Anda di halaman 1dari 24

Laporan Praktikum

Elektronika 1
Modul Praktikum
[Karakteristik OP-AMP]

Nama
NPM
Rekan Kerja
Kelompok
Hari
Tanggal
Modul Ke

: Maya Apriliani Nillasari


: 1406529286
: Gilbert R S
:5
: Kamis
: 5 November 2015
:5

Ko-PJ

Muhammad Azzam

Asisten Lab.

Laboratorium Elektronika Departemen Fisika


Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Indonesia
Depok
2015

Modul 5 (Praktikum Elektronika 1)- Maya Apriliani N

MODUL 5
KARAKTERISTIK OP-AMP
A. TUJUAN
1. Mencari arus bias input
2. Mengukur dan mengnolkan tegangan offset input
3. Mengukur CMRR
4. Mengamati efek pemberian daya pada bandwidth

B. PENDAHULUAN
Pada kenyataannya dipasaran sulit sekali didapatkan op-amp yang ideal. Untuk rangkaian
instrumentasi yang membutuhkan penguatan yang stabil dan mendekati nilai pada teori harus
dilakukan kompensasi sehingga didapatkaan performance yang mendekati keadaan yang
ideal.

Op Amp
Operational amplifier (OpAmp) merupakan komponen IC (komponen terpadu) dimana
rangkaian dalam komponen terpadu ini mengandung beberapa transistor, resistor, dioda, dan
capacitor yang dibuat dalam satu wadah (paket) dan hanya terminal yang perlu saja yang
dihubungkan keluar. Amplifier (penguat) adalah komponen yang dapat merubah suatu sinyal
dari suatu level tertentu ke suatu sinyal dengan level yang berbeda, dimana sinyal tersebut
bisa berupa sinyal tegangan atau sinyal arus. Komponen OpAmp yang paling dikenal adalah
OpAmp 741, dan semua OpAmp prinsip kerjanya sama seperti pada OpAmp 741. Kemasan
komponen OpAmp tersedia dalam 3 bentuk paket yaitu paket jalur ganda ( DIL package),
paket bundar (TO package), dan paket lempengan (Flat package).
Operational amplifier merupakan salah satu komponen analog yang sering digunakan
dalam berbagai aplikasi rangkaian elektronika. Aplikasi op-amp yang paling sering
digunakan adalah rangkaian inverter, non-inverter, intregator dan differensiator. Pada op-amp
memiliki 2 rangkaian feedback (umpan balik) yaitu feedback negative. Feedback negative
pada op-amp memegang peranan penting. Sedangkan umpan balik positif akan memberikan
osilasi dan umpan balik negative akan memberikan penguatan yang dapat diukur. Op-amp
memiliki 2 masukan. Input op-amp ada 2 macam yaitu input inverting dan non-inverting. OpModul 5 (Praktikum Elektronika 1)- Maya Apriliani N

amp ideal memiliki open loop gain yang tak terhingga besarnya. Contohnya adalah op-amp
741 yang memiliki tipikal open loop gain sebesar 104-105. Penguatan yang sebesar ini
membuat op-amp tidak stabil dan penguatannya menjadi tidak terukur. Dalam hal ini, peran
umpan balik negative diperlukan sehingga op-amp dapat dirangkai menjadi aplikasi dengan
niklai penguatan yan terukur.

Karakteristik Op-AMP
Pada dasarnya op-amp merupakan sebuah differensial amplifier yang memiliki 2 input
masukan yaitu inverting dan non inverting. Rangkaian dasar tersebut dapat dilihat melalui
gambar 1 berikut ini :

Pada rangkaian diatas dapat diketahui bahwa tegangan output (Vout) adalah Vout=A(V1V2) dengan A adalah penguatan dari penguat differensial. Titik input V1 dikatakan sebagai
input non inverting karena tegangan output satu fawse dengan V1. Sedangkan titik V2
dikatakan input inverting karena dengan berlawanan fase dengan tegangan output.
Karakteristik ideal dari op-amp adalah sebagai berikut :

Memiliki gain yang tinggi

Memiliki bandwidth yang lebar

Impedansi input besar

Impedansi output kecil

Bersifat stabil

Konsumsi daya rendah

Noise yang rendah

Modul 5 (Praktikum Elektronika 1)- Maya Apriliani N

Tetapi pada prakteknya, ada beberapa karakteristik lain dari Op-amp :

