Anda di halaman 1dari 11

MODUL I

ARUS SEARAH

Nama Praktikan : Achmad Zidan Faluti

NIM : 101320135

Kelas : PE – 2A

Tanggal Praktikum : 3 Februari 2021

Pimpinan Praktikum : Rizky Miftahul, S.Si


1. Intisari
Pada percobaan mengenai rangkaian arus searah digunakan alat-alat berupa
multimeter,catu daya, resistor dengan hambatan yang berbeda, untuk dapat
mencari kuat arus (I), tegangan (V) dan hambatan (R) digunakan perumusan
hukum Ohm dimana hambatan berbanding lurus dengan tegangan dan berbanding
terbalik dengan kuat arus. Pada data yang didapatkan di percobaan rangkaian seri
untuk tegangan total pertama adalah 2.09 Volt, tegangan total kedua adalah 3.94
Volt dan tegangan total ketiga adalah 5.89 Volt, pada hambatan total masing-
masing didapatkan 143.14 Ω, 137.71 Ω dan 146.56 Ω. Untuk percobaan pada
rangkaian paralel didapatkan masing-masing total arus adalah 0.0615A,0.1155 A
dan 0.1719 A, untuk hambatan total masing-masing didapatkan 32.51 Ω, 34.63 Ω
dan 34.9 Ω. Jika dilihat dari data maka dapat ditarik kesimpulan, apabila
hambatannya besar maka nilai kuat arus mengecil
Kata Kunci : Arus searah,Hambatan ,Hukum Ohm, Kuat arus, Tegangan
2. Pendahuluan
2.1 Tujuan
 Menghitung besaran arus searah
 Menentukan hambatan pada rangkaian seri dan paralel
 Menghitung tegangan total pada rangkaian seri
2.2 Dasar Teori
Pada alam sendiri ada penunjukkan listrik yang sangat popular seperti kilat
dan api, St Elmo yang merupakan sinar yang muncul pada tiang layer kapal
pada saat badai. Kenyataan bahwa fenomena ini merupakan salah satu
fenomena listrik asli, tidak diketahui sampai abad ke-18. Sebagai contoh baru
pada tahun 1752 Franklin dengan eksperimen layangannya yang terkenal
menunjukkan bahwa kilat merupakan pelepasan muatan listrik – pecikan
listrik raksasa. (Giancolli,2001).
Akhirnya pada tahun 1800, sebuah peristiwa penting dimana Alessandro
Volta (1752-1827) dapat membuat baterai listrik, dan dengan baterai tersebut
menghasilkan aliran muatan listrik yang pertama yaitu arus listrik searah
(tetap). Dimana teknologi selanjutnya berdasarkan arus listrik.
(Giancolli,2001).
Ketika terminal baterai dihubungkan dengan jalur penghantar yang
kontinu, maka akan didapatkan rangkaian listrik. Biasanya baterai dalam
rangkaian listrik digambarkan seperti

Gambar 1. Simbol baterai

Garis pendek menunjukkan terminal negatif dan garis panjang


menunjukkan terminal positif. Biasanya baterai digunakan sebagai salah
satu sumber listrik dari bola lampu, pemanas ,radio, dan lainnya. Ketika
rangkaian ini terbentuk, muatan akan mengalir melewati kawat ringkaian.
Aliran muatan seperti inilah yang disebut arus listrik. Lebih tepat lagi arus
listrik dalam satu rangkaian didefinisikan sebagai jumlah muatan total
yang melewatinya persatuan waktu dalam satu titik. Dengan demikian
nilai arus rata-rata sebagai. (Giancolli,2001)

∆𝑄
I= …… (Persamaan I).
∆𝑡

Meskipun arus listrik adalah aliran muatan yang bergerak, tidak


semua muatan yang bergerak mengandung arus listrik. Jika ada terdapat
arus listrik yang melalui suatu permukaan, pasti aka nada aliran neto
muatan yang melalui permukaan itu. Dua contoh berikut akan
memperjelas artinya. Elektron bebas (elektron induksi) dalam suatu kawat
tembaga terisolasi berada dalam gerak acak pada kecepatan yang
merupakan kelipatan dari 106 m/s dan aliran air yang melalui slang di
taman merepresentasikan aliran terarah dari muatan positif (proton dalam
molekul air) pada laju yang mungkin beberapa juta coulomb per sekon.
(Giancolli,2001).

