Anda di halaman 1dari 51

LAPORAN

PRAKTIKUM KIMIA DASAR I

DISUSUN OLEH:
1. GIFFARI S.M (1904001) 15. NAUFAL U.Z (1904017)
2. MAULANA I.E (1904002) 16. CRISTIANTO C.A (1904018)
3. M. MAHDI A-F.R (1904003) 17. ACHMAD Z.F (1904020)
4. JOHANA K.D.L (1904006) 18. RAHMANIA S (1904022)
5. REWALDI R. (1904007) 19. VICKY S.H.P (1904023)
6. RUBEN D.H.N (1904008) 20. KHRISKO S. (1904024)
7. NADYA M.A (1904009) 21. RETA A. (1904025)
8. AHMAD SAUKANI B. (1904010) 22. REZA N.M. (1904026)
9. ANTOPAL P.S (1904011) 23. JASMINE Y.O (1904027)
10. M. ADAM WAHYU (1904012) 24. ANGGA P.P.W (1904028)
11. BORIS C.J.G (1904013) 25. ADITYA D.M (1904029)
12. M. A. RAKIN A.R (1904014) 26. M.A FADEL R. (1904030)
13. BAGUS D.K.M (1904015) 27. FITRI L. (1904031)
14. ANDREA T (1904016)

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK GEOLOGI


SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MIGAS
BALIKPAPAN
2019
LEMBAR PENGESAHAN

ASISTEN PRAKTIKUM I ASISTEN PRAKTIKUM II

Andy Alfandy Pratama Jurico Adolf Lucas Posumah


NIM: 1803072 NIM: 1803076

DOSEN PENGAMPU KEPALA LABORATORIUM

Junety Monde S.T.,M.T. Prapti Ira Kumalasari S,Pd.,M.T.


NIDN: 1129069003 NIDN: 110709870
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i


HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... ..ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................iii
PERCOBAAN I: PENGENALAN ALAT DAN K3 DI LABORATORIUM
A. Pendahuluan ....................................................................................... 1
B. Alat dan Bahan ................................................................................... 2
C. Prosedur Kerja ................................................................................... 3
D. Hasil Pengamatan ............................................................................... 3
E. Pembahasan ...................................................................................... 12
F. Kesimpulan ...................................................................................... 15
G. Daftar Pustaka .................................................................................. 16
PERCOBAAN II: PEMBUATAN LARUTAN
A. Pendahuluan .................................................................................... 17
B. Alat dan Bahan ................................................................................. 19
C. Prosedur Kerja ................................................................................. 19
D. Hasil Pengamatan ............................................................................. 20
E. Pembahasan ...................................................................................... 23
F. Kesimpulan ...................................................................................... 25
G. Daftar Pustaka .................................................................................. 26
PERCOBAAN III: STOIKIOMETRI
A. Pendahuluan ..................................................................................... 27
B. Alat dan Bahan ................................................................................. 29
C. Prosedur Kerja ................................................................................. 29
D. Hasil Pengamatan ............................................................................. 30
E. Pembahasan ...................................................................................... 35
F. Kesimpulan ...................................................................................... 38
G. Daftar Pustaka .................................................................................. 39
PERCOBAAN IV: TITRASI ASAM-BASA
A. Pendahuluan ..................................................................................... 40
B. Alat dan Bahan ................................................................................. 43
C. Prosedur Kerja ................................................................................. 43
D. Hasil Pengamatan ............................................................................. 44
E. Pembahasan ...................................................................................... 45
F. Kesimpulan ...................................................................................... 46
G. Daftar Pustaka .................................................................................. 47
PERCOBAAN I
PENGENALAN ALAT DAN K3 DI LABORATORIUM

