung Arrester
Jarak lindung dari arrester ke peralatan yang dilindungi (dalam hal ini
adalah transformator) adalah :
Ut -Ua
L= V ............................................................................(4.2)
du
2
dt
Dimana
L = Jarak antara arrester dengan peralatan yang dilindungi (m)
Ut = Tegangan ketahanan terhadap gelombang impuls dari peralatan
yang dilindungi (kV)
Ua = Tegangan kerja arrester (kV)
du/dt = Kecuraman dari gelombang yang datang (kV/μs) nilai berkisar
antara 1000 kV/μs - 2000 kV/μs.
V = Kecepatan propagasi geombang tegangan lebih ; 300 m/ μs
untuk saluran udara, 150 m/ μs untuk kabel.
(7) Lokasi Pemasangan Arrester
Umumnya alat-alat pelindungan harus diletakkan sedekat mungkin dengan
peralatan yang akan dilindungi, terutama pada ujung distribusi dimana
terdapat gardu atau trafo.
Karena biaya yang mahal maka tidak mungkin memasang arrester pada
setiap peralatan di gardu untuk melindungi peralatan tersebut. Hal ini tidak
perlu dilakukan karena ada faktor perlindungan dari alat pelindungan dari
arrester, oleh karena itu hanya peralatan yang penting saja yang dilengkapi
dengan arrester. Transformator merupakan peralatan yang paling mahal dan
yang paling penting pada sebuah gardu. Jika trafo rusak maka perbaikan /
pergantiannya akan mahal, membutuhkan waktu yang lama, dan juga
kerugian akibat terputusnya daya cukup besar.
Selain itu trafo adalah ujung terminal dari suatu transmisi, tempat paling
sering terjadi pemantulan gelombang. Pada sistem diatas 220 kV TID dari
295
296
1. Rele
2. CT - PT
3. PMT
4. Bateray / Catu Daya
5. Wiring
13.13.2. Rele
Ada berbagai jenis rele pada sistem proteksi sesuai dengan peralatan yang akan
diamankan/ diproteksi. Pada umumnya untuk proteksi pada sistem distribusi yang
banyak digunakan adalah sbb:
1.Rele Arus Lebih / Over Current Relay (OCR)
2.Rele Gangguan Tanah / Ground Fault Relay (GFR)
Rele ini akan bekerja bila arus yang melewati sensor rele besarnya melebihi arus yang
disetting pada rele, sehingga kontak rele menutup dan mengirimkan sinyal pada coil
PMT untuk memerintahkan PMT bekerja.
Cara kerja dari karakteristik macam-macam rele pada sistem distribusi tersebut
dijelaskan pada Bab OCR dan GFR pada kursus ini.
13.13.3. CT-PT
Current Transformer (CT) atau trafo arus merupakan peralatan listrik untuk
menurunkan arus yang besar menjadi arus yang kecil. Arus yang besar perlu
diturunkan karena rele hanya mampu dilewati arus yang kecil misalnya maksimum 5
A. Perbandingan arus yang diturunkan disebut dengan Rasio CT misalnya 500/5 A,
artinya arus yang masuk pada sisi primer yang besarnya 500 A sebanding dengan arus
297
yang keluar pada sisi sekunder 5 A. Perbandingannya adalah 500:5 = 100 atau rasio
CT tersebut sebesar 100 kali.
Demikian Juga untuk tegangan yang besar perlu diturunkan menjadi tegangan yang
kecil karena rele didesain untuk dialiri tegangan yang kecil. Peralatan untuk
menurunkan tegangan tersebut dinamakan Trafo Tegangan/Potential Transformer
(PT). Contoh Rasio PT : 20000/ 100 Volt = 200 kali .
Baik CT maupun PT tersebut memiliki kelas ketelitian yang diperlukan untuk proteksi
maupun pengukuran. Kelas CT-PT tersebut menentukan tingkat kesalahan/ error dari
arus/ tegangan yang diturunkan, sehingga perlu dipilih kelas yang sesuai
penggunaannya berdasarkan Standard yang ditentukan.
