Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PRAKTIKUM

RANGKAIAN LISTRIK

MODUL II ANALISA RANGKAIAN

Kelompok : 9C

Kelas :C

Program Studi : S1 TEKNIK ELEKTRO

Tgl Praktikum : 03 Oktober 2020

Tgl Presentasi : 10 Oktober 2020

Nama Asisten : Eki Nur Afiffah

LABORATORIUM DASAR TEKNIK ELEKTRO

INSITUT TEKNOLOGI PLN

JAKARTA

2020
Kelompok 9C

MODUL II

ANALISA RANGKAIAN

I. TUJUAN

1. Memahami konsep Analisa Rangkaian dari satu rangkaian yang terdiri dari sekumpulan
tahanan seri dan paralel.
2. Mempelajari hubungan arus dan tegangan pada rangkaian seri dan paralel.
3. Memahami konsep Transformasi Wye-Delta beserta persamaannya.

II. ALAT DAN PERLENGKAPAN

1. 1 Unit PC
2. Software NI Multisim

Laboratorium Rangkaian Listrik dan Elektronika


Institut Teknologi PLN
Kelompok 9C

III. TEORI MODUL

Rangkaian Tahanan Secara Seri

Gambar 26. Rangkaian Tahanan Seri

Rangkaian seri dari R1, R2 dan R3 dihubungkan dengan sumber tegangan V, maka arus
yang melewati R1 = arus yang melewati R2 = arus yang melewati R3 = I. Sedangkan jika
meninjau tegangan pada masing-masing resistor, berlaku aturan yang disebut “Aturan
Pembagian Tegangan” yang berbunyi : Jika sejumlah N tahanan dirangkai secara seri dan
dihubungkan dengan sumber teganagn V, maka besarnya tegangan antara ujung-ujung salah satu
tahanannya, Rn, sama dengan tegangan antara rasio tahanan Rn, terhadap jumlah tahanan yang
diseri tersebut dengan tegangan sumbernya, V.
Aturan Pembagian Tegangan tersebut dapat ditulis dengan rumus :
R
n
VRn =
R1 + R2 + R3+. . . +RN x V
Sehingga tegangan secara keseluruhan adalah sebagai berikut :
VAD = VAB + VBC + VCD
Apabila dihubungkan dengan Hukum Ohm, maka tegangan di setiap resistor adalah
sebagai berikut :
VAB =I.R1
VBC =I.R2
VCD =I.R3

Rangkaian Tahanan Secara Paralel

Gambar 27. Rangkaian Tahanan Parale

Laboratorium Rangkaian Listrik dan Elektronika


Institut Teknologi PLN
Kelompok 9C

Rangkaian Paralel dari R2 dan R3 yang dihubungkan dengan sumber tegangan V secara
paralel, maka tegangan antara ujung-ujung R2 = Tegangan antara ujung-ujung R3 = V.
Sedangkan jika meninjau arus pada masing-masing resistor, berlaku aturan yang disebut “Aturan
Pembagian Arus” yang berbunyi : Pada sejumlah N tahanan yang dirangkai secara paralel dan
dihubungkan dengan sumber tegangan V, maka besarnya arus pada salah satu tahanannya, Rn,
sama dengan perkalian antara rasio 1/Rn (=Gn) terhadap jumlah seluruh konduktansi (G) yang
diparalel tersebut dengan arus dari sumber tegangannya.
Aturan Pembagian Arus tersebut dapat ditulis dengan rumus :
1
Rn
I
Rn = 1 1 1 1 xI

R1 + R2 + R3 +...+ RN
Atau bisa juga ditulis dengan :
IRn =
Gn
G1 + G2 + G3+. . . +GN x I
Sehingga arus listrik secara keseluruhan adalah sebagai berikut :
I1=I2+I3
Apabila dihubungkan dengan Hukum Ohm, maka besarnya arus listrik di setiap resistor
adalah sebagai berikut :
I =
2 R2
V
R3
I =
3 R3

Rangkaian Delta (Δ) dan Rangkaian Wye (Y)

Gambar 28. Rangkaian Delta

Gambar 29. Rangkaian Wye

Laboratorium Rangkaian Listrik dan Elektronika


Institut Teknologi PLN
Kelompok 9C

Tahanan yang terangkai secara Delta dapat ditransformasikan ke Rangkaian Wye begitu
juga sebaliknya. Dari Gambar 28 dan 29, transformasi dari Delta ke Wye diperoleh dari
persamaan :
R1. R2
RA =
R1+R2+R3
R2. R3
RB =
R1+R2+R3
RC =
R1. R3
R1+R2+R3
Sedangkan transformasi dari Wye ke Delta diperoleh dari persamaan :
(RA. RB) + (RA. RC) + (RB. RC)

R
1 =
RB
(RA. RB) + (RA. RC) + (RB. RC)

R
2 =
RC
(RA. RB) + (RA. RC) + (RB. RC)
R3 =
R
A

Laboratorium Rangkaian Listrik dan Elektronika


Institut Teknologi PLN
Kelompok 9C

IV. TEORI TAMBAHAN

➢ METODA ANALISIS RANGKAIAN

Metoda analisis rangkaian adalah suatu metode atau alat bantu untuk menyelesaikan
suatu permasalahan yang muncul dalam menganalisis suatu rangkaian, jika konsep dasar
atauhukum-hukum dasar seperti Hukum Ohm dan Hukum Kirchoff tidak dapat
menyelesaikan permasalahan pada rangkaian tersebut. Berikut ini akan dibahas 4 metoda analisis
rangkaianyang akan dipakai, yaitu : analisis node, analisis super node, analisis mesh.