A. Pendahuluan
Bekerja di laboratorium tidak terlepas dari alat-alat yang terlihat unik
dan menarik. Di samping keunikannya, alat-alat kimia juga perlu
penanganan dan penggunaan yang baik. Untuk itu diperlukan pemahaman
tentang fungsi dan sifat dari alat-alat tersebut. Beberapa alat-alat kimia
yang sering dijumpai di laboratorium seperti alat-alat elektronik, neraca,
alat-alat gelas, gelas kimia, gelas ukur, dan alat-alat lainnya. Di dalam
laboratorium dikenal alat-alat ukur (volume) dengan berbagai tingkat
ketelitian seperti pipet transfer dan pipet ukur, buret dan labu takar. Labu
takar adalah alat ukur dengan tingat ketelitian tinggi, gelas ukur adalah alat
ukur dengan tingkat ketelitian sedang, dan gelas kimia adalah alat ukur
dengan tingkat ketelitian rendah. Selain alat-alat diatas, dikenal juga alat
seperti corong, botol timbang, kaca arloji, batang pengaduk, pembakar
bunsen, kaki tiga, pemanas listrik, botol reagen, corong pisah, labu
erlenmeyer, dan lain sebagainya. Laboratorium kimia dapat berfungsi
sebagai laboratorium mutu, penelitian dan pengembangan serta
pendidikan. Peralatan dan bahan-bahan yang kita digunakan berbeda-beda
tetapi mempunyai bahaya dasar yang sama (Kumalasari, 2019).
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum dan saat melakukan
penelitian di laboratorium. Alat-alat penelitian tentu harus di gunakan
sebaik-baiknya mengingat harga yang relatif tidak murah dan perlu
penanganan yang tepat. Selain itu, tidak semua bahan-bahan kimia di
laboratorium aman untuk digunakan. Terdapat bahan kimia berbahaya
yang dapat berdampak buruk bila digunakan sembarangan. Oleh karena itu
perlu adanya perhatian terhadap Keselamatan dan Kesehatan Kerja di
dalam skala laboratorium atau biasa disingkat K3. Laboratorium kimia
harus berventilasi baik, memiliki administrasi praktikum yang rapi,
penataan ruang yang teratur, dan tentunya

1
harus aman untuk digunakan sebagai tempat praktikum. Demi terlaksananya
K3 skala laboratorium baik praktikan maupun pengelola harus bersama-sama
bertanggung jawab dalam melaksanakannya (Noviyanti, 2016).
Agar setiap praktikan dapat berkerja dengan aman di laboratorium, maka
harus dipenuhi beberapa prinsip dasar keselamatan di laboratorium yaitu:
rencanakan sebelum, termasuk potensi bahan dan penanganan limbah.
Membatasi paparan terhadap bahan kimia dan jangan sampai bahan kimia
berbahaya bersentuhan langsung dengan tubuh, tidak meremehkan resiko
dengan memperhatikan baik-baik peringatan bahaya yang terdapat pada label
zat, siap memberikan tindakan darurat dasar, tidak bekerja sendirian atau
tanpa pengawasan (Kurniawati, 2018).
Alat-alat laboratorium merupakan suatu aspek yang penting dalam segala
kegiatan yang berhubungan didalam laboratorium, yang mana praktikan harus
mengetahui cara-cara penggunaan alat tersebut sehingga bertujuan untuk
membantu proses berlangsungnya suatu kegiatan praktikum.

B. Alat dan Bahan


1. Alat
Alat yang digunakan adalah corong pisah, batang pengaduk, bola
hisap, pemanas listrik, botol reagen, labu takar, pipet volume atau pipet
gondok, pipet tetes, penjepit porselin, termometer, pH meter, piknometer,
corong, gelas beaker, gelas ukur, kaca arloji, mortar dan alue, kaki tiga,
kawat kasa, botol semprot, rak tabung raksi, bunsen, erlenmeyer, buret,
klem, dan statif.
2. Bahan
Lambang yang ada di Laboratorium adalah mudah terbakar
(flammable), bahan yang dapat mencemari lingkungan (dangerous for
environmental), dapat menyebabkan iritasi (irritant), korosif (corrosive),
beracun (toxic), mudah teroksidasi (oxidizing), mudah meledak
(explosive).
C. Prosedur Kerja
1. Pengenalan alat
a. Diamati alat dan digambar
b. Dicatat hal-hal yang perlu diamati seperti spesifikasinya, fungsi, dan
cara penggunaan
2. Pengenalan lambang
a. Diamati lambang dan digambar
b. Dicatat hal-hal yang perlu diamati seperti gambar lambang,
spesifikasinya, dan contoh bahan kimianya.
(Kumalasari, 2019).
D. Hasil Pengamatan
1. Tabel pengamatan
a. Pengenalan alat
Tabel alat kimia dan spesifikasinya
NO NAMA GAMBAR KETERANGAN
ALAT
1 Corong Memisahkan komponen-
pisah komponen fase pelarut
berdasarkan massa jenis