Arus bias input (Input bias current). Pada prakteknya akan ada aliran arus yang mengalir ke
dalam kedua input opamp. Arus ini adalah arus bias mundur transistor. Arus bias input
didefinisikan sebagai:
I bias = (I1 + I2 ) / 2

Arus Offset input (Input offset current). Arus offset input merupakan perbedaan arus bias
input dari kedua terminal input
I os = I1 I2

Tegangan offset input ( Input offset voltage). Bila V1 dan V2 berada pada tegangan yang
sama, tegangan output idealnya harus nol, karena Vo = Ad ( V2 V1). Tetapi pada
prakteknya akan ada tegangan pada output. Tegangan offset input didefinisikan sebagai
perbedaan tegangan yang harus disupplaykan pada kedua terminal input agar tegangan output
sama dengan nol.

Differensial voltage gain ( Ad ). Merupakan gain bila perbedaan sinyal tegangan input
disupplaykan pada kedua terminal input.

Common mode voltage gain ( Ac ). Merupakan gain bila suatu sinyal input yang sama
disupplaykan pada kedua termi nal input opamp.

Common mode rejection ratio ( CMRR ). Merupakan perbandingan antara Ad dan Ac dalam
satuan dB. CMRR = Ad / Ac.

Supply voltage rejection ratio ( SVRR ). SVRR = Perubahan dalam tegangan supplay.
Perubahan dalam tegangan offset input

Slew Rate. Merupakan ukuran waktu yang dibutuhkan untuk mensaklarkan output dari
minimum tegangan negatip ke maximum tegangan positip. SR = V / T.

Full power bandwidth ( f FPBW ). f FPBW merupakan frekwensi terbesar dari tegangan
sinus penuh yang dapat di outputkan opamp tanpa terjadinya efek slew rate. Jika output,Vo =
Vom sin (2ft), maka gradinnya: dVo/ dt = 2f Vom cos (2ft). Gradien akan maximum bila
cos (2ft) = 1. Maka dVo/ dt = 2f Vom, dimana f adalah f FPBW. Jadi SR = 2 f FPBW
Vom. Dan f FPBW = SR / (2 Vom).

Modul 5 (Praktikum Elektronika 1)- Maya Apriliani N

Arus Bias Input


Arus bias input adalah arus DC yang diperlukan oleh input amplifier untuk mendapatkan
titik operasi awal dan merupakan nilai rata-rata dari dua arus input. Arus bias input
didefinisikan sebagai berikut :
Ibias = (I1+I2)/2

Tegangan Offset Input


Tegangan offset adalah tegangan yang terjadi akibat tidak samanya transistor Q1 dan Q2
pada differential amplifier yang merupakan bagian dari op-amp. Tegangan offset merupakan
tegangan DC yang timbul pada output meskipun di input tidak ada sinyal atau input di
groundkan. Hal tersebut bisa terjadi karena tidak samanya arus kolektor pada Q1 dan Q2.
Contohnya IC1 < IC2 yang diakibatkan dari perbedaan tegangan pada basisnya
(Vbe1>Vbe2). Hal ini menimbulkan tegangan DC pada output dimana Vout=Ic2.Rc-Ic1.Rc.
tegangan DC eror ini disebut sebagai tegangan offset.
Untuk menghindari tegangan offset pada output, pada salah satu input ditambahkan
tegangan DC yaitu Vos= Vbe1-Vbe2 yangmenyebabkan Vout=0. Tambahan tegangan pada
salah satu input untuk menghilangkan terjadinya tegangan offset pada output disebut dengan
tegangan offset input (=Vos). Nilai tipikal tegangan offset input dari suatu Op-Amp kira kira
2 mV. Pada setiap komponen Op-AMP selalu diberikan komponensial sebagai tegangan
offset input yang dapat diatur dan untuk menghasilkan tegangan offset pada output=0.
Tegangan offset input akan berubah sesuai dengan perubahan temperature yang terjadi pada
op-amp. Nilai tipikal untuk perubahan tegangan offset input disebabkan oleh temperature
yaitu sekitar 5mV/oC 50uV/oC. Tegangan offset input menyatakan seberapa jauh v+ dan vterpisah untuk mendapatkan keluaran 0 volt.
Tegangan offset yang disebabkan oleh arus offset input dinyatakan sebagai berikut :
Vos = I1.Rin I2.R2 = (I1 I2) Rin = Ios.Rin
Sehingga tegangan output error akan menjadi : Vout(Error) = Av.Ios.Rin. Perubahan arus
offset yang disebabkan oleh temperature akan mengakibatkan perubahan pada tegangan
output error.

