DAN POTENSIOMETER
Kelompok 2 :
Firmansyah (5115122616)
FAKULTAS TEKNIK
2013
Tujuan
I. PENDAHULUAN
Arus adalah aliran muatan, Arus yang terdapat pada sebuah jalur
tertentu, misalnya kawat logam, akan memiliki besar dan arah yang mengalir
pada jalur tersebut. Besarnya arus tersebut merupakan ukuran dimana
muatan yang bergerak melalui sebuah titik tertentu per satuan waktu dalam
arah tertentu. Perlu kita sadari bahwa arah arus yang biasa kita gunakan
dengan anak panah untuk mendefinisikan aliran jalannya arus pada suatu
kawat pengantar tidak menunjukkan arah aliran arus yang sesungguhnya,
tetapi hanya sekedar perjanjian untuk memperkenankan kita berbicara
mengenai arah aliran arus dalam kawat dengan cara yang jelas.
Sebuah rangkaian umum akan ditandai dengan sepasang titik ujung
(terminal) yang dapat dihubungkan dengan elemen-elemen yang lain. Titik
ujung tersebut merupakan dua jalan yang digunakan arus untuk memasuki
atau meninggalkan elemen tersebut. Arus yang diarahkan melalui salah satu
titik ujung (terminal) melalui elemen memerlukan pengeluaran energi. Maka
dapat dikatakan bahwa terdapat tegangan listrik atau perbedaan potensial
diantara kedua titik ujung tersebut, atau terdapat tegangan atau selisih
potensial melintasi elemen tersebut. Jadi, tegangan yang melintasi sebuah
pasangan terminal adalah ukuran kerja yang diperlukan untuk menggerakkan
muatan melalui elemen tersebut.
Dalam suatu rangkaian listrik, kita tidak akan lepas dengan adanya
arus dan tegangan.
Rangkaian Listrik I 4
Rangkaian Seri, Paralel, Gabungan dan Potensiometer
Gambar 1.1 Tiga resistor terhubung secara seri di antara titik a dan d
Sedangkan V = I . R, maka:
Arus yang melalui disetiap tahanan adalah sama, I = Iab = Ibc = Icd, maka:
V = I . ( R1 + R2 + R3 )
V = I . RT
Dapat diperoleh:
Rangkaian Listrik I 5
Rangkaian Seri, Paralel, Gabungan dan Potensiometer
RT = R1 + R2 + R3
Perhatikan gambar 1.2, Suatu rangkaian tahanan yang dihubungkan secara seri,
diketahui R1 = 2 , R2 = 5 , R3 = 3 , dan tegangan sumber V = 20 V, maka
hitunglah : a) Hambatan pengganti ( RT )
V
RT = 2 + 5 + 3 I= R1 + R2 + R3
RT = 10 20 V
I= =2A
10
c) V1 = I . R1 V2 = I . R2 V3 = I . R3
V V V
V1 = R .R1 V2 = R .R2 V3 = R .R3
T T T
V V V
V1 = R .R1 V2 = R .R2 V3 = R .R3
1 + R 2 + R3 1 + R2 + R3 1 + R2 + R3
R1 R2 R3
V1 = R .V V2 = R .V V3 = R .V
1 + R 2 + R3 1 + R2 + R3 1 + R2 + R3
20 V 20 V 20 V
V1 = 2 + 3 + 5 .2 V2= 2 + 3 + 5 .5 V3= 2 + 3 + 5 .3
20 V 20 V 20 V
V1 = .2 V2 = .5 V3 = .3
10 10 10
V1 = 4 V2 = 10 V3 = 6
Kesimpulan: Semakin besar hambatan, maka semakin besar tegangannya.
a) Nilai tahanan atau resistor yang dibutuhkan lebih besar dari tahanan atau
resistor yang tersedia
b) Untuk membagi tegangan, bila tegangan yang diminta lebih kecil ataupun
lebih besar daripada yang tersedia.
