Anda di halaman 1dari 20

TUGAS MAKALAH

TEORI PEMBELAJARAN PTK

BELAJAR MANDIRI

AHMAD IRFAN

NO.POKOK 11B08 053

PENDIDIKAN TEKNOLOGI KEJURUAN

PROGRAM MAGISTER PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2011
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah S.W.T pemilik bumi beserta isinya
yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga tugas Makalah Teori
Pembelajaran PTK ini dapat diselesaikan sebagaimana mestinya.
Dalam penulisan tugas ini berbagai kendala telah penulis lalui, terutama dengan
keterbatasan waktu dan tenaga Penulis sebagai manusia biasa. Namun karena
pertolongan Allah dan keinginan yang kuat dari penulis maka kendala tersebut dapat
dilalui dengan baik.
Penulis menyadari bahwa tugas ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu
penulis mengharapkan segala kritikan, saran untuk pengerjaan tugas yang lebih baik di
hari yang akan datang.
Dengan penuh kerendahan hati penulis menyampaikan terima kasih dan hormat
kepada Ibu Dr. Lumu Taris, M.Pd selaku dosen mata kuliah yang senantiasa memotivasi
kami dalam berbagai hal.
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat untuk penulis dan siapapun yang
membacanya, Amin

Makassar, 14 Maret 2012

Penulis,

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL......................................................................................... i

KATA PENGANTAR ...................................................................................... ii

DAFTAR ISI.................................................................................................... iii

BAB I DEFINISI BELAJAR ........................................................................... 1

BAB II BELAJAR MANDIRI........................................................................... 8

BAB III PENUTUP ........................................................................................... 18

DAFTAR REFERENSI.................................................................................... 19

I. DEFINISI BELAJAR
Belajar mempunyai prinsip-prinsip diantaranya belajar sebagai suatu pengalaman
yang terjadi di dalam diri individu yang diaktifkan oleh individu itu sendiri, belajar sebagai
penemuan diri sendiri, belajar sebagai konsekuensi dari pengalaman, belajar sebagai
proses kerja sama dan kolaborasi, belajar sebagai proses evolusi, belajar merupakan
proses pemaksaan, belajar merupakan proses emosional dan intelektual, belajar bersifat
indvidual dan unik.

Belajar adalah suatu pengalaman yang terjadi di dalam diri individu yang
diaktifkan oleh individu itu sendiri. Artinya, belajar bukan melakukan apa yang dikatakan
atau yang diperbuat oleh pengajar saja tetapi merupakan proses perubahan dalam diri
pelajar sendiri untuk mau melakukan dengan kemauan sendiri apa yang dikehendaki
olehnya.

Belajar adalah penemuan diri sendiri, hal ini mengandung arti belajar adalah
proses penggalian ide-ide yang berhubungan dengan diri sendiri dan masyarakat
sehingga pelajar dapat menentukan kebutuhan dan tujuan yang akan dicapai.

Belajar adalah konsekuensi dari pengalaman, seseorang menjadi bertanggung


jawab ketika ia diserahi tanggung jawab. Ia dapat berdiri sendiri bila ia mempunyai
pengalaman dan pernah berdiri sendiri. Untuk belajar yang efektif tidak cukup jika hanya
memberikan informasi saja, tetapi kepada pelajar tesebut perlu diberikan pengalaman.
Misalnya, diajari cara membuat kue, dengan resep yang telah tersedia kita belum tentu
dapat membuat kue tersebut. Agar kita dapat membuat kue tersebut setidaknya kita
harus pernah melihat dan mencoba membuatnya.

Belajar adalah proses kerja sama dan kolaborasi, pada hakikatnya manusia senang
melakukan suatu hal-hal bersama-sama dan saling membantu. Dengan kerja sama, saling
berinteraksi dan berdiskusi, disamping memperoleh pengalaman dari orang lain juga
dapat mengembangkan pemikiran-pemikiran dan daya kreasi individu.