Modul 5 (Praktikum Elektronika 1)- Maya Apriliani N

CMRR
Parameter CMRR (Commom Mode Rejection Ratio) pada sebuah Op-Amp merupakan
salah satu parameter yang penting dan menentukan kualitas dari penguat operasional (OpAmp) tersebut. Dimana semakin tinggi nilai parameter CMRR (Commom Mode Rejection
Ratio) ini maka Op-Amp memiliki respon frekuensi yang semakin baik. Parameter CMRR
ini cukup penting untuk menunjukkan kinerja op-amp tersebut. Op-amp dasarnya adalah
penguat diferensial dan mestinya tegangan input yang dikuatkan hanyalah selisih tegangan
antara input v1 (non-inverting) dengan input v2 (inverting). Karena ketidak-idealan op-amp,
maka tegangan persamaan dari kedua input ini ikut juga dikuatkan. Parameter CMRR
diartikan sebagai kemampuan op-amp untuk menekan penguatan tegangan ini (common
mode) sekecil kecilnya. CMRR didefenisikan dengan rumus CMRR = ADM/ACM yang
dinyatakan dengan satuan dB. Contoh penerapan CMRR adalah sebagai berikut : op-amp
dengan CMRR = 90 dB, ini artinya penguatan ADM (differential mode) adalah kira-kira
30.000 kali dibandingkan penguatan ACM (commom mode). Kalau CMRR-nya 30 dB, maka
artinya perbandingannya kira-kira hanya 30 kali. Kalau diaplikasikan secara real, misalkan
tegangan input v1 = 5.05 volt dan tegangan v2 = 5 volt, maka dalam hal ini tegangan
diferensialnya (differential mode) = 0.05 volt dan tegangan persamaan-nya (common mode)
adalah 5 volt.

CMRR yang makin besar maka op-amp diharapkan akan dapat menekan penguatan
sinyal yang tidak diinginkan (common mode) sekecil-kecilnya. Jika kedua pin input
Modul 5 (Praktikum Elektronika 1)- Maya Apriliani N

dihubung singkat dan diberi tegangan, maka output op-amp mestinya nol. Dengan kata lain,
op-amp dengan CMRR yang semakin besar akan semakin baik.
Formula CMRR Dalam desibel (dB) LM714 termasuk jenis op-amp yang sering
digunakan dan banyak dijumpai dipasaran. Contoh lain misalnya TL072 dan keluarganya
sering digunakan untuk penguat audio. Tipe lain seperti LM139/239/339 adalah opamp yang
sering dipakai sebagai komparator. Di pasaran ada banyak tipe op-amp. Cara yang paling
baik pada saat mendesain aplikasi dengan op-amp adalah dengan melihat dulu karakteristik
opamp tersebut. Saat ini banyak op-amp yang dilengkapi dengan kemampuan seperti current
sensing, current limmiter, rangkaian kompensasi temperatur dan lainnya. Ada juga op-amp
untuk aplikasi khusus seperti aplikasi frekuesi tinggi, open colector output, high power
output dan lain sebagainya.
Untuk 741C CMRR-nya adalah sebesar 90 dB pada frekuensi rendah. Pada sinyal yang
sama, satu sinyal adalah sinyal yang diinginkan dan yang lain adalah sinyal common mode,
sinyal yang diinginkan akan lebih besar 909 dB pada keluarannya daripada sinyal commonmode. Jika menggunakan angka, ini berarti bahwa sinyal yang diinginkan kira-kira akan
lebih besar 30.000 kali daripada sinyal common-mode. Pada frekuensi yang lebih tinggi, efek
reaktif menurunkan CMRR, seperti yang diperlihatkan pada gambar 7.2. Perhatikan bahwa
besar CMRR kira-kira 75 dB pada 1 kHz, 56 dB pada 10 kHz, dan seterusnya
Efek Pemberian Daya pada Bandwidth
Lebar bidang frekuensi yang menentukan ukuran bandwidth dari suatu respon frekuensi
dibatasi oleh f1 (atau fL) untuk frekuensi rendah dan f2 (atau fH) untuk frekuensi tinggi.
Istilah f1 dan f2 ini biasanya disebut dengan frekuensi corner, cutoff, break, atau half power
(setengah daya). Nilai penguatan pada titik f1 dan f2 ini adalah sebesar 0.707 Avmid. Faktor
sebesar 0.707 ini dipilih karena pada titik ini daya keluaran menjadi setengah dari daya
keluaran pada frekuensi menengah. Daya output pada frekuensi menengah, (POmid) :

Modul 5 (Praktikum Elektronika 1)- Maya Apriliani N

Meng-nol-kan op-amp 741

Kompensasi dan peng-nol-an op-amp 741


Sebuah penguat diferensial memiliki bias dan offset input yang menghasilkan kesalahan
output saat tidak ada sinyal masukan. Adanya arus bias input karena pada sebuah penguat
operasional yang terintegrasi nilai dc dari tiap transistor sedikit berbeda yang berarti arus
basis sedikit berbeda Adanya tegangan offset karena hambatan pada tiap kolektor yang
mungkin berbeda sehingga adanya tegangan kesalahan dan adanya tegangan offset.
Pada banyak aplikasi, kesalahan output sangat kecil sehingga dapat diabaikan. Tetapi jika
kesalahanoutput ini tidak dapat diabaikan, seorang perancang dapat menguranginya dengan
menggunakan resistor-resistor basis yang sama. Ini akan menghilangkan masalah arus bias,
tetapi tidak untuk arus atau tegangan offset. Inilah sebabnya mengapa paling baik
menghilangkan kesalahan output dengan menggunakan rangkaian pe-nol-an (nulling) yang
terdapat pada lembar data.
Kapasitor kompensasi dalam 741C melakukan fungsi yang sangat penting. Ia mencegah
osilasi yang dapat menginterferensi dengan sinyal yang diinginkan. Tetapi terdapat suatu
Modul 5 (Praktikum Elektronika 1)- Maya Apriliani N

kerugian. Kapasitor kompensasi perlu diisi dan dibuang muatannya. Ini menciptakan batas
kecepatan untuk seberapa cepat keluaran penguat operasional dapat berubah.
Anggap tegangan masukan penguat operasional adalah tegangan anak tangga positif,
transisi tiba-tiba dalam tegangan dari satu tingkat dc ke tingkat dc yang lebih tinggi. Jika
penguat operasional tersebut sempurna, kita akan memperoleh respons ideal. Sebaliknya,
keluaran adalah bentuk gelombang eksponensial positif seperti yang ditunjukkan. Ini terjadi
karena kapasitor kompensasi harus diisi sebelum tegangan keluaran dapat berubah ke tingkat
yang lebih tinggi. Kemiringan awal bentuk gelombang eksponensial ini disebut slew rate,
disimbolkan SR. Definisi slew rate adalah:
SR =

vout
t

C. ALAT DAN KOMPONEN YANG DIGUNAKAN


1. Sumber tegangan 15V
2. Osiloskop
3. Multimeter
4. Generattor fungsi
5. Op-amp 741
6. Resistor (100 , 1K, 10K, 100K, 200K, dan 1 M) dan variabel resistor (5K)
7. Kapasitor (1uF dan 10uF)

D. PROSEDUR PERCOBAAN
I. ARUS BIAS INPUT
1. Menyusun rangkaian seperti pada gambar 11.1
VCC
15V

R1
V1
1 Vpk
1kHz
0

200k

U2

3
6

R2
200k

2
4

741

R3
10k

VEE
-15V

Modul 5 (Praktikum Elektronika 1)- Maya Apriliani N

2. Mengatur Osiloskop pada coupling DC dan tegangan rendah diukur dalam orde mV
3. Mencatat tegangan pada kaki input inverting dan nonoinverting serta tegangan output
4. Mematikan Power ke op-amp dan mengganti dengan op-amp lain
5. Mengulangi langkah 1 sampai 3
6. Menghitung arus input pada kaki-kaki op-amp (dengan hukum ohm) dan harga ratarata dari arus input tersebut disebut sebagai arus input bias

