Anda di halaman 1dari 31

hukum kirchoff

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Jika kita melihat bagian dalam tv, komputer atau penerima stereo did alam kap mobil. Kita
menemukn rangkaian yang jauh lebih rumit dari pada rangkaian sederhana seperti Hukum
kirchoff. Tidak peduli apakah di sambungkan oleh kawat atau terintegrasi dalam sebuah chip
semi konduktor, rangkaian ini seringkali memasukkan beberapa sumber, resistor, dan elemen
rangkaian lain seperti kapasitor, transformator dan motor, yang terinterkoneksi dalam sbuah
jaringn(network).
Dalam laporan ini kita mengkaji metode umum ontuk menganalisis jaringan seperti itu,
termasuk bagian mencari tegangan yagn ytak di ketahui, arus dan sifat-sifat elemen rangkaian.
Kita akan mempelajari bagaimana menentukan hmbatan untuk beberapa resistor yang di
sambungkan seri atau paralell. Untuk jaringan yang lebih umum kita memerlukan dua kaidah
yang di namakan kaidah-kaidah kirchoff. Resistor terdapat dalam semua jenis rangkaian, mulai
dari pengering rambut dan pemanas ruangan sampai pada rangkaian yang membatasi atau
membagi arus, atau mereduksi atau membagi tegangan. Rangkaian seperti itu seringkali
memiliki beberapa resistor, sehingga wajar untuk meninjau beberapa gabungan resistor.
Rangkaian-rangkaian yang rumit merupakan pusat semua alat-alat elektronik modern.
Lintasan konduksi dalam rangkaian adalah film tipis yang diendapkan pada papan pengisolasi.
Operasi dalam sembarang rangkaian ini, tidak peduli betapapun rumitnya, dapat dipahami
dengan menggunakan kaidah kirchoff serta persamaan – persamaan hukum kirchoff
merupakan topic utama dari laporan ini

1.2 Tujuan Percobaan


1. Mengetahui bunyi dan persamaan dari hukum kirchoff 1 dan hukum kirchoff 2 .
2. Mengetahui konsep dasar teori dari hukum kirchoff.
3. Mampu menerapkan hukum kirchoff pada rangkaian seri maupun parallel.

1.3 Manfaat Percobaan


1. Dapat mengetahui bunyi dan persamaan dari hukum kirchoff 1 dan hukum kirchoff 2.
2. Dapat Mengetahui konsep dasar teori dari hukum kirchoff.
3. Dapat menerapkan hukum kirchoff pada rangkaian seri maupun parallel.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

RANG KAlAN SEDERHANA


Dalam menggambar suatu diagram rangkaian. sebuah baterei, kapasitor, resistor dan
kawat yang tahanannya diabaikan dengan garis lurus. Sebuah diagram rangkaian sederhana
dapat dilihat pada gambar 6-1, E dan r adalah gaya gerak listrik dan hambatan dalam sumber
baterei. Dalam rangkaian sederhana ini sebuah muatan positif Q, bergerak mengelilingi
rangkaian. Dalam sumber tegangan muatan positif Q memperoleh energi sebesar QE,dan arus
listrik i memperoleh daya sebesar P = ei. Jika arus listrik i ini bertemu dengan resistor R~akan
kehilangan daya dalam bentuk panas sebesar P = FR. Dayalistrik yang hilang dalam sumber
karena hambatan dalam r, sebesar Fr, karena energi merupakan besaran yang kekal, maka
dalam rangkaian tertutup atau loop, berlaku