Belajar adalah proses evolusi, bukan revolusi karena perubahan perilaku


memerluakan waktu dan kesabaran, perubahan perilaku merupakan suatu proses belajar
yang membutuhkan waktu lama karena memerlukan pemikiran-pemikiran dan
pertimbangan orang lain, contoh-contoh, dan mungkin pengalaman sebelum menerima
atau berperilaku baru. Untuk itu diperlukan kesabaran dan ketekunan.
Belajar merupakan suatu paksaan dan terkadang menjadi proses yang
menyakitkan karena menghendaki perubahan kebiasaaan yang sangat menyenagkan dan
sangat berharga bagi dirinya, bahkan mungkin harus melepasakn sesuatu yang menjadi
jalan hidup atua pegangan hidupnya. Untuk itu dalam memperkenalkan hal-hal baru yang
menghendaki seseorang berperilaku baru sebaiknya dilakukan tidak secara drastis dan
radikal. Harus berhati-hati dan sedikit demi sedikit sehingga individu mau meninggalkan
perilaku lama dengan senang hati, tidak menyakitkan hati, dan tidak menimbulkan
frustasi. Misalnya pada panti rehabilitasi, para pecandu narkoba dipaksa untuk belajar
menghentikan penggunaan obat-obat terlarang. Dengan kesabaran, sedikit demi sedikit
kebiasaan tersebut dapat hilang.

Belajar adalah proses emosional dan intelektual, jadi belajar dipengaruhi oleh
keadaan individu atau pelajar secara keseluruhan. Belajar bukan hanya proses intelektual
tetapi emosi juga turut menentukan. Oleh karena itu hasil belajar sangat ditentukan
situasi psikologis individu pada saat belajar. Bila seseorang sedang dalam keadaan kalut,
murung, frustasi, konflik, dan tidak puas, maka jangan dibawa ke dalam suatu proses
belajar karena hasilnya tidak akan memuaskan.

Belajar bersifat individual dan unik, setiap orang mempunyai gaya belajar dan
keunikan yang berbeda-beda dalam belajar. Untuk itu pengajar harus menyediakan media
belajar yang bermacam-macam sehingga tiap individu dapat memperoleh pengalaman
belajar sesuai dengan keunikan dan gaya masing-masing.

Belajar merupakan kunci dari suatu proses, khususnya proses dalam memahami
perilaku. Penelitian-penelitian dalam bidang psikologi yang menyangkut belajar memiliki
aplikasi yang lebih luas dari sekedar proses input pengetahuan dan prestasi yang
dihasilkan dari input pengetahuan tersebut. Aplikasi yang luas terjadi karena belajar juga
berkaitan dengan masalah fundamental yang lain, seperti emosi, motivasi, perilaku sosial,
dan kepribadian. Oleh karena itu belajar dapat dikatakan sebagai kunci untuk memahami
perilaku karen belajar berkaitan dengan segala sesuatu yang dipikirkan dan dilakukan
oleh manusia.

Contoh konkritnya dapat dilihat dalam kehidupan sehari-hari. Saat membaca buku,
terjadi proses belajar tentang bahasan pada buku tersebut, tetapi yang dimaksud dengan
proses belajar tidak terbatas pada hal tersebut, cara kita berpakaian sesuai dengan situasi
dan kondisi, cara makan dengan tangan, dan mengemudikan kendaraan juga merupakan
hasil dari proses belajar.

Definisi belajar adalah usaha yang dilakukan dengan sengaja yang dapat
menimbulkan tingkah laku (aktual/nyata maupun potensiil/tidak tampak) dimana
perubahan yang dihasilkan tersebut bersifat positif dan berlaku dalam waktu yang relatif
lama.

Dari definisi tersebut, dapat kita lihat 3 ciri kegiatan belajar, yaitu:

1. Belajar merupakan suatu aktifitas yang menghasilkan perubahan tingkah laku, baik
secara aktual maupun potensial, baik maupun buruk.
2. Perubahan yang terjadi bersifat positif dan berlaku dalam waktu yang relatif lama
3. Perubahan tersebut terjadi karena adanya usaha (termasuk didalamnya latihan dan
pengalaman). Perubahan karena efek perkembangan dan kematangan tidak
termasuk dalam proses belajar.