1. Metode Node dan Supernode

Sebelum membahas metoda ini ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu pengertian
mengenai tentang node.Analisis node berprinsip pada Hukum Kirchoff I (KCL=Kirchoff Current
Law atauHukum Arus Kirchoff = HAK ) dimana jumlah arus yang masuk dan keluar dari suatu
titik percabangan akan sama dengan nol, dimana tegangan merupakan parameter yang
tidakdiketahui. Atau analisis node lebih mudah jika pencatunya semuanya adalah sumber
arus. Node atau titik simpul adalah titik pertemuan dari dua atau lebih elemen rangkaian.Junction
atau titik simpul utama atau titik percabangan adalah titik pertemuan dari tigaatau lebih elemen
rangkaian.Untuk lebih jelasnya mengenai dua pengertian dasar diatas, dapat dimodelkan
dengancontoh gambar berikut.Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada analisis node, yaitu :

• Tentukan node referensi sebagai ground (potensial nol).


• Tentukan node voltage, yaitu tegangan antara node non referensi dan ground.
• Asumsikan tegangan node yang sedang diperhitungkan lebih tinggi daripada tegangannode
manapun, sehingga arah aruskeluar dari node tersebut positif.
• Jika terdapat N node, maka jumlah node voltage adalah (N-1).
• Jumlah node voltage ini sama dengan banyaknya persamaan yang dihasilkan (N-1)
• Analisis node mudah dilakukan bila pencatunya berupa sumber arus.
• Apabila pada rangkaian tersebut terdapat sumber tegangan,maka sumber tegangantersebut
diperlakukan sebagai supernode, yaitu menganggap sumber tegangantersebut sebagai satu node.

A. Contoh khasus node bebas dan tidak bebas

1. tentukan node refrensi sebagai graound.


2. tentukan node votage,yaitu tegangan antara nod non rferensi dan ground.
3. asumsi tegangan node yang sedang diperhitungkan lebig tinggi daripada tegangan node maupun
sehingga arah arus keluar dari node tersebut positif.
4. jika terdapat N node, maka jumlah node voltage adalah

(N-1). Jumlah node, maka jumlah node voltage ini akan menentukan banyaknya persamaan yang
dihasilkan.

Laboratorium Rangkaian Listrik dan Elektronika


Institut Teknologi PLN
Kelompok 9C

Node tidak bebas.

B. Supernode

Laboratorium Rangkaian Listrik dan Elektronika


Institut Teknologi PLN
Kelompok 9C

Analisis node mudah dilakukan bila pencatunya berupa sumber arus. Apabila pada rangkaian
tersebut terdapat sumber tegangan, maka sumber tegangan tersebut diperlakukan
sebagai supernode , yaitu dengan menganggap sumber tegangan tersebut sebagai satu node.

1. Menentukan node referensinya/ground.


2. Menentukan node voltage.
3. Tegangan Sumber sebagai supernode
4. Jumlah N=3, jumlah persamaan (N-1)=25. Tinjau node voltage di V.

2. Metode Mesh

Mesh atau Arus Loop adalah arus yang dimisalkan mengalir dalam suatu loop
(lintasantertutup). Arus loop sebenarnya tidak dapat diukur (arus permisalan).Berbeda dengan
analisis node, pada analisis ini berprinsip pada Hukum Kirchoff II (KVL =Kirchoff Voltage Law
atau Hukum Tegangan Kirchoff = HTK) dimana jumlah tegangan pada satu lintasan tertutup
sama dengan nol atau arus merupakan parameteryang tidak diketahui.Hal-hal yang perlu
diperhatikan :

• Buatlah pada setiap loop arus asumsi yang melingkari loop. Pengambilan arus loopterserah kita
yang terpenting masih dalam satu lintasan tertutup. Arah arus dapatsearah satu sama lain ataupun
berlawanan baik searah jarum jam maupun berlawanandengan arah jarum jam.
• Biasanya jumlah arus loop menunjukkan jumlah persamaan arus yang terjadi.
• Metoda ini mudah jika sumber pencatunya adalah sumber tegangan.
• Jumlah persamaan = Jumlah cabang – Jumlah junction + 1

Contoh mesh bebas

Laboratorium Rangkaian Listrik dan Elektronika


Institut Teknologi PLN
Kelompok 9C

Contoh mesh tak bebas

https://www.academia.edu/29789575/Analisa_Rangkian_Listrik_Metoda_Node_Superno
de_and_Metoda_Mesh_Supermesh
http://mburhand.blogspot.com/2019/06/rangkaian-analisis-nodesupernode-loop.html

V. LANGKAH PERCOBAAN

Laboratorium Rangkaian Listrik dan Elektronika


Institut Teknologi PLN
Kelompok 9C

1. Buat rangkaian seperti gambar di bawah ini.

Gambar 30. Percobaan Transformasi Wye-Delta

2. Jalankan simulasi dengan menekan tombol Run atau F5.


3. Amati nilai arus yang terukur pada Multimeter DC dan catat pada Data Pengamatan.
4. Hentikan simulasi dengan menekan tombol Stop.
5. Hitung nilai Resistansi Total dengan menggunakan kombinasi antara
Transformasi Wye- Delta, Seri dan Paralel.
6. Buat rangkaian seperti gambar di bawah ini.

Gambar 31. Rangkaian Ekivalen

7. Atur nilai Tahanan Ekivalen (RT) menggunakan nilai Resistansi Total yang telah
dihitung sebelumnya.
8. Jalankan simulasi dengan menekan tombol Run atau F5.

Laboratorium Rangkaian Listrik dan Elektronika


Institut Teknologi PLN
Kelompok 9C

9. Amati nilai arus yang terukur pada Multimeter DC dan catat pada Data Pengamatan.
10. Hentikan simulasi dengan menekan tombol Stop.
11. Bandingkan nilai arus yang terukur pada Rangkaian Kompleks (Gambar 30)
dengan Rangkaian Ekivalen (Gambar 31).

