Anda di halaman 1dari 3

PRAKTIKUM ELEKTRONIKA DASAR I (E4)

Teorema Thevenin dan Norton (E4)


Eka Yuliana, Aris Widodo, Bachtera Indarto
Jurusan Fisika, Fakultas MIPA Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111
E-mail: ekayuliana1129@gmail.com
Abstrak Telah dilakukan sebuah percobaan mengenai
Teorema Thevenin dan Norton. Tujuan dari
dilakukannya percobaan ini adalah menerapkan
teorema Thevenin dan Norton untuk menentukan arus
yang mengalir dalam resistor variabel dan untuk
membandingkan hasil antara eksperimen dan
perhitungan. Prinsip yang digunakan dalam percobaan
ini adalah analisis rangkaian listrik menggunakan
teorema Thevenin dan Norton. Percobaan dilakukan
dengan menggunakan sebuah rangkaian yang diberikan
tegangan sebesar 9V dan diberikan hambatan sebesar
R1= 0,33 k; R2= 6,8 k; R3=0,18 k; R4=15 k
R5=0.18 k dan RL= 0,33 k . Sebelum percobaan
dilakukan perhitungan sesuai dengan teori metode
Thevenin dan Norton. Hasil perhitungan tersebut
digunakan untuk menguji validasi dari percobaan yang
dilakukan. Data yang diperoleh dari percobaan yang
dilakukan adalah berupa resistansi Thevenin, tegangan
Thevenin, resistansi Norton, tegangan Norton dan arus
RL. Kesimpulan yang diperoleh dari percobaan
mengenai Teorema Thevenin dan Norton ini adalah
Mampu menerapkan teorema Thevenin dan Norton
dalam menyelesaikan permasalahan pada rangkaian
listrik untuk menentukan arus yang mengalir dalam
resistor variable, dikarenakan dari percobaan yang
dilakukan dengan simulasi alat menggunakan proteus
hasilnya sesuai dengan hasil perhitungan manual.
Kata kunci : Arus, Hambatan, Norton, Tegangan dan
Thevenin

I.

PENDAHULUAN

Untuk menganalisis suatu ranglaian listrik dapat


digunakan
beberapa
prinsip
diantaranya
dapat
mengembangkan dua teorema yang akan sangat
menyederhanakan analisis banyak rangkaian linear. Yang
pertama dari teorema ini mengikuiti nama M.L Thevenin,
seorang insinyur Perancis yang bekerja di bidang
telegrafi, yang pertama sekali mengumumkan teorema ini
tahun 1883; yang kedua dapat ditinjau sebagai akibat dari
yang pertama dan didapatkan oleh E. L. Norton, seorang
ilmuwan yang bekerja di Bell Telephone Laboratories.
Harus jelas bahwa satu di antara kegunaan utama
teorema Thevenin dan theorema Norton adalah
penggantian bagian besar dari sebuah jaringan, seringkali
sangat sukar, dengan ekivalen yang sangat sederhana.
Rangkaian baru yang lebih sederhana ini memungkinkan
kita membuat perhitungan cepat dari tegangan, arus, dan
daya yang diberikan oleh rangkaian asal kepada sebuah
beban. Dalam penguat dengan daya transistor misalnya,
ekivalen Thevenin atau Norton membolehkan kita
menentukan daya maksimum yang dapat diambil dari
penguat dan jenis beban yang diperlukan untuk untuk
mencapai pemindahan daya maksimum atau untuk
mendapatkan penguatan arus atau tegangan praktis
maksimum. Sebagai contoh, kita tinjau rangkaian yang
diperlihatkan dalam gambar 3-12. Garis putus-putus

memisahkan rangkaian menjadi jaringan A dan jaringan


B; kita anggap bahwa minat kita yang utama adalah
jaringan B, yang hanya terdiri dari tahanan beban RL.[1]

Gambar 1.1 Transformasi Sumber pada Rangkaian

Gambar 1.2 Kombinasi Tahanan

Jaringan A dapat disederhanakan dengan mengulangi


transformasi sumber. Mulamula kita perlakukan sumber
12-V dan tahanan 3-W sebagai sumber tegangan tegangan
praktis dan menggantinya dengan sebuah sumber arus
praktis yang terdiri dari sumber 4-A yang paralel dengan
3 W. Tahanan-tahanan paralel kemudian dikombinasikan
menjadi 2 W, dan sumber arus praktis yang dihasilkan
ditranformasikan kembali kepada sumber tegangan
praktis. Langkah-langkah tersebut ditunjukkan dalam
Gambar 3-13, hasil akhir muncul dalam Gambar 3-13d.
Dari pandangan tahanan beban RL, rangkaian ini
(ekivalen Thevenin) adalah ekivalen dengan rangkaian
asal; dari pandangan kita, rangkaian itu jauh lebih
sederhana dan kita sekarang dapat dengan mudah
mengitung daya yang diberikan pada beban.[2] Hasilnya
(

(1)

Selanjutnya kita dapat melihat dari rangkaian ekivalen


bahwa tegangan maksimum yang bisa didapat melintasi
RL adalah 8 V bila RL
A
kepada sebuah sumber arus praktis (ekivalen Norton)
menunjukan bahwa arus maksimum yang dapat diberikan
kepada beban adalah 8/9A untuk RL = 0; dan teorema
pemindahan daya maksimum memperlihatkan bahwa
daya maksimum diberikan pada RL bila RL
Tidak ada di antara kenyataan ini yang dengan mudah
nampak dari rangkaian asal. Jika jaringan A lebih sukar,
maka banyaknya transformasi sumber dan kombinasi
tahana yang perlu mendapat ekivalen Thevenin atau
1

PRAKTIKUM ELEKTRONIKA DASAR I (E4)


ekivalen Norton menjadi sangat berat dan banyak; juga
dengan adanya sumber-sumber tak bebas, maka metode
transformasi sumber biasanya tak terpakai. Teorema
Thevenin dan Norton memungkinkan kita mencari
rangkaian ekivalen lebih cepat dan lebih mudah,
walaupun dalam rangkaian yang lebih sukar.[2]
Kedua teorema ini dikembangkan secara terpisah akan
tetapi kita akan membahasnya secara bersamaan. Secara
umum, rangkaian listrik terdiri dari dua bagian rangkaian
yang menjalankan fungsi berbeda, yang dihubungkan oleh
terminal interkoneksi.[3]
Dalam persamaan daya (1) terlihat bahwa kondisi untuk
menghasilkan tegangan maksimum (RL = ) maupun
arus maksimum (RL = 0) menyebabkan daya menjadi nol.
Ini berarti bahwa besarnya RL yang dapat menghasilkan
alih daya maksimum harus terletak di antara kedua nilai
ektrem tersebut. Untuk mencarinya kita turunkan p
terhadap RL dan membuatnya bernilai 0. Daya maksimum
yang dialihkan ke beban diperoleh dengan memasukkan
kondisi RL = RT ke persamaan untuk daya p. [3]
(2)
Theorema Thvenin menyatakanan bahwa jika
rangkaian seksi sumber pada hubungan duaterminal
adalah linier, maka sinyal pada terminal interkoneksi
tidak akan berubah jika rangkaian seksi sumber itu diganti
dengan rangkaian ekivalen Thvenin. Theorema Norton
menyatakan bahwa jika rangkaian seksi sumber pada
hubungan duaterminal adalah linier, maka sinyal pada
terminal interkoneksi tidak akan berubah jika rangkaian
seksi sumber itu diganti dengan rangkaian ekivalen
Norton.[1]
II.

METODE

Alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan kali


ini adalah sebagai berikut Multimeter (VOM), Power
supply, Resistor R1= 0,33 k; R2= 6,8 k; R3=0,18 k;
R4=15 k R5=0.18 k dan RL= 0,33 k, Kabel dan
Project board.

resistor, dicatat nilai-nilai hambatan dan sumber tegangan,


kemudian dipilih RL sebagai resistor variabel untuk
menentukan nilai arus, dibuatlah rangkaian pada Gambar
2.1, dilarang menyalakan sumber terlebih dahulu,
dilepaskan resistor RL dari jaringan, selanjutnya
dihidupkan sumber tegangan, diukur dan dicatat tegangan
antara titik A dan D pada rangkaian. Ini adalah tegangan
Thevenin, dimatikan listrik. Kemudian diganti power
supply V1 dengan sirkuit pendek, diukur dan dicatat
resistansi antara terminal A dan B. Ini adalah perlawanan
Thevenin. Tempatkan kembali RL resistor variabel dalam
rangkaian dengan ammeter pada terminal A dan B,
dilepaskan koneksi sirkuit pendek dan menempatkan
kembali sumber tegangan di rangkaian, dihidupkan
sumber tegangan, dibaca dan dicatat nilai arus yang
mengalir di RL resistor.
B. Teorema Norton
Langkah Kerja dengan teorema Norton adalah sebagai
berikut dibuatlah rangkaian seperti yang ditunjukkan pada
Gambar 2.1. Dilarang menyalakan sumber terlebih
dahulu, dilepaskan resistor RL dari jaringan. RL
ditentukan sebagai resistor dimana diusulkan untuk
menentukan nilai arus. Dihidupkan sumber tegangan,
dibaca dan dicatat yang ditunjukkan oleh ammeter antara
terminal A dan D. Ini adalah saat Norton, . Dimatikan
catu daya, diganti sumber dengan arus pendek, diukur dan
dicatat resistansi antara terminal A dan B. Ini adalah
resistensi Norton. Tempat kembali dihubungkan antara
terminal A dan B diletakkan kembali sumber listrik di
sirkuit dan menghapus hubungan arus pendek. Dibaca dan
dicatat nilai arus yang mengalir di RL resistor. Digambar
setara sirkuit Norton termasuk resistor RL.
III.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Analisa Data
Berdasarkan percobaan yang dilakukan mengenai
teorema Thevenin dan Norton diperoleh data sebagai
berikut:
Tabel 1 Analisa data Eksperimen Teorema Thevenin dan Norton