II. MENGUKUR CMRR


1. Menyusun rangkaian seperti gambar 11.2
R3
100k

VCC

R1

5V

100k

U2

V1

6
2

0.5 Vpk
1kHz
0

R2

741

R5
100k

VEE

100k
-5V

R4
100k

2. Memberi sinyal input seberas 1Vpp dengan frekuensi 1KHz


3. Mencatat tegangan pada kaki output Vout
4. Mematikan Power ke op-amp dan mengganti dengan op-amp lain
5. Mengulangi langkah 1 sampai 4

III. TEGANGAN OFFSET INPUT


1. Menyusun rangkaian seperti gambar 11.3
VCC
R5
VCC

15V
50 %

R1
15V

100

V1

2 Vpk
1kHz
0

Key = A
5k

U2

741

R4
1k

VEE
R2

-15V
R3

100

100k

Modul 5 (Praktikum Elektronika 1)- Maya Apriliani N

10

2. Mencatat tegangan pada kaki output Vout


3. Menghitung Vindengan perubahan Vin= -Vout/100.000, tegangan tersebut adalah
tegangan offset input
4. Memberikan variabel resistor pada kaki 1 dan 5 untuk menghilangkan tegangan offset
input
5. Mengatur variabel resistor agar tegangan output = 0 V
6. Mematikan Power ke op-amp dan mengganti dengan op-amp yang lain
7. Mengulangi langkah 1 sampai 5

IV. SLEW RATE


1. Menyusun rangkaian seperti pada gambar 11.4
VCC
15V
7

U2

3
6
2
4

741
VEE

R2
V1
12 V

1k

R3
10k

-15V
R1
10k

2. Mencatat pada tegangan kaki output Vout


3. Menghitung Vin dengan persamaan Vin = -Vout/100.000, tegangan tersebut
dinamakan tegangan offset input
4. Mematikan power ke op-amp dan ganti dengan op-amp yang lain
5. Mengulangi langkah 1 sampai 5

Modul 5 (Praktikum Elektronika 1)- Maya Apriliani N

11

V. BANDWIDTH
1. Menyusun rangkaian seperti pada gambar 11.4
VCC

XSC1

1V
7

U2

Ext Trig
+

6
2

741
VEE

V1

R2

1 Vpk 1k
1kHz
0

A
_

R3
10k

-1V
R1
10k

2. Memberi sinyal sinusoidal dengan frekuensi I KHz dan tegangan 1 Vpp


3. Memperbesar frekuensi secara perlahan sehingga gelombang mulai berbentuk
segitiga. Frekuensi tersebut adalah bandwidth op-amp tersebut. Mencatat
frekuensi tersebut
4. Mematikan power ke op-amp dan mengganti dengan op-amp yang lain
5. Mengulangi langkah 1 s.d 4

E. TUGAS PENDAHULUAN
6. Apa yang dimaksud dengan :

Arus bias input

Tegangan offset

Slew rate

CMRR

Arus bias input adalah arus DC yang diperlukan oleh input amplifier untuk
mendapatkan titik operasi awal dan merupakan nilai rata-rata dari dua arus input,
karena dalam sebuah penguat operasional nilai dc sedikit berbeda dari tiap
transistor sehingga arus bias pun sedikit berbeda.

Modul 5 (Praktikum Elektronika 1)- Maya Apriliani N

12

Tegangan Offset adalah tegangan yang terjadi akibat tidak samanya transistor Q1
dan Q2 pada differential amplifier yang merupakan bagian dari op-amp.
Tegangan offset merupakan tegangan DC yang timbul pada output meskipun di
input tidak ada sinyal atau input di groundkan. Hal tersebut bisa terjadi karena
tidak samanya arus kolektor pada Q1 dan Q2. Tegangan offset juga merupakan
tegangan yang timbul pada keluaran saat nilai inputannya nol. Tegangan ini
digunakan untuk menentukan suhu terendah yang bisa dibaca alat ukur
ini.Tegangan yang harus diterapkan dalam terminal input untuk menggerakkan
output ke nol adalah tegangan offset input.

Slew Rate adalah perubahan pada tegangan keluaran dibagi dengan perubahan
pada waktu. Slew rate mewakili respons tercepat yang dimiliki penguat
operasional.