Jika kita menerapkan beda potensial yang sama antara ujung-ujung


batang tembaga dan batang kaca yang serupa secara geometris, arus yang
sangat berbeda akan dihasilkan. Karakteristik konduktor yang masuk
disini adalah resistansi listrik. Kita menentukan resistansi antara dua titik
konduktor dengan cara menerapkan beda potensial V di antara titik-titik
tersebut dan mengukur arus I yang dihasilkan. Resistansi R kemudian
𝑉
adalah 𝑅 = 𝑖 … . (𝑃𝑒𝑟𝑠𝑎𝑚𝑎𝑎𝑛 𝐼𝐼 ), satuan SI untuk resistansi yang

diperoleh adalah volt per ampere. (Halliday,2005).

Seperti yang telah dilakukan beberapa kali dalam hal lain, kita
sering kali ingin mengambil pandangan umum dan tidak berurusan objek
tertentu, tetapi dengan material (bahan). Disini kita juga melakukannya
dengan berfokus bukan pada potensial V pada resistor tertentu tetapi pada
medan listrik 𝐸⃗ di suatu titik dalam material resistif (beresistansi.). Alih-
alih berurusan dengan arus I yang melalui resistor, kita berurusan dengan
densitas arus 𝐽 di titik yang dimaksud. Alih-alih resistansi R dari suatu
objek, kita berurusan dengan resistivitas 𝜌 dari materialnya : 𝜌 =
𝐸
… . (𝑃𝑒𝑟𝑠𝑎𝑚𝑎𝑎𝑛 𝐼𝐼𝐼 ). jika kita menggabungkan satuan SI untuk E dan J
𝐽
𝑠𝑎𝑡𝑢𝑎𝑛 (𝐸)
menurut persamaan III untuk satuan 𝜌, maka didapatkan : =
𝑠𝑎𝑡𝑢𝑎𝑛 (𝐽)
𝑉/𝑚 𝑉
= 𝐴 𝑚 = Ω . 𝑚. (Halliday, 2005)
𝐴/𝑚 2

2.3 Alat dan Bahan


Tabel 1. Alat dan Bahan
Nama alat Jumlah
Catur daya 1
Saklar SPST 2
Resistor 50Ω, 5w 1
Resistor 100 Ω, 5w 1
Kapasitor 10𝜇F 1
Jepit buaya bersoket 2
Multimeter digital 1
Kabel Probe 10

2.4 Prosedur Percobaan


2.4.1 Percobaan resistor seri sebagai pembagi tegangan
 Diingatkan saat merangkai seluruh alat dalam keadaan off
 Digunakan catur daya sebagai sumber tegangan DC
 Digunakan probe merah sebagai sumbu positif dan probe hitam
sebagai sumbu negatif
 Daya dihubungkan pada sumbu positif dan sumbu negative
 Saklar disusun seri dengan hambatan 1 50Ω dan hambatan 2 100Ω
 Kutub negatif dihubungkan dari catur daya dengan ujung resistor 2
 Dihitung arus yang melalui rangkaian
 Probe merah dicabut dan dipindahkan ke mA
 Dinyalakan multiampere
 Dinyalakan catur daya dan saklar dan diberi tegangan sebesar 2 volt,
4 volt, 6 volt
 Diamati amperemeter
 Dicatat data tegangan untuk dimasukkan kedalam hasil percobaan
 Diubah multiampere dari amperemeter ke voltmeter
 Voltmeter dipasang paralel dan diberi tegangan sumber dari catur daya
sebesar 2 volt, 4 volt dan 6 volt
 Dilakukan dengan cara yang sama pada tegangan titik lainnya
Gambar 4.1.1 Rangkaian Resistor Seri
2.4.2 Percobaan rangkaian resistor paralel sebagai pembagi arus
 Dihubungkan probe merah pada kutub positif pada saklar dan
dihubungkan secara seri
 Dihubungkan resistor 1 dan resistor 2 dan dihubungkan dari ujung
resistor 2 ke kutub negatif dan diukur arusnya
 Lalu, diubah kembali mode multimeter ke amperemeter dan
dinyalakan catur daya
 Diberikan tegangan sebesar 2 volt dan hasil dicatat
 Dinyalakan kembali catur daya dan diberikan tegangan sebesar 2 volt,
4 volt dan 6 volt
 Dicatat hasil yang didapatkan

