Anda di halaman 1dari 11

PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES DAN BERPIKIR KRITIS

MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS KONTEKSTUAL SISWA


KELAS VIII A SMP NEGERI 1 WATAMPONE
Rabiah1, Muris2, Jasruddin 3
1
Guru SMP Negeri 1 Watampone
2,3
Dosen Program Pascasarjana Universitas Negeri Makassar

ABSTRAK:
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan proses Sains dan berpikir kritis
melalui pembelajaran berbasis kontekstual siswa kelas VIII A SMP Negeri 1 Watampone.
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research), yang
dilaksanakan sebanyak dua siklus yang masing-masing berlangsung 2 kali pertemuan dan 3
kali pertemuan, dengan materi Tekanan. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII A
SMP Negeri 1 Watampone Kabupaten Bone sebanyak 26 siswa. Indikator yang digunakan,
Nilai Keterampilan Proses sains dalam kategori baik dan berpikir kritis siswa yang diperoleh
dari hasil tes setiap akhir siklus, mengalami peningkatan hingga mencapai atau melampaui
KKM, yaitu N≥78 dan ketuntasan klaksikal tercapai jika minimal 75% mencapai N≥78.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) pembelajaran berbasis kontekstual dapat
meningkatkan keterampilan proses sains, pada siklus I capaian optimum 82,05 dan pada
siklus II meningkat menjadi 97,44 dalam kategori sangat baik, (2) pembelajaran berbasis
kontekstual dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis, pada siklus I ketuntasan secara
klaksikal diperoleh 26,92%, dan meningkat menjadi 92,31% pada siklus II.

Kata Kunci: Keterampilan Proses dan Berpikir Kritis, Pembelajaran Berbasis Kontekstual.

PENDAHULUAN secara aktif yang arahnya peningkatan


Perkembangan ilmu pengetahuan dan kreativitas pada individu masing-masing.
teknologi dewasa ini semakin pesat Disamping itu pembelajaran kontekstual
peningkatannya. Seiring dengan membantu guru mengaitkan antara materi yang
perkembangan tersebut, guru dituntut untuk diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan
mampu mengembangkan potensi yang mendorong siswa membuat hubungan antara
dimilikinya dalam upaya peningkatan pengetahuan yang dimilikinya dengan
keterampilan siswa. Untuk mencapai hal penerapannya dalam kehidupan mereka
tersebut guru pada saat melaksanakan proses sebagai anggota keluarga dan masyarakat.
pembelajaran hendaknya mengarah pada tiga Dengan konsep itu, hasil pembelajaran
hal pokok yaitu tujuan pembelajaran, model diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses
pembelajaran serta alat evaluasi. Khusus pada pembelajaran berlangsung alamiah dalam
mata pelajaran IPA (fisika) pada umumnya 1
bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami,
ketiga hal tersebut telah dilaksanakan. Namun bukan mentransfer pengetahuan dari guru ke
pada kenyataannya keterampilan yang dicapai siswa.
siswa belum maksimal khususnya di SMP Selama ini strategi penyelenggaraan
Negeri 1 Watampone. pendidikan bersifat klasikal-massal dan
Salah satu upaya yang dilakukan untuk memberikan perlakuan yang standar (rata-rata)
menciptakan proses pembelajaran secara kepada semua siswa, padahal setiap siswa
interaktif, dan menyenangkan khususnya mata memiliki kebutuhan yang berbeda. Akibatnya,
pelajaran IPA adalah sistem pembelajaran siswa yang memiliki kemampuan dan
kontekstual. Penerapan pembelajaran kecerdasan dibawah rata-rata, karena memiliki
kontekstual tersebut sangat bermanfaat bagi kecepatan belajar di bawah kecepatan belajar
siswa karena secara langsung bersentuhan hal siswa lainnya akan selalu tertinggal dalam
nyata dan kondisi lingkungan sehingga pada mengikuti kegiatan belajar-menagajar.
kondisi ini menuntut siswa untuk berperan Sebaliknya, peserta didik yang memiliki
kemampuan dan kecerdasan diatas rata-rata,

