OLEH :
PUTU RUSDI ARIAWAN (0804405050)
2
OpAmp umumnya terdiri atas tiga stage atau amplifier yang dirangkai
secara cascade. Ketiga stage itu masing-masing:
1. Differensitial amplifier
2. Voltage amplifier
3. Output amplifier
3
Gambar 3.2.2 Jenis Op-Amp
4
Gambar 3.2.4 Op-Amp Dasar
5
c. Diferential Amplifier
6
Gambar 3.2.7 Rangkaian Bias DC
VE = 0 V VBE = - 0.7 V
Arus emitter :
d. Penguatan Diferensial
Sifat dari Op-Amp ideal adalah voltase pasa keluaran hanya tergantung
dari selisih antara kedua masukkan dan penguatan diferensialnya tak terhingga.
Sebenarnya penguatan diferensial memiliki nilai yang terhingga. Penguatan
diferensial biasa disebut sebagai AD dan terdifinisi sebagai berikut :
V out
V out
A V (
D
diff V POS V )
NEG
7
Di mana :
V out
voltase pada keluaran Op-Amp
V pos
voltase pada masukkan non-inverting ( tak membalik )
V neg
= voltase pada masukkan inverting ( membalik )
V pos V neg
=perubahan dari perbedaan antara voltase pada kedua
masukan Op-Amp.
dimana :
G=
A D
A C
f. Input Op-Amp
Untuk Op-Amp ideal voltase keluaran nol ketika perbedaan voltase input
nol,tetapi dalam Op-Amp real voltase input biasanya berbeda dari nol ketika
keluaraaan nol. Perbedaan voltase input dimana voltase output nol tersebut Input
Offset, Voff. Besar dari input offset tergantung dari Op-Amp dan biasanyan
besarnya antara 25 V dan 5mV. Kalau suhu berubah maka voltase offset juga
berubah. Besar perubahan voltase offset
g. Output Op-Amp
Pada keluaran terdapat resistivitas keluaran. Resistivitas keluaran
biasanya sebesar beberapa puluh ohm sampai orde k . juga terdapat batas
maksimal dan batas minimal untuk voltase keluaran. Voltase keluaran
,aksimalpositif biasanya 1 sampai 3V (tergantung Op-Amp dan beban pada
outputnya) di bawah voltase sumber positif dan voltase keluaran minimal
negative biasanya 1 sampai 3 V (tergantung Op-Amp dan beban pada outputnya)
di atas voltase sumber negative. Tetapi juga ada Op-Amp yang bias memiliki
voltase output sampai voltase sumber negatif atau sampai voltase sumber positif.
Selain terdapat resistivitas outpunya juga terdapat suatu pembatasan
arus pada keluaran Op-Amp untuk melidungi Op-Amp dari penyerapan daya
yang terlalu besar. Op-Amp biasanya bias dipakai hanya dengan arus keluaran
maksimal sebesar beberapa mA. Kalau arus yang lebih besar dibutuhkan pada
keluaran rangkaian.
+
Input non-inverting pada rangkaian ini dihubungkan ke ground, atau v =
0. Dengan mengingat dan menimbang aturan 1 (lihat aturan 1), maka akan
+
dipenuhi v- = v = 0. Karena nilainya = 0 namun tidak terhubung langsung ke
ground, input op-amp v- pada rangkaian ini dinamakan virtual ground. Dengan
-
fakta ini, dapat dihitung tegangan jepit pada R1 adalah Vin V = Vin dan tegangan
-
jepit pada resistor R2 adalah Vout v = Vout. Kemudian dengan menggunakan
aturan 2, di ketahui bahwa :
-
iin + iout = i = 0,
karena menurut aturan 2, arus masukan op-amp adalah 0.
iin + iout = Vin/R1 + vout/R2 = 0
Selanjutnya Vout/R2 = - Vin/R1 .... atau
Vout/Vin = - R2/R1
Jika penguatan G didefenisikan sebagai perbandingan tegangan keluaran
terhadap tegangan masukan, maka dapat ditulis
G = Vout/R2 = - Vin/R1 (1)
Impedansi rangkaian inverting didefenisikan sebagai impedansi input dari
sinyal masukan terhadap ground. Karena input inverting (-) pada rangkaian ini
diketahui adalah 0 (virtual ground) maka impendasi rangkaian ini tentu saja
adalah Zin = R1.
B = Vf + C
Vf = IDC . Rf
B = IDC . Rf + C (a)
D
C f c
B =
R R .Ri f
ruas kanan dari persamaan diatas dapat diubah menjadi :
D C
.R = .
R f
.
R f
R R R R
f
R R i f
D
i f
C
i f
B= . R f
. R f
D
R R i f
C
R R
i f
C
.
R f
.1
R f
B= D
R R i f
C
R R i f
B= .