Gambar 4.2.1 Rangkaian Resistor Paralel

2.4.3 Percobaan energi yang tersimpan dalam kapasitor


 Disiapkan catur daya, saklar, kapasitor dan multimeter
 Dihubungkan kutub positif pada catur daya pada saklar dan saklar
dihubungkan ke kapasitor
 Kapasitor harus dikosongkan terlebih dahulu dengan dihubung
singkatkan terminal-terminalnya
 Voltmeter dihubungkan secara paralel dan dinyalakannya saklar dan
tegangan sumber dengan diberi tegangan sebesar 4 volt
 Dimatikan saklar dan dicatat hasil perubahan tegangan pada voltmeter
 Setelah dicatat hasil, dimatikannya seluruh rangkaian

Gambar 4.3.1 Rangkaian kapasitor

3. Data dan Pengamatan


Tabel 3.1 Data Percobaan I
Vs I (A) V1(V) V2(V) Vx(V) Vt(V) R1(Ω) R2(Ω) Rx(Ω) Rt(Ω)
2V 0.0146 1,39 0,7 2 2,09 95.2 47.94 136.98 143,14
4V 0.02863 2,62 1,319 3,99 3,94 91.6 46.11 139.51 137.71
6V 0.0402 3,93 1,962 5,892 5,89 97.76 48.8 146.56 146.56
𝑽𝒕 = 𝑉1 + 𝑉2 … . . (Persamaan IV)
𝑉
R = … . (Persamaan V)
𝐼
𝑅𝑡 = 𝑅1 + 𝑅2 … . . (Persamaan VI)

Keterangan : V = Tegangan (Volt)


R = Hambatan (Ω)
I = Kuat arus listrik (Ampere)
Tabel 3.2 Data Percobaan II

Vs (volt) I1(A) I2(A) I3(A) It(A) R1(Ω) R2(Ω) R3(Ω) Rt(Ω)


2 0.02 0.0415 0.0592 0.0615 100,00 48.19 33.78 32.51
4 0.0397 0.0758 0.11 0.1155 100.75 52.77 36.36 34.63
6 0.0578 0.1141 0.166 0.1719 103.8 52.58 36,14 34.9

𝑰t = 𝐼1 + 𝐼2 … . . (Persamaan VII)

𝑉
R= … . . (𝑃𝑒𝑟𝑠𝑎𝑚𝑎𝑎𝑛 𝑉)
𝐼
1 1 1
= + … … (𝑃𝑒𝑟𝑠𝑎𝑚𝑎𝑎𝑛 𝑉𝐼𝐼𝐼)
𝑅𝑡 𝑅1 𝑅2

Keterangan : V = Tegangan (Volt)

I = Kuat arus listrik (Ampere)

R = Hambatan (Ω)

Tabel 3.3 Perubahan tegangan kapasitor

Waktu Kapasitor saat Saklar


Pengamatan Dimatikan
T1 4,3 V
T2 3,2 V
T3 2,4 V
T4 1,3 V
T5 0V

4. Pembahasan
Resistor adalah komponen elektronika yang berfungsi untuk menghambat
atau membatasi aliran listrik yang mengalir dalam suatu rangkaian elektronika.
Sebagaimana fungsi resistor yang sesuai dengan namanya bersifat resistif dan
termasuk salah satu komponen elektronika dalam kategori komponen pasif.
Satuan atau nilai resistansi suatu resistor disebut Ohm dan dilambangkan Ω. Jika
suatu hambatan diputus maka rangkaian paralel dapat digunakan untuk merangkai
suatu hambatan, untuk rangkaian seri digunakan untuk merangkaian suatu
hambatan yang apabila salah satunya diputus, maka akan mempengaruhi
hambatan lain.
Kapasitor adalah sebuah benda yang dapat menyimpan muatan listrik.
Fungsi kapasitor adalah salah satunya untuk mencegah terjadinya loncatan listrik.
Sering sekali terjadi lompatan listrik pada kumparan yang menyebabkan
terputusnya arus listrik, kapasitor juga dapat berfungsi sebagai penyimpanan
listrik sederhana, pada arus DC (Direct Current) kapasitor berfungsi sebagai
isolator atau penghambat arus masuk.
Arus listrik DC (Direct Current) merupakan jenis arus yang mengalir
secara searah. Awalnya arus DC dikira mengalir dari kutub positif menuju kutub
negatif. Sebaliknya, untuk arus listrik AC (Alternating Current) merupakan jenis
arus listrik yang tidak mengalir secara searah melainkan bolak-balik. Rangkaian
seri yang dihubungkan ke sumber tegangan AC disebut rangkaian seri RC. Setiap
impedansi Z yang diparalelkan dalam rangkaian AC mempunyai tegangan yang
sama, baik besar, arah maupun fasenya.
Nilai hambatan secara teoritis dan pengukuran memiliki nilai yang
berbeda, apabila secara teoritis nilai hambatan yang dipakai adalah 100Ω dan
secara perhitungan memiliki nilai yang berbeda tetapi tidak terlampau jauh dari
nilai teoritis. Kesalahan umum yang sering dilakukan adalah penyetelan
instrumen yang tidak tepat ataupun setelah melakukan pengukuran nilai
instrument tidak dikembalikan ke angka nol.