1
karena memilki kecepatan belajar diatas Dalam pembelajaran berbasis kontekstual
kecepatan belajar siswa lainnya, akan merasa siswa diajak untuk dapat berperan aktif dalam
jenuh, sehingga sering berpretasi dibawah mengembangkan potensi dan kemampuan
potensinya (under achiever). yang ada pada dirinya. Bentuk peran aktif ini
Berdasarkan observasi yang dilakukan dikondisikan oleh guru melalui praktikum
penulis di SMP Negeri 1 Watampone selama yang diadakan di laboratorium maupun
kegiatan Belajar Mengajar berlangsung lingkungan, sehingga pembelajaran akan
terhadap siswa khususnya kelas VIII A menjadi lebih menyenangkan karena siswa
memberikan gambaran bahwa secara umum terlibat langsung dalam mengkonstruksi
peserta didik semangat dan antusias dalam pemahaman yang mereka dapatkan. Selain itu
belajar Fisika karena kelas VIII A adalah kelas dalam pembelajaran berbasis kontekstual guru
unggulan . Akan tetapi dalam hal penyelesaian sebagai fasilitator diharapkan mampu
soal-soal fisika hanya mampu menyelesaikan menumbuhkan sikap aktif siswa dalam
soal-soal dalam ranah kognitif mengingat (C1) memanfaatkan segala sumber belajar yang
dan keterampilan proses yang dimiliki masih mereka butuhkan agar menjadi lebih berdaya
perlu ditingkatkan, sementara untuk ranah guna bagi siswa.
kognitif yang lebih tinggi mereka belum Keterampilan proses dan keterampilan
mampu dan rata-rata hasil ulangan harian berpikir merupakan keterampilan yang
tahun pelajaran 2015/2016 khususnya mata diterapkan dalam pembelajaran dengan
pelajaran IPA pada kelas VIII A SMP Negeri 1 menggunakan daya pikir dan kreasi secara
Watampone hanya mencapai 60 dengan KKM efektif dan efisien guna mencapai tujuan.
78. Sedangkan konsep merupakan tools of inquiry
Keberhasilan pembelajaran sangat yang digunakan untuk merumuskan
ditentukan manakala pembelajaran tersebut pernyataan atau konsep dalam menunjukkan
mampu menumbuh kembangkan potensi yang problem solving, eksperimen, atau analisa.
dimiliki siswa sehingga siswa dapat Siswa dapat membentuk konsep melalui
memperoleh manfaatnya secara langsung pengalaman langsung dengan objek di
dalam perkembangan pribadinya. Demi sekitarnya.
menciptakan pembelajaran IPA sebagaimana Berdasarkan latar belakang masalah yang
tersebut di atas maka diperlukan pembelajaran telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah
yang kontekstual mendukung terciptanya dalam penelitian ini adalah: (1) Apakah
pembelajaran IPA yang kreatif. pembelajaran berbasis kontekstual dapat
Berdasarkan kondisi tersebut maka meningkatkan keterampilan proses sains siswa
diperlukan usaha untuk meningkatkan kelas VIIIA SMP Negeri 1 Watampone ? (2)
keterampilan siswa dalam menggunakan alat- Apakah pembelajaran berbasis kontekstual
alat laboratorium, maka pembelajaran berbasis dapat meningkatkan keterampilan berpikir
kontekstual sebagai salah satu cara untuk dapat kritis siswa kelas VIIIA SMP Negeri 1
membantu siswa dalam meningkatkan Watampone ?
keterampilan proses sains dan keterampilan Berdasarkan rumusan masalah di atas,
berpikir kritis yang dapat membangun karakter maka tujuan dari penelitian ini adalah: (1)
siswa. Keterampilan proses sains dan Untuk mengetahui peningkatan keterampilan
keterampilan berpikir kritis sebagai proses sains siswa kelas VIIIA SMP Negeri 1
pendekatan dalam pembelajaran sangat penting Watampone melalui pembelajaran berbasis
karena menumbuhkan pengalaman dalam kontekstual. (2) Untuk mengetahui
proses belajar. Pengalaman yang dimaksudkan peningkatan keterampilan berpikir kritis
berupa bekal untuk menggunakan metode siswa kelas VIIIA SMP Negeri 1 Watampone
ilmiah dalam memperoleh pengetahuan baru melalui pembelajaran berbasis kontekstual.
atau mengembangkan pengetahuan yang telah METODE PENELITIAN
dimilikinya melalui kegiatan praktikum, Penelitian ini merupakan Penelitian
karena melalui kegiatan praktik siswa akan Tindakan Kelas (Classroom Action Research)
terlibat dalam penggunaan alat dan bahan, yang dilaksanakan dalam bentuk siklus.
pengukuran, penyusun atau prakitan alat. Setelah ditetapkan fokus masalah penelitian,

2
maka dilakukan proses penelitian tindakan masing pertemuan dapat dijelaskan sebagai
yang mencakup : perencanaan tindakan, berikut :
pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. a) Pertemuan Pertama
Keempat kegiatan ini merupakan satu siklus Pertemuan pertama dilaksanakan pada
dan berlangsung secara berulang karena masih hari Jumat, tanggal 29 April 2016. Dimulai
adanya permasalahan belum selesai pada siklus pada pukul 07.15 – 08.35. Pada tahap ini,
sebelumnya. siswa telah siap belajar dengan kontekstual dan
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa dilaksanakan sesuai rencana pembelajaran
kelas VIII A SMP Negeri 1 Watampone. yang telah dibuat . Pelaksanaan proses
Penelitian dilaksanakan pada semester genap pembelajaran mengacu pada RPP-1 dan LKS-
tahun pelajaran 2015/2016 yaitu April sampai 1, materi yang dibahas adalah tekanan pada zat
dengan Mei 2016 dan jumlah siswa sebanyak padat.
26 orang. Pada kegiatan pendahuluan, kegiatan
Pelakasanaan penelitian ini direncanakan pembelajaran yang dilakukan oleh guru
dilaksanakan dalam dua siklus, yaitu siklus I dimulai dengan memeriksa kesiapan siswa dan
dan siklus II dimana siklus I dan siklus II mengecek kehadiran siswa, menginformasikan
merupakan rangkaian kegiatan yang saling materi yang akan dibahas, tujuan pembelajaran
berkaitan. Adapun teknik pengumpulan data yang ingin dicapai, serta memotivasi siswa
yang akan dilakukan dalam penelitian ini dengan mengaitkan materi yang akan dipelajari
adalah sebagai berikut: (1) Data mengenai dengan kehidupan sehari-hari.
keterampilan proses sains diperoleh dengan Pada kegiatan inti, fase pertama guru
menggunakan lembar observasi dan berpikir menyampaikan masalah kontekstual kepada
kritis diperoleh dengan memberi tes tertulis siswa sehingga siswa termotivasi untuk
pada setiap akhir siklus. Data tentang berpikir memecahkan masalah tersebut. Selanjutnya
kritis diperoleh dari hasil siklus I dan siklus II. fase kedua mengorganisasikan siswa dalam
(2) Data mengenai penerapan pembelajaran kelompok belajar. Pada tahap ini guru
berbasis kontekstual diperoleh dengan mengelompokkan siswa menjadi 5 kelompok
menggunakan lembar observasi yang dipegang yang terdiri dari 4-5 orang siswa secara
oleh guru lain (observer). Kegiatan observasi heterogen dari segi kemampuan akademik,
menggunakan dua lembar observasi yaitu jenis kelamin. Selanjutnya guru membagikan
lembar observasi aktivitas siswa dan lembar LKS 01 kepada setiap kelompok dan
observasi aktivitas guru. mengarahkan untuk mengamati, menyakan
Sementara data yang diperoleh akan masalah yang ada pada LKS 01.
dianalisis dengan menggunakan analisis Fase ketiga yaitu membimbing
statistik deskriptif kualitatif dan statistik penyelidikian individu dan kelompok untuk
deskriptif kuantitatif. bekerja dan belajar. Pada tahap ini observer
HASIL PENELITIAN DAN mengamati setiap individu dan kelompok
PEMBAHASAN belajar. Aktivitas siswa pada bagian
1. Hasil Penelitian menyelesaikan LKS 01 dalam kelompok,
a. Analisis Deskripsi Hasil Penelitian membandingkan dan mendiskusikan hasil
Siklus I pekerjaan dengan teman sekelompok, pada
1. Pelaksanaan Tindakan saat bekerja beberapa siswa meninggalkan
Pelaksanaan tindakan pada siklus I kelompoknya, belum fokus bekerja dalam
adalah pelaksanaan kegiatan proses kelompok belajarnya. Peneliti dan guru yang
pembelajaran yang berlangsung sebanyak 2 ditugaskan sabagai observer mengamati
kali pertemuan dan tes sebanyak 1 kali jalannya proses belajar dan mencatat hasilnya
pertemuan. Kegiatan proses pembelajaran pada lembar observasi. Pada tahap ini guru
diamati oleh dua orang guru sebagai pengamat berkeliling dan membimbing seperlunya bagi
(observer). Seorang diantaranya mengamati siswa yang mengalami kesulitan. Selanjutnya
aktivitas siswa, dan yang lainnya mengamati fase keempat yaitu mengembangkan dan
keterlaksanaan pembelajaran yang dilakukan menyajikan hasil. Pada tahap ini guru meminta
oleh guru. Adapun deskripsi singkat masing- perwakilan kelompok untuk