Atau

Sehingga
HukumKirchoff Tentang Arus Pada Titik Simpul
Rangkaian listrik biasanya terdiri dari banyak hubungan sehingga akan terdapat banyak
cabang atau titik humus (titik simpul). Titik simpul adalah titik pertemuan tiga cabang atau
lebih. Hubungan jumlah kuat arus listrik yang masuk ke titik simpul dengan jumlah kuat arus
listrik yang kelar dari padanya akan dijelaskan dalam hukum kirchoff I, yang berbunyi “Jumlah
kuat arus yang masuk ke suatu titik simpul sama dengan jumlah kuat arus listrik yang keluar
dari titik simpul tersebut”.
Hukum kurchoff tersebut sebenarnya tidak lain dari hukum kekekalan muatan listrik
seperti tampak di dalam analogi gambar berikut. Hukum I kirchoff secara matematis dapat
ditulis sebagai
EI masuk = EI keluar
Hubungan Seri
Hubungan seri komponen-komponen listrik serta rangkaian penggantinya, dapat
dipahami bahwa pada hubungan seri, komponen-komponen listrik di aliri oleh arus listrik yang
sama besar. Tegangan antara a dan c adalah:
V = Vab + Vbc = IR1 +IR2 = I(R1 + R2)
Karena V=I.Rac maka Rac= R1 + R2. Dengan perkataan lain, hambatan gabungan (R gabungan)
beberapa hambatan yang terhubung secara seri dapat dituliskan sebagai:
Rgab = R1 + R2 + … + Rn . . . . . . . (1)
Rangkaian Seri Sebagai Pembagi Tegangan
Bila diterapkan hukum Ohm pada rangkaian seri akan didapatkan:
V1 = I.R dan V2 = I(R1 + R2) . . . . . . . (2)
Sehingga

Atau
Hubungan seri bertujuan untuk memperbesar hambatan rangkaian, berfungsi sebagai
pembagian tegangan.
V1 : V2 : V3 = R1 : R2 : R3
Dan kuat arus yang melewati setiap hambatan adalah sama.
Hubungan Paralel
Hubungan paralel komponen-komponen listrik serta rangkaian penggantinya, dapat di
pahami bahwa pada hubungan paralel, komponen-komponen listrik mendapatkan beda
potensial yang sama besar. Dengan menggunakan hukum kirchoff I maka diperoleh
I = I1 + I2
Atau

Dari hasil tersebut, dapat di simpulkan bahwa hambatan gabungan (Rgab) beberapa hambatan
yang terhubung secara paralel dapat dituliskan sebagai

Apabila ada n buah hambatan yang dihubungkan secara paralel, hambatan penggantinya
akan memenuhi

Dapat juga dituliskan untuk dua hambatan yang dihubungkan secara paralel.

Sedangkan jika ada n buah resistor yang sama besar yang dihubungkan secara paralel;

Hubungan paralel bertujuan untuk memperkecil hambatan rangkaian, berfungsi sebagai

sebagian pembagi arus , dan pada rangkaian paralel ini beda


potensial setip hambatan adalah sama.
Hukum Kirchoff II, Tentang Tegangan pada Rangkaian Tertutup.
Ada rangkaian yang tidak dapat di sederhanakan dengan menggunakan kombinasi seri
dan paralel umumnya ini terjadi jika ada dua atau lebih GGL didalam rangkaian, atau
komponen rangkaian dihubungkan dengan cara rumit. Untuk menyederhanakan rangkaian
yang rumit, dapat digunakan hukum II kirchoff yang berbunyi : “Di dalam sebuah rangkaian
tertutup, jumlah aljabar gaya gerak listrik (E) dengan penurunan tegangan (IR) sama dengan
nol”. Secara metematis dapat di tuliskan sebagai
∑E + ∑(IR) = 0
Atura untuk menggunakan hukum II kirchoff ini adalah sebagai berikut :
1. Pilih loop untuk masing-masing lintasan tertutup dengan arah tertentu. Pada dasar, pemilihan
arah loop bebas, namun jika memungkinkan usahakan searah dengan arus.
2. Jika pada stau cabang, arah loop sama dengan arah arus, penurunan tegangan (IR) bertanda
positif, maka GGL E bertanda positif, sebaliknya bila kutub negatif yang lebih dahulu di jumpai
adalah kutub negatif, maka GGL E bertanda negatif.
3. Jika saat mengikuti arah loop, kutub sumber tegangan yang lebih dahulu di jumpai adalah
kutub pusitif, maka GGL E bertanda positif, sebaliknya bila kutub negatif yang lebih dahulu di
jumpai adalah kutub negatif, maka GGL E bertanda negatif.
4. Jika pada suatu cabang, arah loop sama dengan arah arus, maka penurunan tegangan (IR)
bertanda positif, sedangkan bila berlawanan arah, maka penurunan tegangan (IR) bertanda
negatif