2 Batang Mengaduk atau


pengaduk menghomogenkan
larutan

3
3 Bola Hisap Membantu proses
pengambilan cairan.
Tombol A berfungsi
untuk mempermudah
mengempeskan bola
hisap, tombol S berfungsi
untuk menghisap larutan,
tombol P berfungsi untuk
mengeluarkan kembali
larutan.
4 Pemanas Digunakan untuk
memanaskan larutan.
Listrik

5 Botol Menyimpan larutan yang


Reagen tidak dapat terkena sinar
Gelap matahari.
6 Labu Takar Mengukur pembuatan
larutan berdasarkan
konsentrasi tertentu dan
memiliki ketelitian
tinggi.
7 Pipet Mengambil larutan atau
Volume cairan dengan ukuran
volume tertentu

4
8 Pipet Tetes memindahkan cairan dari
suatu wadah ke wadah
lainnya dalam jumlah
yang sangat kecil.

9 Pipet Skala Mengukur larutan


dengan ketelitian sedang
dan memindahkannya

10 Penjepit Menjepit cawan porselin


Porselin pada saat dipanaskan.

11 Termometer Mengukur suhu larutan.

12 pH meter Mengukur pH larutan.

5
13 Piknometer Mengukur massa jenis.

14 Corong membantu memindahkan


dan memasukkan larutan
dengan lebih mudah.

15 Gelas Beker Sebagai wadah


penampung yang
digunakan untuk
mengaduk, mencampur,
dan memanaskan cairan.

16 Gelas Ukur Mengukur volume cairan


yang memiliki ketelitian
sedang.
17 Kaca Arloji Wadah untuk
menimbang serbuk atau
kristal.
18 Mortar dan Menghaluskan dan
Alue menggerus zat padat.

6
19 Kaki Tiga Sebagai penahan kawat
kasa dan penyangga
ketika proses pemanasan.

20 Kawat Kasa Menahan (sebagai alas)


gelas beaker atau labu
ukur pada saat
dipanaskan

21 Botol Berfungsi untuk


semprot menyimpan aquades

22 Rak Tabung Tempat meletakkan


Reaksi tabung reaksi yang
berjumlah banyak

.
23 Bunsen Sebagai pemanasan dan
pembakaran

7
24 Erlenmeyer Digunakan untuk
mencampur larutan

25 Buret Pengukur larutan pada


saat titrasi

26 Klem dan Untuk menjepit buret.


Statif

8
b. Pengenalan lambang
Tabel lambang dan spesifikasinya
Nama
No Gambar Keterangan
lambang
1. Mudah Flammable, bahan
terbakar kimia yang
mempunyai titik
nyala rendah,
mudah terbakar
dengan api bunsen,
permukaan metal
panas atau loncatan
bunga api. Contoh :
H2SO4
2 Bahan Environmental
berbahaya hazard, bahan kimia
bagi yang dapat merusak
lingkungan lingkungan jika
limbahnya tidak
ditangani dengan
benar. Contoh nya
seperti bensin
3. Bahan iritasi Irritant, bahan
kimia yang
menyebabkan
iritasi & luka bakar
pada kulit. Contoh:
NaOH

9
4. Korosif Corrosive, bahan
yang bersifat korosif
dapat merusak
jaringan hidup,
menyebabkan iritasi
dan gatal gatal.
Contoh: HCl,
H2SO4,
5. Beracun Toxic, bahan kimia
yang kimia yang
bersifat beracun,
dapat menyebabkan
penyakit kronis,
akut, bahkan
kematian. Contoh :
methanol

6. Mudah Oxidizing, bahan


teroksidasi kimia yang bersifat
pengoksidasi dapat
menyebabkan
kebakaran dengan
menghasilkan panas
saat kontak dengan
bahan organik.