Hukum ohm adalah penegasan bahwa arus yang melalui suatu peranti
selalu berbanding lurus dengan beda potensial yang diharapkan pada peranti
tersebut. Suatu peranti konduksi mematuhi hukum ohm Ketika resitansi peranti
ini tidak bergantung pada magnitudo dan polaritas beda potensial yang
diharapkan. Sering diperdebatkan bahwa V = I R adalah pernyataan hukum ohm.
Itu tidak benar, persamaan ini adalah persamaan pendefinisi untuk resistansi dan
itu tidak berlaku untuk semua peranti konduksi, apakah peranti tersebut mematuhi
hukum ohm atau tidak. Jika kita mengukur beda potensial V pada, dan arus I yang
melalui peranti apapun, bahkan diode-sambungan pn, kita dapat menemukan
𝑉
resistansinya pada nilai V itu sebagai R = . Namun, esensi hukum ohm adalah
𝑖
plot I terhadap V adalah linear, artinya R tidak bergantung pada V. Sebuah
material konduksi mematuhi hukum ohm Ketika resistivitas material tersebut
tidak bergantung pada magnitude dan arah medan listrik yang diterapkan.
Ketika saklar dimatikan, tegangan mula-mula masih mendekati sumber
yang diberikan tetapi pada selang waktu tertentu tegangan kapasitor akan
menurun tetapi tidak langsung menurun tetap akan mendekati sumber yang
diberikan, pada selang waktu tertentu tegangannya akan menurun. Tegangan awal
pada kapasitor bernilai nol, pada selang tertentu setelah saklar dinyalakan
tegangan akan meningkat senilai tegangan sumber yang diberikan.
Jika kedua pelat dihubungkan pada sumber tegangan DC atau AC
(contohnya baterai), elektron didorong ke satu pelat oleh terminal negatif baterai,
sedangkan elektron ditarik dari pelat lain oleh terminal positif baterai. Perbedaan
muatan antara kedua pelat tersebut terlalu besar, maka akan terjadi percikan yang
melompati celah diantara kedua pelat tersebut dan membuang muatan yang
tersimpan, untuk meningkatkan jumlah muatan pada pelat, bahan dielektrik yang
berupa isolator ditempatkan diantara kedua pelat tersebut. Nilai kapasitansi atau
kapasitas muatan kapasitor ini juga tergantung pada bahan dielektrik yang
digunakan. Jika permitivitas bahan bernilai besar maka nilai kapasitansi juga akan
besar. Kapasitor terhadap tegangan AC mempunyai resistansi yang berubah-ubah
sesuai dengan frekuensi kerja dan kapasitor terhadap tegangan AC akan
menimbulkan pergeseran fasa, dimana arus 90° mendahului tegangannya.

5. Kesimpulan
 Besaran arus searah dapat dihitung menggunakan rumus dari hukum Ohm
 Hambatan pada percobaan pertama dan kedua dapat dihitung
𝑉
menggunakan persamaan hukum Ohm dimana R = 𝑖 dan untuk hambatan
total dapat dihitung dengan menjumlahkan hambaran
 Pada rangkaian seri tegangan total dapat dihitung dengan menjumlahkan
tegangan pertama dan tegangan kedua

6. Daftar Pustaka
1. Giancolli,Douglas C.2001. Fisika: Prinsip dan Aplikasi, Erlangga: Jakarta
2. Halliday, David. 2005. Fisika Dasar, Erlangga : Jakarta
3. Harun, Diyono. 2016. Buku Pintar Praktikum Fisika SMA. Jakarta Timur:
Laskar Aksara
4. Soedjo, Peter. 1985. Fisika Dasar. Yogyakarta: Graha Ilmu
5. Tipler, Paul. 2001. Fisika Untuk Sains dan Teknik. Jakarta Timur :
Erlangga

Anda mungkin juga menyukai