Untuk lebih jelasnya lihat gambar/ foto fisik dari CT dan PT distribusi.
13.13.5. Wiring
298
• Normal Inverse
• Very Inverse
• Extremelly Inverse
• Long Time Inverse
B. Relai Arus Lebih Definite
Jangka waktu kerja relai merupakan kombinasi dari Inverse dan definite. Rele
mulai pick-up sampai selesai diperpanjang dengan nilai waktu tertentu dan
tergantung dari besarnya arus yang menggerakkannya, dan pada nilai arus
tertentu rele harus kerja dengan definite time (gambar 12 d). Dalam hal
299
• Arus Pickup (Ip), nilai arus minimum yang menyebabkan relai mulai
bekerja.
• Arus drop off (id), nilai arus maximum yang menyebabkan relai selesai
bekerja.
• Konstanta deviasi (Kd), adalah perbandingan Id dengan Ip :
Id
Perbandingan Kd = ´ 100%
Ip
a) t b) t
t set
c) t d) t
300
é 0.14 ù
tp = TD.ê 0.02 ú ……………….………………… ( 6.1 )
ëM - 1û
2. Kurva Very Inverse
é 13.5 ù
tp = TD.ê ú …………………………………. ( 6.2 )
ë M - 1û
3. Kurva Extremely Invers
é 80.0 ù
tp = TD.ê 2 ú ………………………............
ë M - 1û
( 6.3 )
é 80.0 ù
tp = TD.ê 2 ú …………………………........
ë M - 1û
( 6.4 )
Dimana
. tp = waktu kerja relai dalam detik
TD = Time Dial Seting
M = Perkalian arus kerja relai (Pick-Up)
M >1
• Relai arus lebih untuk pengaman gangguan antar fasa yaitu gangguan 3
fasa atau 2 fasa, digunakan 3 buah relai arus lebih atau dapat juga
menggunakan 2 buah relai arus lebih.
301
302
Waktu Relai
Close
Look Out
Bloking Time
Trip
Dead Time
303
Close
t1 t2 t3
ttT ttT ttT
Lock Out
Open
tR tR tR
304
• Bila gangguan telah hilang pada operasi cepat maka PBO akan reset
kembali ke status awal. Bila muncul gangguan setelah waktu reset, PBO
mulai menghitung dari awal.
• PBO atau Recloser adalah relai arus lebih sehingga karakteristik PBO dan
OCR adalah sama (lihat karakteristik OCR).
305
• SSO atau Auto Seksionalizer adalah saklar yang dilengkapi dengan kontrol
elektronik/ mekanik yang digunakan sebagai pengaman seksi Jaringan
Tegangan Menengah.
• Bila tidak ada PBO atau relai recloser di sisi sumber maka SSO tidak
berfungsi otomatis (sebagai saklar biasa).
B. Klasifikasi SSO
• SSO pada pola ini membuka pada saat rangkaian tidak ada tegangan tetapi
dalam keadaan bertegangan harus mampu menutup rangkaian dalam
keadaan hubung singkat.
• SSO ini dapat juga dipakai untuk membuka dan menutup rangkaian
berbeban. Saklar ini bekerja atas dasar penginderaan tegangan.
• SSO dilengkapi dengan alat pengatur dan trafo tegangan sebagai sumber
tenaga penggerak dan pengindera.
• Prinsip kerja SSO dengan sensor tegangan dijelaskan pada AVS di bawah.
306
• Dalam hal terjadi gangguan pada seksi III maka PMT penyulang trip,
tegangan hilang. Setelah T3, semua AVS trip.
• Apabila gangguan masih ada maka PMT trip kembali, AVS1 dan AVS2
lepas setelah T3.
