Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM

RLC SERI

1.1. TUJUAN PERCOBAAN


1. Mengukur besar tegangan AC dengan menggunakan beban resistor, induktor, dan
kapasitor.
2. Menentukan nilai impedansi (Z) komponen R L C dalam hubungan seri.
3. Mengetahui bentuk gelombang pada masing-massing tegangan.
4. Mengetahui pengaruh antara tegangan terhadap beban resistor, induktor, dan
kapasitor.
5. Mengetahui beda fasa tegangan.
6. Menganalisis rangkaian RLC ditinjau dari arus, tegangan maupun sudut fasanya.

1.2. DASAR TEORI


Besar tegangan pada rangkaian seri berbeda namun besarnya arus pada rangkaian
seri besarnya sama. Besarnya tegangan pada suatu rangkaian dipengaruhi oleh arus dan
impedansi (R L C). Namun walaupun tegangan pada tiap – tiap komponen berbeda
sigma tegangan sama dengan 0. Hal ini sesuai dengan Hukum Kirchoff 2 ∑E = 0.

Resistor merupakan salah satu komponen yang mempengaruhi besarnya


tegangan. Semakin besar resistor maka arus semakin kecil dan tegangan juga mengecil
nilainya sesuai dengan Hukum Ohm yaitu V = I x R. Resistor dapat menimbulkan rugi
arus berupa panas yang mempengaruhi drop tegangan. Resistor tidak memiliki cos phi.

Inductor memiliki satuan Henry (H), inductor terdiri dari kumparan atau belitan
pada inti besi. Inductor bersifat induktif dan menghasilkan tegangan reaktif karena
terdapat cos phi. Pada inductor juga terjadi ggl hasill dari induktansi diri sehingga
terjadi perubahan sifat bahwa tegangan mendahului arus sebesar 900. Untuk dapat
menghitung reaktansi indoktor dapat menggunakan rumus XL = ω. L dengan keterangan
ω = 2 π f. Sehingga didapatkan nilai reaktansi inductor dalam satuan Ohm.

1
Kapasitor memiliki satuan farad (F). Kapasitor pada tegangan AC bersifat arus
mendahului tegangan sebesar 900, dan untuk menghitung reaktansi kapasitor dapat
1
menggunakan rumus Xc = .
ωc

Sehingga secara umum untuk menghitung besarnya nilai impedansi total dapat
menggunakan rumus 𝑍 = √𝑅2 + (𝑋𝐶 − X𝐿)2 jika nilai Xc lebih besar dari pada XL,

atau 𝑍 = √𝑅2 + (𝑋𝐿 − X𝐶)2 jika nilai XL lebih besar dari Xc. Jika nilai XL lebih besar
dari pada Xc maka impedansi tersebut lebih bersifat induktif, begitu juga sebaliknya
jika Xc lebih besar dari pada XL maka impedansi dari suatu rangkaian lebih bersifat
kapasitif.

Sementara beda fasa pada gelombang dapat diukur dengan oscilloscope juga
menggunakan metode simultan dan lisoulus. Metode simultan dapat dihitung dengan
mengamati perbedaan fase pada gelombang yang terlihat pada layar oscilloscope
dengan rumus θ = beda fasa (x). 3600.

Sementara metode lisoulus dapat dihitung dengan terlebih dahulu mengubah


pengaturan pada oscilloscope menjadibentuk gambar x dan y kemudian menghitung
𝐴
dengan rumus θ= 𝑠𝑖𝑛 .
𝐵

1.3. ALAT DAN BAHAN


1. Oscilloscope : 1 buah
2. Trafo 220V/ 6V : 1 buah
3. Resistor 820Ω dan 1200Ω : 1 buah
4. Induktor 1 H (Ballast) : 1 buah
5. Capasitor decade 3μF dan 4μF : 1 buah
6. Probe : 2 buah

2
7. Kabel Banana : secukupnya
8. Jepit Buaya : secukupnya

1.4. RANGKAIAN PERCOBAAN

1.5. LANGKAH PERCOBAAN


1. Membuat konsep sebelum melakukan percobaan, daya pada komponen tidak boleh
melebihi 0.5 watt untuk menggunakan kode warna dan tidak boleh melebihi dari 5
watt untuk yang keramik.
2. Siapkan peralatan dan cek kembali keadaan alat tersebut apakah sudah baik atau
belum.
3. Hidupkan oscilloscope dengan menghubungkan kabel supply pada panel tegangan
220 VAC.
4. Hubungkan kabel probe 1 ke chanel 1 (CH1) dan kabel probe 2 ke chanel 2 (CH2)
pada oscilloscope dual trace.
5. Kalibrasi terlebih dahulu chanel 1dan chanel 2 oscilloscope tersebut.
6. Susun rangkaian seperti gambar di bawah ini untuk dapat menghitung besar
tegangan sumber (VS).

Kemudian amati dan ukur tegangan yang terdapat pada layar oscilloscope.