Apabila aturan-aturan diatas diterapkan


pada gambar 2.2, akan diperoleh hasil
sebagai berikut;
1. Loop yang di pilih adalah loop ab df
ga dengan arah loop sesuai dengan penamaan a-b-d-f-g-a.
2. Terapkan hukum II kirchoff ∑E + ∑IR = 0. Dengan memperhatikan aturan penentuan tanda
dan mulai dari titik a, maka
- E1 + IR1 + IR2 + E2 +IR3 = 0 atau
- E1 + E2 + I(R1+R2+R3) = 0
BEDA POTENSIAL DALAM RANG KAlAN
Dalam rangkaian pada gambar 6-2, arus i di a memiliki daya sebesar i V.' selanjumya
kehilangan daya sebesar F(R+rI+r2) sebagai kalor dalam resistor R dan hambatan dalam
sumber rl dan r2, memperoleh daya dalam sumber pertama sebesar i £1' dan kehilangan energi
untuk mengisi sumber kedua sebesar i £2°Sampai di b daya yang tinggal adalah i VbO

Jika daya yang diperoleh ditulis positif dan daya yang hilang negatif, maka diperoleh
persamaan :
Dalam menggunakan persamaan (6-2) ini, arah positif adalah dari a ke bo Gaya gerak listrik E
dan arus i yang searah dengan arah ab diberi tanda positif, dan yang berlawanan diberi tanda
negatif.
Beda potensial (tegangan) antara dua titik pada suatu cabang.
Tegangan antara dua titik (VAB = Va – Vb) pada suatu cabang adalah jumlah aljabar
gaya gerak listrik (∑) dengan perumusan tegangan (IR). Secara matematis dapat dituliskan:
VAB = Va – Vb = ∑E + IR
Pernyataan tersebut diatas sebenarnya adalah penerapan hukum krchoff untuk dua titik yang
berbeda pada suatu cabang. Dengan demikian, aturan penentuan pada suatu cabang tanda
mengacu pada aturan hukum II kirchoff.
Di dalam rangkaian listrik (terdiri dari sumber tegangan dan komponen-komponen),
maka akan berlaku Hukum-hukum kirchhoff. Hukum ini terdiri dari hukum kirchhoff tegangan
(Kirchhoff voltage law atau KVL) dan hukum Kirchhoff arus (Kirchhoff Current Law atau
KCL).

Seperti diperlihatkan dalam Gambar 1 di atas, rangkaian ini terdiri dari sumber tegangan
dan empat buah komponen. Jika sumber tegangan dijumlah dengan tegangan jatuh pada keempat
komponen, maka hasilnya adalah nol, seperti ditunjukan oleh persamaan berikut.

Hukum Kirchhoff Arus

Hukum Kirchhoff arus menyebutkan bahwa dalam suatu simpul percabangan, maka jumlah arus
listrik yang menuju simpul percabangan dan yang meninggalkan percabangan adalah nol.
Gambar 2 adalah contoh percabangan arus listrik dalam suatu simpul. Dalam Gambar 2,
terdapat tiga komponen arus yang menuju simpul dan tiga komponen arus yang meninggalkan
simpul. Jika keenam komponen arus ini dijumlahkan maka hasilnya adalah nol, seperti
diperlihatkan dalam persamaan berikut.