VI. DATA PENGAMATAN

Laboratorium Rangkaian Listrik dan Elektronika


Institut Teknologi PLN
Kelompok 9C

Vs(Volt) R1 R2 R3 R4 R5 R6
I (mA)
(Ω) (Ω) (Ω) (Ω) (Ω) (Ω)
5 150 200 470 150 200 270 39,3688

Vs (Volt) RT (Ω) I (mA)


5 127,004 39,3688

VII. RANGKAIAN

Laboratorium Rangkaian Listrik dan Elektronika


Institut Teknologi PLN
Kelompok 9C

VIII. TUGAS AKHIR

Laboratorium Rangkaian Listrik dan Elektronika


Institut Teknologi PLN
Kelompok 9C

1. Hitung secara matematis Resistansi Total (RT) pada percobaan di atas!


R1 = R4 = 150Ω
R2 = R5 = 200Ω
R3 = R6 = 470 Ω

Rangkaian Delta
𝑅1 . 𝑅5
• Ra = 𝑅1+𝑅2+𝑅3
150Ω . 200Ω
Ra = 150Ω+200Ω+470Ω = 36,585Ω

𝑅1 . 𝑅3
• Rb =
R1+R2+R3
150Ω . 470Ω
Rb = 150Ω+200Ω+470Ω = 85,976Ω

R3 . R5
• Rc = R1+R2+R3
470Ω . 200Ω
Rc = 150Ω+200Ω+470Ω = 114,634Ω

Rangkaian Seri
• RS1 = Rb + R2
RS1 = 85,976Ω + 200Ω
RS1 = 285,976 Ω

• RS2 = Rc + R4
RS1 = 114,634Ω + 150Ω
RS1 = 264,634 Ω

Rangkaian parallel
𝑅𝑆1 . 𝑅𝑆2
• Rp = 𝑅𝑆1+𝑅𝑆2
(285,976Ω) . (264,634Ω)
Rp = 285,976+264,634
Rp = 137,445 Ω

Rangkaian seri
• Rs = Rp + Ra
Rs = 137,445Ω + 36,585Ω
Rs = 174,03Ω

Rangkaian Total
Rs . R6
• Rtotal = R5+R6
(174,03Ω) . (470Ω)
Rtotal = 174,03Ω+470Ω
Rtotal = 127,004Ω

R1 R5 R3

R3 Laboratorium Rangkaian Listrik dan Elektronika


R6
Institut Teknologi PLN
R2 R4 R6
R4
Kelompok 9C

Ra

R3
Rs R6
Ra

Rb Rc

R6

R2 R4

2. Hitung secara matematis nilai arus yang mengalir pada Rangkaian Ekivalen dengan
Reistansi Total berdasarkan Jawaban No.1!

𝑅𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 127,004 𝛺
𝑉 = 5𝑉

𝑉
𝑉 =𝐼×𝑅 →𝐼 =
𝑅
5
𝐼= = 0,0393688 𝐴
127,004
𝐼 = 39,3688 𝑚𝐴

Laboratorium Rangkaian Listrik dan Elektronika


Institut Teknologi PLN
Kelompok 9C

3. Bandingkan nilai arus pada Rangkaian Ekivalen sesuai hasil percobaan dan sesuai hasil
perhitungan Soal No.2 di atas!

𝐼 𝑝𝑒𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛 − 𝐼 𝑝𝑒𝑟𝑐𝑜𝑏𝑎𝑎𝑛
𝐾𝑅 = | | 𝑥 100%
𝐼 𝑝𝑒𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛
0,3937 𝐴 − 0,3937 𝐴
𝐾𝑅 = | | 𝑥 100%
0,3937 𝐴
𝐾𝑅 = 0%

Laboratorium Rangkaian Listrik dan Elektronika


Institut Teknologi PLN
Kelompok 9C

ANALISA

RIDWAN NUR (201911257)

