PENYUSUN :
JTD 1C
Kelompok 3
No.
Nama
No. Absen
NIM
Bayu Manggala P.
06
1441160024
Nailul Muna
18
1441160016
21
1441160042
BAB VIII
TEOREMA THEVENIN DAN NORTON
8.1
Capaian Pembelajaran
Setelah praktikum teorema thevenin dan norton, mahasiswa akan mampu:
1. Menjelaskan cara kerja teorema thevenin dan norton,
2. Membuktikan kebenaran teorema thevenin dan norton, melalui perhitungan, simulasi
software, dan pengukuran.
3. Membandingkan hasil perhitungan secara teori, simulasi software dan praktikum.
Praktikum dengan sub pokok bahasan teorema thevenin dan norton adalah
mengetahui cara kerja dan membuktikan kebenaran teorema thevenin dan norton. Praktikum
dilakukan melalui tiga tahap yaitu perhitungan, simulasi dengan software dan pengukuran
hasil praktikum. Dari hasil ketiga tahapan tersebut mahasiswa dapat membandingkan nilai
yang diperoleh dan dapat menyimpulkan penyebab terjadinya perbedaan nilai tersebut.
8.2
8.3
Teori Dasar
8.3.1
Teorema Thevenin
Teorema Thevenin menyatakan, bahwa:
Suatu rangkaian listrik dapat disederhanakan dengan hanya terdiri dari satu buah
sumber tegangan yang dihubungserikan dengan sebuah tahanan ekivelennya pada dua
terminal yang diamati.
Tujuan dari teorema tersebut adalah untuk menyederhanakan analisis rangkaian, yaitu
membuat rangkaian pengganti pada sumber tegangan yang dihubungkan seri dengan suatu
resistansi ekivalen. Dengan teorema substitusi dapat dilihat rangkaian sirkuit B dapat diganti
dengan sumber tegangan yang bernilai sama saat arus melewati sirkuit B pada dua terminal
yang diamati yaitu terminal a-b. Setelah diperoleh rangkaian substitusinya, maka dengan
menggunakan teorema superposisi diperoleh bahwa:
1) Ketika sumber tegangan V aktif/bekerja maka rangkaian pada sirkuit linier A tidak
aktif (semua sumber bebasnya mati diganti tahanan dalamnya), sehingga diperoleh
nilai resistansi ekivalen, yang ditunjukkan dalam Gambar 8.1.
2) Ketika sirkuit linier A aktif/bekerja maka pada sumber tegangan bebas diganti dengan
tahanan dalamnya yaitu nol atau rangkaian short circuit.
Rth=
Vth
Isc
5) Untuk memperoleh nilai Isc pada terminal titik a-b dengan cara dihubung-singkat
pada terminal titik a-b kemudian arus yang mengalir pada titik tersebut adalah sebagai
Iab = Isc.
6) Rangkaian pengganti Thevenin digambar kembali, kemudian dipasang kembali
komponen yang telah dilepas dan dihitung parameter yang ditanyakan.
8.3.2
Teorema Norton
Teorema Norton menyatakan bahwa:
Suatu rangkaian listrik dapat disederhanakan dengan hanya terdiri dari satu buah
sumber arus yang dihubungparalelkan dengan sebuah tahanan ekivelennya pada dua
terminal yang diamati.
Tujuan teorema Norton adalah untuk menyederhanakan analisis rangkaian, yaitu
membuat rangkaian pengganti yang berupa sumber arus yang diparalel dengan suatu tahanan
ekivalennya dan ditunjukkan dalam Gambar 8.2.
Rn=
Voc
5) Nilai tegangan open circuit (Voc) dihitung pada terminal titik a-b sebagai nilai
tegangan pada titik tersebut (Vab = Voc).
Gambar Rangkaian
Rangkaian teorema Thevenin ditunjukkan dalam Gambar 8.3.
Prosedur Praktikum
8.5.1
Berikutnya hasil pengukuran nilai Itotal, dan Vbeban diukur dan dicatat dalam Tabel 8.1.
Prosedur Praktikum Teorema Norton
Alat dan bahan disiapkan.
Modul rangkaian thevenin dan norton dihubungkan seperti dalam Gambar 8.10.
1,875
1,4
Vth
Rth
(V)
()
Sesudah
V3 (V)
I3( mA)
7,87
690
6,86
1,46
DCV
Skala
DCA
()
10V
2,5mA
x100
5
Tabel 8.1b Hasil simulasi software (multisim/live wire) teorema Thevenin
Sebelum
V3 (V)
I3 (mA)
6,87
1,42
Vth
Rth
(V)
()
7,87
687,
Sesudah
V3 (V)
I3 (mA)
6,87
1,462
DCV
Skala
DCA
()
10V
2,5mA
x100
1,6
Vth
Rth
(V)
()
8,1
710
Sesudah
V3 (V)
I3 (mA)
1,6
DCV
Skala
DCA
()
10V
2,5mA
x100
In
Rth
Sesudah
V3 (V)
I3 (mA)
(mA)
()
V3 (V)
I3( mA)
DCV
1,875
1,4
11,45
690
6,86
1,46
10V
Skala
DCA
()
2,5mA
x100
In
V3 (V)
I3 (mA)
(mA)
6,87
1,42
11,455
()
V3 (V)
I3 (mA)
DCV
Skala
DCA
()
687,
5
6,87
1,462
10V
2,5mA
X100
Rth
Sesudah
In
Rth
Sesudah
V3 (V)
I3 (mA)
(mA)
()
V3 (V)
I3 (mA)
1,6
18,4
710
6,7
1,4
Skala
DCV
DCA
()
10V
2,5mA
X10
V 3 dan I 3
In dan Rn
Sesudah
V 3 dan I 3
Sesudah
PERHITUNGAN
Thevenin
Rth =
R 1 x R 2 1 k x 2,2 k
=
=0,69 k=690
R1 + R2 1k+2,2 k
Rth
I th =
V 1V 2
12V 6 V
6V
=
=
R1 + R2 1 k+2,2 k 3,2 k
I th
1,875 m A
V th =V 1I th x R1
V th
12V 1,875
m A x 2,2k
I 2 sesudah=
V th
7,875
=
=1, 46 mA
R th + R3 0,69 k+ 4.7 k
Norton
2,2 k x I 1=12V I 1=5,45 mA
1 k x I 2=6 V I 2=6 mA
I1
I2
IR
3 sesudah
I n x Rn
11,45 x 0,69
=
=1,46 mA
R n+ R 3 0,69 k+ 4,7 k
V R =I R
x R 3=1,46 mA x 4,7 k=6,86 V
8.7 Kesimpulan
Dengan menerapkan Teorema Thevenin dan Teorema Norton, dapat dibuat suatu
3sesudah
3 sesudah
rangkaian yang sangat sederhana dengan satu resistor dengan satu sumber tegangan
tetap dan satu sumber arus tetap yang setara dengan rangkaian yang rumit itu dengan
hanya melakukan pengukuran pada masukan dan keluarannya.
Untuk memperoleh arus norton dengan pengukuran maka keluaran dihubung singkat.
Sedangkan untuk mengukur hambatan ekivalennya maka dihubung singkat sumber dan
tegangan thevenin diukur pada keluaran setelah hambatan beban dilepas.
8.9
Referensi
https://www.academia.edu/6467346/Rangkaian_Listrik_I_-_Teorema_Thevenin_dan_Norton
8.10
Lampiran
Gambar pengukuran