Gambar 1.3 Tiga resistor terhubung secara paralel di antara titik a dan b
V1 V2 V3
I1 = R , I2 = R , I3 = R
1 2 3
Ketiga arus tersebut berasal dari arus yang masuk pada titik a, sehingga:
I = I1 + I2 + I3
atau,
V1 V2 V3
I =R + +
1 R2 R3
V V1 V2 V3
= + +
RT R1 R2 R3
karena,
V = V1 = V2 = V3
maka,
1 1 1 1
= + +
RT R1 R2 R3
1 R2 + R1
=
RT R1 . R2
R1 . R2
RT = R1 + R2
Dapat diperoleh:
1 R2 . R3 + R1 . R3 + R1 . R2
Dapat diperoleh: =
RT R1 . R2 . R3
1 1 1 1
= + + RT =
R1 . R2 . R3
RT R1 R2 R3
R1 . R2 + R1 . R3 + R2 . R3
Penyelesaian :
R1 . R2 V
a) RT = b) IT =
R1 + R2 RT
4 . 6 V
RT = IT = R1 . R2
4 + 6
R1 + R2
24 2
RT = = 2,4 IT =
R1 + R2
.V
10
R1 . R2
4 + 6
IT = . 24 v
4 . 6
10
IT = . 24 v = 10 A
24 2
V1 V2
c) I1 = R I2 = R
1 2
Rangkaian Listrik I 9
Rangkaian Seri, Paralel, Gabungan dan Potensiometer
24 v 24 v
I1 = =6A I2 = =4A
4 6
V1
I1 = R
1
Karena: V = IT . RT , maka:
IT . R T
I1 =
IT . R T I2 = R2
R1
IT R1 . R2
IT
I1 = R . ( R
R1 . R2
) I2 = R . ( R )
2 1+ R2
1 1+ R2
IT R1 . R2
IT
I1 = R . ( R
R1 . R2
) I2 = R . ( R )
2 1+ R2
1 1+ R2
R1
I1 =
R2
. IT I2 = . IT
R1 + R2
R1 + R2
4
I1 =
6
. 10 A I2 = . 10 A
4+6
4+6
4
I1 =
6
. 10 A = 6 A I2 = 10
. 10 A = 4 A
10
a) Nilai tahanan atau resistor yang dibutuhkan lebih besar dari tahanan atau
resistor yang tersedia
b) Diperlukan untuk pembagian aliran, bila aliran yang diminta lebih kecil
ataupun lebih besar daripada yang telah tersedia
Rangkaian Listrik I 10
Rangkaian Seri, Paralel, Gabungan dan Potensiometer
Gambar 1.7 Tiga buah resistor yang dihubungkan secara paralel dan seri
Arus yang masuk pada rangkaian pada Gambar 1.8 akan melalui
tahanan R1 dan RP, seperti halnya arus yang memasuki pada tahanan seri
nilainya sama besar. Jika kita lihat rangkaian pada Gambar 1.7, arus yang
masuk akan melewati tahanan R1 kemudian akan terbagi di titik b, sebagian
arus mengalir melewati R2 dan sebagiannya lagi melewati tahanan R3.
Rangkaian Listrik I 11
Rangkaian Seri, Paralel, Gabungan dan Potensiometer
Sedangkan arus pada titik c akan sama besar dengan arus yang masuk pada
rangkaian. Sesuai dengan Hukum pertama Kirchoff yaitu Jumlah arus yang
masuk pada suatu titik cabang harus sama dengan jumlah arus yang
meninggalkannya. Untuk tegangannya dapat dianalisis sesuai dengan cara
sambungannya. Sambungan secara seri memiliki jumlah seluruh tegangan
tiap tahanannya sama dengan tegangan sumber, sedangkan sambungan
paralel tegangan setiap tahanannya sama besar. Maka persamaan arusnya:
I = I1 = IP
I = I1 = I2 + I3
Tegangannya,
V = Vab + Vbc
Vbc = V2 = V3
Penyelesaian :
a) Untuk menyelesaikan rangkaian gabungan, terlebih dahulu kita analisa
rangkaiannya. Kemudian menggantikan tahanan yang tersambung paralel
menjadi RP.