3
mengomunikasikan dengan mempresentasikan LKS 02 kepada setiap kelompok dan
hasil kegiatan LKS 01, serta mengarahkan mengarahkan untuk mengamati, menyakan
kelompok lain untuk memberikan tanggapan masalah yang ada pada LKS 02.
hasil kegiatan kelompok penyaji yang diwakili Fase ketiga yaitu membimbing
salah satu anggota kelompok yang lain. penyelidikian individu dan kelompok untuk
Selanjutnya fase kelima guru menganalisis dan bekerja dan belajar. Pada tahap ini observer
mengevaluasi proses penyelidikan. Pada tahap mengamati setiap individu dan kelompok
ini guru membimbing siswa membuat belajar. Aktivitas siswa pada bagian
rangkuman dan memberikan penguatan menyelesaikan LKS 02 dalam kelompok,
terhadap jawaban siswa serta memberikan membandingkan dan mendiskusikan hasil
tugas mandiri yang ada pada LKS 01. Pada pekerjaan dengan teman sekelompok, pada
akhir proses pembelajaran guru memberi saat kerja kelompok masih ada beberapa
penghargaan kepada masing-masing kelompok kelompok yang perlu meningkatkan kerjasama
yang berprestasi. dalam kelompoknya. Peneliti dan guru yang
Pada pertemuan pertama ini, secara umum ditugaskan sabagai observer mengamati
aktivitas siswa dimulai dari kegiatan jalannya proses belajar dan mencatat hasilnya
pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan pada lembar observasi. Pada tahap ini guru
penutup memiliki persentase rata-rata 58,43%, meminta perwakilan kelompok untuk
berada pada kategori kurang ini disebabkan mengomunikasikan dengan mempresentasikan
karena siswa belum terbiasa belajar secara hasil kegiatan LKS 02, serta mengarahkan
kontekstual dan belum biasa membantu teman kelompok lain untuk memberikan tanggapan
yang masih butuh bantuan dan pencapaian hasil kegiatan kelompok penyaji yang diwakili
optimum keterampilan proses sains yaitu salah satu anggota kelompok yang lain.
73,08. Selanjutnya fase kelima guru menganalisis dan
b) Pertemuan Kedua mengevaluasi proses penyelidikan. Pada tahap
Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari ini guru membimbing siswa membuat
Selasa, tanggal 3 Mei 2016. Dimulai pada rangkuman dan memberikan penguatan
pukul 07.15 – 09.15. Pelaksanaan tindakan terhadap jawaban siswa serta memberikan
pada pertemuan kedua adalah melaksanakan tugas mandiri yang ada pada LKS 02.
semua rencana pembelajaran yang telah dibuat Pada pertemuan kedua ini, aktivitas
mengacu pada RPP-2 dan LKs-2, materi yang siswa sudah mengalami kemajuan yaitu 65,86
dibahas adalah Tekanan pada Zat Cair. % dan pencapaian optimum keterampilan
Pada kegiatan pendahuluan, kegiatan proses sains 82,05. Keterampilan proses sains
pembelajaran yang dilakukan oleh guru mengalami peningkatan dari pertemuan
dimulai dengan memeriksa kesiapan siswa dan pertama. Selanjutnya sebagai kegiatan akhir,
mengecek kehadiran siswa, menginformasikan guru memberikan penghargaan kepada
materi yang akan dibahas, tujuan pembelajaran masing-masing kelompok yang berprestasi,
yang ingin dicapai, serta memotivasi siswa serta mengingatkan untuk mempelajari materi
dengan mengaitkan materi yang akan dipelajari yang telah dibahas untuk persiapan tes akhir
dengan kehidupan sehari-hari,serta siklus I.
mengingatkan materi yang telah dipelajari 2. Observasi dan Evaluasi
sebelumnya. Hasil observasi terhadap guru
Pada kegiatan inti, fase pertama guru menunjukkan hal-hal sebagai berikut : (1) Pada
menyampaikan masalah kontekstual kepada setiap pertemuan, guru memberikan motivasi
siswa sehingga siswa termotivasi untuk kepada siswa untuk lebih memperhatikan
memecahkan masalah tersebut. Selanjutnya materi pembelajaran. (2) Guru telah
fase kedua mengorganisasikan siswa dalam menggunakan alat bantu yakni benda-benda
kelompok belajar. Pada tahap ini guru nyata yang ada disekitar siswa yang terkait
mengelompokkan siswa menjadi 5 kelompok dengan materi pelajaran yang disampaikan. (3)
yang terdiri dari 4-5 orang siswa secara Pemanfaatan waktu yang kurang efisien
heterogen dari segi kemampuan akademik, sehingga tidak mengarahkan siswa untuk
jenis kelamin. Selanjutnya guru membagikan menyimpulkan materi pembelajaran.