RANGKAlAN RC
Kapasilor dan resislor sering dijurnpai bersarna-sarnadalam suatu rangkaian. Garnbar
6-7 rnenunjukkan sebuah contoh sederhana rangkaian RC. Jika saklar S. ditutup, arus segera
rnulai rnengalir ke dalam nmgkaian, dan pada kapasitor C rnulai lcrkurnpul sejurnlah rnuatan
. Selarna rnuatan lerkurnpul pada kapasilor, arus dari surnber rnenurun hingga tegangan
kapasilor V sarna dengan gaya gerak listrik surnber E,dan sclanjutnya lidak ada arus yang
rnengalir. Mualan pada kapasilor Q naik sccata benahap sepeni dilunjukkan dalarn garnbar 6-
8a dan rnencapai harga rnaksirnurn sarna dengan CEoBemuk rnalernatika dari kurva ini, yailu
Q fungsi dari waklU, dapal dilurunkan dengan rnenggunakan hukurn kekekalan energi alau
hukurn kirchoff. Gaya gerak lislrik balcrei E akan sama dengan jurnlah tegangan jaluh dari
resislor (iR) dan kapasilor (Q/C).

Tahan~ R rnelipuli seluruh lahanan dalarn rangkaian lermasuk lahanan dalarn balcrei,
I adalah arus dalarn rangkaian pada suatu saal, dan Q rnuatan pada kapasitor pada sam yang
sarna. Walaupun E, R dan C adalah konslan, kedua harga Q dan i rnerupakan fungsi waktu.
Besar rnuatan yang rnengalir rnelalui resislor (i = dQ/dt) sarna den~an jurnlah rnuatan yang
terkurnpul pada kapasiLor. Dengan dcrnikian persarnaan (6-7) dapal dinyatakan dengan :

Persarnaan ini dapal diselesaikan dengan rnengalur kernbali :

Kernudian rnengintegrasikannya
di sini K adalah konstanta integrasi.. Pada 1=0, harga Q =0 rnaka
In (-Ce)=K
Jika harga K di rnasukkan ke dalarn hubungan di alas diperoleh :

Dalarn bentuk eksponensial

Atau

Dari persamaan (6-8) ini dapat dilihat .bahwa rnuatan Q pada kapasilor benambah dari
Q=O pada 1=0, hingga rnencapai harga rnaksirnurn Q = Ce selelah jang~a waktu yang sangal
lama. Besaran RC disebut konslanta waktu (time constant) rangkaian. Saluan dari RC adalah
QfF =(V/A)(CN) =C/(C/s) =s. Hal ini menunjukan bahwa waklu yang diperlukan kapasitor
untuk mencapai (1- eol) alau 63% dari mualan maksimum.

Dari persamaan (6-8) dapat dilihat bahwa harga Q lidak pernah rnencapai harga maksirnurn Q
=Ce, kecuali setelah waklu yang lak terhingga.
Arus i yang rnengalir dalam rangkaian pada suatu saat 1dapat ditentukan dengan
mendeferensialkan persamaan (6-8):

Dengan dernikian, pada t=O, arus i = E/R.,kernudian turun secara eksponensial dengan
konstanta waklu sarna dengan RC. (Gambar 6-8b)
Gambar 6-7. Rangkaian RC. (a) saklar SJdan Sierbuka.
(b) rangkaian RC sederhana pada saat Slertutup.

Gambar 6-8 (a) Rangakaian RC (b) Muatan kapasitor fungsi waktu(c) Arus pada Resistor
fungsi waktu.

BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum ini dilaksanakan pada hari Sabtu, tanggal 16 April 2011 pukul 08.00 - 10.00
WITA, bertempat di Laboratorium Fisika Dasar Gedung C lantai 3, Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Mulawarman.

3.2 Alat dan Bahan


1. Papan rangkaian (PCB)
2. Multimeter
3. Voltmeter
4. Power supply
5. Kabel penghubung

3.3 Prosedur Percobaan


1. Dibuat rangkaian seperti pada gambar 3a, nilai tegangan dan resistor ditentukan oleh asisten.
2. Dihubungkan dengan power supply DC, sebelum di-ON-kan diperiksa tegangan yang tertera
pada data output, setelah di-ON-kan dicatat kembali tegangan yang keluar, apakah sudah sesuai
dengan yang diinginkan.
3. Diukur dan dicatat besarnya kuat arus (current) yang mengalir pada tiap – tiap cabang.
4. Diulangi percobaan, pada langkah no. 1-3 untuk rangkaian pada gambar 3b.