Pada praktikum Rangkaian Listrik yang kedua ini berjudul “Analisa Rangkaian”. Analisa rangkaian
adalah langkah atau proses untuk memecahkan masalah pada rangkain. Pada modul ini masalah yang
akan diselesaikan adalah besaran listrik. Tujuan dari praktikum modul II ini adalah memahami konsep
analisa rangkaian dari satu rangkaian yang terdiri dari sekumpulan tahanan seri dan paralel, mempelajari
hubungan arus dan tegangan pada rangkaian seri dan paralel, dan yang terakhir untuk memahami konsep
transformasi wye-delta beserta persamaannya.
Pada praktikum kali ini kita akan mempelajari mengenai rangkaian seri dan rangkaian paralel.
Rangkaian seri merupakan sebuah rangkaian listrik yang komponennya disusun secara berderetan hanya
melalui satu jalur dan tidak bercabang. Pada rangkaian seri besarnya arus pada setiap komponen adalah
sama dan tegangan pada setiap komponen berbeda. Total hambatan resistor pada rangkaian seri adalah
R total = R1+R2+R3+....+Rn. Pada rangkaian seri berlaku aturan pembagi tegangan yang berbunyi “Jika
sejumlah N tahanan dirangkai seara seri dan dihubungkan dengan sumber tegangan V, maka besarnya
tegangan antara ujung-ujung salah satu tahanannya Rn sama dengan tegangan antara rasio tahanan
Rn terhadap jumlah tahanan yang diseri tersebut dengan tegangan sumbernya V.”
Rangkaian paralel merupakan sebuah rangkaian listrik yang komponennya disusun sejajar
dimana terdapat lebih dari satu jalur listrik (bercabang) secara paralel. Tegangan pada setiap kompone
di rangkaian paralel adalah sama dan untuk arus berlaku Hukum Kirchoff I, dimana arus yang masuk
sebelum percabangan harus sama besar dengan arus yang keluar dari cabang. Sesuai dengan Hukum
Ohm, maka total hambatan resistor pada rangkaian paralel adalah jumlah dari kebalikan hambatan tiap-
1 1 1 1 1
tiap komponen dan dirumuskan dengan : = 𝑅1 + 𝑅2 + 𝑅3 + ⋯ + 𝑅𝑛. Pada rangkaian paralel
𝑅𝑝𝑎𝑟𝑎𝑙𝑒𝑙
berlaku aturan pembagi arus yang berbunyi “Pada sejumlah N tahanan yang dirangkai secara paralel dan
dihubungkan dengan sumber tegangan V, maka besarnya arus pada salah satu tahanannya, Rn, sama
dengan perkalian antara rasio 1/Rn(=Gn) terhadap jumlah seluruh konduktansi (G) yang diparalel
tersebut dengan arus dari sumber tegangannya.”
Transformasi delta-wye adalah suatu cara untuk mengubah rangkaian listrik resistor dari bentuk
delta ke bentuk rangkaian wye. Sedangkan transformasi wye-delta adalah suatu cara untuk mengubah
rangkaian listrik resistor dari bentuk wye ke bentuk rangkaian delta.
Kemudian kita akan melakukan percobaan dengan menggunakan 2 rangkaian. Rangkaian yang
pertama adalah rangkaian yang terdiri dari 6 resistor yaitu R1=R4=150Ω, R2=R5=200Ω, R3=R6=470Ω.
Kemudian untuk rangkaian kedua kita hanya menggunakan 1 resistor yang merupakan hasil dari
penyederhanaan 6 resistor di percobaan 1. Pada percobaan 1 terdapat 3 rangkaian delta, yaitu rangkaian
yang kakinya saling terhubung antara lain rangkaian R1,R3,R5 kemudian R2,R3,R4 dan R4,R5,R6.
Kemudian pada rangkaian 1 juga terdapat 2 rangkaian wye antara lain rangkaian R1,R2,R3 dan
R3,R4,R5. Kemudian rangkaian yang akan kita ubah adalah rangkain R1,R3,R5 (delta) menjadi
rangkaian wye. Setelah itu diperoleh nilai Ra = 36,585 Ω, Rb = 85,976 Ω, dan Rc = 114,634 Ω.
Selanjutnya kita harus merangkai seri rangkaian Rb dan R2 yang diberi nama Rs1 = 285,976 Ω serta Rc
dan R4 yang diberi nama Rs2 = 264,634 Ω. Kemudian kita paralelkan Rs1 dengan Rs2 dan diberi nama
Rp sehingga diperoleh hasil Rp = 137,445 Ω. Langkah selanjutnya kita serikan Ra dengan Rp dan diberi
nama Rs sehingga diperoleh hasil Rs = 174,03 Ω. Dan langkah yang terakhir adalah kita memparalelkan

Laboratorium Rangkaian Listrik dan Elektronika


Institut Teknologi PLN
Kelompok 9C

Rs dengan R6 dan diberi nama Rtot sehingga diperoleh hasil dari Rtot = 127,004 Ω. Dari sini kita bisa
mengeatahui bahwa hambatan pengganti dari percobaan 1 adalah sebesar 127,004 Ω. Kemudian setelah
kita merangkai rangkaian pada percobaan 1 dan 2 kita melakukan pengukuran terhadap arusnya dan
diperoleh bahwa arus pada percobaan 1 sebebsar 39,369 mA dan arus pada percobaan 2 sebesar 39,37
mA. Hasil yang didapatkan hanya mempunyai selisih sedikit sekali dan bisa dikatakan bahwa
perhitungan yang kami lakukan untuk mencari hambatan pengganti sudah benar.
Pada setiap praktikum tidak akan lepas dari sebuah kesalahan baik kesalahan yang dibuat dari
pihak praktikan maupun dari alat yang dipakai. Pada praktikum kali ini juga sangat mungkin terjadi
kesalahan baik dalam merangkai rangkaian yang kurang pas, salah menamai hambatan, dan juga
mungkin praktikan salah dalam melakukan perhitungan. Tetapi praktikum kali ini hasil yang didapat
sudah bagus karena hasil perhitungan kami dan percobaan kami tidak terpaut jauh dan juga nilai dari
KR mencapai 0 %.

Laboratorium Rangkaian Listrik dan Elektronika


Institut Teknologi PLN
Kelompok 9C

RANS TAPIAN SIHOMBING (201911263)