Secara garis besar, ada dua faktor yang mempengaruhi proses belajar dan hasil belajar,
yaitu:

1. Internal
Faktor yang berasal dari individu (sebagai input) yang meliputi :
a. Fisiologis; meliputi kondisi jasmani, fungsi alat indera, saraf sentral dan
sebagainya.
b. Psikologis; meliputi minat, motivasi, emosi, intelegensi, bakat, dsb.
2. Eksternal
Faktor dari luar indivisu yang mempengaruhi proses belajar dan meliputi faktor:
a. Sosial/Lingkungan, yaitu pola asuh dalam keluarga, dukungan dari lingkungan
sekitar individu, kehadiran seseorang secara langsung ataupun representasinya
(kehadiran hanya dalam pikiran/tidak nyata), misalnya bila teringat orangtua
maka motivasi untuk menyelesaikan thesis meningkat.
b. Instrumental, meliputi alat perlengkapan belajar, ruang belajar, ventilasi,
penerangan, cuaca, materi yang diberikan, peraturan-peraturan yang mengikat
dalam proses belajar (misalnya norma masyarakat, aturan dalam sekolah, sistem
pendidikan dan sebagainya).

Faktor-faktor yang positif akan mendukung output proses belajar (hasil belajar
atau prestasi) yang positif pula. Sebaliknya, faktor yang negatif akan menyebabkan
output hasil belajar yang buruk pula.
Untuk dapat mengetahui apakah output sudah sesuai dengan hasil yang
diinginkan dalam proses belajar, maka perlu dilakukan evaluasi dengan memberikan
feedback (umpan balik). Apabila output yang dihasilkan dalam proses belajar belum
sesuai dengan yang diharapkan, maka kita dapat melakukan perubahan atau peningkatan
terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar. Apabila output yang dihasilkan
sudah sesuai, maka feedback yang kita lakukan adalah mempertahankan proses belajar
yang dilakukan.

Dewasa ini terdapat tiga pokok pandangan mengenai proses terjadinya belajar,
yaitu:

1. Trial and Error Learning, yaitu proses belajar yang terjadi melalui coba-coba ( trial)
dan kesalahan (error).
2. Insight Learning, yaitu proses belajar yang diawali dengan proses trial and error,
tetapi peristiwa tersebut akhirnya dicapai suatu pemahaman.
3. Conditioning Learning, yaitu proses belajar melalui pengkondisian.

Selanjutnya dalam penulisan makalah ini, penulis akan membahas lebih jauh tentang
Belajar Mandiri; konsep, media dan strategi belajar yang efektif.

II. BELAJAR MANDIRI

Ada beberapa istilah yang mengacu pada pengertian yang sama tentang
pembelajaran mandiri. Istilah tersebut antara lain adalah 1) Independent learning, 2)
self-directed learning, 3) Autonomous learning . Wedemeyer (1973) menjelaskan bahwa
belajar mandiri adalah cara belajar yang memberikan derajat kebebasan, tanggung jawab
dan kewenangan yang lebih besar kepada pembelajar dalam merencanakan dan
melaksanakan kegiatan-kegiatan belajarnya.

Rowntree (1992) mengutip pernyataan Lewis dan Spencer (1986) menjelaskan


bahwa ciri belajar mandiri adalah adanya komitmen untuk membantu peserta didik
memperoleh kemandirian dalam menentukan keputusan sendiri tentang, 1) tujuan atau
hasil belajar yang ingin dicapai, 2) mata ajar, tema, topik atau isu yang akan di pelajari,
3) sumber-sumber belajar dan metode yang akan digunakan dan 4) kapan, bagaimana
serta dalam hal apa keberhasilan belajar akan diuji (dinilai).

Pengertian senada juga disampaikan oleh Knowles (1975), belajar mandiri adalah
suatu proses dimana individu mengambil inisiatif dengan atau tanpa bantuan orang lain
untuk, 1) mendiagnosa kebutuhan belajarnya sendiri, 2) merumuskan/ menentukan
belajarnya sendiri, 3) mengidentifikasi sumber-sumber belajar, 4) memilih dan
melaksanakan strategi belajarnya sendiri, 5) mengevaluasi hasil belajarnya sendiri.

Moore (1997) yang di kutip oleh keegan (1990) menyatakan derajat kemandirian
belajar yang di berikan kepada peserta didik dapat dilihat dari tiga aspek, 1) kemandirian
dalam menentukan tujuan, apakah penentuan tujuan belajar ditentukan oleh pendidik
atau peserta didik, 2) kemandirian dalam menentukan metode belajar dan media lain
keputusannnya dilakukan oleh pendidik atau peserta didik Mendasarkan pada
pengertian dan karateristik belajar mandiri maka sangatlah memungkinkan komputer
dapat dijadikan sebagai media bagi peserta didik untuk belajar secara mandiri. Karena
dengan desain dan pengembangan software komputer yang memenuhi komponen
instruksional peserta didik akan dapat menentukan tujuan dan hasil belajar, memilih topic
yang ingin dipelajari serta dapat menentukan waktu yang tepat untuk belajar.

Menurut Dodds (1983) Belajar mandiri merupakan suatu sistem belajar yang
memungkinkan individu dapat belajar sendiri dari bahan cetak, program siaran dan bahan
rekaman yang telah disiapkan sebelumnya Menunjukkan adanya kendali belajar serta
penentuan waktu dan tempat belajar ada pada diri individu yang belajar. Sedangkan
menurut Pannen dkk.(2001). Ciri utama belajar mandiri adalah adanya pengembangan
kemampuan individu untuk melakukan proses belajar yang tidak tergantung pada faktor
guru, teman, kelas dll.
Dari beberapa pandangan diatas, dapat disimpulkan bahwa dalam pendidikan
dengan sistem belajar mandiri, peserta didik diberikan kemandirian (baik kelompok
maupun individu) dalam menentukn,1) tujuan belajarnya (apa yang harus dicapai), 2) apa
saja yang harus dipelajari dan dari mana sumber belajarnya (materi dan sumber
belajarnya), 3) Bagaimana mencapainya (strategi belajar) dan 4) kapan serta bagaimana
keberhasilan belajarnya diukur (dievaluasi)

Belajar mandiri juga tidak dapat dipandang sebagai sesuatu yang diskrit, tetapi
merupakan sesuatu yang kontinum. Inti dari konsep belajar mandiri terletak pada
otonomi belajarnya. Ini dapat di artikan semakin besar derajat otonomi dan kemandirian
(peran kendali, inisiatif atau pengambilan keputusan) di berikan oleh suatu lembaga
pendidikan (tenaga pendidik) kepada peserta didik dalam menentukan keempat
komponen diatas, maka semakin tinggi (murni) derajat sistem belajar mandiri yang
diberikan oleh suatu lembaga pendidikan tersebut.

Para ahli di bidang pendidikan mencoba mengembangkan teori mengenai gaya


belajar sebagai cara untuk mencari jalan agar belajar menjadi hal yang mudah dan
menyenangkan. Sebagaimana kita ketahui, belajar membutuhkan konsentrasi. Situasi dan
kondisi untuk berkonsentrasi sangat berhubungan dengan gaya belajar. Jika kita
mengenali gaya belajar kita, maka kita dapat mengelola pada kondisi apa, dimana, kapan
dan bagaimana kita dapat memaksimalkan belajar kita.

A. Pengaruh Lingkungan Belajar

Lingkungan mempengaruhi kemampuan kita dalam berkonsentrasi untuk


belajar. Kita akan dapat memaksimalkan kemampuan konsentrasi jika kita mengetahui
faktor apa saja yang berpengaruh terhadap konsentrasi. Jika kita dapat
memaksimalkan konsentrasi, kita akan mampu menggunakan kemampuan kita pada
saat dan suasana yang tepat. Dengan demikian kita dapat menghemat energi. Coba
bayangkan jika kita termasuk orang yang suka belajar di tempat yang sepi dan
tenang, sementara teman kita mengajak belajar di rumahnya sambil memasang musik
dengan keras. Mampukah kita berkonsentrasi dengan maksimal?

Faktor lingkungan yang mempengaruhi konsentrasi belajar adalah suara,


pencahayaan, temperatur, dan desain belajar.
a. Suara

Tiap orang mempunyai reaksi yang berbeda terhadap suara. Ada yang
menyukai belajar sambil mendengarkan musik keras, musik lembut, ataupun
nonton TV. Ada juga yang suka belajar di tempat yang ramai, bersama teman.
Tapi ada juga yang tidak dapat berkonsentrasi kalau banyak orang di sekitarnya.
Bahkan bagi orang tertentu, musik atau suara apapun akan mengganggu
konsentrasi belajar mereka. Mereka memilih belajar tanpa musik atau di tempat
yang mereka anggap tenang tanpa suara. Namun, beberapa orang tertentu tidak
merasa terganggu baik ada suara ataupun tidak. Mereka tetap dapat
berkonsentrasi belajar dalam keadaan apapun.

b. Pencahayaan

Pencahayaan merupakan faktor yang pengaruhnya kurang begitu dirasakan


dibandingkan pengaruh suara. Mungkin karena relatif mudah mengatur
pencahayaan sesuai dengan yang dibutuhkan.

c. Temperatur

Pengaruh temperatur terhadap konsentrasi belajar pada umumnya juga


tidak terlalu dipermasalahkan orang. Namun perlu diketahui bahwa reaksi tiap
orang terhadap temperatur berbeda. Ada yang memilih belajar di tempat dingin,
atau sejuk; sedangkan orang yang lain memilih tempat yang hangat.

d. Desain Belajar

Jika sedang membaca, menulis, atau meringkas modul yang membutuhkan


konsentrasi, coba perhatikan, apakah kita merasa lebih nyaman untuk
melakukannya sambil duduk santai di kursi, sofa, tempat tidur, tikar, karpet atau
duduk santai di lantai? Jika salah satu cara tersebut merupakan cara yang
membuat kita lebih mudah berkonsentrasi untuk belajar, maka mungkin kita
termasuk orang yang membutuhkan desain informal atau cara belajar tidak
formal yang santai.

Jika kita termasuk tipe yang membutuhkan desain formal, maka mungkin
Anda lebih mudah berkonsentrasi jika belajar dengan kursi dan meja belajar.
Lengkapi tempat belajar Anda dengan kalimat-kalimat positif, foto, gambar, atau
jadwal belajar yang dapat meningkatkan semangat belajar. Yang penting,
sesuaikan dengan tipe kita, baik tipe informal maupun tipe formal.

B. Aspek Kesiapan Belajar

Aspek-aspek kesiapan belajar tersebut merupakan pilihan. Ada orang yang


cocok dengan aspek ABC, sedangkan yang lain lebih cocok dengan aspek XYZ. Yang
penting adalah aspek yang menjadi penentu kesiapan belajar telah dikenali. Jika telah
dikenali, maka kita dapat mempersiapkan diri secara maksimal.

a. Motivasi

Motivasi tiap orang untuk belajar berbeda-beda. Motivasi sudah ada pada
saat seseorang akan melakukan sesuatu, namun mungkin tidak disadari. Kita perlu
mengetahui apa sebenarnya motivasi belajar kita. Atau bisa juga lebih khusus,
misalnya apa motivasi kita untuk mengambil mata kuliah tertentu.

Mungkin kita mengikuti Program Pascasarjana untuk mendapatkan gelar


Magister sebagai syarat mendapatkan jabatan tertentu. Apapun motivasinya,
cobalah untuk mengenalinya. Bergabunglah dengan teman-teman lain yang
memiliki motivasi yang sama. Dengan cara tersebut, kita akan dapat saling
memotivasi untuk berhasil. Sebagai contoh: mahasiswa yang mengikuti kuliah di
Pascasarjana sebagai upaya untuk persyaratan jabatan tertentu, mungkin dapat
berkumpul bersama mereka yang memiliki tujuan yang sama untuk saling
memotivasi. Bayangkan, jika teman kita berhasil menjadi Kepala Sekolah setelah
lulus Pascasarjana, tentunya kita juga akan menjadi termotivasi untuk mengikuti
jejaknya.
Kita juga dapat bergabung dengan mereka yang tujuan belajarnya berbeda
untuk saling meningkatkan motivasi belajar. Apapun caranya, yang penting adalah
memperkuat motivasi belajar.

b. Keteraturan/ketekunan

Dalam mempelajari modul/buku, maka orang yang mempunyai ketekunan


tinggi akan berusaha membacanya sampai selesai secara teratur. Mereka akan
merasa terganggu kalau suatu topik bahasan yang mereka baca belum
terselesaikan. Sedangkan orang yang memiliki ketekunan rendah, mudah
kehilangan minat untuk belajar. Mereka tidak merasa terganggu jika mereka tidak
selesai membaca modul/buku seluruhnya. Bagi tipe ini, mungkin tugas belajar
yang cocok bagi mereka adalah tugas-tugas kecil yang termasuk short
assignment. Cobalah membaca modul/buku sedikit demi sedikit sambil diselingi
kegiatan lain, seperti membuat ringkasan, atau mengerjakan tes formatif. Dengan
cara memecah tugas belajar seperti itu, diharapkan kita akan tetap termotivasi
dalam menyelesaikan tugas jangka panjang, yaitu membaca modul/buku tersebut
secara keseluruhan.

c. Beban Tugas

Tebalnya modul/buku yang harus Anda pelajari seringkali mematahkan


semangat untuk belajar. Namun bagi individu tertentu, semakin tebal atau banyak
modul/buku yang harus dibaca, semakin bersemangat dalam belajar. Di sisi lain,
ada tipe orang yang justru menganggap berat untuk membaca modul yang
banyak dan tebal. Mereka cenderung termotivasi jika beban belajar sedikit. Jika
kita termasuk yang alergi terhadap modul yang tebal, maka dapat mencoba untuk
membuat tugas membaca modul menjadi short assignment seperti pada aspek
ketekunan. Buat jadwal membaca modul yang tidak terlalu panjang. Bacalah
modul sedikit demi sedikit. Yang terpenting adalah memecah beban tugas menjadi
bagian kecil sesuai dengan tipe kita untuk menjaga semangat belajar.

Jika kita termasuk tipe kombinasi, maka kita dapat menggabungkan kiat-
kiat belajar dari kedua tipe yang lain.
d. Terstruktur/tidak terstruktur

Individu tertentu memilih belajar dengan cara/aturan yang terstruktur.


Misalnya, belajar dengan jadwal belajar yang teratur, membuat sistem kontrak
dalam belajar, atau membutuhkan pengarahan yang rinci dari guru/dosen maupun
orang-orang yang lebih tahu. Sebaliknya, kita mungkin merasa terbebani bila
harus membuat jadwal belajar. Jika ini terjadi, kita mungkin termasuk tipe orang
yang tidak terstruktur. Tidak perlu merasa bersalah bila kita justru tidak suka
membuat jadwal belajar yang teratur. Kita tetap dapat membuat jadwal belajar
dengan gaya kita sendiri.

C. Sosialisasi Dalam Belajar

Kemampuan seseorang untuk memahami suatu materi yang sedang


dipelajarinya dapat dipengaruhi oleh hubungannya dengan orang lain. Alasan
kebutuhan belajar berkelompok ini bisa bermacam-macam, seperti:

agar termotivasi untuk belajar, karena kelompok yang kuat biasanya akan saling
memotivasi untuk belajar;

lebih mudah memahami suatu informasi/pengetahuan, karena anggota dalam


kelompok saling mengisi dalam belajar;

adanya pelajaran/matakuliah tertentu yang menuntut belajar dalam kelompok


sebagai bagian dari kegiatan atau tugas belajar. Sebagai contoh: kalau mahasiswa
akan mempelajari mengenai dinamika kelompok, maka diperlukan kegiatan
bersama kelompok untuk lebih memahami mengenai dinamika kelompok.

Jika kita tidak suka belajar dalam kelompok, kita mungkin dapat memilih
belajar sendiri. Disamping itu, ada yang memiliki kecenderungan untuk belajar
dengan bimbingan dari orang yang dianggap lebih tahu, seperti guru, dosen, tutor,
atau bahkan alumni.

Coba kenali kebutuhan sosialisasi kita. Kemandirian ditentukan oleh


kemampuan kita mengenali kebutuhan sosialisasi. Baik belajar sendiri, dengan
bantuan tutor maupun belajar berkelompok; kita tetap mandiri jika kita dapat
memutuskan kebutuhan sosialisasi ini. Sebagai contoh, jika kita termasuk tipe orang
yang suka belajar berkelompok. Kita memutuskan untuk mengikuti Kelompok Belajar
Mahasiswa (KBM). Ini berarti kita mengenali kebutuhan sosialisasi kita.

D. Strategi Belajar

Strategi belajar bersifat individual, artinya strategi belajar yang efektif bagi diri
seseorang belum tentu efektif bagi orang lain. Untuk memperoleh strategi belajar
efektif, seseorang perlu mengetahui serangkaian konsep yang akan membawanya
menemukan strategi belajar yang paling efektif bagi dirinya.

Menyadari bahwa hubungan antara pengajar dengan


dirinya tetap ada, namun hubungan tersebut diwakili oleh
bahan ajar atau media belajar.

Mengetahui konsep belajar mandiri.


Konsep belajar
mandiri
Mengetahui kapan ia harus minta tolong, kapan ia
membutuhkan bantuan/dukungan.

Mengetahui kepada siapa dan dari mana ia dapat


memperoleh bantuan/dukungan.

Mengetahui kapan ia perlu mempergunakan media


belajar.

Media belajar
Menyadari bahwa ia harus mengetahui cara
mempergunakan media Belajar Jarak Jauh, E-Learning
dsb.

Mengetahui berbagai strategi belajar yang efektif Strategi belajar


efektif

Belajar mandiri bukan berarti belajar sendiri. Seringkali orang menyalahartikan


belajar mandiri sebagai belajar sendiri. Belajar mandiri berarti belajar secara berinisiatif,
dengan ataupun tanpa bantuan orang lain, dalam belajar.

Sebagai mahasiswa yang mandiri, kita tidak harus mengetahui semua hal. Kita juga
tidak diharapkan menjadi mahasiswa jenius yang tidak membutuhkan bantuan orang lain.
Salah satu prinsip belajar mandiri adalah kita mampu mengetahui kapan kita
membutuhkan bantuan atau dukungan pihak lain. Pengertian tersebut termasuk
mengetahui kapan kita perlu bertemu dengan mahasiswa lain, kelompok belajar,
pengurus administrasi, tutor, atau bahkan teman/rekan kerja yang kuliah di universitas
lain. Bantuan/dukungan dapat berupa kegiatan saling memotivasi untuk belajar, misalnya,
mengobrol dengan teman/rekan kerja yang kuliah di universitas lain, seringkali dapat
memotivasi diri kita untuk giat belajar. Bantuan/dukungan dapat juga berarti kamus, buku
literatur pendukung, kasus dari surat kabar, berita dari radio atau televisi, perpustakaan,
informasi tentang jadwal tutorial, dan hal lain yang tidak berhubungan dengan orang.

Yang terpenting adalah kita mampu mengidentifikasi sumber-sumber informasi.


Identifikasi sumber informasi ini dibutuhkan untuk memperlancar proses belajar pada saat
kita membutuhkan bantuan atau dukungan.

a. Media Belajar

Masing-masing media mempunyai kelebihan dan kekurangan. Kita dapat


memilih media mana yang sesuai untuk mendukung belajar kita. Penggunaan media
untuk kepentingan belajar ini merupakan salah satu bentuk strategi belajar. Sebagai
contoh, media audio akan sangat membantu bagi orang yang memiliki gaya belajar
auditorial. Penggunaan media untuk belajar sering dianggap aneh karena tidak biasa
bagi mereka yang terbiasa belajar tatap muka.

b. Strategi Belajar Efektif


Bertanggung jawab atas diri sendiri. Tanggung jawab merupakan tolok ukur
sederhana di mana kita sudah mulai berusaha menentukan sendiri prioritas, waktu
dan sumber-sumber terpercaya dalam mencapai kesuksesan belajar.

Pusatkan dirimu terhadap nilai dan prinsip yang kamu percaya.


Tentukan sendiri mana yang penting bagi dirimu. Jangan biarkan teman atau
orang lain mendikte kamu apa yang penting.

Kerjakan dulu mana yang penting. Kerjakanlah dulu prioritas-prioritas yang telah
kita tentukan sendiri. Jangan biarkan orang lain atau hal lain memecahkan
perhatian dari tujuan kita.

Anggap kita berada dalam situasi "co-opetition" (bukan situasi "win-win" lagi).
"Co-opetition" merupakan gabungan dari kata "cooperation" (kerja sama) dan
"competition" (persaingan). Jadi, selain sebagai teman yang membantu dalam
belajar bersama dan banyak memberikan masukkan/ide baru dalam mengerjakan
tugas, anggaplah dia sebagai saingan kita juga dalam kelas. Dengan begini, kita
akan selalu terpacu untuk melakukan yang terbaik.

Pahami orang lain, maka mereka akan memahami kita. Ketika ingin membicarakan
suatu masalah akademis dengan guru/dosen, misalnya mempertanyakan nilai
tugas atau meminta dispensasi tambahan waktu untuk mengumpulkan tugas,
tempatkan diri kita sebagai guru/dosen tersebut. Dan coba tanyakan pada diri
kita, kira-kira argumen apa yang paling pas untuk diberikan ketika berada dalam
posisi guru/dosen tersebut.

Cari solusi yang lebih baik. Bila kamu tidak mengerti bahan yang diajarkan pada
hari ini, jangan hanya membaca ulang bahan tersebut. Coba cara lainnya.
Misalnya, diskusikan bahan tersebut dengan guru/dosen pengajar, teman,
kelompok belajar atau dengan pembimbing akademismu. Mereka akan
membantumu untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik.