4
Hasil observasi terhadap siswa antara keterampilan proses sains dan berpikir kritis
lain menunjukkan hal-hal sebagai yaitu :
berikut : (1) Masih kurangnya siswa yang 1. Keterampilan Proses Sains
mengajukan pertanyaan terhadap masalah yang Keterampilan proses siswa dinilai pada
mereka tidak tahu serta tidak memahami saat proses pembelajaran berlangsung. Nilai
masalah yang diberikan. (2) Kurangnya keterampilan proses dihitung berdasarkan
kerjasama dalam kelompok, dimana masih pencapaian optimum yang diperoleh siswa
banyak siswa yang hanya mengharapkan selama dua kali pertemuan. Untuk menentukan
jawaban dari teman kelompoknya. (3) tingkat keterampilan proses siswa dapat
Kurangnya pendapat yang dikemukakan oleh dilakukan dengan membandingkan nilai yang
siswa karena mereka merasa asing dengan diperoleh siswa dengan skala penilaian
metode pembelajaran yang digunakan. keterampilan pada Permendikbud nomor 53
a). Analisis data secara kualitatif tahun 2015. Adapun perbandingan tingkat
Pada awal pelaksanaan pembelajaran keterampilan proses sains dapat dilihat pada
siklus pertama, diperoleh data hasil observasi tabel berikut :
atau pengamatan observer mengenai Tabel 7. Tingkat Keterampilan Proses Sains
kemampuan guru dalam melaksanakan Siswa Kelas VIII A SMPN 1 Watampone pada
pembelajaran dengan menggunakan Siklus I
pembelajaran berbasis kontekstual. No Indikator KPS Capaian Kategori
Berdasarkan hasil pengamatan bahwa, secara Optimum
umum kemampuan guru dalam mengelola Siklus I
pembelajaran masih perlu diperbaiki terutama 1 Merumuskan 74,36 Baik
pada pengelolaan waktu, serta dalam Pertanyaan
2 Merumuskan 71,15 Baik
menganalisis dan mengevaluasi proses
Hipotesis
pemecahan masalah dan nampak dari 3 Merangkai alat 82,05 Baik
presentasi hasil kerja kelompok siswa dimana percobaan
masih kurangnya siswa menanggapi hasil kerja 4 Melakukan 73,08 Baik
kelompok lain. Secara umum siswa pengamatan
memberikan perhatian seadanya terhadap 5 Menganalisis data 74,36 Baik
penyampaian tujuan pembelajaran, 6 Mengkomunikasikan 69,23 Cukup
penyampaian motivasi dan apersepsi, selain Berdasarkan data pada tabel 7 diketahui
itu proses pengecekan dan pemberian masukan bahwa keterampilan proses merumuskan
terhadap hasil pemecahan masalah kontekstual pertanyaan, merumuskan hipotesis, merangkai
dan bertanya masih kurang. alat percobaan, melakukan pengamatan, dan
Kedua pengamat bersama-sama menilai menganalisis data masing-masing berada pada
bahwa guru meskipun sudah menyampaikan kategori baik, sedangkan mengkomunikasikan
tujuan pembelajaran tetapi belum jelas bagi berada pada kategori cukup.
siswa. Selain itu guru harus memberikan 2. Berpikir Kritis
motivasi kepada siswa dalam hal mengajukan Nilai statistik deskriptif untuk berpikir
pertanyaan/permasalahan yang dialami dalam kritis siswa pada kelas VIII A SMPN 1
kehidupan sehari-hari dan mengomunikasikan Watampone dapat dilihat pada tabel berikut :
hasil diskusi. Itulah beberapa hal yang penting Tabel.8 Statistik Nilai Tes Berpikir Kritis
untuk diperbaiki dalam pembelajaran oleh guru Siswa Kelas VIII A SMPN 1 Watampone pada
yang menggunakan pembelajaran berbasis Siklus I
kontekstual. Statistik Nilai Statistik
b). Analisis data secara kuantitatif Subjek 26
Setelah dilakukan tindakan pembelajaran Nilai Ideal 100
pada siklus I berupa pembelajaran berbasis Nilai Tertinggi 80
kontekstual selama 2 kali pertemuan. Pada Nilai Terendah 50
pertemuan ketiga hari Jumat tanggal 6 Mei Nilai rata-rata 68,08
2016 dilaksanakan tes berpikir kritis Siklus I.
Adapun hasil analisis deskriptif terhadap

5
Dari sudut pandang ketuntasan belajar pada RPP-03 dan LKS-03, materi yang
secara kuantitatif, pada siklus I ketuntasan dibahas adalah Hukum Pascal.
belajar IPA siswa kelas VIII A SMPN 1 Pada kegiatan pendahuluan, kegiatan
Watampone dapat dilihat pada tabel berikut pembelajaran yang dilakukan oleh guru
ini: dimulai dengan memeriksa kesiapan dan
Tabel 9 Deskripsi Ketuntasan Tes Berpikir mengecek kehadiran siswa, menginformasikan
Kritis Siklus I Siswa Kelas VIII A SMPN 1 materi yang akan dibahas, tujuan pembelajaran
Watampone yang ingin dicapai, serta memotivasi siswa
KKM Kategori Frekuensi Persentase dengan mengaitkan materi yang akan dipelajari
≥ 78 Tuntas 7 26,92 % dengan kehidupan sehari hari, serta
< 78 Tidak 19 73,08 % mengingatkan materi yang telah dipelajari
Tuntas sebelumnya.
Pada kegiatan inti, fase pertama guru
Berdasarkan pada tabel 9 di atas tampak menyampaikan masalah kontekstual kepada
bahwa dari 26 siswa kelas VIII A SMPN 1 siswa sehingga siswa termotivasi untuk
Watampone yang dites pada siklus I, terdapat memecahkan masalah tersebut. Selanjutnya
19 siswa yang belum mencapai nilai KKM fase kedua mengorganisasikan siswa dalam
(tidak tuntas) dan 7 siswa yang telah mencapai kelompok belajar. Pada tahap ini guru
nilai KKM (tuntas). Hal ini menunjukkan mengelompokkan siswa menjadi 5 kelompok
bahwa ketuntasan belajar secara klaksikal yang terdiri dari 4-5 orang siswa secara
belum tercapai, karena jumlah siswa yang heterogen dari segi kemampuan akademik,
mencapai ketuntasan belajar masih kurang dari jenis kelamin. Selanjutnya guru membagikan
75%. LKS 03 kepada setiap kelompok dan
b. Analisis Deskripsi Hasil Penelitian Siklus mengarahkan untuk mengamati, menyakan
II masalah yang ada pada LKS 03.
1. Pelaksanaan Tindakan Fase ketiga yaitu membimbing
Pelaksanaan tindakan pada siklus II penyelidikian individu dan kelompok untuk
adalah pelaksanaan kegiatan proses bekerja dan belajar. Pada tahap ini observer
pembelajaran yang berlangsung sebanyak 3 mengamati setiap individu dan kelompok
kali pertemuan dan tes berpikir kritis sebanyak belajar. Aktivitas siswa pada bagian
1 kali pertemuan. Pada tahap ini, guru kembali menyelesaikan LKS 03 dalam kelompok,
berusaha untuk melaksanakan proses belajar membandingkan dan mendiskusikan hasil
mengajar sesuai dengan rencana pembelajaran pekerjaan dengan teman sekelompok, pada
yang telah dibuat serta guru melaksanakan saat kerja kelompok masih ada beberapa
tindakan perbaikan-perbaikan sebagaiman kelompok yang perlu meningkatkan kerjasama
yang telah direncanakan pada tahap dalam kelompoknya. Peneliti dan guru yang
perencanaan siklus II. ditugaskan sabagai observer mengamati
Kegiatan proses pembelajaran diamati jalannya proses belajar dan mencatat hasilnya
oleh dua orang guru sebagai pengamat pada lembar observasi. Pada tahap ini guru
(observer). Seorang diantaranya aktivitas berkeliling dan membimbing seperlunya bagi
siswa, dan yang lainnya mengamati siswa yang mengalami kesulitan. Selanjutnya
keterlaksanaan pembelajaran yang dilakukan fase keempat yaitu mengembangkan dan
oleh guru. Adapun deskripsi singkat masing- menyajikan hasil. Pada tahap ini guru meminta
masing pertemuan dapat dijelaskan sebagai perwakilan kelompok untuk
berikut : mengomunikasikan dengan mempresentasikan
a) Pertemuan Keempat hasil kegiatan LKS 03, serta mengarahkan
Pertemuan dilaksanakan pada hari kelompok lain untuk memberikan tanggapan
Selasa, tanggal 10 Mei 2016. Dimulai pukul hasil kegiatan kelompok penyaji yang diwakili
07.15 – 09.15. Pelaksanaan tindakan pada salah satu anggota kelompok yang lain.
pertemuan keempat adalah melaksanakan Selanjutnya fase kelima guru menganalisis dan
semua rencana pembelajaran yang telah dibuat mengevaluasi proses penyelidikan. Pada tahap
Pelaksanaan proses pembelajaran mengacu ini guru membimbing siswa membuat

6
rangkuman dan memberikan penguatan jalannya proses belajar dan mencatat hasilnya
terhadap jawaban siswa. Pada pertemuan pada lembar observasi. Pada tahap ini guru
keempat ini, aktivitas siswa dan kerampilan berkeliling dan membimbing seperlunya bagi
proses sudah mengalami kemajuan. Pada akhir siswa yang mengalami kesulitan. Selanjutnya
proses pembelajaran guru memberikan tugas fase keempat yaitu mengembangkan dan
mandiri yang ada LKS-03, serta memberi menyajikan hasil. Pada tahap ini guru meminta
penghargaan kepada masing-masing kelompok perwakilan kelompok untuk
yang berprestasi. mengomunikasikan dengan mempresentasikan
b) Pertemuan Kelima hasil kegiatan LKS 04, serta mengarahkan
Pertemuan dilaksanakan hari Jumat, kelompok lain untuk memberikan tanggapan
tanggal 13 Mei 2016. Dimulai pada pukul hasil kegiatan kelompok penyaji yang diwakili
07.15 - 08.35. Pelaksanaan tindakan pada salah satu anggota kelompok yang lain.
pertemuan kelima adalah melaksanakan semua Selanjutnya fase kelima guru menganalisis dan
rencana pem.belajaran yang telah dibuat mengevaluasi proses penyelidikan. Pada tahap
Pelaksanaan prose pembelajaran mengacu ini guru membimbing siswa membuat
pada RPP-04 dan LKS-04, materi yang rangkuman dan memberikan penguatan
dibahas adalah Hukum Archimedes. terhadap jawaban siswa.
Pada kegiatan pendahuluan, kegiatan Pada pertemuan kelima ini, aktivitas
pembelajaran yang dilakukan oleh guru siswa dan kerampilan proses sudah mengalami
dimulai dengan memeriksa kesiapan dan kemajuan walaupun pada fase membimbing
mengecek kehadiran siswa, menginformasikan penyelidikan individual maupun kelompok,
materi yang akan dibahas, tujuan pembelajaran terlihat adanya satu kelompok yang salah
yang ingin dicapai, serta memotivasi siswa dalam merencanakan penyelesaian. Adapun
dengan mengaitkan materi yang akan dipelajari yang dilakukan oleh guru untuk mengatasi hal
dengan kehidupan sehari hari, serta tersebut adalah menanyakan bagian-bagian
mengingatkan materi yang telah dipelajari yang dirasakan sulit oleh siswa untuk
sebelumnya. selanjutnya diberikan penjelasan.
Pada kegiatan inti, fase pertama guru Pada akhir proses pembelajaran guru
menyampaikan masalah kontekstual kepada memberikan tugas mandiri yang ada LKS-04,
siswa sehingga siswa termotivasi untuk dan memberi penghargaan kepada masing-
memecahkan masalah tersebut. Selanjutnya masing kelompok yang berprestasi, serta
fase kedua mengorganisasikan siswa dalam mengingatkan untuk mempelajari materi
kelompok belajar. Pada tahap ini guru selanjutnya.
mengelompokkan siswa menjadi 5 kelompok 2. Observasi dan Evaluasi
yang terdiri dari 4-5 orang siswa secara Masih seperti pada siklus I diobservasi
heterogen dari segi kemampuan akademik, oleh 2 orang guru IPA. Kedua orang guru ini
jenis kelamin. Selanjutnya guru membagikan mengobservasi 2 komponen sekaligus, yaitu
LKS 04 kepada setiap kelompok dan pelaksanaan pembelajaran oleh guru yang
mengarahkan untuk mengamati, menyakan menggunakan pembelajaran berbasis
masalah yang ada pada LKS 04. kontekstual dan kegiatan siswa dalam
Fase ketiga yaitu membimbing pembelajaran. Kegiatan observasi berlangsung
penyelidikian individu dan kelompok untuk setiap pertemuan selama pembelajaran
bekerja dan belajar. Pada tahap ini observer berlangsung.
mengamati setiap individu dan kelompok Pengamat mengamati dari pelaksanaan
belajar. Aktivitas siswa pada bagian pembelajaran terdapat beberapa hal yang
menyelesaikan LKS 04 dalam kelompok, berkurang dilakukan oleh peneliti pada
membandingkan dan mendiskusikan hasil pertemuan keempat sampai pertemuan
pekerjaan dengan teman sekelompok, pada keenam. Beberapa hal tersebut antara lain (1)
saat kerja kelompok masih ada beberapa guru tidak menjelaskan lebih banyak lagi
kelompok yang perlu meningkatkan kerjasama bagaimana mengaitkan permasalahan yang
dalam kelompoknya. Peneliti dan guru yang diberikan dengan kehidupan sehari-hari. (2)
ditugaskan sabagai observer mengamati guru tidak menjelaskan lagi bagaimana

7
langkah-langkah kerja dalam menyelasaikan keterampilan proses sains dapat dilihat pada
permasalahan. tabel berikut :
Berdasarkan lembar observasi kegiatan Tabel 10. Tingkat Keterampilan Proses Sains
siswa pada siklus II diperoleh data bahwa, Siswa Kelas VIII A SMPN 1 Watampone pada
siswa mengalami kemajuan baik dari segi Siklus II
aktivitas maupun dari keterampilan proses No Indikator KPS Capaian Kategori
sains. Optimum
a) Analisis data secara kualitatif Siklus II
Pada Siklus II, diperoleh data hasil 1 Merumuskan 97,44 Sangat
observasi atau pengamatan observer, mengenai Pertanyaan Baik
kemampuan guru dalam melaksanakan 2 Merumuskan 86,54 Sangat
Hipotesis Baik
pembelajaran dengan menggunakan 3 Merangkai alat 87,18 Sangat
pembelajaran berbasis kontekstual. percobaan Baik
Berdasarkan hasil pengamatan bahwa 4 Melakukan 89,74 Sangat
kemampuan guru dalam mengelola pengamatan Baik
pembelajaran sudah berjalan dengan baik. 5 Menganalisis data 85,90 Sangat
Salah satu indikatornya adalah bertambah Baik
meningkatnya jumlah siswa yang menjawab 6 Mengkomunikasikan 95,51 Sangat
tuntas permasalahan yang dijadikan alat Baik
evaluasi proses. Beberapa hal yang perlu Berdasarkan data pada tabel 10 diketahui
dilakukan perbaikan dari siklus I sudah bahwa keterampilan proses merumuskan
berjalan lancar. Kedua pengamat bersama- pertanyaan, merumuskan hipotesis, merangkai
sama menilai bahwa, guru sudah alat percobaan, melakukan pengamatan,
menyampaikan tujuan pembelajaran dan menganalisis, dan mengkomunikasikan
menjelaskan dengan jelas kepada siswa. masing-masing berada pada kategori sangat
Pengamat juga menilai bahwa, pemberian baik.
motivasi dan apersepsi oleh guru sudah tepat 2. Berpikir Kritis
sasaran dan menarik bagi siswa, serta Nilai statistik deskriptif untuk berpikir
pencapaian optimum keterampilan proses sains kritis siswa pada kelas VIII A SMPN 1
meningkat dari siklus I ke siklus II (lampiran Watampone dapat dilihat pada tabel berikut :
19) Tabel 11 Statistik Nilai Tes Berpikir Kritis
b) Analisis data secara kuantitatif Siswa kelas VIII A SMPN I Watampone pada
Setelah dilakukan tindakan pembelajaran Siklus II
pada siklus II berupa pembelajaran berbasis Statistik Nilai Statistik
kontekstual selama3 kali pertemuan. Pada Subjek 26
pertemuan ketujuh hari Jumat tanggal 20 Mei Nilai Ideal 100
2016 dilaksanakan tes berpikir kritis Siklus II. Nilai Tertinggi 93,33
Adapun hasil analisis deskriptif terhadap
Nilai Terendah 73,33
keterampilan proses sains dan berpikir kritis
yaitu : Nilai rata-rata 86,67
1. Keterampilan Proses Sains Apabila nilai tes berpikir kritis pada
Keterampilan proses siswa dinilai pada siklus I dibandingkan dengan siklus II maka
saat proses pembelajaran berlangsung. Nilai terjadi peningkatan-peningkatan diantaranya
keterampilan proses dihitung berdasarkan pada nilai rata-rata dari 68,08 menjadi 86,67.
pencapaian optimum yang diperoleh siswa Dari sudut pandang ketuntasan belajar
selama tiga kali pertemuan. Untuk menentukan secara kuantitatif. Pada siklus II ketuntasan
tingkat keterampilan proses siswa dapat belajar IPA(fisika) siswa kelas VIII A SMPN 1
dilakukan dengan membandingkan nilai yang Watampone dapat dilihat pada tabel berikut :
diperoleh siswa dengan skala penilaian Tabel 12. Deskripsi Ketuntasan Belajar IPA
keterampilan pada Permendikbud nomor 53 pada Siklus II Siswa Kelas VIII A SMPN 1
tahun 2015. Adapun perbandingan tingkat Watampone