Gambar 3a

Gambar 3b

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Pengamatan


4.1.1 Rangkaian I
No. E I I1 I2 I3 V V1 V2 V3
1. 2 0,095 0,025 0,02 0,05 2,6 1 1 1,2
2. 4 0,18 0,045 0,045 0,095 4,4 1,8 1 2,2
3. 6 0,2 0,065 0,065 0,35 6,2 2,6 1,6 3,2

4.1.2 Rangkaian II
No. E1 E2 I1 I2 I3 I4 V1 V2 V3 V4
1. 2 2 0,02 0,005 0,005 0,075 3 0,05 0,05 3,2
2. 4 4 0,085 0,005 0,01 0,14 5,4 0,05 0,05 5,4
3. 6 6 0,125 0,005 0,01 0,205 7,8 0,1 0,1 7,8

Rangkaian I
R = coklat, hitam, hitam, emas = 10 5%
R1 = merah, ungu, hitam, emas = 27 5%
R2 = jingga, jingga, hitam, emas = 33 5%
R3 = coklat, hijau, hitam, emas = 15 5%

Rangkaian II
R1 = kuning, ungu, hitam, emas = 47 5%
R2 =coklat, hijau, hitam, emas = 15 5%
R3 =jingga, jingga, hitam, emas = 33 5%
R4 = merah, ungu, hitam, emas = 57 5%

4.2 Analisis Data


4.2.1 Perhitungan Tanpa KTP
A. Rangkaian I

Rp =

=
= 7,462

Rtot = R + Rp
= 10 + 7,462
= 17, 462

Itotal = Iseri = Iparalel =

 Itot = = = 0,115 Ampere

 Itot = = = 0,229 Ampere

 Itot = = = 0,343 Ampere

Vp = Ip . Rp
Vp1 = 0,115 . 7,462
= 0,858 Volt
Vp2 = 0,229 . 7,462
= 1,7 Volt
Vp3 = 0,343 . 7,462
= 2,56 Volt

