Anda di halaman 1dari 18

Dasar Elektronika

STELK43306
oleh
JFM

Semester Genap 2020/2021


Prodi Teknik Elektro
FST - UNDANA
Materi
Materi ini lebih dititik beratkan pada semikonduktor yang diaplikasikan pada dioda dan
transistor. Dan kelanjutanya materi ini dibahas model rangkaian bagi transistor BJT sebagai
model dasar bagi pengembanagan transistor.
Hal ini dengan pertimbagan kondisional(Covid-19).

Bab I Gambaran Umum Elektronika


Bab II Semikonduktor
Bab III Dioda dan Penyearah
Bab IV Transistor
Bab V Penguat Transistor
Bab VI Op-Amp
Bab VII Multivivrator
Simulasi : Livewire1.11Pro dan LTSpice Ver 5 (Rangkaian Penyeraha dan Transistor)

Referensi
1. “Electronic Devices and circuit theory (7th edition)”
2. Onno Purbo “Elektronika Dasar”
3. Sutrisno “Elektronika – Teori dan Penerapan. Jilid 1”
3. Internet
Bab I Gambaran Umum Elektronika
Perkembangan komponen elektronika dimulai pada tahuan 1960, setelah ditemukan
penganti vacum tube ; “Transisor”. Konsekwensinya, menjadikan perangkat elektronika
dalam ukuran yang minim dan, penggunaan sumber daya listrik yang tidak boros.
Perkembangan transistor selanjutnya dikemas transistor-transistor dalam wadah yang
terintegrasi yakni IC (Integrated Circuit).
Secara umum komponen elektronika bisa dilihat dari dua bagian ; komponen pasif dan
komponen aktif. Komponen pasif pada dasarnya dengan sumber arus liner terhadap
tegangan, misalnya ; resistor, induktor, trafo, resistor, sikring(fuze) dll.
Sedangkan komponen aktif, kondisi non-liner dan komponen ini struknya dibangun
dari bahan semikonduktor yang memiliki potensial penghalang(Barrier). Misalnya pada
bahan semikonduktor(dioda) akan mengalami penerunan arus jika tegangan
masukannya mengalami pereduksian dari potensial penghalang, tetapi bilamana
tegangannya membesar dari penghalang maka arus yang dihasilkan juga besar.
Komponen aktif, misalnya ;dioda, transistor , dan IC.
Rekasaya rangkaian, semikonduktor, dan nanofabrikasi, telah menempatkan
elektronika sebagai tools yang mempermudah eksistensi manusia dan industri.
I.1 Besaran Listrik
Arus listrik ; menandakan adanya sejumlah muatan listrik(Q) yang mengalir setiap
saat(t/waktu). Sehingga dapat dirumuskan menjadi  I = Q/t. (I=arus, Q=muatan,
t=waktu)
Muatan listrik(Q) satuanya; coulomb muatan dasar.
Q adalah sifat materi yang terdiri atas proton (muatan positif) dan elektron (muatan
negatif). Muatan listrik maximal menjadi atom atau bersifat positif ; jika atomnya
kekurangan elektron.
Jika atom dengan elektron yang lebih maka akan bermuatan negatif.
Atom juga bisa netral, jika jumlah proton sama dengan jumlah elektron.
Atom : muatan materil sangat kecil dan terdiri atas elektron(negatif),proton(positif)
dan netron(netral).
Tegangan listrik ; merupakan hubungan antara besar beda potensial dengan
besarnya kuat arus yang mengalir. Ilustrasi beda potensial ini, digambarkan berupa air
sungai/kali mengalir selalu ke tempat yang lebih rendah. Jika tinggi aliran berada di
penggunungan maka aliran air semakin deras. Perbedaan tinggi sumber ini dikenal
sebagai energi potensial.
Perbedaan ini dikenal hukum ohm ; “Besarnya aliran arus melalui penghantar
sebanding dengan beda potensial pada titik awal dan titik akhir dari penghantar itu
sendiri dengan suhu penghantar yang konstan.  V = I .R (V=tegangan,I=arus,
R=hambatan)
Pada kondisi yang lain, digambarkan dengan persamaan kirchof ; jika banyak saluran
yang masuk(arus) pada satu titik percabangan, maka pada saluran keluaran juga sama
dengan saluran masuk.

Maka arus dapat dihitung ;

Atauran kedua dari kirchof ; jumlah besaran listrik (E)


dalam loop tertutup sama dengan jumlah penurun
potensial (I. R).

Daya power besaran ini berkaitan dengan besar beban dan tahanan (hambatan). Sisi lain daya
yang diakibatkan oleh resistor sebagai kuata tahanan dimilikinya dalam menerima kuat
arus listrik.
Daya listrik dijabarakan sebagai sebagai laju aliran dari energi listrik dalam jaringan/rangkaian
dengan satuan(SI) daya listrik “watt”.
Secara rumusan Daya listrik(P) yang dihitung menggunakan Hukum Joule  P = V x I
(P=daya/waat(w), I=arus, V=tegangan beda potensial(Vs).
Bila sebuah tegangan direduksikan dengan hambatan(R) maka pemberlakukan rumus Arus
menjadi  I = V/R dan daya yang dihsilkan dengan aturan ohm 
I.2 Komponen Elektronik
1.2.1 Resistor
Resistor adalah komponen ini sebagi dasar elektronika yang berfungsi sebagai
mebatasi arus yang mengalir berbanding terbalik dengan jumlah arus dalam satu
rangkaian, bahannya resistor/resistif rerata terbuat dari karbon dengan simbol Ω
(Omega). Secara teori resistir ditulis dengan huruf R sebagai lambang resistansi.
Resistif tidak selalu konstan, dikarenakan materialnya dipengaruhi temperatur. Hal ini
akibat adanya electron bebas. Resistif yang baik adalah nilai hambatan mendekati
dengan bertambahnya temperatur.
Resistor dalam aplikasi
terdapat bebera bentuk
dianataranya ; resistor tetap
dan resistor varabel.
Simbolnya(Gambar)
1.2.1.1 Resistor Serial
Resistor disusun secara berurutan dari R1 s/d Rn akan
menghasilkan arus (I) yang sama tetapi tegangan
meningkatberdasarkan aturan ohm Vs = I x R.
Maka nilai R serial dijadikan total Rt = R1 + R2 + R3 + ….Rn, menjadi Vs = I x (Rt)  I = V/Rt
R1
1.2.1.2 Resistor Pararel
R2
Pada rangkaian pararel nilai tegangan(Vs) yg di hasilkan sama
R3
dan arus meningkat
Arus pararel pada rangkaian  I = V / R
I1 = V / R1, I2 = V/R2, I3 = V/R3
= V / ( R1 + R2 + R3 )
Atau di simbol G = Konduktansi  G = 1/R satuanya siemen(S)
atau mho atau

1.2.2 Pembagi Tegangan


Jaka I dilewatkan pada R1 dan R2 akan menghasilkan tegangan
di R1 kita sebut V1 dan Tegangan di R2 kita sebut Vo. Jadi V = V1
+ Vo
dan tegangan sumber (Vs) menjadi Vs = I x R1 dan Vo = I x R2
Jika pembagi tegangan  Vs / Vo = R1/R2 maka nilai Vo
menghasilkan  Vo = V1 x ( R2 / R1 + R2)
1.2.3 Pembagi Arus
Pembagi arus di lihat dari aliran i ke R1 yang menghasilkan arus i1 dan
R2 yang menghasilkan i2.
jadi I  I = i1 + i2,
i2 = Vs/R2,
i1=Vs/R1
Maka nilai i = Vs/R1 + Vs/R2
jika i2 / i1 = R2/R1 sama juga dengan i2/i1 = G2/G1 sehingga nilai
G= 1/R yang menghasilkan konduktansi.
Nilai konduktasnis ini sama pada i1 dan i2. jadi untuk mendapatkan
arus pada i2  i2 = V/R2
i2 = (G/R2 ) x ( 1/R1 =R2 )
Contoh Rangkaian Serial
Mencari tegangan Tegangan.
V1 = I x R1
= 1 x 3= 3 volt
V2 = I x R2
= 1x7=7
Vtotal = 3 + 7 = 10 volt
Atau Vtotal = I x Rtotal
= 1 x 10 = 10 volt

Tentukan nilai arus pada loop Mencari daya


tertutup dan tegangan serta daya. P = Vtotal x i(arus)
= 10 x 1
Mencari arus ; = 10 watt
V=IxR V1=3volt V2=7 volt
I = V / R  terlebih dahulu di cari
nilai R secara total RT
RT = R1 + R2
= 3 + 7 = 10 ohm
Arus  I = 10 / 10 = 1 ampere i= 1ampere
1.2.4 Teori Norton
Teorema Norton merupakan penyederhanaan rangkaian linier dengan pendekatan pada sumber
arus yang ekuavalen secara pararel.
“Rangkaian listrik yang rumit dapat digantikan dengan rangkaian yang sederhana dan hanya
terdiri dari sebuah Arus sumber (iN) dan sebuah Resistor yang diparalelkan (RN)”
Langkah-langkah penyederhanaan
1. Shortkan jalur pada beban(RL) dan hitunglah arus beban tersebut(IN) ini arus norton
2. Buka rangkain short tersebut dan hitunglah resistansi norton(Rn) ini resistif norton.
3. Masukan kembali rangkaian hasil pada langkah satu dan rangkaian terbuka pada langka dua
secara pararel. Langkan ini merupakan penyederhanaan Northon.
4. Hitunglah arus dan tegangan beban pada rangkaian penyederhanaan. Perhitungan ini
menentukan arus pembagi beban.

5V
Nilai Rt (Resitansi Total
Pada langkah ini mencari
didapat, maka langkah
resitansi norton(RN).
5V selanjunya menentukan nilai
RN = R3 +(R2 ||R1)
arus dengan prinsip ohm.
= 25 + ( 50 x 10)/(50+10)
it = V / Rt
=33.3 ohm
= 5 / 26,7  0.187 ampere
Langkah-1

Carilah harga arus sumber(is)


yang tidak lain sebagai arus
5V norton(in).
is = in x (R2/R2+R3)
= 0.187 x ( 50 / (50 + 25)
= 0.125 ampere
Langkah-2
Perhitungan rangkaian pada node
A dan B menjadikan R2 dan R3
menjadi pararel (“||”) serta serial
terhadap R1.
Jadi :
Rt = R1 + (R2 || R3)
= 10 + (50 x 25 ) / (50 + 25)
= 10 + 16.7  26,7 ohm
Langkah-3 dan 4

Tempatkan nila RN secara pararel


dengan R4(dipasang kembali).
Carilah arus beban melalui resistor
R4 sebagai RL(beban).
iL = IN ( RN / RN + R4)
= 0.125 x ( 33,3 / 33,3 + 15)
= 0.086 ampere
Tegangan Beban(VL).
VL = IL x RL
= 0.086 x 15
= 1.29 atau 1.3 volt
1.2.5 Teori Thevenin
Teorema Thevenin cara analisis dengan penyederhanaan rangkaian yang kompleks menjadi
rangkaian sederhana. Mekanismenya membuat rangkaian pengganti dengan menitik beratkan
pada sumber tegangan secara seri dengan resistansi yang ekivalen.
Teorema ini lebih tepat ditempatkan pada perhitungan rangkaian daya yang dapat berelasi
dengan rangkaian lainnya.
Langkah-langkah Thevenin;
1. pada nilai RL di open dan hitung tegangan thevenin(VTH).
2. kemudian open sumber dan shortkan teganganya.
3. Hitung tegangan resistansi thevenin dengan melihat RTH secara pararel
4. Buatlah rangkai menjadi terbuka untuk tegangan dan hitung resitansi secara seri, langkah
selanjunya hubungkan kembali resistan.
5. Carailah arus pada resistor beban.
Langkah-2

Langkah-1
Langkah-3

RTH = R3 + ( R1||R2)
= 25 + ( 10 x 50 )/ (10 + 50)
= 33,3 ohm

Arus thevenin pada R1 dan R2 sebesar


I =V/(R1+R2)
= 5/(10+50)
= 0.083 ampere
Tegangan yang terbeban pada R2=50 ohm
adalah ; V = I x R2
= 0,083 x 50
= 4.15 volt
Langkah-4

Dengan diperoleh RTH di serikan dengan RL atau


beban R4=15 ohm
Maka arus thevenin sebagai arus beban ;
iL = VTH / (RTH + R4)
= 5 / ( 33,3 + 15)
= 5/( 48.3)  0.10 ampere
Dan Tegangan pada beban
VL = IL x RL
= 0.10 x 15  1.5 volt
1.3 Kapasitor
Kapasitor dapat berfngsi sebagai menyimpan dan melepaskan electron-elektron dengan ukuran
farad. Strukturnya berupa dua buah plat metal yang dipisahkan oleh suatu bahan dielektrik. Bila
kedua ujung plat disertakan tegangan listrik, maka muatan positif terkosentrat pelat metal dan
bagian metal yang satu terkosentrat negatif. Muatan ini tidak akan dilepaskan jika pada kedua
jalur tersebut tidak dikondusikan.s
Kapasitor memiliki kemampuan menyimpan
elektron yang dapat diukur dengan
Q=CV
Q = Muatan dalam coulum
C = kapasitansi dalam farad
V - tegangan

1.3.1 Kapasitor Seri


Kapasitor dapat dihubungakan secara serial dan dapat menyimpan listrik yang mengakibatkan
nilai kapasitansinya menjadi lebih rendah, dan jumlah muatannya sama setiap kapasitor.

Kapasitor Serial
V1 V2 V3

Rangkaian kapasitor serial diatas dapat ditentukan nilai kapasitansi.


V = V1 + V2 + V3
V1 = Q1/C1 ,
V2 = Q2/C2
V3 = Q3/C3
Q = Q1/C1 + Q2/C2 + Q3/C3
1/Ct = 1/C1 + 1/C2 + 1/C3
1.3.2 Kapasitor Pararel
Kapasitor yang dihubungkan secara parallel dan diberikan tegangan V, maka jumlah muatannya
akan sama dengan tegangan kapasitor(muatan). Dengan demikian tegangan kapasitor sama
dengan tegangan sumber.

V = V1 = V2 = V 3
Ct .V = C1 V1 + C2 V2 + C3 V3
Ct = C1 + C2 + C3

1.4 Induktor

Anda mungkin juga menyukai