8
KKM Kategori Frekuensi Persentase sendiri, sehingga akan lebih memahami tujuan
≥ 78 Tuntas 24 92,31 % dari penyelidikan dan pengamatannya menjadi
< 78 Tidak 2 7,69 % lebih terarah.
Tuntas Selanjutnya keterampilan
mengumpulkan dan menganalisis data berada
Berdasarkan pada tabel 12 diatas nampak pada kategori sangat baik. Dalam penelitian
bahwa dari 26 siswa kelas VIII A SMPN 1 ini, diperoleh bahwa keterampilan siswa dalam
Watampone siklus II, terdapat 2 orang siswa merumuskan hipotesis berada pada kategori
atau 7,69 % siswa yang belum mencapai nilai sangat baik. Hal ini mengindikasikan bahwa
KKM (tidak tuntas) dan 24 orang siswa atau salah satu hal yang mempengaruhi
92,31 % siswa yang telah mencapai nilai KKM keterampilan mengumpulkan dan menganalisis
(tuntas). Hal ini menunjukkan bahwa data adalah keterampilan merumuskan
ketuntasan belajar secara klaksikal sudah hipotesis, karena hipotesis dapat menuntun
tercapai, karena jumlah siswa yang mencapai proses pengumpulan data. Hal ini sejalan
ketuntasan belajar lebih dari 75%. dengan pendapat Trianto (2009:169) yang
2. Pembahasan Penelitian mengemukakan bahwa hipotesis digunakan
a. K eterampilan proses sains untuk menuntun proses pengumpulan data.
Berdasarkan hasil analisis data diperoleh Selanjutnya keterampilan
bahwa terjadi peningkatan keterampilan proses mengkomunikasikan berada pada kategori
sains dengan pembelajaran berbasis sangat baik. Aspek yang dinilai pada
kontekstual dari siklus I ke siklus II. Diperoleh keterampilan ini adalah kemampuan
bahwa pencapaian optimum pada siklus II mempresentasikan hasil penyelidikan dan
keterampilan merumuskan pertanyaan dan kemampuan membuat kesimpulan. Hal ini
merumuskan hipotesis berada pada kategori sejalan dengan pendapat Barry K. Beyer
sangat baik. Menurut Watzel (2008), (dalam Surya, 2013 :163) yang
keterampilan merumuskan hipotesis adalah mengemukakan bahwa pertimbangan atau
merumuskan dugaan yang masuk akal yang pemikiran yaitu kemampuan untuk
dapat diuji tentang bagaimana dan mengapa merangkum kesimpulan dari satu atau
sesuatu terjadi. Hipotesis dirumuskan dalam beberapa premis. Prosesnya akan meliputi
bentuk pernyataan bukan pertanyaan. kegiatan menguji hubungan antara beberapa
Sedangkan pertanyaan digunakan dalam pernyataan atau data.
merumuskan masalah yang akan diteliti. b. Keterampilan Berpikir Kritis
Dalam hal ini tingkat merumuskan pertanyaan Berdasarkan hasil analisis berpikir kritis
dan hipotesis berada pada kategori sangat baik, yang dicapai oleh siswa setelah pembelajaran
disebabkan oleh masing-masing kelompok berbasis kontekstual dengan indikator
diberikan sedikit materi pengantar yang keterampilan berpikir kritis adalah (1)
berhubungan dengan tujuan pembelajaran dan mengidentifikasi alasan yang dinyatakan,
pertanyaan serta hipotesis yang akan mengidentifikasi kesimpulan, (2) mencatat hal-
dirumuskan. hal yang diperlukan, (3) berhipotesis, (4)
Selanjutnya keterampilan merangkai alat menilai hasil penelitian, (5) mengaplikasikan
percobaan berada pada kategori sangat baik, konsep dari siklus I kesiklus II mengalami
karena alat dan bahan yang digunakan sangat peningkatan. Siswa yang memperoleh nilai
sederhana dan penggunaannya kontekstual lebih besar sama dengan 78 secara klaksikal
(nyata) dalam kehidupan sehari-hari. sebanyak 7 orang siswa dan yang mempeoleh
Adapun keterampilan melakukan nilai kurang 78 sebanyak 19 orang, ini
pengamatan berada pada kategori sangat baik. menunjukkan ketuntasan belum tercapai.
Hal ini sejalan dengan pendapat Welch (dalam Dengan melihat kekurangan-kekurangan yang
Singgih Trihastuti dan Yoko Rimy, 2008), masih ada serta pemahaman siswa terhadap
keterampilan mengamati merupakan langkah materi pada tindakan siklus I yang belum
awal dari proses inkuiri. Dimana dalam proses mencapai indikator keberhasilan yang telah
inkuiri siswa diberikan kesempatan untuk ditetapkan yakni minimal 75% siswa telah
memilih gejala dan metode penyelidikan memperoleh nilai lebih besar sama dengan 78