 Arus listrik

 R = 10 5% I=

- I= = = 0,26 Ampere

- I= = = 0,44 Ampere

- I= = = 0,62 Ampere

- R1 = 27 5% I=

- I= = = 0,037 Ampere

- I= = = 0,067 Ampere

- I= = = 0,096 Ampere

- R2 = 33 5% I=

- I= = = 0,03 Ampere

- I= = = 0,03 Ampere
- I= = = 0,018 Ampere

- R3 = 10 5% I=

- I= = = 0,08 Ampere

- I= = = 0,147 Ampere

- I= = = 0,213 Ampere

B. Rangkaian 2

Untuk E = 2 volt

- I1 = = = 0,043Ampere

- I2 = = = 0,134 Ampere

- I3 = = = 0,06 Ampere

- I4 = = = 0,074 Ampere

Untuk E = 4 volt

- I1 = = = 0,085 Ampere

- I2 = = = 0,267 Ampere

- I3 = = = 0,121 Ampere

- I4 = = = 0,148 Ampere

Untuk E = 6 volt

- I1 = = = 0,127 Ampere

- I2 = = = 0,4 Ampere

- I3 = = = 0,18 Ampere
- I4 = = = 0,22 Ampere

4.2.2 Perhitungan Dengan KTP


A. rangkaian I

= 0,2 = 0,067

= 1 = 0,33

 V R , R = 10 5%

=
=
=
= 0,086 Ampere

=
=
=
= 0,145 Ampere

=
=
=
= 0,204 Ampere
 V R , R = 27 5%

=
=
=
= 0,0124 Ampere

=
=
=
= 0,022 Ampere

=
=
=
= 0,032 Ampere

 V R , R = 33 5%

=
=
=
= 0,01 Ampere
=

=
=
=
= 0,01 Ampere

=
=
=
= 0,016 Ampere

 V R , R = 15 5%

=
=
=
= 0,027 Ampere

=
=
=
= 0,0486 Ampere

=
=
=
= 0,07 Ampere

 V R , R = 10 5%
KTP mutlak
=
=
= mpere

KTP relatife

 V R , R = 27 5%
KTP mutlak
=
=
= mpere

KTP relatife

 V R , R = 33 5%
KTP mutlak
=
=
= mpere

KTP relatife
 V R , R = 15 5%
KTP mutlak
=
=
= mpere

KTP relatife

= 0,5.10-3 = 1,67. 10-3

= 1 = 0,33

=
=
=
=
= 0,039 Volt

=
=
=
=
= 0,076 Volt
=
=
=
=
= 0,115 Volt

KTP mutlak
Vp =
Vp =
Vp =

KTP relatife

B. Rangkaian II
Pada loop I

= 0,2 = 0,067

= 1 = 0,33

E=2

=
=
=
= 0,014 Ampere

=
=
=
= 0,044 Ampere

=
=
=
= 0,02 Ampere

=
=
=
= 0,025 Ampere

KTP mutlak
=
=
= mpere
=

KTP relatife
E=4

=
=
=
= 0,028 Ampere

=
=
=
= 0,088 Ampere

=
=
=
= 0,04 Ampere

=
=
=
= 0,049 Ampere

KTP mutlak
=
=
= mpere
=

KTP relatife

Pada loop II

= 0,5.10-3 = 1,67. 10-3

= 1 = 0,33

E = 2 volt

=
=
=
= 0,014 Ampere

=
=
=
= 8,76. Ampere

=
=
=
= 8,76. Ampere

=
=
=
= 0,032 Ampere

KTP mutlak
=
=
= mpere
=

KTP relatife

E = 4 volt

=
=
=
= 0,034 Ampere

=
=
=
= 0,00876 Ampere

=
=
=
= 0,0121 Ampere

=
=
=
= 0,044 Ampere

KTP mutlak
=
=
= mpere
=

KTP relatif
E = 6 volt

=
=
=
= 0,042 Ampere

=
=
=
= 0,00876 Ampere

=
=
=
= 0,054 Ampere

KTP mutlak
=
=
= mpere
=

KTP relatife
Pada loop III

= 0,2 = 0,067

= 1 = 0,33

E = 6 volt

=
=
=
= 0,42 Ampere

=
=
=
= 0,132 Ampere

=
=
=
= 0,06 Ampere

=
=
=
= 0,088 Ampere

KTP mutlak
=
=
= mpere
=

KTP relatife
4.3 Pembahasan
Hukum kirchoff adalah hukum listrik yang menyatakan perilaku arus listrik dalam
rangkaian. Dalam ilmu kelistrikan dikenal dua macam hukum kirchoff yakni hukum kirchoff I
yang berbunyi “Jumlah kuat arus yang masuk pada titik percabangan sama dengan jumlah kuat
arus yang keluar pada titik percabangan”. Sedangkan hukum kirchoff II berbunyi “Jumlah
aljabar GGL (E) dan jumlah penurunan potensial sama dengan nol”.
Pada rangkaian I menurut table, saat tegangan 2 volt kuat arus pada I, I1, I2 dan I3 dengan
nilai resistor 10 Ω berturut turut adalah 0,095 ; 0,18 ; dan 0,2 ampere. Saat dinaikkan
tegangannya 2 volt menjadi 4 volt pada kuat arus I, I1, I2, dan I3 berturut – turut adalah 0,075
; 0,045 dan 0,065 ampere. Pada nilai resistor 33 Ω dengan tegangan berturut –turut 2,
4, 6 volt, kuat arusnya adalah 0,02 ; 0,045 ; 0,065 ampere. Sedangkan pada warna pita coklat,
hijau, hitam, emas dengan nilai resistor 15 Ω, kuat arusnya berturut – turut 0,05 ; 0,095