Resistansi Tegangan
Resistansi
Arus
Arus
Thevenin Thevenin
Norton
RL(mA)
RL(mA)
(k)
(V)
(k)
0.16

8.4

0.85

0.16

0.85

0.16
0.16

8.4
8.4

0.85
0.85

0.16
0.16

0.85
0.85

Tabel 2 Analisa data Proteus Teorema Thevenin dan Norton

Gambar 2.1 skema Rangkaian

A. Teorema Thevenin
Percobaan kali ini dilakukan dengan dua metode yaitu
dengan teorema Thevenin dan teorema Norton.Dengan
teorema Thevenin langkah yang dilakukan sebagai berikut
diukur tegangan sumber dan hambatan masing-masing

Resistansi Tegangan
Resistansi
Arus
Arus
Thevenin Thevenin
Norton
RL(mA)
RL(mA)
(k)
(V)
(k)
0.48
8.33
5.63
0.48
5.63
0.48
8.33
5.63
0.48
5.63
0.48
8.33
5.63
0.48
5.63

B. Pembahasan
Telah dilakukan sebuah percobaan mengenai teorema
Thevenin dan Norton. Tujuan dari percobaan ini adalah
untuk menerapkan teorema Thevenin dan Norton untuk
2

PRAKTIKUM ELEKTRONIKA DASAR I (E4)


Perbandingan antara hasil eksperimen dan perhitungan
menunjukan bahwa teorema Thevenin dan Norton
dapat diterapkan.

menentukan arus yang mengalir dalam resistor variabel


membandingkan hasil antara eksperimen dan perhitungan.
Percobaan dilakukan dengan satu rangkaian yang
digunakan untuk menerapkan teorema Thevenin dan
Norton. Data yang diperoleh dari percobaan ini berasal
dari tiga metode yang digunakan yaitu hasil eksperimen,
simulasi alat dengan proteus dan hasil perhitungan (tabel
terlampir). Dari ketiga metode tersebut diperoleh
resistansi Thevenin(
), tegangan Thevenin( ),
resistansi Norton( ), dan arus
Thevenin dan Norton.
Terkait hasil eksperimen diperoleh data sebagai
berikut
,
,
,
, dan
.
Hasil simulasi alat menggunakan proteus sebagai berikut
,
,
,
, dan
. Dan hasil
dari perhitungan manual adalah sebagai berikut
,
,
,
,
dan
.

DAFTAR PUSTAKA
[1]

Sudirham Sudaryatno, 2002, Analisis Rangkaian Listrik, Bandung:


Penerbit ITB

Tippler A. Paul , 1998, Fisika Untuk Sains Dan Teknik , Jakarta:


Penerbit Erlangga.

[2]

Ramdhani Mohamad, 2005, Rangkaian Listrik, Bandung: Sekolah


Tinggi Teknologi Telkom.

[3]

Dari data yang diperoleh melalui beberapa metode


diatas ditemui ketidak sesuaian antara hasil data metode
satu dengan yang lainnya contohnya terjadi perbedaan
antara hasil eksperimen dengan hasil proteus. Tetapi ada
kesamaan hasil dari proteus dengan hasil hitung manual.
Adanya ketidak sesuaian antara hasil praktikum dengan
hasil proteus dan hitung manual tersebut dikarenakan
adanya kesalahan praktikan pada saat pengukuran arus,
tegangan maupun hambatan menggunakan multimeter.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa metode
Thevenin dan Norton dapat diterapkan dalam
menyelesaikan permasalahan pada rangkaian listrik,
dikarenakan dari percobaan yang dilakukan dengan
simulasi alat menggunakan proteus hasilnya sesuai
dengan hasil perhitungan manual.
Kesamaan teorema Thevenin dan Norton adalah
meredam rangkaian yang kompleks menjadi sederhana,
yaitu dengan mematikan semua sumber dan menghitung
resistensi dari titik beban yang terbuka. Kesamaan lainnya
adalah sama-sama terdiri dari sebuah sumber tunggal
yang dirangai dengan resistensi tunggal. Hal ini berarti
baik itu teorema Thevenin maupun teorema Norton
memiliki rangkaian ekivalensi yang harusnya bisa
memproduksi tegangan yamg nilainya sama pada terminal
terbuka(tanpa terhubung dengan beban).
IV.

KESIMPULAN

Berdasarkan percobaan mengenai Teorema Thevenin


dan Norton yang telah dilakukan didapatkan kesimpulan
sebagai berikut:
Mampu menerapkan teorema Thevenin dan Norton
dalam menyelesaikan permasalahan pada rangkaian
listrik untuk menentukan arus yang mengalir dalam
resistor variable, dikarenakan dari percobaan yang
dilakukan dengan simulasi alat menggunakan proteus
hasilnya sesuai dengan hasil perhitungan manual.

Anda mungkin juga menyukai