Tantang diri kita sendiri secara berkesinambungan. Dengan cara ini, belajar akan
terasa mengasyikkan, dan mungkin kita mendapatkan ide-ide yang cemerlang.

c. Evaluasi
Jenis cakupan dan validitas evaluasi dapat mempengaruhi proses belajar
saat ini dan selanjutnya.

Pelaksanaan latihan evaluasi memungkinkan bagi individu untuk menguji


kemajuan dalam pencapaian tujuan. Penilaian individu terhadap proses belajarnya
dipengaruhi oleh kebebasan untuk menilai. Evaluasi mencakup kesadaran individu
mengenai penampilan, motivasi belajar dan kesiapan untuk belajar. Individu yang
berinteraksi dengan yang lain pada dasarnya ia mengkaji pengalaman belajarnya
dan hal ini pada gilirannya akan dapat meningkatkan kemampuannya untuk
menilai pengalamannya. Berkenaan dengan evaluasi ini ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan.

Evaluasi memberi arti pada proses belajar dan memberi arah baru pada
pelajar.

Bila tujuan dikaitkan dengan evaluasi maka peran evaluasi begitu penting bagi
pelajar.

Latihan penilaian guru dapat mempengaruhi bagaimana pelajar terlibat dalam


evaluasi dan belajar.

Evaluasi terhadap kemajuan pencapaian tujuan akan lebih mantap bila guru
dan murid saling bertukar dan menerima pikiran, perasaan dan pengamatan.

Kekurangan atau ketidaklengkapan evaluasi dapat mengurangi kemampuan


guru dalam melayani muridnya. Sebaliknya evaluasi yang menyeluruh dapat
memperkuat kemampuan pelajar untuk menilai dirinya.

Jika tekanan evaluasi guru diberikan terus menerus terhadap penampilan


siswa, pola ketergantungan penghindaran dan kekerasan akan berkembang.

Kelompok teman sebaya berguna dalam evaluasi.


III. PENUTUP

Belajar adalah usaha yang dilakukan dengan sengaja yang dapat menimbulkan
tingkah laku (aktual/nyata maupun potensiil/tidak tampak) dimana perubahan yang
dihasilkan tersebut bersifat positif dan berlaku dalam waktu yang relatif lama.

Pendidikan dengan sistem belajar mandiri adalah, peserta didik diberikan


kemandirian (baik kelompok maupun individu) dalam menentukan,1) tujuan belajarnya
(apa yang harus dicapai), 2) apa saja yang harus dipelajari dan dari mana sumber
belajarnya (materi dan sumber belajarnya), 3) Bagaimana mencapainya (strategi belajar)
dan 4) kapan serta bagaimana keberhasilan belajarnya diukur (dievaluasi)
REFERENSI

Deni Hardianto.MENDESAIN KOMPUTER SEBAGAI MEDIA ALTERNATIF BELAJAR


MANDIRI. Artikel.

Jeperis.2009. PRINSIP-PRINSIP BELAJAR DAN PEMBELAJARAN


http://jeperis.wordpress.com/2009/01/21/prinsip-prinsip-belajar-dan-
pembelajaran/

Panser Dwi Puspita. 2010. PRINSIP BELAJAR. PGSD FKIP UNS.


http://edukasi.kompasiana.com/2010/11/18/prinsip-belajar/

Belajar efektif http://www.studygs.net/indon/metacog.htm

http://www.ut.ac.id/html/Strategi-bjj/strategi.htm#Konsep%20Belajar%20Mandiri

Hari ini... Adalah lembaran baru bagiku


Ku disini... Karna kau yang memilihku
Tak pernah kuragu akan cintamu
Inilah diriku dengan melodi untukmu

Reff :
Dan bila aku berdiri tegar sampai hari ini
Bukan karna kuat dan hebatku
Semua karena cinta, semua karena cinta...
Tak mampu diriku dapat berdiri tegar, terima kasih cinta

Inilah diriku dengan melodi untukmu

Kembali ke Reff

Dan bila aku berdiri tegar sampai hari ini


Bukan karna kuat dan hebatku
Semua karena cinta, semua karena cinta...
Tak mampu diriku dapat berdiri tegar, terima kasih cinta

Terima kasih cinta...

Anda mungkin juga menyukai