• PMT reclose yang kedua. AVS1 masuk setelah T1 sedangkan AVS2 sudah
lock-out (pada saat masuk pertama tetapi hanya merasakan tegangan
sebentar atau lebih kecil dari T2).
13.18 Koordinasi Sistem Proteksi Distribusi
Sesuai fungsi sistem proteksi, meskipun ada gangguan pada jaringan distribusi, tetapi
tetap diharapkan akibat gangguan tersebut adanya kerusakan dan pemadaman harus
diminimalisir. Untuk itu diperlukan pemasangan alat proteksi di beberapa bagian dari
307
jaringan sehingga jika ada gangguan meskipun tetap dirasakan sampai dari hulu,
proteksi yang bekerja hanya di bagian yang terdekat dari gangguannya.
Sistem distribusi yang dimulai dari sisi skunder ( 20 kV ) trafo tenaga di Gardu Induk
sampai pada titik paling ujung jaringan berpotensi sama besarnya terjadi gangguan.
Gangguan terbanyak adalah hubung singkat dan jika sistem proteksi tidak
dikoordinasikan dengan benar, maka kerusakan penghantar, alat-hubung sampai
dengan trafo bisa terjadi.
Kesalahan dalam menentukan rating alat proteksi dapat berakibat terjadi kerusakan
pada semua peralatan yang dilalui arus gangguan dan dapat terjadi juga pemadaman
yang berlebihan, yaitu bagian yang tidak terganggu dan tidak dilalui arus gangguan
bahkan ikut padam.
Penggunaan alat proteksi di lapangan ada 2 ( dua ) hal, yaitu sebagai alat pembatas
dan sebagai alat proteksi.
Sedangkan alat proteksi sebagai pelindung terhadap gangguan ada 2 hal yang menjadi
pertimbangan, yaitu arus dan waktu.
308
Arus gangguan dalam waktu tertentu berakibat kerusakan pada peralatan yaitu
kerusakan isolasi dan atau meleburnya sampai putusnya bahan penghantar akibat
batas ketahanan peralatan tersebut sudah terlampaui. Batas ketahanan peralatan
terhadap arus biasanya berbentuk kurva inverse, yaitu waktu berbanding terbalik
dengan arus.
A. Trafo Distribusi
Dilihat dari karakteristik waktu –arusnya proteksi trafo dibatasi dua garis kerja yaitu
:
a. Garis batas bekerjanya alat proteksi ditentukan maksimal harus bekerja 75 %
sebelum garis batas ketahanan trafo.
Untuk pelebur sebagai alat proteksi di sisi primer, pelebur tidak boleh bekerja
pada beban lebih yang masih dan harus dapat ditahan oleh trafo tersebut yaitu :
§ Beban lebih ( Beban Maksimum )
§ Arus Beban Peralaihan ( Cold Load pick up )
§ Hubung singkat JTR
§ Arus Masuk Awal ( Inrush ) trafo
§ Arus asutan motor
Garis Batas Ketahanan Trafo yang merupakan batas ketahanan trafo dimana alat
proteksi harus sudah bekerja / memutus. Dan gangguan yang dapat melebihi
batas tersebut adalah hubung singkat pada sisi primer atau sekunder trafo
Garis batas ketahanan rele arus lebih / pelebur bagi trafo distribusi umum
ditentukan oleh titik titik berikut :
309
310
Gambar 13.29 Daerah Kerja Pelebur primer untuk mengamankan trafo distribusi
313
B. Penghantar
Arus lebih (hubung singkat) dapat menimbulkan panas berlebihan yang akan
mengakibatkan penghantar menjadi lunak dan leleh atau rusak isolasinya. Oleh
karenanya pelebur yang mengamankannya harus memutusnya sebelum mencapai
batas ketahanan penghantar.