10
7. Mudah Explosive, bahan
meledak kimia yang mudah
meledak dengan
adanya panas atau
percikan api,
gesekan atau
benturan.

8. Extremely Extremely
flammable flammable, bahan
yang sangat mudah
terbakar, berupa gas
dan udara yang
membentuk suatu
campuran yang
mudah meledak
dibawah kondisi
normal. Contoh nya
seperti propane

E. Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan, adapun peralatan yang terdapat di
laboratorium adalah corong pisah yang berfungsi untuk memisahkan
komponen-komponen fase pelarut berdasarkan massa jenisnya, batang
pengaduk untuk mengaduk dan mencampur zat atau larutan, bola hisap yang
sangat berperan dalam proses pengambilan cairan, pemanas listrik yang
berfungsi untuk memanaskan larutan dengan temperatur yang dinginkan,
botol reagen untuk menyimpan larutan dan indikator asam basa, labu takar
untuk mengukur volume larutan atau cairan berdasarkan konsentrasi tertentu
serta untuk mencairkan larutan dengan ketelitian tinggi, pipet volume atau

11
pipet gondok untuk mengambil larutan dengan ketelitian tinggi, pipet tetes
yang berperan dalam memindahkan larutan secara tetes pertetes, pipet skala
untuk mengukur sekaligus memindahkan larutan dengan ketelitian cukup
tinggi, penjepit porselin untuk memegang gelas kimia pada saat dipanaskan,
termometer untuk mengukur suhu, pH meter yang berfungsi untuk mengukur
derajat asam basa, piknometer untuk mengukur massa jenis, corong sebagai
alat bantu untuk memindahkan atau memasukkan larutan ke wadah yang
mempunyai dimensi memasukkan bahan kecil, gelas beaker untuk mengambil
larutan dengan cukup banyak dan sebagai tempat untuk mereaksikannya,
gelas ukur untuk mengukur volume larutan dengan ketelitian tingkat tinggi,
kaca arloji sebagai wadah untuk menimbang serbuk atau kristal, mortal dan
alue yang berfungsi untuk menghaluskan dan menggeruskan zat, kaki tiga
untuk menyangga, labu ukur dan gelas beaker untuk mengukur dan
menyimpan larutan, kawat kasa untuk menahan gelas beaker dan labu ukur
ketika proses pemanasan, tabung reaksi yang berfungsi untuk mencampur,
menampung dan memanaskan bahan bahan kimia, rak tabung reaksi berfungsi
untuk meletakkan tabung reaksi yang jumlahnya banyak, penjepit kayu untuk
menjepit tabung reaksi pada saat dipanaskan, erlenmeyer untuk mencampur,
mengukur, dan menyimpan larutan, buret yang berfungsi untuk mengukur
volume larutan pada saat titrasi serta klem dan statif untuk menjepit buret.
Sementara itu, lambang yang menunjukkan sifat bahan kimia di
laboratorium adalah flammable (mudah terbakar) yang menunjukkan bahan-
bahan kimia dengan titik nyala rendah yang mudah terbakar, lambang bahan
berbahaya bagi lingkungan yang menandakan bahwa bahan kimia tersebut
dapat mencemari dan merusak lingkungan, lambang bahaya iritasi yang
menunjukkan bahwa bahan tersebut dapat menyebabkan iritasi dan gatal-gatal
pada kulit, lambang korosif menyebabkan bahan bersifat korosif dan dapat
merusak jaringan hidup, lambang beracun yang menunjukkan sifat beracun
dan menyebabkan penyakit kronis, akut, bahkan kematian, lambang mudah
teroksidasi yang menunjukkan sifat mudah teroksidasi dan menyebabkan