Praktikum modul yang kedua Rangkaian Listrik ini tentang tentang Analisa Rangkaian. Tujuan
dilaksanakannya praktikum ini adalah memahami konsep Analisa Rangkaian dari satu rangkaian yang
terdiri dari sekumpulan tahanan seri dan paralel, mempelajari hubungan arus dan tegangan pada
rangkaian seri dan paralel dan memahami konsep transformasi Wye-Delta beserta persamaannya.
Analisa rangkaian merupakan langkah atau proses mengetahui besaran-besaran dalam suatu rangkaian
dan memecahkan permasalahan pada rangkaian. Adapun mengapa perlu dilakukan analisa pada
rangkaian adalah menyederhanakan rangkaian menjadi rangkaian ekuivalen dan mempermudah dalam
perhitungan. Metode-metode dalam mengalisa rangkaian yang dipakai pada modul kedua ini diantaranya
adalah rangkaian seri, rangkaian paralel, Aturan Pembagi Tegangan (APT), Aturan Pembagi Arus
(APA), Transformasi Delta ke Wye dan sebaliknyaa Wye ke Delta.
Pengertian dari rangkaian seri itu sendiri adalah rangkaian listrik dimana komponen dihubungkan
berurutan tiap ujung kaki komponen yang digunakan sehingga berjajar antara komponen satu dengan
lainnya, sedangkan pengertian dari rangkaian paralel adalah rangkaian dimana kedua kaki komponen
terhubung secara langsung dengan kedua kaki komponen lain memiliki titik percabangan. Rangkaian
seri dan rangkaian paralel ini berhubungan dengan aturan pembagi tegangan dan aturan pembagi arus.
Aturan pembagi arus adalah jika sejumlah N tahanan yang dirangkai secara paralel dan dihubungkan
dengan sumber tegangan V, maka besarnya arus pada salah satu tahanannya, Rn sama dengan perkalian
antara rasio 1/Rn (=Gn) terhadap jumlah seluruh konduktansi (G) yang diparalel tersebut dengan arus
dari sumber tegangan. Dan bunyi aturan pembagian tegangan adalah jika sejumlah N tahanan dirangkai
seri dan dihubungkan dengan sumber tegangan, maka besarnya tegangan antara ujung-ujung salah satu
tahanannya, Rn, terhadap jumlah semua tahanan yang seri tersebut dengan sumber tegangannya, E. Pada
rangkaian paralel, besarnya nilai tegangan di setiap komponen sama, namun besarnya nilai arus terbagi.
Sedangkan, pada rangkaian seri, besarnya nilai arus setiap komponen sama, namun nilai tegangan
terbagi.
Pada saat ingin mencari atau menghitung dari nilai arus dari rangkaian kompleks, diperlukan
metode-metode analisa rangkaian untuk menyederhanakan. Pada praktikum ini rangkaian kompleksnya
terdiri dari sebuah sumber arus, dimana sumber arusnya DC sebesar 5V, resistor sebanyak 6 buah, terdiri
dari 150 Ohm (R1 & R4), 200 Ohm (R2 & R5), dan 470 Ohm (R3 & R6). Dalam penyederhanaanya,
pertama dilakukan transformasi Delta ke Wye, sehingga nantinya di dapatkan nilai Ra, Rb, dan Rc. Ra
= 36.585 Ohm, Rb = 85.976 Ohm dan Rc = 114.634 Ohm. Ra didapatkan dari hasil perkalian hambatan
yang mengapitnya yaitu R1 dan R5 (150 Ohm dan 200 Ohm) lalu dibagikan dengan jumlah ketiga
hambatan, yaitu R1, R3, dan R5 (820 Ohm). Hal yang sama juga digunakan untuk mendapatkan nilai Rb
dan Rc, untuk Rb dengan mengalikan dua hambatan yang mengapitnya, yaitu R1 dan R3 (150 Ohm dan
470 Ohm) lalu dibagi dengan penjumlahan R1, R3, dan R5 (820 Ohm). Untuk Rc, didapatkan dari
mengalikan tahanan yang mengapitnya, yaitu R3 danR5 (470 Ohm dan 200 Ohm), lalu dibagi dengan
penjumlahan R1, R3, dan R5 (820 Ohm). Lalu Rb diserikan dengan R2 dan Rc diserikan dengan R4. Hasil
yang didapatkan, yaitu Rs1 = 285.976 Ohm dan Rs2 = 264.634 diparalelkan, yang akan menghasilkan
Rp. Untuk mencari nilai hambatan seri dengan cara menjumlahkan nilai hambatannya (R2 + Rb) dan
(Rc + R4), namun jika untuk mencari nilai hambatan paralelnya dengan cara mengalikan nilai
hambatannya lalu dibagi dengan hasil dari penjumlahan nilai hambatan tersebut (Rs1 x Rs2)/Rs1 + Rs2.
Nilai Rp sebesar 137.445 Ohm. Rp diserikan lagi dengan Ra, sehingga akan menghasilkan nilai Rs, yaitu
sebesar 174.03 Ohm. Setelah itu, nilai Rs diparalelkan dengan R6. Hasil dari paralel tersebut adalah
Rtotal = 127.004 Ohm. Dari nilai Rtotal yang didapatkan dan nilai sumber tegangan, bisa diperoleh nilai
kuat arus yaitu dengan cara membagi tegangan dengan Rtotal. Nilai kuat arus yang didapatkan sebesar
39.3688 Ampere.
Pada aplikasi NI Multisim, kita membuat dua rangkaian, dimana rangkaian pertama, merupakan
rangkaian kompleks, dan rangkaian satu lagi merupakan yang mana terdiri dari amperemeter, sumber

Laboratorium Rangkaian Listrik dan Elektronika


Institut Teknologi PLN
Kelompok 9C

tegangan, dan hambatan pengganti. Di sini digunakan hambatan pengganti 127 Ohm, dikarenakan
127.004 Ohm tidak ada, dan pada resistor terdapat nilai toleransi, sehingga nilai 127.004 Ohm dapat
diwakilkan oleh 127 Ohm. Nilai yang ditampilkan pada amperemeter di rangkaian kompleks sebesar
36.369 mA, sedangkan pada amperemeter yang terdapat di rangkaian dengan hambatan pengganti, nilai
I sebesar 39.37 mA. Dapat dikatakan bahwa nilai I yang diperoleh hampir sama dengan perbedaan yang
sangat sedikit.
Adapun kesalahan yang terdapat pada praktikum ini disebabkan pembulatan hasil perhitungan
yang mengkibatkan adanya kesalahan relatif, penggunaan resistor, dimana nilai resistor hambatan total
tidak sama dengan nilai hambatan totalnya. Kesalahan yang terjadi pada praktikum ini dapat dikatakan
sangat kecil (0%) dikarenakan peralatan yang digunakan cukup canggih dan kesalahan dapat
diminimalisir.

Laboratorium Rangkaian Listrik dan Elektronika


Institut Teknologi PLN
Kelompok 9C

DEWI SRI ASTUTI (201911252)

Pada hari rabu tanggal 30 september 2020,kami melakukan praktikum ke dua rangkaian listrik secara
online dengan judul Analisa Rangkaian yang bertujuan untuk memahami konsep analisa rangkaian
dari satu rangkaian yang terdiri dari sekumpulan tahanan seri dan parallel, mempelajari hubungan
arus dan tegangan pada rangkaian seri dan parallel, dan memahami konsep transformasi Wye – Delta
beserta persamaannya. Peralatan yang di pakai unntuk melakukan praktikum online yaitu harus
memiliki 1 unit pc/laptop dan NI Multism. Analisa rangkaian itu sendiri adalah langkah atau proses
untuk mengetahui besaran besaran dalam suatu rangkaian dan memecahkan permasalahan pada
rangkaian. Analisa rangkaian berfungsi untuk menyederhanakan rangkaian kompleks menjadi
rangkaian ekivalen dan mempermudah dalam perhitungan.