a. Kurva ketahanan penghantar telanjang
Untuk penghantar telanjang, maka batas ketahanan penghantar yang dimaksud adalah
:
13.18.1Kurva penglunakan untuk penghantar AAC dan AAAC ( Lihat gambar 14)
dengan persamaan:
A = 7,972 I √t (untuk penghantar AAC)
A = 8,940 I √t (untuk penghantar AAAC)
314
Tabel 13.10 - Persamaan kurva ketahanan Kabel untuk bermacam-macam jenis isolasi
315
316
Dimana:
E = tegangan nominal system ((∅ − ∅) (kV)
C = kapasitansi 1 penghantar terhadap penghantar lain (pF/m)
l = panjang saluran kabel (m)
Icc = arus h.s 1 ∅ maksimum yang bisa terjadi (kA)
Cos ∅ = factor daya yangdiakibatkan rasio X/R pada jaringan = Cos tg -1 X/R
D. Contoh Perhitungan
Suatu saluran kabel aluminium 20 KV, jenis isolasi XLPE dengan panjang sluran 5
km, penampang penghantar 35 mm2, arus hubung singkat maksimum = 7,5 kA (pada
G
H
=25 ), C = 160 pF/m. kHA = 132 A, arus beban maksimum terus menerus = 35 A.
Maka besarnya I2t inrush yang dapat terjadi adalah :
I2t = 0,24 . 10-6. 20. 160. 5000. (7,5/ Cos tg-1 25) = 720 A2 detik
JAdi pelebur yang dipilih untuk mngamankan saluran kabel ini adalah pelebur dengan
I2t leleh minimum yang lebih besar dari 720 A2 detik, yaitu pelebur jenis pembatasan
arus dengan arus pengenal minimum 40 A sudah cukup memadai untuk
mengamankan saluran. Walaupun demikian, mengingat kHA kabel = 132 A, pelebur
dengan arus pengenal 160 A pun dapat mengamankannya, asal saja kurva ketahanan
kabel masih dapat terjaga oleh karakteristik pelebur tersebut (Lihat gambar 15).
Catatan : Saluran kabel utama yang biasanya berpenampang besar, sebaiknya
diamankan dengan PMT + relai.
E. Pemilihan rating alat hubung
Kapasitas alat hubung harus mampu dilalui arus yang disalurkan ke saluran
Alat hubung harus mampu dilaluli arus gangguan hubung singkat dalam waktu sesaat
yang ditentukan
13.20 Koordinasi antar Alat Proteksi
Jaringan TM yang dipasang alat proteksi lain selain alat proteksi yang dipasang pada
titik awal yaitu di Gardu Induk ( GI ) adalah jaringan berupa saluran udara khususnya
menggunakan kawat telanjang. Hal ini dikarenakan gangguan yang terjadi dalam
beberapa hal hanya bersifat temporer.
Pemasangan alat proteksi di saluran dimaksud untuk :
317
Beberapa cara pemasangan alat proteksi yang dikoordinasikan dengan alat proteksi
lain :
PMT
PBO
Y OCR
GFR
• Jika terjadi gangguan hubung singkat setelah PBO, meskipun gangguan tersebut
dirasakan sampai ke OCR / GFR pada PMT tetapi karena setelan arus dan waktu
di PBO dibuat lebih kecil, maka PBO akan memutuskan gangguan. Selang
beberapa waktu kemudian PBO akan menutup kembali dan jika gangguan sudah
tidak ada lagi ( temporer ) maka jaringan akan beroperasi secara normal- tutup
PBO dapat diatur ( disetel ) beberapa kali tergantung dari kebutuhan yang
disesuaikan dengan kondisi system. Jika buka-tutup sudah dilampaui, maka PBO
akan membuka dan mengunci ( lock-out ) dan bisa ditutup kembali hanya dengan
mereset secara manual.Fuse kooordinasi dengan OCR-PMT di GI
PMT PL
PL
Y OCR
GFR
318
PL
PMT PBO
PL
Y OCR
GFR
SSO
Y OCR
GFR
319
PL
PMT PB SS
O O
SSO
PL
Y OCR
GFR
320
321