12
kebakaran saat kontak dengan bahan organik, lambang mudah terbakar yang
menunjukkan bahwa bahan tersebut mudah meledak jika terpapar panas atau
percikan bunga api gesekan atau benturan, lambang sangat mudah terbakar
(extremelly flammable) yang menunjukkan bahwa bahan tersebut mudah
terbakar yang berupa gas dan udara yang membentuk suatu campuran yang
mudah meledak dibawah kondisi normal.
Cara menggunakan bola hisap adalah dengan terlebih dahulu
memasang ujung pipet dibagian bawah bola hisap dengan cara sedikit ditekan,
kemudian angkat bola hisap dengan kedua tangan (tangan kanan memegang
bola hisap sedangkan tangan kiri memegang pipet secara perlahan). Arahkan
pipet ke larutan atau cairan yang akan diambil atau dihisap menggunakan
tangan kiri. Tekan katup A lalu kempeskan bola hisap agar angin yang
terperangkap didalam bola hisap bisa keluar. Setelah angin dikeluarkan, hisap
cairan dengan menekan katup S, diusahakan jangan sampai melebihi skala
pipet dan jangan pula larutan sampai masuk kedalam bola hisap (karena hal
ini dapat menyebabkan bola hisap cepat rusak). Setelah pipet terisi larutan
atau cairan sesuai yang dibutuhkan, keluarkan cairan ke tempat lain dengan
cara mengangkat dengan kedua tangan. Arahkan pipet ketempat lain sesuai
volume yang dikehendaki dengan cara menekan katup E secara perlahan-
lahan dalam posisi pipet yang tegak lurus. Tunggu beberapa saat sampai
larutan keluar dengan sempurna.
Miniskus adalah garis lengkung permukaan cairan yang disebabkan
adanya gaya kohesi atau adhesi zat cair dengan alat ukur. Miniskus terbagi
menjadi dua yaitu miniskus atas dan miniskus bawah. Miniskus bawah adalah
suatu keadaan dimana permukaan zat cair berada dalam alat ukur sempit yang
tampak melengkung ke bawah. Miniskus atas adalah suatu keadaan dimana
permukaan zat cair berada dalam alat ukur (volume) sempit yang melengkung
ke atas.

13
F. Kesimpulan
Dari percobaan pertama dapat ditarik kesimpulan adalah :
1. Alat laboratorium dibedakan menjadi beberapa fungs yaitu, sebagai alat
menyimpan larutan, alat untuk mengukur larutan .
2. Dalam melaksanakan percobaan di laboratorium, keselamatan kesehatan
kerja harus di perhatikan. Karena tanpa memerhatikan K3 percobaan akan
gagal atau tidak akan berjalan dengan sesuai prosedur.
3. Lambang-lambang yang harus di waspadai pada larutan adalah flammable,
environmental hazard, irritant, corrosive, toxic, oxidizing, explosive, dan
extremely flammable.

14
DAFTAR PUSTAKA
Kumalasari, 2019. Penuntun Praktikum Kimia Dasar 1. Balikpapan : Laboratorium
STT MIGAS.

Kurniawati, Dewi, 2018. Prosedur Kerja di Laboratorium. Surakarta : Aksara Sinergi


Media.

Novianty, Yuni, 2016. Buku Pintar Praktikum SMA/MA. Jakarta : Laskar Aksara.

15
PERCOBAAN II

PEMBUATAN LARUTAN

A. Pendahuluan
Banyak bahan kimia yang digunakan untuk praktikum berbentuk
larutan. Untuk membuat larutan pada umumnya digunakan pelarut air. Ada
beberapa larutan yang menggunakan pelarut lain. Larutan adalah campuran
homogen (komposisinya sama), serba sama (ukuran partikelnya), tidak ada
bidang batas antara zat pelarut dan zat terlarut (tidak dapat dibedakan secara
langsung antara zat pelarut dengan zat terlarut), partikel-partikel penyusunnya
berukuran sama (baik ion, atom, mapun molekul) dari dua zat atau lebih.
Dalam larutan fase cair, larutnya (solvent) adalah cairan dan zat yang terlarut
didalamnya disebut zat terlarut (solute), bisa berwujud padat, cair, atau gas.
Dengan demikian, larutan = pelarut (solvent) + zat terlarut (solute). Khusus
untuk larutan cair, maka pelarutnya adalah volume terbesar. Larutan
hendaknya dibuat secukupnya saja, misalkan untuk keperluan satu semester.
Tetapi harus diingat bahwa ada larutan yang tidak tahan disimpan lama,
misalkan larutan kanji, larutan kalium heksasianoverat (III) dan lain-lain.
Larutan-larutan semacam itu hendaknya dibuat kalau akan digunakan. Jenis
serta banyaknya larutan yang dibuat bergantung pada jumlah percobaan yang
akan dilakukan serta jumlah praktikan yan akan melakukan percobaan itu.
Membuat larutan bukanlah sekadar melarutkan zat padat kedalam suatu
pelarut yang dikehendaki. Kadang-kadang untuk melakukan suatu percobaan
diperlukan suatu larutan dengan konsentrasi tertentu. Untuk itulah maka
sebelum kita membuat larutan harus kita ketahui lebih dahulu larutan apa
yang akan dibuat dan dengan jumlah atau banyak dan konsentrasi berapa.
Cara untuk menyatakan konsentrasi larutan biasanya menggunakan molar
(M), molal (m), normal (N), persen massa, dan persen volume (Kumalasari,
2019).