CMRR adalah kemampuan op-amp untuk menekan

penguatan tegangan ini

(common mode) sekecil-kecilnya.CMRR ditentukan sebagai perolehan tegangan


dibagi dengan perolehan tegangan mode bersama CMRR tinggi berarti bahwa
penguat memperkuat sinyal yang diinginkan dan diskriminasi melawan sinyal
mode bersama. CMRR juga merupakan salah satu parameter yang penting dan
menentukan kualitas dari penguat operasional (Op-Amp), dimana semakin tinggi
nilai parameter CMRR (Commom Mode Rejection Ratio) ini maka Op-Amp
memiliki respon frekuensi yang semakin baik. Parameter CMRR ini cukup
penting untuk menunjukkan kinerja op-amp tersebut.

7. Apa yang menimbulkan arus bias input dan tegangan offset pada sebuah op-amp?
Arus bias input ditimbulkan karena perubahan tegangan input diferensial. Arus
bias input dan tegangan offset input yang akan menyebabkan tegangan keluaran
error (tanpa tegangan input yang dimasukan). Sedangkan tegangan offset terjadi
karena tidak samanya transistor Q1 dan Q2 pada differential amplifier yang
merupakan bagian dari op-amp dank arena hambatan pada tiap kolektor yang

Modul 5 (Praktikum Elektronika 1)- Maya Apriliani N

13

mungkin berbeda sehingga timbul adanya tegangan kesalahan dan tegangan


offset.

8. Berapa nilai arus bias input, tegangan offset, slew rate, dan CMRR dari data
spesifikasi op-amp 741?

Arus bias masukan : 80 nA

Tegangan offset : 2 mV

CMRR : 90 dB

Slew rate : 0.5 V/s

Modul 5 (Praktikum Elektronika 1)- Maya Apriliani N

14

Simulasi
XSC1
VCC
U1
+

0.011

15V
V

R1

Ext Trig
+

U2

200k

DC 10MOhm
V1

3
+

1 Vpk
1kHz
0

U4

R2

200k

741

R3
10k

VEE

14.114

DC 10MOhm

-15V
U3
+

0.013

DC 10MOhm

Gambar 11.1 Rangkaian untuk mengukur arus bias input

Hasil Gelombang gambar 11.1

Modul 5 (Praktikum Elektronika 1)- Maya Apriliani N

15

XSC1

R3
100k

VCC

R1

Ext Trig
+

5V

_
B

100k

U2

V1

741

R5
100k

VEE

100k

U1
DC 10MOhm
+

R4

-5V

V
-

R2

3.889m

0.5 Vpk
1kHz
0

6
2

100k

Gambar 11.2 Rangkaian mengukur CMRR

Hasil Gelombang gambar 11.2

Modul 5 (Praktikum Elektronika 1)- Maya Apriliani N

16

XSC1

VCC
R5
VCC

15V
50 %

R1
15V

100

V1

2 Vpk
1kHz
0

Key = A
5k

_
B

U2

Ext Trig
+

741

R4
1k

VEE
R2

-15V
R3

100

100k

U1
DC 10MOhm

1.030

Gambar 11.3 Rangkaian Mengukur Tegangan Offset Input

Hasil Gelombang Gambar 11.3

Modul 5 (Praktikum Elektronika 1)- Maya Apriliani N

17

XSC1
VCC

Ext Trig
+

15V
7

U2

A
+

3
6

VEE
R2
V1
12 V

1k

R3
10k

-15V
R1

U1
DC 10MOhm

14.114

741

V
-

10k

Gambar 11.4 Rangkaian Mengukur Slew Rate

Hasil Gelombang Gambar 11.4

Modul 5 (Praktikum Elektronika 1)- Maya Apriliani N

18

VCC

XSC1

1V
7

U2

Ext Trig
+

6
+

741
VEE

V1

R2

1 Vpk 1k
1kHz
0

R3
10k

-1V
R1
10k

Gambar 11.4 Pada Bandwidth

Modul 5 (Praktikum Elektronika 1)- Maya Apriliani N

19

LAPORAN AKHIR
A. DATA PENGAMATAN

Percobaan 2 (Mengukur CMRR)


R1 = 100 , Rf = 100 k , Vcc = 12 V
Tipe
741 (1)
741 (2)

Vinput
1.0 Vpp
1.0 Vpp

Vout
850 mVpp
740 mVpp

Frekuensi
1000 Hz
1000 Hz

Tipe 741 (1)


1 +
(
)
1

100 + 100k 1000


=
(
)
100
850

= 1177.6
() = 20 1177.6
= 61.4

Tipe 741 (2)