Dalam praktikum kali ini kami hanya membahas beberapa macam analisa rangkaian yaitu yang
pertama rangkaian seri adalah salah satu kaki komponen terhubung secara langsung dengan salah satu
kaki komponen lain tanpa adanya titik percabangan,yang kedua rangkaian parallel adalah rangkaian
dimana 2 kaki komponen terhubung dengan 2 kaki komponen lainnya sehingga terdapat titik
percabangan,yang ketiga APT (aturan pembagi tegangan) adalah cara mengetahui besarnya tegangan
pada setiap hambatan yang tersusun secara seri ,yang ke empat APA (aturan pembagi arus) adalah
cara mengetahui besarnya tegangan pada setiap hambatan atau arus yang mengalir pada titik
percabangan dari hambatan tersusun secara paralel dan yang terakhir transformasi Delta/segitiga (
rangkaian yang terdiri dari 3 buah komponen dimana satu kaki komponen terhubung dengan satu kaki
komponen lainnya ) – Wye/bintang ( rangkaian yang terdiri dari 3 buah komponen dimana satu kaki
dari tiap komponen saling terhubung disatu titik yang sama ) dan Wye – delta.

Dari data pengamatan percobaan dapat diketahui bahwa rangkaian yang disusun secara parallel
memiliki besar arus yang berebda dan tegangan yang sama dan sebaliknya rangkaian yang disusun
secara seri memiliki besar arus yang sama dan tegangan yang berbeda. . Pada software NI Multisim
kita memakai beberapa tools antara lain ground, multimeter, DC_POWER 5 volt, Pada multimeter
kita dapat mengaturnya menjadi Amperemeter. Lalu pada rangkaian hambatan kompleks kita
menggunakan hambatan denga nilai resistansi yang berbeda-beda dan memakai V sumber sebesar 5V
dengan sumber DC. Diberikan data 6 buah resistor yaitu R1=150Ω, R2=200 Ω, R3=4700 Ω, R4=1500
Ω,R5=200 Ω, R6=470 Ω, dimana pada R1,R3 dan R4 tersusun secara rangkaian delta sehingga kita
ubah dulu menjadi rangkaian wye lalu kita hitung secara matematis dari hasil yang di dapat kan RA=
36,585Ω, RB = 85,976Ω dan RC= 114,634 Ω, setelah kita menemukan data perhitungan dari
rangkaian wye kita menserikan RB dengan R2 dan juga meserikan RC dengan R4 dengan cara di
jumlah keduanya dan didapatkan hasil 285,976 Ω dan 364,634 Ω, lalu cara selanjutnya dengan
mempararelkan rangkaian yang seri tadi Rs1 dan Rs2, mendapatkan 137,445 Ω, Langkah selanjutnya
rangkaian tadi telah menjadi seri sehingga jumlahkan rangkaian tadi dangan RA= 36,585 Ω dan
mendapatkan hasil 174,03 Ω, setelah itu kita mempararelkan jumlah dari hambatan yang telah kita
hitung tadi dengan R6= 470 Ω agar menjadi rangkaian total dan mendapatkan hasil Rtotal sebesar
127,004 Ω,, karena kami praktikum online jadi menggunakan software yang kurang lebih teliti, dan
kesalahan mengambil data .

Laboratorium Rangkaian Listrik dan Elektronika


Institut Teknologi PLN
Kelompok 9C

ANALISA (PUTRI MUTIARA SARI 201911261)

Pada praktikum Rangkaian Listrik modul II ini berjudul “Analisa Rangkaian”. Analisa rangkaian sendiri
merupakan proses untuk mengetahui besararan dalam suatu rangkaian dan memecahkan permasalahan
pada rangkaian tersebut. Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu Memahami konsep Analisa Rangkaian
dari satu rangkaian yang terdiri dari sekumpulan tahanan seri dan parallel. Lalu, memperlajari hubungan
arus den tegangan pada rangkaian seri dan parallel. Dan yang terakhir memahami konsep Transformasi
Wye-Delta beserta persamaannya. Tujuan utama dilakukan Analisa rangkaian yaitu yang pertama untuk
menyederhanakan rangkaian, dimana rangkaian itu adalah rangkaian kompleks menjadi suatu rangkaian
yang sederhana atau biasa disebut rangkaian ekuivalen. Sedangkan yang kedua yaitu untuk
mempermudah kita dalam melakukan perhitungan.
Ada beberapa Analisa rangkaian, tetapi yang dibahas pada modul ini yaitu rangkaian seri,
rangkaian parallel,APT,APA dan transformasi delta-wye serta wye-delta. Rangkaian seri adalah
rangkaian dimana satu kaki komponen terhubung dengan satu kaki komponen lainnya tanpa adanya titik
percabangan. Karakteristik pada rangkaian seri yaitu memiliki arus yang sama (R1=R2) tetapi tegangan
pada rangkaian seri ini terbagi. Yang dimaksud terbagi ini adalah V pada R1 jika ditambahkan V pada
R2 sama dengan V sumber. Rangkaian parallel adalah kedua kaki komponen terhubung secara langsung
dengan kedua kaki komponen lain, sehingga menyebabkan adanya titik percabangan pada rangkaian
parallel. Karakterisrik pada rangkaian ini yaitu tegangannya sama (Vsumber=V pada R1=V pada R2)
tetapi arusnya terbagi. Jadi arus yang berasal dari sumber (I total) sama dengan arus di R1 ditambahkan
dengan arus R2. Selanjutnya, APT (Aturan Pembagi Tegangan) merupakan metode untuk mencari
besarnya tegangan pada setiap hambatan yang tersusun secara seri tanpa perlu mengetahui arusnya.
Sedangkan APA (Aturan Pembagi Arus) merupakan kebalika APT, yang dimana pada APT yang dicari
ialah tegangannya sedangkan pada APA ini yang dicari ialah arus pada setiap hambatan yang tersusun
secara parallel tanpa perlu mengetahui tegangannya. Adapun istilah rangkaian bintang dimana ini sama
saja dengan rangkaian wye, rangkaian yang terdiri dari 3 buah komponen dimana satu kaki dari setiap
komponen saling terhubung di satu titik yang sama. Sedangkan rangkaian delta sering juga disebut
rangkaian segitiga, tiga buah komponen juga tetapi setiap kakinya saling terhubung, sehingga seperti
membentuk rangkaian tertutup. Lalu terdapat juga transdormasi delta-wye, yang dimaksud ialah jika
dalam suatu rangkaian tersebut tidak dapat di rangkai seri maupun pararel tetapi dalam rangkaian
tersebut terdapat rangkaian delta, sehingga rangkaian delta tersebut diubah ke rangkaian wye supaya
rangkaian dpat di seri maupun dipararel. Dan transformasi wye-delta sma halny dengan transformasi
delta-wye

Laboratorium Rangkaian Listrik dan Elektronika


Institut Teknologi PLN
Kelompok 9C

Pada praktikum ini, kita dapat merangkai 2 rangkaian yaitu rangkaian dengan hambatan
kompleks dan rangkaian dimana hambatan tersebut telah disederhanakan. Pada kedua rangkaian
tersebut, dapat dicari tahu bagaimana arus yang mengalir. Pada multimeter kita dapat mengaturnya
menjadi Amperemeter. Lalu pada rangkaian hambatan kompleks kita menggunakan hambatan denga
nilai resistansi yang berbeda-beda dan memakai V sumber sebesar 5V dengan sumber DC. Diberikan
data 6 buah resistor yaitu R1=150Ω, R2=200 Ω, R3=4700 Ω, R4=1500 Ω,R5=200 Ω, R6=470 Ω, dimana
pada R1,R3 dan R4 tersusun secara rangkaian delta sehingga kita ubah dulu menjadi rangkaian wye lalu
kita hitung secara matematis dari hasil yang di dapat kan RA= 36,585Ω, RB = 85,976Ω dan RC=
114,634 Ω, setelah kita menemukan data perhitungan dari rangkaian wye kita menserikan RB dengan
R2 dan juga meserikan RC dengan R4 dengan cara di jumlah keduanya dan didapatkan hasil 285,976 Ω
dan 364,634 Ω, lalu cara selanjutnya dengan mempararelkan rangkaian yang seri tadi Rs1 dan Rs2,
mendapatkan 137,445 Ω, Langkah selanjutnya rangkaian tadi telah menjadi seri sehingga jumlahkan
rangkaian tadi dangan RA= 36,585 Ω dan mendapatkan hasil 174,03 Ω, setelah itu kita mempararelkan
jumlah dari hambatan yang telah kita hitung tadi dengan R6= 470 Ω agar menjadi rangkaian total dan
mendapatkan hasil Rtotal sebesar 127,004 Ω, setelah selesai kita menghitung hambatan kita menghitung
arus yang ada pada rangkaian tersebut kita mendapatkan 0,0393 A. Pada perhitungan ini sudah benar
karena arusnya sama. Terdapat selisih antara hasil perhitungan dengan percobaan pada multisim
dikarenakan kita melakukan pembulatan pada saat perhitungan, tetapi selisih tersebut sangat kecil sekali.

JODHI KRISANTUS (201911253)

Laboratorium Rangkaian Listrik dan Elektronika


Institut Teknologi PLN
Kelompok 9C

Pada praktikum tanggal 3 Oktober, kami melakukan praktikum yang berjudul “Analisa
Rangkaian”. Pengertian analisa rangkaian adalah langkah atau proses untuk mengetahui besaran besaran
dalam suatu rangkaian dan memecahkan permasalahan pada rangkaian. Analisa rangkaian sendiri
berfungsi untuk menyederhanakan rangkaian menjadi rangkaian ekivalen, dan mempermudah dalam
perhitungan. Yang dibahas pada modul kali ini yaitu seputar rangkaian seri dan paralel, Aturan pembagi
tegangan, aturan pembagi arus, dan transformasi delta – wye & wye – Delta. Tujuan pada percobaan
kali ini yaitu, Pertama : Memahami konsep Analisa Rangkaian dari satu rangkaian yang terdiri dari
sekumpulan tahanan seri dan paralel. Rangkaian seri tersebut merupakan rangkaian yang salah satu kaki
komponen terhubung secara langsung dengan salah satu kaki komponen lain tanpa adanya titik
percabangan. Karakteristik dari rangkaian seri yaitu membagi tegangan. Sedangkai rangkaian paralel
yaitu kedua kaki komponen terhubung secara langsung dengan kedua kaki komponen lain dan memiliki
titik percabangan. Karakteristik rangkaian paralel sendiri yaitu membagi arus Kedua : Mempelajari
hubungan arus dan tegangan pada rangkaian seri dan paralel. Ketiga : Memahami konsep Transformasi
Wye-Delta beserta persamaannya.
Pada modul ini juga kita akan belajar tentang APT dan APA. APT (Aturan Pembagi Tegangan)
adalah metode untuk mencari besarnya tegangan pada setiap hambatan yang disusun secara seri, tanpa
perlu mengetahui besarnya arus. Sedangkan APA (Aturan Pembagi Arus) merupakan cara mengetahui
nilai arus pada setiap hambatan atau arus yang mengalir pada titik titik percabangan dari hambatan yang
disusun secara paralel, tanpa perlu mengetahui tegangannya.
Pada percobaan kali ini, kita akan mencoba melakukan transformasi rangkaian Wye ke rangkaian
Delta pada hambatan yang disusun secara paralel seperti pada gambar modul. Rangkaian Wye
merupakan rangkaian yang terdiri dari 3 buah komponen dimana satu dari komponen saling terhubung
di satu titik yang sama. Sedangakan rangkaian Delta merupakan rangkaian yang terdiri dari 3 buah
komponen dimana satu kaki komponen terhubung dengan satu kaki koponen lainnya. Disini terdapat
sebuah rangkaian dengan 6 buah Resistor R1 = R4=150 Ω, R2 = R5= 200 Ω, R3 = R6=470Ω. Pertama
kita akan menganalisa rangkaian mana yang merupakan rangkaian Wye, maupun delta. Disini Resistor
R1, R3, R5 dan R2, R3, R4, serta R4, R5, R6, membentuk rangkaian Delta. Sedangkan R1, R2, R3 dan
R3, R4, R5 membentuk rangkaian Wye. Pertama kita akan membentuk rangkaian Delta terlebih dahulu
pada R1, R5, R3. Tujuan R1, R3, R5 ini dibuat menjadi rangkaian delta agar kita dapat
mentransformasikan rangkaian ini menjadi rankaian Wye sehingga nantinya dalam rangkaian ini akan
terdapat rangkaian seri yaitu antara (RB dan R2), dan antara (RC dan R4). Cara mentransformasikan
rangkaian Delta ke Wye yaitu dengan melakukan pembagian dimana cara menentukan pembilangnnya
yaitu dengan mencari Resistor Delta yang menghimpit. Misalnya untuk mencari RA maka maka dua

Laboratorium Rangkaian Listrik dan Elektronika


Institut Teknologi PLN
Kelompok 9C

hambatan yang menghimpitnya yaitu R1 dan R5 dikalikan. Lalu dibagi dengan R1+R3+R5, sehingga
RA= (R1.R5) / (R1+R3+R5). Begitu juga untuk mencari RB yaitu dengan mencari dua hambatan yang
menghimpitnya yaitu R1 dan R3, sehingga RB= (R1.R3) / (R1+R3+R5), dan untuk mencari RC kita
melakukan hal yang sama sehingga RC = (R3.R5) / (R1+R3+R5). Lalu setelah mendapat nilai Ra = 36,5
Ω, RB =85,9 Ω, RC=114,6 Ω. Sehingga kita dapat sekarang rangkaian RB-R2 dan RC-R4 tersusun
secara seri, dan selanjutnya kita mencari hambatan serinya dengan menjumlahkan Rs1= RB + R2 dan
Rs2= RC+R4. Setelah dijumlah Nilai Rangkaian seri Rs1 = 285,9 Ω dan Rs2 = 264,6 Ω. Sekarang kita
perlu mencari hambatan paralel Rs1 dan Rs2, yang nantinya akan dihubungkan secara seri ke hambatan
Ra. Untuk mencari Rparalel maka 1/Rs1 + 1/Rs2 atau bisa juga ditulis sebagai Rp = (Rs1.Rs2) /
Rs1+Rs2, sehingga hambatan Rp menjadi 137,4 Ω. Disini Rp sudah bisa diserikan dengan hambatan
RA, lalu akan diparalelkan lagi dengan hambatan R6. Nilai R seri dari Rp dan RA yaitu hanya tinggal
menjumlahkannya sehingga Rs=Rp+RA. Maka didapatkan nilai Rs yaitu 174,03 Ω. Setelah itu hanya
terdapat rangkaian paralel Rs dan R6, dan kita bisa menghitung hambatan total sebagai Rtotal = 1/Rs +
1/ R6 atau bisa ditulis juga sebagai Rtotal = (Rs.R6) / (Rs+R6). Maka hmbatan total yang didapat yaitu
127 Ω.
Untuk membuktikan Rtotal tadi, kita akan mencoba membuat rangkaian seri dan mencari resistor
pengganti yang nilai toleransinya mendekati. Sehingga didapatkan resistor 127 Ω yang artinya gelang
pertama berwarna coklat, gelang kedua berwarna merah, dan gelang ketiga berwarna ungu. Lalu kita
pasang multimeter untuk mengukur perbandingan arus antara rangkaian kompleks tadi, dan rangkaian
yang sudah disederhanakan. Pada rangkaian kompleks arus yang dibaca 39,369mA dan pada rangkaian
yang sudah disederhanakan arusnya bernilai 39,37 mA yang menandakan bahwa perhitungan sudah
benar.
Adapun keselahan relative pada nilai arus yang didapat dari amperemeter rangkaian kompleks,
dan berdasarkan perhitungan dan hambatan pengganti nilainya sangat kecil dan dapat diabaikan, atau
hanya selisih 0,001 mA.

IX. KESIMPULAN

Laboratorium Rangkaian Listrik dan Elektronika


Institut Teknologi PLN
Kelompok 9C

1. Rangkaian tahanan seri adalah rangkaian dimana salah satu kaki komponen terhubung langsung
dengan satu kaki komponen lain.
2. Rangkaian parallel adalah rangkaian dimana salah kedua kaki komponen berhubungan langsung
dengan ke 2 komponen lain.
3. Nilai arus pada rangkaian seri sama pada setiap komponen seri, sedangkan nilai tegangan pada
komponen parallel memiliki nilai tegangan yang sama.
4. Rangkaian Delta dan Wye digunakan untuk memperoleh nilai tahanan tertentu, dimana terdapat
tiga tahanan yang terbubung disuatu titik baik terpusat maupun tersebar membentuk segitiga.

2. PEMBAGIAN TUGAS

Laboratorium Rangkaian Listrik dan Elektronika


Institut Teknologi PLN
Kelompok 9C

Edit + Kesimpulan = Dewi Sri Astuti


Teori Modul + Teori Tambahan= jodhi krisantus
Tugas Akhir + Data Pengamatan = Rans Tapian Sihombing
Tugas Akhir = Putri mutiara
Tugas akhir + Rangkaian =Ridwan Nur

Laboratorium Rangkaian Listrik dan Elektronika


Institut Teknologi PLN

Anda mungkin juga menyukai