R f
. R i
D
R R i f
C
R R
i f
c. Rangkaian Diferensiator
Hubungan antara arus dan voltase dalam kondensator adalah :
Q 1
C V
V C
Q
d dv 1 dQ
dt dt C dt
d Q
I
dt
dV 1
I
dt C
Jika komponen C pada rangkaian penguat inverting di tempatkan di
depan, maka akan diperoleh rangkaian differensiator seperti pada gambar 3.3.
Dengan analisa yang sama seperti rangkaian integrator, akan diperoleh
persamaan penguatannya :
RC dvindt
V OUT
R R
2
1
R Z
1 C
C
maka jika besaran ini disubtitusikan akan didapat rumus penguat differensiator
G RC
Dari hubungan ini terlihat sistem akan meloloskan frekuensi tinggi (high
pass filter), dimana besar penguatan berbanding lurus dengan frekuensi. Namun
demikian, sistem seperti ini akan menguatkan noise yang umumnya berfrekuensi
tinggi. Untuk praktisnya, rangkain ini dibuat dengan penguatan dc sebesar 1
(unity gain). Biasanya kapasitor diseri dengan sebuah resistor yang nilainya
sama dengan R. Dengan cara ini akan diperoleh penguatan 1 (unity gain) pada
nilai frekuensi cutoff tertentu.
d. Rangkaian Integrator
Op-amp bisa juga digunakan untuk membuat rangkaian-rangkaian
dengan respons frekuensi, misalnya rangkaian penapis (filter). Salah satu
contohnya adalah rangkaian integrator seperti yang ditunjukkan pada gambar
3.4. Rangkaian dasar sebuah integrator adalah rangkaian op-amp inverting,
hanya saja rangkaian umpanbaliknya (feedback) bukan resistor melainkan
menggunakan capasitor C.
R R
1
R Z
2 C
1 C
Dengan demikian dapat diperoleh penguatan integrator tersebut seperti
persamaan (5) atau agar terlihat respons frekuensinya dapat juga ditulis dengan
1
G f fRC
2
Karena respons frekuensinya yang demikian, rangkain integrator ini
merupakan dasar dari low pass filter. Terlihat dari rumus tersebut secara
matematis, penguatan akan semakin kecil (meredam) jika frekuensi sinyal input
semakin besar.
Pada prakteknya, rangkaian feedback integrator mesti diparalel dengan
sebuah resistor dengan nilai misalnya 10 kali nilai R atau satu besaran tertentu
yang diinginkan. Ketika inputnya berupa sinyal dc (frekuensi = 0), kapasitor akan
berupa saklar terbuka. Jika tanpa resistor feedback seketika itu juga outputnya
akan saturasi sebab rangkaian umpanbalik op-amp menjadi open loop
(penguatan open loop op-amp ideal tidak berhingga atau sangat besar). Nilai
resistor feedback sebesar 10R akan selalu menjamin.
e. Inverting Amplifier
Rangkaian penguatan konstan yang banyak digunakan adalah inverting
amplifier, seperti gambar berikut :
f. Unity Follower
Unity follower menghasilkan gain = 1 tanpa pembalikan phase. Dengan
demikian maka Vo = V1. Ini berarti bahwa output mempunyai magnitud dan
phase yang sama dengan input.
Gambar 3.2.17 Unity Follower
g. Summing Amplifier
Rf Rf Rf
Vo V1 R V2
2
R
3
V R1 3
h. Comparator
Rangkaian comparator digunakan untuk membandingkan tegangan
masukan. Apakah positif ataukan negatif. Rangkaian ini dapat digunakan sebagai
sensor. Dengan mengetahui masukan bertegangan positif/negatif output maka
akan mempengaruhi output rangkaian, sehingga dapat diambil langkah-langkah
yang sekiranya perlu dilakukan bila suatu gejala tertentu terjadi.
Karena sinyal input dimasukkan melalui kaki + maka bila Vin positif maka
Vout juga positif. Demikian pula bila Vin negatif maka Vout negatif. Bila masukan
nol, maka sinyal keluaran juga akan nol.
Untuk rangkaian dengan tipe :
i. Adder
disederhanakan :
maka :
Tabel 3.3 Pengukuran tegangan input output (positif )untuk amplifier tak
membalik
No Rf 100k 100k 100k 100k 100k 100k setting
1 Vi 01 0.3 0.5 0.6 0.8 1 Volt
2 Vo Volt
Tabel 3.4 Pengukuran tegangan input output (negatif )untuk amplifier tak
membalik
No Rf 100k 100k 100k 100k 100k 100k setting
1 Vi 01 0.3 0.5 0.6 0.8 1 Volt
2 Vo Volt
3.4.3 Pengikut tegangan (voltage follower)
1. Buatlah rangkaian seperti gambar 3.3
Tabel 3.5 Pengukuran tegangan input output (positif )untuk pengikut tegangan
No Rf 100k 100k 100k 100k 100k 100k setting
1 Vi 1 3 5 6 8 10 Volt
2 Vo Volt
Agama : Hindu
Email : turusdi.info@gmail.com
www.facebook.com/turusdi