1 +
(
)
1

100 + 100k 1000


=
(
)
100
740

= 1352.7
() = 20 1352.7
= 62.6
CMRR rata-rata dari 741 =

61.4 +62.6
2

Modul 5 (Praktikum Elektronika 1)- Maya Apriliani N

= 62 dB

20

Percobaan 3 (Tegangan offset Input)


Tipe

Vout

Vin

741 (1)

9.3 V

100.000 = 9.3 105

741 (2)

17 V

100.000 = 17.0 105

Percobaan 4 (Slew Rate)


R1 = 10k, R2= 1k, Vcc= 12 V
Tipe
741 (1)
741 (2)

Frekuensi
1 kHz
1 kHz

Vout
68.5 mVpp
74.5 mVpp

Slewrate
1.36 V/uS
1.57 V/uS

B. ANALISIS
Percobaan yang berjudul Karakteristik OP-AMP yang dilakukan oleh
praktikan memiliki tujuan untuk mencari arus bias input, mengukur dan
mengnolkan tegangan offset input, mengukur CMRR, dan mengamati efek
pemberian daya pada bandwidth. Terdapat 5 percobaan yang seharusnya
dilakukan oleh praktikan yaitu arus bias input, mengukur CMRR, tegangan offset
input, slew rate, dan bandwidth, namun karena keterbatasan waktu, beberapa
percobaan tidak sempat untuk dilakukan. Berikut ini merupakan analisis dari 3
percobaan yang telah dilakukan oleh praktikan.
Percobaan pertama adalah mengukur arus bias input. Percobaan kali ini
tidak sempat dilakukan oleh praktikan sehingga tidak ada data percobaan yang
dihasilkan. Namunpada simulasi dan secara teori, percobaan ini menggunakan 2
op amp sebagai pembanding yaitu op-amp 741 (1) dan op-amp 741 (2). Op-amp
memiliki tipe yang sama namun kedua op-amp tersebut berbeda. Berdasarkan
simulasi, tegangan input yang dihasilkan sangat kecil. Tegangan input tersebut
adalah Vin inverting dan Vin non inverting. Pada Vin non inverting mengalir
Modul 5 (Praktikum Elektronika 1)- Maya Apriliani N

21

reverse bias maka nilainya mendekati nol. Hal tersebut mengakibatkan arus bias
input yang mengalir pada rangkaian juga mendekati nilai nol.
Percobaan kedua yang dilakukan praktikan adalah mengukur CMRR.
Sinyal input yang diberikan melalui osiloskop pada rangkaian adalah 1 Vpp
dengan frekuensi 1 kHz. Percobaan dilakukan 2 kali pada 2 op-amp yang berbeda
namun memiliki tipe sama. Pada op-amp 741 yang pertama, Vin yang diberikan
adalaah 1.0 Vpp, frekuensi 1000 hz, dan memiliki Vout sebesar 850 mVpp.
Sedangkan pada op-amp 741 yang kedua, Vin yang diberikan adalah 1.0 Vpp,
frekuensi 1000Hz, dan memiliki Vout sebesar 740 mVpp. Data tersebut
menunjukkan bahwa op-amp yang pertama memiliki Vout yang leboh besar dari
op-amp yang kedua. Berdasarkan data yang telah didapatkan, dapat dihitung
melalui perhitungan rumus untuk mengetahui CMRR pada rangkaian. Rangkaian
dengan op-amp 741 yang pertama memiliki nilai CMRR sebesar 61.4 d,
sedangkan rangkaian dengan op-amp 741 yang kedua memiliki nilai CMRR
sebesar 62.6 dB. Sehingga dari kedua nilai CMRR tersebut, dapat ditarik nilai
rata-rata untuk CMRR op-amp 741 adalah 62 dB.
Percobaan ketiga yang dilakukan praktikan adalah menentukan tegangan
offset input. Seperti pada percobaan sebelumnya, percobaan ketiga juga dilakukan
2 kali pada op-amp yang berbeda namun memiliki tipe yang sama. Pada op-amp
741 yang pertama, tegangan pada kaki output yang terukur adalah -9.3 Volt.
Sedangkan pada op-amp 741 yang kedua, tegangan kaki yang terukur adalah -17
Volt. Perbedaan yang terjadi pada hasil tegangan kaki dari op-amp 741 tersebut,
bisa disebabkan karena adanya kealahan praktikan saat membaca hasil
pengukuran dan kurang telitinya praktikan dalam menyusun rangkaian pada
multimeter untuk melihat hasil pengukuran. Dengan menggunakan rumus =

100.000, makan didapatkan hasil untuk Vin pada op-amp 741 yang pertama
adalah 0.000093 V dan Vin pada op-amp 741 yang kedua adalah 0.00017 V.
Percobaan keempat yang dilakukan oleh praktikan adalah menentukan
nilai slew rate pada rangkaian. Percobaan ini juga dilakukan dua kali dengan
menggunakan 2 op-amp 741. Pada rangkaian dengan tipe op-amp 741 yang
pertama, didapatkan hasil tegangan pada kaki output (Vout) sebesar 68.5 V
Modul 5 (Praktikum Elektronika 1)- Maya Apriliani N

22

sehingga Vin yang dihasilkan adalah 0.000685 V. Sedangkan pada rangkaian


dengan op-amp yang kedua, didapatkan hasil tegangan pada kaki output (Vout)
sebesar 74.5 V sehingga Vin yang dihasilkan adalah 0.000745 V. Dengan hasil
Vout dan Vin yang berbeda, hasil slew rate dari 2 rangkaian pun berbeda.
Rangkaian dengan op-amp 741 (1) memiliki nilai slewrate 1.36 V/uS, sedangkan
rangkaian dengan op-amp 741 (2) memiliki nilai slewrate 1.57V.uS.

Jika

dibandingkan dengan literature, hasil percobaan slewrate memiliki perbedaan


yang cukup besar. pada literature, slewrate yang dihasilkan pada op-amp 741
adalah 0.5 V/uS. Kesalahan tersebut dapat terjadi karena ketidaktelitian praktikan
dalam melakukan perhitungan maupun adanya kesalahan saat merangkai
komponen pada rangkaian.
Percobaan terakhir adalah menentukan lebar pita frekuensi. Percobaan ini
tidak sempat dilakukan oleh praktikan sehingga tidak ada data yang terkumpul.
Percobaan ini dilakukan dengan memberikan sinyal sinusoidal dengan frekuensi 1
kHz dan tegangan 1Vpp pada rangkaian.
Data yang dihasilkan pada percobaan memiliki perbedaan yang cukup
signifikan dengan data yang ada pada teori atau literature. Hal itu disebabkan
karena adanya ketidaktelitian praktikan dalam mengukur atau membaca hasil
pengukuran, merangkai alat pada percobaan, dan adanya alat yang kondisinya
sudah tidak sebaik awalnya.

C. TUGAS AKHIR
1. Sebutkan perbedaan nilai arus bias input, tegangan offset, slewrate, dan
CMRR dari spesifikasi op-amp 741?
Arus Bias Masukan
Tegangan offset
CMRR
Slewrate

Literatur
80 nA
2 mV
90 dB
0.5 V/S

Hasil Percobaan
0
9.3 V
62 dB
1.36/S

2. Jika suatu op-amp mempunyai slew rate 2V/s, tentukan waktu yang dibutuhkan
untuk tegangan output berubah dari -10V ke 10V.
Modul 5 (Praktikum Elektronika 1)- Maya Apriliani N

23

SR = V/T , V= 10-(-10) = 20 V
20

T = V/SR = 2 /
T = 10 s
3. Hitung bandwidth 5 Vpp dari op-amp yang memiliki slew rate 5V/s.
5

=
=
2
2(5)
= 0.16

4. Dari data percobaan III cari arus yang terbesar lalu hitung tegangan jatuh pada
hambatan 100 pada gambar II.3
=

9,3
=
= 0.093
100

= = 0.093 100 = 9.3

D. KESIMPULAN

Arus bias masukan pada rangkaian percobaan diatas adalah mendekati nol

Nilai CMRR pada percobaan adalah 61.4 dB (op-amp 741 {1}) dan 62.6 dB (op-amp
{2})

Nilai tegangan offset input pada rangkaian adalah 9.3 V

Nilai slewrate dari percobaan adalah 1.36 V/uS

E. REFERENSI

Malvino, Albert Paul & David J. Bates. 1999. Electronic Principles Seventh Edition.
United States of America: The McGraw-Hill Companies.

Modul 5 (Praktikum Elektronika 1)- Maya Apriliani N

24

Anda mungkin juga menyukai