R2 . R3
RP = R
2+ R3
3 .6
RP = 3 + 6
18 2
RP = =2
9
RT = R1 + RP
RT = 4 + 2
RT = 6
V
b) IT = RT
12 v
IT = =2A
6
IT = I1 = IP = 2 A
Rangkaian Listrik I 13
Rangkaian Seri, Paralel, Gabungan dan Potensiometer
IP = I2 + I3
R3 R2
I2 = . IT I3 = . IT
R2 + R3 R2 + R3
6 3
I2 = .2A I3 = .2A
3+6 3+6
6 3
I2 = .2A I3 = .2A
9 9
I2 = 1,33 A I3 = 0,67 A
V = V1 + VP
R1 RP
V1 = R .V VP = R .V
1 + RP 1 + RP
4 2
V1 = 4 + 2 .12 v VP = 4 + 2 .12 v
4 2
V1 = .12 v VP = 6 .12 v
6
V1 = 8 volt VP = 4 volt
VP = V2 = V3 = 4 volt
V. POTENSIOMETER
Potensiometer adalah salah satu resistor variabel yang biasa digunakan
untuk mengatur tegangan pada rangkaian lain. Contoh penggunaanya yaitu
sebagai pengatur volume pada receiver atau pada radio.
Penyelesaian :
a) Ketika terminal yang dapat bergeser berada pada posisi paling
atas, Vout-nya dapat dihitung =
50
Vout = 120 x 50+50 = 60 V.
Tabel potensio
Keterangan
Vin = Tegangan Masuk Rm = Tahanan Dalam
Rport 1 = Potensio (bagian 1) Rp1 = Rangkaian Pararel 1
Rport 1 = Potensio (bagian 2) Rp2 = Rangkaian Pararel 2
R = Resistor Vout = Tegangan Keluar
Rangkaian Listrik I 17
Rangkaian Seri, Paralel, Gabungan dan Potensiometer
Jawab:
a) RT = R1 + R2 + R3 + R4
RT = 2 + 3 + 4 + 6
RT = 15
b) V = I . ( R1 + R2 + R3 + R4 )
V=4A.(2+3+4+6)
V = 4 A . 15
V = 60 volt
Jawab :
Seri: Rde = R2 + R3
Rde = 6 + 6 = 12
12 . 6
Rch = =4
12 + 6
Selanjutnya,
Seri: Rjk = R6 + R7
Rbi = 3 + 3 = 6
Rangkaian Listrik I 19
Rangkaian Seri, Paralel, Gabungan dan Potensiometer
Maka:
10 . 6
Rag = = 3,75
10 + 6
3) Tiga buah resistor dirangkai seperti gambar dibawah ini. Jika rangkaian
tersebut memiliki kuat arus sebesar 4 A, tegangan sumbernya 60 volt dan
R1 = 6 , R2 = 24 . Berapakah besar hambatan pada tahanan R3?
Dik: R1 = 6 Dit: R3 ?
R2 = 24
I=4A
V = 60 volt
Rangkaian Listrik I 20
Rangkaian Seri, Paralel, Gabungan dan Potensiometer
Jawab:
V = I . RT
V
RT = I
60 v
RT = = 15
4A
R1 . R2
RP = R1 + R2
6 . 24 144 2
RT = = = 4,8
6 + 24 30
RT = RP + R3
R3 = RT RP
R3 = 15 4,8 = 10,2
Jawab:
Arus total yang masuk pada rangkaian paralel memiliki nilai yang sama
besar dengan jumlah seluruh arus pada masing-masing tahanan,
sedangkan arus total yang masuk pada rangkaian seri memiliki nilai yang
sama besar dengan nilai arus pada setiap masing-masing tahanan.
Seri : IT = I1 + I2 + I3 + ... + In
Paralel : IT = I1 = I2 = I3 = ... = In
Rangkaian Listrik I 21
Rangkaian Seri, Paralel, Gabungan dan Potensiometer
Jawab :
a) Tegangan minimum antara terminal b dan c akan terjadi saat
kontak geser berada pada posisi paling bawah dari resistor
variabel. Pada posisi ini, Vout = 0 V, karena terminal b dan c
terhubung singkat ( short circuit ) seperti yang terlihat pada
gambar di bawah ini.
.2 50.50
Rp = +2 = 50+50 = 25K
25
Vout = Vin x = 120 V x 25+50
+1
= 40 V.
DAFTAR PUSTAKA
Guntoro, Nanang A. 2013. Fisika Terapan. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Hardy, Syam. 1994. Dasar-Dasar Teknik Listrik Aliran Rata 1.
Jakarta: PT Rineka Cipta.
Grob, Bernard. 1984. Basic Electronics. New York: Mc Graw Hill.