9
maka penelitian dilanjutkan pada tindakan Aqib, Zainal. 2013. Model-model, Media, dan
siklus II. Strategi Pembelajaran Kontekstual
Berdasarkan hasil evaluasi yang (Inovatif). Bandung : CV Yrama
dilakukan pada siklus II, siswa yang Widya.
memperoleh nilai lebih besar sama dengan 78 A.Mertler, Craig. 2014. Penelitian Tindakan
sebanyak 24 orang atau 92,31 %, ini berarti Kelas. Jakarta : PT. Indeks.
mengalami peningkatan dibandingkan hasil Facione, P.A. 1990. Critical Thinking: A
evaluasi pada siklus I. Statement of Expert Consesus for
Terjadinya peningkatan keterampilan Purpose of Educational Assessment
proses dan berpikir kritis dari siklus I ke Siklus and Instruction. California: California
II karena pembelajaran yang dilakukan Academic Press
menekankan kepada proses keterlibatan Filsaisme, D.K (2008). Menguak rahasia
peserta didik secara penuh untuk dapat Berpikir Kritis dan kreatif. Jakarta:
menemukan materi yang dipelajari dan Prestasi Pustaka.
menghubungkannya dengan situasi kehidupan Fisher, Alec. 2009. Berpikir Kritis.Sebuah
nyata sehingga mendorong peserta didik untuk Pengantar. Jakarta : Erlangga.
dapat menerapkannya dalam kehidupan Hasyim, Muttaharah. 2014.Pengaruh Model
mereka (Sanjaya,2010:255). Pembelajaran Dan Gaya Belajar
Belajar akan lebih bermakna jika anak Terhadap Keterampilan Proses Sains
mengalami apa yang dipelajarinya, bukan Peserta Didik Kelas VII SMP Negeri 30
mengetahuinya. Pendekatan pembelajaran Makassar
Kontekstual adalah mempraktikkan konsep Johnson, Elaine B. 2007. Contextual teaching
belajar yang mengaitkan materi yang dipelajari & Learning : menjadikan kegiatan
dengan situasi dunia nyata peserta didik. belajar Mengajar mengasyikkan dan
PENUTUP bermakna. Bandung : Mizan Learning
Kesimpulan Center (MLC).
Berdasarkan hasil penelitian dan Khaeruddin dan Eko Hadi Sujiono, 2005.
pembahasan dapat disimpulkan sebagai Pembelajaran Sains (IPA) Berdasarkan
berikut: Kurikulum Berbasis Kompetensi.
1. Penerapan pembelajaran berbasis Makassar : State University of
kontesktual dapat meningkatkan Makassar Press.
keterampilan proses siswa. Hal ini dapat Komalasari, Kokom. 2013. Pembelajaran
dilihat pada pencapaian optimum pada Kontekstual : konsep dan aplikasi.
siklus I 81,41 dan meningkat pada siklus II Bandung : PT. Refika Aditama
yaitu sebesar 97,44 dalam kategori sangat Miftah. 2013. Pengembangan Perangkat
baik. Pembelajaran Berorientasi Metode
2. Penerapan pembelajaran berbasis Pembelajaran Penemuan Terbimbing
kontekstual dapat meningkatkan Terhadap Pencapaian Keterampilan
keterampilan berpikir kritis siswa. Hal ini Proses Sains dan Keterampilan
ditunjukkan oleh pencapaian persentase Berpikir Kritis Peserta didik MAN 2
berpikir kritis pada siklus I sebesar 26,92% Model Makassar. Tesis tidak
dan meningkat pada siklus II yaitu sebesar diterbitkan. Makassar. PPs UNM
92,31%. Nurkencana W, 1983. Evaluasi Pendidikan.
Surabaya : Usaha Nasional
DAFTAR PUSTAKA Nur,Mohammad.2011. Modul Keterampilan-
Arikunto, Suharsimi., Suhardjono., & Supardi. keterampilan Proses Sains.Surabaya
2008. Penelitian Tindakan Kelas. :Universitas Negeri Surabaya Pusat
Jakarta : PT. Bumi Akasara. Sains dan Matematika Sekolah(PSMS).
Arikuto, Suharsimi, 2013. Dasar-dasar Peter W. Airasian, Kathleen A. Cruikshank.
Evaluasi Pendidikan (Edisi Kedua). 2014. Pembelajaran,Pengajaran, Dan
Jakarta : Bumi Aksara. Asesmen. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

10
Permendikbud No 53 Tahun 2015 Tentang Trianto, 2010a, Model Pembelajaran Terpadu.
Penilaian. Dit. Pembinaan SMP – Jakarta : Bumi Aksara
Ditjen Pendidikan Dasar dan 2010b. Mendesain Model
Menengah. Pembelajaran Inovatif - Progresif.
Putra, S.R. 2012. Desain Belajar Mengajar Jakarta: Kencana.
Kreatif Berbasis Sains. Jogyakarta: Trianto. 2008. Mendesain Pembelajaran
Diva Press. Kontekstual (Contekstual Teaching and
PPs UNM, 2012. Pedoman Penulisan Tesis Learning) di kelas. Surabaya : Cerdas
dan Disertasi. Makassar : Badan Pustaka.
Penerbit UNM Trihastuti, Singgih dan Yoko Rimy. 2008.
Riswanto,Pembelajaran Berbasis Pembelajaran Keterampilan Proses
Laboratorium Guna Meningkatkan Inquiry, dan Discovery Learning.
Keterampilan Proses Sains Dalam Online
Membangun Karakter Siswa. PPs (http://umifatmawati.blog.uns.ac.id/200
Universitas Ahmad Dahlan 9/07/17). Diakses 30 Mei 2016.
Yogyakarta. Blog Wena, Made. 2012. Strategi Pembelajaran
rumbiariswan.blogspot.com. Inovatif Kontemporer : Suatu Tinjauan
Rusman, 2012. Model-Model Pembelajaran. Konseptual Operasional. Jakarta :
Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. Bumu Aksara.
Sanjaya, Wina. 2013. Strategi
Pembelajaran Berorientasi Standar
Proses Pendidikan, Jakarta : Kencana.
ST.Rahmah. 2014. Studi Analisis Persepsi
Peserta Didik Tentang Keterampilan
Proses Sains Dan Kemampuan Berpikir
Kritis Terhadap Hasil Belajar Peserta
Didik Di SMP Negeri Se- Kecamatan
Dua Pitue Kabupaten Sidenreng
Rappang.
Sudrajat, Akhmad. 2009. Pembelajaran
Kontekstual (Contextual Teaching and
Learning),Online.(http:// Akhmad
Sudrajat.
Wordpress.Com/Pembelajaran CTL,
Diakses tanggal 28 Mei 2016
Sugiyono, 2015. Metode Penelitian
Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R & D. Bandung :
Alfabeta.
Surya, Hendra. 2013. Cara Belajar Orang
Genius. Jakarta: PT. Elex Media
Komputindo.
Tawil, Muh,Liliasari. 2013. Berpikir Kompleks
dan Implementasinya dalam
Pembelajaran IPA. Badan Penerbit
Universitas Negeri Makassar.
Tawil, Muh,Liliasari. 2014. Keterampilan-
keterampilan Sains dan
Implementasinya Dalam Pembelajaran
IPA. Badan Penerbit Universitas Negeri
Makassar.

11

Anda mungkin juga menyukai