; dan 0,135 ampere. Ini tidak memenuhi hukum kirchoff.
Pada rangkaian II menurut tabel, pada warna pita kuning, ungu, hjitam, emas, dengan
nilai 47 Ω kuat arus I, I1, I2, I3 dan I4 berturut –turut adalah 0,02, ; 0,005 ; 0,075 ; ampere
serta tegangannya berturut – turut adalah 3 ; 0,05 ; 0,05 ; dan 3,2 volt , pada warna pita coklat,
hijau, hitam, emas, dengan nilai resistor 15 Ω , kuat arusnya berturut-turut adalah 0,085
; 0,005 ; 0,01; 0,14 ampere serta tegangannya berturut – turut adalah 5,4, 0,05, 0,05,5,4 volt
Perhitungan arus dan tegangan akan menjadi faktor utama dalam rangkaian listrik yang
disusun seri dan paralel. Cara perhitungan arus pada rangkaian seri berbeda dengan cara
perhitungan arus pada rangkaian paralel. Dari hasil perhitungan dengan hasil percobaan
tidaklah sama atau berbeda karena terdapat kesalahan dalam perhitungan.
Faktor kesalahan pada percobaan kali ini adalah pada alat-alat yang digunakan. Seperti
alat volmeternya, voltmeter yang digunakan pada percobaan ini kurang baik, terkadang sekala
voltmeternya tak tentu. Sehingga hasil yang dihasilkan pda sekala voltmeter berdampak buruk
pada percobaan sehingga hasilnya tidak efisisen.
Dari percobaan ini, percobaan Hukum Kirchoff terdapat aplikasi dari kehidupan sehari-
hari yang dapat kita temui dan bahkan sebenarnya sering kita temui dalam kehidupan sehari-
hari yaitu, Hukum Kirchoff terdapat pada rangkaian elektronika contohnya adalah radio,
remote tv, setrika, kulkas, televisi, hair drayer, mesin cuci, dan barang-barang elektronik lain.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

1. Hukum kirchoff I berbunyi :” jumlah kuat arus yang masuk suatu cabang sama dengan jumlah
kuat arus yang meninggalkan titik cabang tersebut ,” persamaannya adalah
= I1 + I2 + I3...........................................In

=
Hukum kirchoff II berbunyi : “ jumlah aljabar GGL (gaya gerak listrik) dan penurunan
potensial atau tegangan adalah konstan “. Persamaannya adalah

2. Kaidah kirchoff terdiri dari dua pernyataan yaitu :


 Kaidah titik pertemuan kirchoff ( kirchoff ‘s junction rule):
“ Jumlah aljabar dari arus kedalam setiap titik pertemuan adalah nol “ . yakni =0
 Kaidah simpul kirchoff ( kirchoff ‘s loop rule ) : “ jumlah aljabar dari selisih potensial dalam
setiap simpul, termasuk selisih potensial yang di asosisasikan dengan tge elemen hambatan,
harus sama dengan nol’’. yakni =0
3. Bila beberapa resistor R1, R2, R3 ............di sambungkan seri,maka hambatan ekuivalen
Rek adalah jumlah dari hambatan hambatan individu :

Rek = R1,+ R2, + R3......................(resistor – resistor seri).


Arus yang sama mengalir melalui semua resistor yang seri. Bila beberapa resistor
disambungkan paralel, maka hambatan ekuivalen Rekdiberikan oleh

Semua resistor dalam sambungan paralel mempunyai selisih potensial yang sama diantara
terminal-terminalnya.

5.2 Saran
1. Sebaiknya sebelum memulai praktikum alat-alat yang digunakan dikalibrasi atau di cek
terlebih dahulu.
2. Sebaiknya alat-alat yang ada pada percobaan hukum kirchoff ini, seperti voltmeter dapat
diperbaiki agar praktikum dapat berjalan secara efisien.

DAFTAR PUSTAKA

Buece, frederick. J . 1989. Seri buku schaum teori dan soal – soal fisika.
Jakarta: Erlangga.
Giancoli, douglas C. 2001. Fisika edisi kelima jilid I. Jakarta Erlangga.

Young , hugh . D dan freedman. 2002. Fisika universitas kesepuluh jilid I.


Jakarta : Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai