Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Peristiwa pengisian dan pengosongan muatan kapasitor memegang


peranan penting dalam elektronika. Arus yang berhubungan dengan ini mengecil
terhadap waktu sehingga disebut arus transien yang berarti arus yang hanya timbul
sesaat atau bukan arus konstan. Peristiwa ini digunakan untuk mengubah dan
mengolah denyut dalam pesawat televisi, penunda waktu, menghasilkan pengapit
cahaya dan sebagainya. (Tipler. 1991)
Resistor atau turunan hambatan adalah komponen elektronika pasif yang
berfungsi untuk menghambat dan mengatur arus listrik dalam suatu rangkaian
elektronika. Satuan nilai resistor atau hambatan adalah ohm, nilai resistor
biasanya diwakili dengan kode angka ataupun gelang warna yang terdapat di
badan resistor. Sebuah kapasitor terdiri dari dua buah plat logam dengan sebuah
lapisan isolator (penyekat) diantara kedua plat tersebut. Lapisan isolator yang
digunakan dapat berupa sebuah lempengan plastic tipis, namun dalam beberapa
jenis kapasitor lapisan ini adalah udara. (Tipler. 1991)
Dilakukan percobaan ini adalah untuk mengetahui hubungan teori dan
praktek tentang rangkaian RC, untuk mengetahui kapan terjadi pengisian dan
pengosongan kapasitor. Perbedaan tegangan yang terukur pada R dan C dalam
rangkaian, akan digunakan untuk mengetahui nilai reaktansi kapasitif (Xc) dan
selisih fasa rangkaian.

1.2 Tujuan
1. Memahami hubungan antara teori dan praktek tentang rangkaian RC.
2. Dapat melihat perbedaan tegangan yang terukur pada R dan C dalam
rangkaian.
3. Dapat menghitung Xc dari rangkaian.
4. Dapat mengetahui selisih fasa rangkaian.

1
1.3 Alat dan Bahan
1. Sumber arus AC 1 buah
2. Voltmeter AC 2 buah
3. Kapasitor 0,001 F 1 buah
4. Resistor 100 Ω 1 buah
5. Kabel penghubung secukupnya

2
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Kapasitor
Kapasitor adalah piranti yang berguna untuk menyimpan muatan dan
energi. Kapasitor terdiri dari dua konduktor yang berdekatan tetapi terisolasi satu
sama lain dan membawa muatan yang sama besar dan berlawanan.

2.2. Sejarah Kapasitor


Model Kapasitor pertama ”diciptakan” di Belanda, tepatnya kota
Leyden pada abad ke-18 oleh para eksperimentalis fisika. Karenanya
alat ini dinamakan Leyden Jar. Leyden Jar adalah wadah yang dibuat
untuk menyimpan muatan listrik, yang pada prinsipnya berupa wadah
seperti botol namun berlapis logam/konduktor yang diisi bahan isolator
(dielektrik) misalnya air dan padanya dimasukkan sebuah batang logam
yang bersifat konduktor, sehingga diperoleh lapisan konduktor-
dielektrik-konduktor. Prinsip inilah yang dipakai untuk membuat kapasitor
modern.

Gambar 2.1 Leyden Jar

Gambar 2.2 Kapasitor Modern

3
2.3 Fungsi Kapasitor
Fungsi kapasitor misalnya sebagai cadangan energi ketika sikuit
elektronik terputus secara-tiba-tiba. Ia mungkin mirip seperti baterai
singkat. Hal ini karena adanya arus transien pada kapasitor. Pada alat
penerima radio, kapasitor bersama komponen elektronika lain dapat
digunakan sebagai tapis (penyaring) frekuensi dan filter gelombang,
selain dapat juga sebagai komponen pada sirkuit penyearah arus/tegangan
ac menjadi dc atau disebut dengan penghalus riak sehingga alat-alat seperti
walkman bisa digunakan dengan tegangan ac (PLN) tanpa baterai..
Kapasitor juga dapat digunakan sebagai komponen pemberi cahaya singkat
pada blitz kamera.

2.4 Cara Kerja Kapasitor


Kapasitor secara struktur prinsipnya terdiri dari dua buah pelat
konduktor yang berlawanan muatan. Masing-masing memiliki luas permukaan
A, dan mempunyai muatan persatuan luas . Konduktor yang dipisahkan oleh
sebuah zat dielektrik yang bersifat isolator sejauh d. Zat inilah yang nantinya
akan memerangkap (menampung) elektron-elektron bebas. Muatan berada pada
permukaan konduktor yang jumlah totalnya adalah nol. Hal ini disebabkan
jumlah muatan negatif dan positif sama besar. Bahan dielektrik adalah bahan
yang jika tidak terdapat medan listrik bersifat isolator, namun jika ada medan
listrik yang melewatinya, maka akan terbentuk dipol-dipol listrik, yang arah
medan magnetnya melawan medan listrik semula.

4
Gambar 2.3 Cara kerja kapasitor

2.5 Analisa Rangkaian RC


Rangkaian R-C seri, sifat rangkaian seri dari sebuah resistor dan sebuah
kapasitor yang dihubungkan dengan sumber tegangan bolak-balik sinusioda
adalah terjadinya pembagian tegangan secara vektoris. Arus (i) yang mengalir
pada hubungan seri adalah sama besar. Arus (i) mendahului 900 terhadap tegangan
pada kapasitor (vC). Tidak terjadi perbedaan fasa antara tegangan jatuh pada
resistor (vR) dan arus (i). Gambar dibawah memperlihatkan rangkaian seri R-C
dan hubungan arus (i), tegangan resistor (vR) dan tegangan kapasitor (vC) secara
vektoris.
Melalui reaktansi kapasitif (Xc) dan resistansi (R) arus yang sama 𝐼 =
Im 𝑠𝑖𝑛 𝜔𝑡. Tegangan efektif (V) = IR berada sefasa dengan arus.Tegangan
reaktansi kapasitif (Vc) = IXc tertinggal 90° terhadap arus. Tegangan gabungan
vector adalah jumlah nilaisesaat dari VR dan Vc, di mana tegangan ini juga
tertinggal 90° terhadap arus I.

5
Gambar 2.4 Rangkaian RC seri

Dalam diagram fasor, yaitu arus bersama untuk resistor dan reaktansi
kapasitif di letakkan pada garis 𝜔𝑡 = 0. Fasor tegangan resistor (VR) berada
sefasa dengan arus (I), fasor tegangan kapasitor (Vc) tertinggal 90° terhadap arus
. Tegangan gabungan vector adalah diagonal persegi panjang antara tegangan
kapasitor dan tegangan resistor. Perbedaan sudut antara tegangan (V) dan arus (I)
merupakan sudut beda fasa (𝜑).

Suatu rangkaian RC seri diberikan arus listrik, akan terjadi aliran tapi
lama kelamaan akan berubah menuju nol. Arus yang berubah monoton
ini disebut arus transisen.
R C

͂
Gambar 2.5 Rangkaian RC seri

Beda tegangan antara kapasitor akan naik dari nol hingga mencapai harga
konstan yaitu GGL dari baterai. Cepat lambatnya tutupnya arus dan naiknya
tegangan bergantung pada R dan C. Bila C tetap, makin besar R makin lambat
perubahan arus atau tegangan. Dan jika R dianggap tetap, makin besar C makin
lambat perubahan arus atau tegangan.

6
Secara matematik dapat kita tulis menjadi,

V = iR – E = - Vc …… (1)
Vc = q(t)/C ….... (2)
Jadi
- Vc = iR – E = iR – E = -q(t)/C ……(3)

Dengan menurunkan persamaan diatas akan didapat untuk t = 0 menjadi


q(t) = 0 sehingga
i = E/R ……(4)
Vc = - E (1-e-t/RC)

Untuk sumber tegangan yang berubah terhadap waktu persamaan 4


menjadi
dv/dt = R di/dt + 1/C i(t)
Bila besar tegangan sumber;
Vs = Vm cos  t.

Menggunakan persamaan 5 didapatkan i(t)/t + R di/dt = dVs(t)/dt


Solusi dari persamaan diatas adalah

Im/  C sin (  t +  ) + Rim cos (  t +  ) = Vm cos  t


Dengan Im dan  tetap dan t = 0, maka
Im/  C sin  + R Im cos  = Vm Im = Vm/R2 + (1/  /C)2

Tg = 1/R  C = Vc/VR = Xc/XR


Karena arus dan tegangan bersifat sinusoidal,maka imdensinya dalam
bentuk kompleks yaitu
Z = R2 + Xc2
Z = R + 1/j  C = R – jXc

7
2.6 Pengisian dan Pengosongan Kapasitor
2.6.1 Pengisian Kapasitor
Perhatikan rangkaian RC berikut ini ! Pada saat saklar S ditutup (t = 0) I = E/R.

C C +
E E

R
R

2.6 Rangkaian RC saat saklar ditutup

Setelah saklar ditutup. Berdasarkan hk. Kirchoff diperoleh E = IR + Q/C.


Mengingat I = dQ/dt dan dε/dt = 0, maka diperoleh dI/I = -(1/RC) atau
I = (E/R)e-t/RC. Atau Q = EC (1 - e-t/RC) denganRC = τ = konstanta waktu
kapasitif.
Grafik pengisian muatan untuk E = 3 volt, R = 1 Kohm dan C = 3 mF,
dihasilkan kurva pengisian kapasitor seperti di bawah :

2.7 Grafik pengisian kapasitor

8
Grafik perilaku arus rangkaian rc pada pengisian muatan kapasitor

Grafik Arus Pada Pengisian Kapasitor

3.5

2.5
Arus (Ampere

1.5

0.5

0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Waktu (detik)

Gambar 2.8 Grafik arus pada pengisian kapasitor

2.6.2 Pengosongan Kapasitor


Pandang rangkaian RC di samping! Pada saat saklar ditutup ( t = 0 ),
muatan pada kapasitor Qo

Gambar 2.9 Rangkaian RC saat saklar dibuka

Setelah saklar dibuka. Berdasarkan hk. Kirchoff diperoleh 0 = IR + Q/C.


Mengingat I = dQ/dt , maka diperoleh 0 = R(dQ/dt) + Q/C dI/I atau Q = Qoe-t/RC.
Atau I = - (Qo/RC)e-t/RC dengan RC = τ = konstanta waktu kapasitif. Saat t = RC,
muatan kapasitor berkurang menjadi sekitar 63%.
Grafik pengosongan muatan, jika kita plot dalam grafik untuk hambatan R = 1
kilo ohm dan kapasitansi C = 1 mF dan muatan awal sebesar 60 Coulomb, maka
akan kita peroleh hasil sebagai berikut :

9
Gambar 2.10 Grafik pengosongan kapasitor

Konstanta waktu  merupakan ”indiktator” waktu yang diperlukan untuk


sebuah kapasitor untuk mengosongkan muatan yang ada di dalamnya sehingga
berkurang sebesar 1/e-nya, sehingga :

  RC
t

I(t)  I o e τ

1
Io
e

Gambar 2.11 Arus pada saat t =

10
2.7 Peranan Rangkaian RC
2.7.1Rangkaian Integrator RC (Resistor Kapasitor)

Gambar 2.12 Rangkaian integrator RC

Integrator RC adalah rangkaian Resistor-Kapasitor yang terhubung dengan


jaringan yang menghasilkan sinyal output yang sesuai dengan proses integrasi
matematis. Untuk Rangkaian integrator RC pasif, input terhubung ke resistansi
sementara tegangan output diambil dari kapasitor yang berlawanan
dengan rangkaian differensiator RC . Kapasitor mengisi saat input tinggi dan
melepas saat input rendah.

Di Elektronika, seri dasar yang menghubungkan rangkaian resistor-


kapasitor (RC) memiliki banyak kegunaan dan aplikasi dari rangkaian pengisian /
pengosongan dasar ke rangkaian filter orde tinggi. Dua komponen rangkaian RC
pasif ini mungkin terlihat cukup sederhana, namun tergantung pada jenis dan
frekuensi sinyal input yang diterapkan.

Sebuah jaringan RC pasif tidak lebih dari sebuah resistor secara seri
dengan sebuah kapasitor, yaitu resistansi tetap secara seri dengan kapasitor yang
memiliki reaktansi bergantung frekuensi yang menurun seiring frekuensi di
pelatnya meningkat. Jadi pada frekuensi rendah reaktansi, kapasitor Xc tinggi
sedangkan pada frekuensi tinggi reaktansi rendah karena rumus reaktansi kapasitif
standar Xc = 1 / (2πƒC).

Kemudian jika sinyal input adalah gelombang sinus, integrator rc hanya


akan bertindak sebagai low pass filter sederhana (LPF) dengan frekuensi cut-off
atau corner yang sesuai dengan konstanta waktu RC (tau, τ ) dari jaringan seri dan

11
yang outputnya dikurangi di atas titik frekuensi cut-off.
Konstanta waktu RC mencerminkan hubungan antara hambatan dan kapasitansi
sehubungan dengan waktu dengan jumlah waktu, yang diberikan dalam hitungan
detik, berbanding lurus dengan resistansi, R dan kapasitansi, C.
Jadi laju pengisian atau pemakaian tergantung pada konstanta waktu RC, τ = RC .

2.7.2 Rangkaian Differensiator RC (Resistor-Kapasitor)

Gambar 2.13 Rangkaian Differensiator RC

Differensiator RC pasif adalah rangkaian yang menghubungkan jaringan


Resistor-Kapasitor yang menghasilkan sinyal output yang sesuai dengan proses
diferensiasi matematis. Untuk rangkaian Differensiator RC pasif, input
dihubungkan ke kapasitor sementara Output voltase diambil dari seluruh resistansi
yang berlawanan dengan Rangkaian Integrator RC . Differensiator RC pasif tidak
lebih dari kapasitansi secara seri dengan resistansi, yaitu perangkat yang
bergantung pada frekuensi yang memiliki reaktansi secara seri dengan resistansi
tetap (berlawanan dengan integrator). Sama seperti rangkaian integrator, tegangan
output tergantung pada rangkaian konstanta waktu RC dan input frekuensi . Jadi
pada frekuensi input rendah, reaktansi, kapasitor Xc tinggi menghalangi tegangan
dc atau sinyal input yang bervariasi secara perlahan. Sementara pada frekuensi
input tinggi, reaktansi kapasitor rendah sehingga memungkinkan pulsa bervariasi
dengan cepat dari input ke output.
Hal ini karena rasio reaktansi kapasitif (Xc) terhadap resistansi (R)
berbeda untuk frekuensi yang berbeda dan semakin rendah frekuensi output yang

12
kurang. Jadi ketika diberi makan dengan gelombang sinus murni, rangkaian
Differensiator RC bertindak sebagai high pass filter sederhana yang sederhana
karena rumus reaktansi kapasitif standar Xc = 1/(2πƒC).
Tapi jaringan RC sederhana juga bisa dikonfigurasi untuk melakukan diferensiasi
sinyal input. Arus melalui sebuah kapasitor adalah eksponensial kompleks yang
diberikan dari: iC = C (dVc/dt). Tingkat di mana pengisian kapasitor (atau
pelepasan) berbanding lurus dengan jumlah resistansi dan kapasitansi yang
memberikan konstanta waktu rangkaian. Jadi konstanta waktu rangkaian
Differensiator RC adalah interval waktu yang sama dengan hasil R dan C.

13
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian murni/penelitian dasar yang
bertujuan untuk meningkatkan kemampuan ilmiah atau untuk menemukan bidang
penelitian baru tanpa suatu tujuan praktis tertentu. Artinya kegunaan
hasil penelitian tidak segera dipakai, namun untuk waktu jangka panjang akan
segera dipakai. Penelitian ini juga bertujuan untuk mengembangkan teori dan tidak
memperhatikan kegunaan yang langsung bersifat praktis.

3.2 Tempat dan Waktu Pelaksanaan


Hari/tanggal : Selasa, 06 Maret 2018
Waktu : Pukul 13:00-Selesai
Tempat : Laboratorium Fisika FKIP UNTAD

3.3 Prosedur Kerja


1. Menyiapkan alat dan bahan yang digunakan
2.Menyusun rangkain seperti gambar dibawah ini :


VR VC

2. Menyalakan Voltmeter VR dan Vc


3. Menyalakan power supply dengan menekan tombol on/off
4. Mengatur tegangan sumber sebesar 3 volt
5. Mengamati dan mencatat pengukuran tegangan Vr dan Vc yang terlihat
pada masing-masing voltmeter
6. Mengulangi langkah 4 dan 5 dengan mengganti tegangan sumber 5 V
untuk perlakuan kedua dan 7 V untuk perlakuan ketiga
7. Memasukkan hasil pengamatan ke dalam tabel hasil pengamatan

14
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan

No. Vs (Volt) VR (Volt) Vc (Volt)


1 3 2,7 0,139
2 5 4,6 0,208
3 7 6,5 0,284

NST Voltmeter (VR) = 1×10-1 V


NST Voltmeter (Vc) = 1×10-3 V
R = 100 Ω
C = 1×10-3 F

15
4.2 Analisa Data
4.2.1 Perhitungan Umum (15)

1. Menghitung beda fasa grafik


𝑉𝑐
𝑡𝑎𝑛 𝜃 =
𝑉𝑅
𝑉𝑐
𝜃 = 𝑎𝑟𝑐 𝑡𝑎𝑛
𝑉𝑅
1) Perlakuan ke-1
0,139
𝑡𝑎𝑛 𝜃 = = 0,051
2,7

𝜃 = 2,92°

2) Perlakuan ke-2
0,208
𝑡𝑎𝑛 𝜃 = = 0,045
4,6

𝜃 = 2,58°

3) Perlakuan ke-3
0,284
𝑡𝑎𝑛 𝜃 = =0,044
6,5

𝜃 = 2,52°

2. Menghitung Xc
𝑽𝒄
𝑿𝒄 = ( )×𝑹
𝑽𝑹
1) Perlakuan ke-1
𝟎,𝟏𝟑𝟗
𝑿𝒄 = ( ) × 𝟏𝟎𝟎 = 5,15 Ω
𝟐,𝟕

2) Perlakuan ke-2
𝟎,𝟐𝟎𝟖
𝑿𝒄 = ( ) × 𝟏𝟎𝟎 = 4,52 Ω
𝟒,𝟔

3) Perlakuan ke-3
𝟎,𝟐𝟖𝟒
𝑿𝒄 = ( ) × 𝟏𝟎𝟎 = 4,37 Ω
𝟔,𝟓

16
3. Menghitung Impedansi

𝑍 = √𝑅 2 + 𝑋𝐶2
1) Perlakuan ke-1

𝑍 = √1002 + 5,152 = √10000 + 26,5 = √10026,5 = 100,13 Ω

2) Perlakuan ke-2

𝑍 = √1002 + 4,522 = √10000 + 20,43 = √10020,43 = 100,1 Ω

3) Perlakuan ke-3

𝑍 = √1002 + 4,372 = √10000 + 19,1 = √10019,1 = 100,1 Ω

4. Grafik
VR (Volt) (x) Vc (Volt) (y)
2,7 0,139
4,6 0,208
6,5 0,284

Gambar 2.14 Grafik pada perhitungan umum

17
4.2.2 Perhitungan Ralat (25)

1. Standar deviasi
1) Pada VR
No. VR (Volt) VR2 (Volt2)
1 2,7 7,29

2 4,6 21,6

3 6,5 42,25

∑ 13,8 70,7

∑ 𝑉𝑅 13,8
̅̅̅
𝑉 𝑅 = = = 4,6 V
𝑛 3

2 2
1 𝑛( ∑ 𝑉𝑅 )−(∑ 𝑉𝑅 )
̅̅̅
∆𝑉 𝑅 = 𝛿𝑉𝑅 = √ 𝑛 𝑛−1

1 3( 70,7)−(13,8)2
= √
3 3−1

1 212,1−190,4
= √
3 2

= 1,097 V

̅̅̅
KTPm = ∆𝑉 𝑅 = 1,097 V

̅̅̅̅
∆𝑉 1,097
𝑅
KTPr = ×100% = × 100% = 23,85%
𝑉𝑟 4,6

̅̅̅̅
∆𝑉 𝑅
AB = 1-log( ) = 1- log (0,2385) = 2 AB
𝑉𝑟

̅̅̅
Pelaporan : ( VR ± ∆𝑉 𝑅 ) = (4,6 ± 1,1) V

18
2) Pada Vc
No. Vc (Volt) Vc2 (Volt2)
1 0,139 0,019321

2 0,208 0,043284

3 0,284 0,080656

∑ 0,631 0,143241

∑𝑉 0,631
𝑉̅𝑐 = 𝑅 = = 0,21033 V
𝑛 3

2 2
1 𝑛( ∑ 𝑉𝑐 )−(∑ 𝑉𝑐 )
∆𝑉̅𝑐 = 𝛿𝑉𝑐 = √
𝑛 𝑛−1

1 3( 0,143241)−(0,631)2
= √
3 3−1

1 0,429723−0,398161
= √
3 2

= 0,04187 V

̅𝑐 = 0,04187 V
KTPm = ∆𝑉

̅̅̅̅𝑐
∆𝑉 0,04187
KTPr = × 100% = 0,21033 ×100% = 19,9%
𝑉𝑐

̅̅̅̅
∆𝑉
AB = 1-log ( 𝑉𝑐𝑐 ) = 1-log (0,199) = 2 AB

̅𝑐 ) V = (2,1 ± 0,42)×10-1 V
Pelaporan : (𝑉𝑐 ± ∆𝑉

19
2. Ralat terhadap Xc
𝛿𝑋𝑐
∆𝑋𝑐 = |𝜕𝑋𝑐||𝛿𝑉𝑐| + | | |𝛿𝑉𝑅 |
𝛿𝑉𝑅

1) Perlakuan 1
𝑅 𝑉𝑐 𝑅
∆𝑋𝑐 = | | |𝛿𝑉𝑐| + | 2 | |𝛿𝑉𝑅 |
𝑉𝑅 𝑉𝑅

100 0,139(100)
=| 2,7 | |0,04187| + | | |1,097|
7,29

= 1,5507 + 2,092

= 3,6427 Ω

KTPm =∆𝑋𝑐 = 3,6427 Ω

∆𝑋𝑐 3,6427
KTPr = × 100% = × 100% = 70,7%
𝑋𝑐 5,15

∆𝑋𝑐
AB =1-log ( 𝑋𝑐 ) = 1- log (0,707) = 1 AB

Pelaporan : (Xc ± ∆𝑋𝑐) Ω

2) Perlakuan 2
𝑅 𝑉𝑐 𝑅
∆𝑋𝑐 = | | |𝛿𝑉𝑐| + | 2 ||𝛿𝑉𝑅 |
𝑉𝑅 𝑉𝑅

100 0,208(100)
=| | |0,04187| + | ||1,097|
4,6 21,16

=0,9102 + 1,0783

=1,9885 Ω

KTPm =∆𝑋𝑐 = 1,9885 Ω

20
∆𝑋𝑐 1,9885
KTPr = 𝑋𝑐 × 100% = ×100% = 43,99%
4,52

∆𝑋𝑐
AB = 1- log ( 𝑋𝑐 ) = 1- log (0,4399) = 1 AB

Pelaporan : (Xc ± ∆𝑋𝑐) Ω

3) Perlakuan 3
𝑅 𝑉𝑐 𝑅
∆𝑋𝑐 = | | |𝛿𝑉𝑐| + | 2 ||𝛿𝑉𝑅 |
𝑉𝑅 𝑉𝑅

100 0,284(100)
=| 6,5 | |0,04187| + | ||1,097|
42,25

= 0,6442 + 0,737

= 1,3812 Ω

KTPm = ∆𝑋𝑐 = 1,3812 Ω

∆𝑋𝑐 1,3812
KTPr = 𝑋𝑐 × 100% = × 100% = 31,6%
4,37

∆𝑋𝑐
AB = 1-log ( 𝑋𝑐 ) = 1-log (0,316) = 2 AB

Pelaporan : (Xc ± ∆𝑋𝑐) Ω = (4,4±1,4) Ω

3. Ralat terhadap grafik

VR (Volt) Vc (Volt) VR . Vc
No. VR2 (Volt)2 Vc2 (Volt)2
(x) (y) (Volt)2
1 2,7 0,139 0,375 7,29 0,019321

2 4,6 0,208 0,957 21,16 0,043284

3 6,5 0,284 1,846 42,25 0,080656

∑ 13,8 0,631 3,178 70,7 0,143241

21
𝑛(∑𝑉𝑟𝑉𝑐)−(∑𝑉𝑟)(∑𝑉𝑐)
a = 𝑛(∑𝑉𝑟 2 )−(𝑉𝑟)2

3(3,178)−(13,8)(0,631)
= 3(70,7)−(13,8)2

𝟗,𝟓𝟑𝟒−𝟖,𝟕𝟏
= 𝟐𝟏𝟐,𝟏−𝟏𝟗𝟎,𝟒𝟒

𝟎,𝟖𝟐𝟒
= = 0,038
𝟐𝟏,𝟔𝟔

(∑𝑉𝑐)(∑𝑉𝑟 2 )−(∑𝑉𝑟)(∑𝑉𝑟𝑉𝑐)
b = 𝑛(∑𝑉𝑟 2 )−(𝑉𝑟)2

(0,631)(70,7)−(13,8)(3,178)
=
3(70,7)−(13,8)2

44,61−43,86
=𝟐𝟏𝟐,𝟏−𝟏𝟗𝟎,𝟒𝟒

0,75
=21,66 = 0,035

y = ax + b

y1 = 0,038 (2,7) + 0,035

= 0,1026 + 0,035

= 0,1376

y2 = 0,038 (4,6) + 0,035

= 0,1748 + 0,035

= 0,2098

22
Gambar 2.15 Grafik pada perhitungan ralat

𝑦 −𝑦 𝟎,𝟐𝟎𝟗𝟖−𝟎,𝟏𝟑𝟕𝟔 𝟎,𝟎𝟕𝟐𝟐
𝑡𝑎𝑛 𝜃 = 𝑥2 −𝑥1 = = = 0,038
2 1 𝟒,𝟔−𝟐,𝟕 𝟏,𝟗

𝜃 = 𝑎𝑟𝑐 tan 𝜃 = 2,18°

23
4.3 Pembahasan
Kapasitor adalah piranti yang berguna untuk menyimpan muatan dan
energi. Kapasitor terdiri dari dua konduktor yang berdekatan tetapi terisolasi satu
sama lain dan membawa muatan yang sama besar dan berlawanan.
Kapasitor secara struktur prinsipnya terdiri dari dua buah pelat
konduktor yang berlawanan muatan. Masing-masing memiliki luas permukaan
A, dan mempunyai muatan persatuan luas . Konduktor yang dipisahkan oleh
sebuah zat dielektrik yang bersifat isolator sejauh d. Zat inilah yang nantinya
akan memerangkap (menampung) elektron-elektron bebas. Muatan berada pada
permukaan konduktor yang jumlah totalnya adalah nol. Hal ini disebabkan
jumlah muatan negatif dan positif sama besar. Bahan dielektrik adalah bahan
yang jika tidak terdapat medan listrik bersifat isolator, namun jika ada medan
listrik yang melewatinya, maka akan terbentuk dipol-dipol listrik, yang arah
medan magnetnya melawan medan listrik semula.
Tujuan dari percobaan rangkaian RC yaitu, yang pertama
memahami hubungan antara teori dan praktek tentang rangkaian RC, yang kedua
dapat melihat perbedaan tegangan yang terukur pada R dan C dalam
rangkaian, yang ketiga dapat menghitung Xc dari rangkaian, dan yang terakhir
dapat mengetahui selisih fasa rangkaian.

Fungsi alat dan bahan yang digunakan pada percobaan rangkaian RC


yaitu, Power Suply yang berfungsi sebagai sumber tegangan AC, Multimeter
sebanyak 2 buah yang berfungsi sebagai voltmeter VR dan VC untuk mengukur
tegangan,Kapasitor berfungsi untuk menyimpan muatan atau arus listrik didalam
sebuah medan listrik, Resistor berfungsi sebagai penghamabat aliran listrik yang
mengalir dalam suatu rangkaian, dan Kabel penghubung berfungsi untuk
menghubungkan komponen listrik yang stau dengan komponen listrik yang lain.

Pada percobaan rangkaian RC ini kami melakukan pengamatan untuk


melihat perbedaan tegangan yang terukur antara R dan C dengan menyususn
rangkaian RC secara seri mengunakaan sumber tegangan AC, serta menyususn
voltmeter VR dan VC secara paralel pada R dan C. Setelah menyalakan Voltmeter

24
dan Power Supply, kemudian mengatur tegangan sumber sebesar 3 V. Kami
melakukan pengamatan ini sebanyak 3 kali perlakuan dengan mengganti tegangan
sumber 5 V untuk perlakuan kedua dan 7 V untuk perlakaun ketiga.

Berdasarkan hasil pengamatan yang kami dapatkan diperoleh untuk


tegangan sumber VS 3 Volt diperoleh VR sebesar 2,7 V dan VC sebesar 0,139 V.
Untuk tegangan VS 5 Volt diperoleh VR sebesar 4,6 V dan VC sebesar 0,208 V.
Untuk tegangan VS 7Volt diperoleh VR sebesar 6,5 V dan VC sebesar 0,284 V.

Berdasarkan hasil pengamatan yang didapatkan, dapat dikatakan bahwa


semakin besar sumber tegangan pada rangkaian, maka tegangan pada resistor dan
tegangan pada kapasitor juga semakin besar dan arus yang mengalir juga semakin
besar. Hal ini jelas sesuai dengan hukum Ohm yaitu tegangan akan selalu
berbanding lurus dengan arus dan hambatannya.

Pada analisa data didapatkan hasil perhitungan umum yaitu yang pertama
menghitung beda fasa grafik, untuk perlakuan ke-1 didapatkan nilai tan θ sebesar
0,051 dan nilai θ sebesar 2,92̊. Untuk perlakuan ke-2 didapatkan nilai tan θ
sebesar 0,045 dan nilai θ sebesar 2,58̊. Untuk perlakuan ke-3 didapatkan nilai tan
θ sebesar 0,044 dan nilai θ sebesar 2,52̊. Dimana beda fasa dalam rangkaian listrik
dikenal dengan istilah “ lag atau lead “. Lag artinya harga maksimum atau nol
yang mencapai suatu siklus lebih lambat atau ketinggalan dari siklus lainnya.
Sedangkan lead artinya harga maksimum atau nol yang dicapai suatu siklus
mendahului siklusnya.

Hasil perhitungan umum yang kedua yaitu menghitung XC, untuk


perlakuan ke-1 didapatkan nilai XC sebesar 5,15 Ω, untuk perlakuan ke-2
didapatkan nilai XC sebesar 4,52 Ω, dan untuk perlakuan ke-3 didapatkan nilai XC
sebesar 4,37.

Dengan diperolehnya nilai XC, maka dapat diperoleh nilai impedansi,


dimana untuk perlakuan ke-1 diperoleh nilai Z sebesar 100,13, untuk perlakuan
ke-2 diperoleh nilai Z sebesar 100,1, dan untuk perlakuan ke-3 diperoleh nilai Z

25
sebesar 100,1. Dimana impedansi disini menjelskan ukuran penolakan terhadap
arus bolak-balik sinusoidal. Untuk memperoleh nilai impedansi seperti yang
diperoleh diatas adalah dengan menentukan nilai dari reaktansi kapasitif (XC),
yaitu XC sebanding dengan tegangan kapsitor dari nilai resistor kemudian
berbanding terbalik dengan tegangan resistor. Kemudian nilai reaktansi kapasitif
dikuadratkan dan dijumlahkan dengan nilai resistor, kemudian hasilnya diakarkan,

Hasil perhitungan ralat yang kami dapatkan yaitu,pertama standar deviasi


pada VR sebesar 1,097 Volt, pada VC sebesar 0,04187 Volt. Untuk ralat pada
XC,pada perlakuan pertama sebesar 3,6427 Ω, pada perlakuan kedua sebesar
1,9885 Ω, dan perlakuan ketiga sebesar 1,3812Ω. Sedangkan ralat terhadap grafik
diperoleh nilai 𝜃 sebesar 2,18°.

Pada analisa data diperoleh perhitungan KTPr yaitu ketidakpastian relatife.


Dimana semakin besar nilai KTPr yang dighasilkan maka tingkat ketelitian yang
dihasilkan semakin kecil dan begitupun sebaliknya. Pada percobaan ini diperoleh
nilai KTPr terbesar 19,9 % samapai 70,7 %, yang menunjukan kurang ketelitian
dalam praktikum.
Kesalahan-kesalahan yang terjadi pada saat melakukan percobaan ini
yaitu, kesalahan paralaks dan sistematis. Dimana kesalahan paralaks adalah
kesalahan yang disebabkan oleh pengamat,yaitu kurang teliti dan terampil dalam
menggunakan alat serta kurang menguasai materi. Sedangkan kesalahan sistematis
adalah kesalahan yang disebabkan oleh alat ukur yang kurang berfungsi dengan
baik, seperti Voltmeter yang digunakan untuk mengukur tegangan pada R dan C.
Arus transien merupakan arus yang timbul sesaat dalam suatu rangkaian
elektronika. ini terjadi pada peristiwa pengisian dan pengosongan muatan pada
kapasitor. Perisitiwa pengisian muatan pada kapasitor mengakibatkan arus ini
akan semakin mengecil setiap waktunya dan berbanding terbalik dengan tegangan
yang masuk pada kapasitor dan akhirnya akan konstan. Sedangkan pada peristiwa
pengosongan muatan pada kapasitor arus ini akan semakin mengecil setiap
waktunya dan berbanding lurus dengan tegangan yang masuk pada kapasitor dan
akhirnya akan konstan.

26
Pada saat pengisian kapasitor, semakin lama waktu meningkat pula
tegangan yang ada pada kapasitor sedangkan arus yang ada mengalami penurunan
nilai, semakin lama maka semakin kecil pula arus yang diperoleh pada multimeter
analog. Hal ini dikarenakan arus yang mengalir dihambat oleh tegangan yang
semakin besar. Sedangkan pada saat pengosongan kapasitor tegangan pada
kapasitor semakin menurun. Penurunan tegangan ini semakin melambat karena
muatan pada kapasitor melawan pengurangan muatan pada kapasitor tersebut.
Nilai arus menunjukkan semakin lama semakin menurun, kemudian penurunan
arus tersebut semakin lambat.
Penerapan rangakaian RC dalam kehidupan sehari-hari yaitu pada
penggunaan alat pengusir nyamuk, sensor cahaya dan alat pengusir tikus.

BAB V

27
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang tlah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:

1. Pada saat sumber tegangan dinyalakan maka kapasitor akan melakukan


pengisisan, kemudian saat dihubungkan dengan resistor maka akan melakukan
pengosongan karna kapasitor menahan tegangan tertentu dan melewatkan
tegangan yang lain sehingga nilai VR lebih besar.
2. Arus transien merupakan arus yang timbul sesaat dalam suatu rangkaian
elektronika. ini terjadi pada peristiwa pengisian dan pengosongan muatan pada
kapasitor. Perisitiwa pengisian muatan pada kapasitor mengakibatkan arus ini
akan semakin mengecil setiap waktunya dan berbanding terbalik dengan
tegangan yang masuk pada kapasitor dan akhirnya akan konstan. Sedangkan
pada peristiwa pengosongan muatan pada kapasitor arus ini akan semakin
mengecil setiap waktunya dan berbanding lurus dengan tegangan yang masuk
pada kapasitor dan akhirnya akan konstan.
3. Pada saat pengisian kapasitor, semakin lama waktu meningkat pula tegangan
yang ada pada kapasitor sedangkan arus yang ada mengalami penurunan nilai,
semakin lama maka semakin kecil pula arus yang diperoleh pada multimeter
analog. Hal ini dikarenakan arus yang mengalir dihambat oleh tegangan yang
semakin besar. Sedangkan pada saat pengosongan kapasitor tegangan pada
kapasitor semakin menurun. Penurunan tegangan ini semakin melambat
karena muatan pada kapasitor melawan pengurangan muatan pada kapasitor
tersebut. Nilai arus menunjukkan semakin lama semakin menurun, kemudian
penurunan arus tersebut semakin lambat.
4. Adapun nilai XC yang diperoleh adalah:
 XC1 = 5,15 Ω
 XC2 = 4,52 Ω
 XC3 = 4,37 Ω

5. Adapun perbedaan fasa yang telah diperoleh:

28
 Θ1 = 2,92o
 Θ2 = 2,52o
 Θ3 = 2,52o

5.2 Saran
Dalam melakukan percobaan ini, sebaiknya mempelajari rangkaian yang
ada pada modul terlebih dahulu, agar dapat merangkai dengan benar, sehingga
dapat mengukur tegangan kapsitor ( VC ) dan tegangan resistor ( VR ) dengan baik
dan benar.

DAFTAR PUSTAKA

29
Febriana, A. (2016). Laporan Praktikum Rangkaian RC, [Online]. Tersedia:
https://www.slideshare.net/AnnisaFebriana2/laporan-praktikum-rangkaian-
rc (20 April 2018)
Rianto, Y. (2014). Listrik Dinamik (2) Kapasitor dan Rangkaian RC, [Online].
Tersedia: yasmanrianto.staff.gunadarma.ac.id/download/files/05-listrik-
dinamik-2-kapasitor-dan-rangkaian-rc.pdf
Tim Penyusun. (2018). Modul Praktikum Listrik Magnet. Palu: Universitas
Tadulako
Tipler, P.A. (1991). Fisika untuk Sains dan Teknik Edisi Ketiga Jilid 1. Jakarta:
Erlangga

30

Anda mungkin juga menyukai