3
7. Setelah mengukur tegangan sumber pada rangkaian ukurlah tegangan pada R
(VR) seperti pada rangkaian di bawah ini

8. Kemudian hitung juga tegangan pada inductor dan kapasitor seperti gambar
rangkaian di bawah ini

Rangkaian untuk mengukur VC

Rangkaian untuk mengukur VL

9. Setelah mengetahui VS, VL, VR dan VC maka dapat menghitung arus dengan
𝑉𝑆
rumus I =
𝑍

4
Setelah mengetahui nilai dari VS, Vl, VC, dan VR, maka kita dapat menghitung
arus juga dengan rumus seperti di atas tadi.
10. Kemudian setelah mengetahui tegangan, hitunglah beda fasa pada tegangan yang
tertera pada layar oscilloscope, dengan metode simultan.
11. Catat hasil setiap percobaan dan kembalikan alat – alat.

1.6. DATA PERCOBAAN


➢ TABEL BERDASARKAN PERHITUNGAN (TEORI)

BEBAN Vs VR (V) VL (V) Vc (V) Θ (⁰) I ( mA) Z (Ω)


(V)
R1 = 820 Ω 4,4
L1 = 1 H 6 1,7 144° 5,41 1109,26
C1 = 3 µF 5,7
R2 = 1200 Ω 5,57
L2 = 1 H 6 1,46 162° 4,64 1293,25
C2 = 4 µF 3,69

Perhitungan
1. R1 = 820 Ω, L1 = 1 H, C1 = 3 µF
L  XL = ω.L
= 2πf.L
= 314,15 Ω
1 1
C  XC (3µF) = =
ω.𝑐 2𝜋𝑓.𝑐
1
= = 1061,03 Ω
2𝜋.50.3𝑥10−6

R = 820 Ω Xc = 1061,03 Ω XL = 314 Ω

Z = √(820)2 + (1061,03 − 314)2

= √672400 + 558053,82

= √1230453,821
= 1109,26 Ω

5
𝑉𝑠 6
I (820 Ω) = = = 5,41 x 10-3 A = 5,41 mA
𝑍 1109,26

VR (820 Ω) = I . XR
= 5,41 x 10-3 . 820
= 4,4 V
VL (820 Ω) = I . XL
= 5,41 x 10-3 . 314
= 1,7 V
VC (820 Ω) = I . XC
= 5,41 x 10-3 . 1061,03
= 5,7 V
2. R2 = 1200 Ω, L2 = 1 H, C2 = 4 µF
L  XL = ω.L
= 2πf.L
= 314 Ω
1 1
C  XC (4µF) =
ω.𝑐 2𝜋𝑓.𝑐
1
= = 796,18 Ω
2𝜋.50.4𝑥10−6

R = 1200 Ω Xc = 796,18 Ω XL = 314 Ω

Z = √(1200)2 + (796,18 − 314)2


= √1440000 + 232497,55
= √1672497,55
= 1293,25 Ω
𝑉𝑠 6
I (1200 Ω) = = = 4,64 x 10-3 A = 4,64 mA
𝑍 1293,25

VR (1200 Ω) = I . XR
= 4,64 x 10-3 . 1200
= 5,57 V
VL (1200 Ω) = I . XL
= 4,64 x 10-3 . 314
= 1,46 V

6
VC (1200 Ω) = I . XC
= 4,64 x 10-3 . 796,18
= 3,69 V

➢ TABEL BERDASARKAN PENGUKURAN

BEBAN Vs (V) VR (V) VL (V) Vc (V) Θ (⁰) I ( mA) Z (Ω)


R1 = 820 Ω 4,24
L1 = 1 H 6 4,95 144˚ 5,41 1109,26
C1 = 3 µF 5,66
R2 = 1200 Ω 7.5
L2 = 1 H 6 8 162˚ 4,64 1293,04
C2 = 4 µF 8.5

Perhitungan
1. R1 = 820 Ω, L1 = 1 H, C1 = 3 µF

L  XL = ω.L
= 2πf.L
= 314 Ω
1 1
C  XC (3µF) = =
ω.𝑐 2𝜋𝑓.𝑐
1
= = 1061,03 Ω
2𝜋.50.3𝑥10−6

R = 820 Ω Xc = 1061,03 Ω XL = 314 Ω

Z = √(820)2 + (1061,03 − 314)2

= √672400 + 558053,82

= √1230453,821
= 1109,26 Ω
Vs = 1.7 x 5 𝑉⁄𝑑𝑖𝑣 = 8,5 (Vpeak-to-peak)
8,5
Jadi, VS = =6V
√2

VR = 1,2 x 5 𝑉⁄𝑑𝑖𝑣 = 6 V (Vpeak-to-peak)

7
6
Jadi, VR = = 4,24 V
√2

VL = 1,4 x 5 𝑉 ⁄𝑑𝑖𝑣 = 7 V (Vpeak-to-peak)


7
Jadi, VL = = 4,95 V
√2

VC = 1,6 x 5 𝑉⁄𝑑𝑖𝑣 = 8 V (Vpeak-to-peak)


8
Jadi, VC = = 5,66 V
√2
8
Θ= x 360˚ = 144˚
20
6
I =
1109,26

= 5,41 x 10-3 mA = 5,41 A

2. R2 = 1200 Ω, L2 = 1 H, C2 = 4 µF
L  XL = ω.L
= 2πf.L
= 314 Ω
1 1
C  XC (4µF) =
ω.𝑐 2𝜋𝑓.𝑐
1
= = 796,18 Ω
2𝜋.50.4𝑥10−6

R = 1200 Ω Xc = 796,18 Ω XL = 314 Ω

Z = √(1200)2 + (796,18 − 314)2


= √1440000 + 232497,55
= √1672497,55
= 1293,25 Ω
Vs = 1.7 x 5 𝑉⁄𝑑𝑖𝑣 = 8,5 (Vpeak-to-peak)
8,5
Jadi, VS = =6V
√2

VR = 1,5 x 5 𝑉⁄𝑑𝑖𝑣 = 7,5 V (Vpeak-to-peak)


7,5
Jadi, VR = = 5,3 V
√2

VL = 1,6 x 5 𝑉 ⁄𝑑𝑖𝑣 = 8 V (Vpeak-to-peak)


8
Jadi, VL = = 5,66 V
√2

VC = 1,7 x 5 𝑉⁄𝑑𝑖𝑣 = 8,5 V (Vpeak-to-peak)

8
8,5
Jadi, VC = =6V
√2
9
Θ= x 360˚ = 162˚
20
6
I =
1293,25

= 4,64 x 10-3 A = 4,64 A

1.7. DATA PERCOBAAN

Pertanyaan

1. Bandingkan hasil perhitungan dengan hasil pengukuran yang meliputi tegangan


masing – maisng komponen R, L, C, sudut fasa, dan arus. Berikan komentarmu!
2. Gambar bentuk gelombang perbedaan fasa antara arus dan tegangan yang tampak
pada layar oscilloscope!
3. Adakah pengaruhnya perubahan nilai kapasitansi kapasitor pada sudut fasa θ,
uraikan penjelasannya!
4. Buatlah vector diagram tegangan dan arus dari hasil pengukuran dengan skala yang
benar!
5. Buatlah analisis dan kesimpulan dari hasil percobaan!

Jawab :
1. Jadi, nilai hasil perhitungan dan nilai hasil pengukuran tidak sama. Karena saat
pengukuran terdapat rugi – rugi yang diabaikan saat perhitungan, kemudian juga
pada saat pengukuran pada sumber, tidak selalu tepat berada pada tegangan yang
diinginkan karena pada waktu tertentu terjadi tegangan yang tiba-tiba drop
ataupun naik. Hal inilah yang menyebabkan hasil perhitungan dan percobaan
mempunyai nilai yang berbeda.

9
2. Bentuk gelombang perbedaan fasa antara arus dan tegangan yang tampak pada
layar oscilloscope :

10
3. Ada, karena kapasitor dalam sebuah sistem mempunyai karakteristik leading
yang mana nilai kapasitansinya diberi nilai negatif. Hal yang berbeda terjadi pada
kumparan yang mempunyai karakteristik leagging yang memiliki nilai induktansi
positif. Pada saat sebuah sistem mempunyai banyak beban yang bersifat induktif
maka, segitiga daya sistem tersebut akan mengalami pelebaran karena nilai
induktansi adalah positif, yang mana hal ini mempengaruhi nilai cos phi sistem
tersebut, jika sudut terlalu besar dan nilai cos phi semakin kecil. Dengan begitu
kita dapat menyimpulkan bahwa sistem tersebut jelek, pada saat inilah peran
kapasitor yang memiliki nilai kapasitansi negatif berperan. Kapasitor akan
memperkecil pelebaran segitiga daya pada sistem keseluruhan sehingga
memperbesar nilai cos phi mendekati nilai 1 dan mengakibatkan perbaikan –
perbaikan efisiensi sistem secara keseluruhan.
4. Vector diagram tegangan dan arus dari hasil pengukuran :

11
5. Analisis dan Kesimpulan :
Nilai impedansi dapat berpengaruh terhadap beda fasa yang terjadi pada
rangkaian seri RLC. Besarnya nilai impedansi ditentukan oleh nilai tiap
komponen yang menyusunnya. Ketika nilai Xl lebih besar dari Xc, maka
rangkaian cenderung bersifat induktif sehingga arus tertinggal(Legging) dari
tahanan. Namun apabila nilai Xc lebih besar dari nilai Xl, maka rangkaian
cenderung bersifat kapastif sehingga arus mendahului tegangan(Leading).
Disisi lain, sifat-sifat dari rangkaian (R,L,C) sendiri juga mempengaruhi
besarnya beda fasa yang terjadi. Dengan adanya praktikum ini kita juga bisa
menyimpulkan bahwa Osiloskop dapat digunakan untuk mengukur besar
tegangan AC pada rangkaian RLC serta mengetahui bentuk gelombang pada tiap
komponen.

12

Anda mungkin juga menyukai