16
Bila dua atau lebih zat yang tidak bereaksi dicampur, campuran yang
terjadi ada 3 kemungkinan yaitu campuran kasar, dispersi koloid, dan larutan
sejati. Dua jenis campuran yang pertama bersifat heterogen dan dapat
dipisahkan secara mekanis sedangkan larutan yang bersifat homogen dan
tidak dapat dipisahkan secara mekanis. Atas dasar ini larutan didefinisikan
sebagai campuran homogen antara 2 zat atau lebih. Keadaan fisika larutan
dapat berupa gas, cair, atau padat dengan perbandingan yang berubah-ubah
pada jarak yang luas (Sukardjo, 1997).
Pada umumnya, zat yang digunakan sebagai pelarut adalah air (H2O).
Selain air, yang berfungsi sebagai pelarut adalah alkohol, amoniak, kloroform,
benzene, minyak, asam asetat. Akan tetapi bila menggunakan air biasanya
tidak disebutkan (Gunawan, 2004).
Dalam pembuatan larutan dapat diketahui reaksi-reaksi apa saja yang
terjadi jika zat terlarut dan zat pelarut saling bercampur membentuk larutan.
Larutan sendiri dapat dibuat dari bahan padat maupun cair, yang tidak semata-
mata proses melarutkan zat terlarut kedalam zat pelarut, melainkan harus
mencermati dahulu konsentrasinya (hubungan kuantitatif antara zat terlarut
dan zat pelarut).

B. Alat dan Bahan


1. Alat
Alat yang digunakan adalah batang pengaduk, botol semprot, corong
saring, gelas kimia, kaca arloji, label, labu ukur 100 mL, pipet skala, pipet
tetes, dan timbangan.
2. Bahan
Bahan yang digunakan adalah aquades, larutan asam sulfat H2SO4
pekat, larutan asam klorida HCl pekat, dan larutan natrium hidroksida
NaOH.
(Kumalasari, 2019).

17
C. Prosedur Kerja
1. Pembuatan 100 mL larutan NaOH 1 M dari padatan NaOH
a. Dihitung berat padatan NaOH yang dibutuhkan dalam membuat 100
mL larutan NaOH 1 M
b. Ditimbang padatan NaOH sejumlah hasil perhitungan.
c. Dimasukan padatan NaOH yang telah ditimbang didalam gelas kimia,
ditambahkan aquades dan diaduk sampai larut.
d. Didinginkan larutan dan dimasukan didalam labu ukur 100 mL,
ditambahkan aquades sampai tanda batas
e. Dihomogenkan dan dipindahkan larutan dibotol yang telah dicuci
bersih dan kering
f. Diberi label pada botol tersebut sesuai dengan nama, konsentrasi,
tanggal pembuatan dan sifat larutan.
(Kumalasari, 2019).

2. Pembuatan 100 mL larutan HCl 1 N dari larutan HCl pekat


a. Ditentukan konsentrasi HCl pekat
b. Dihitung volume HCl pekat larutan yang dibutuhkan dalam membuat
100 mL larutan HCl 1 N
c. Dimasukkan sedikit aquades didalam labu ukur 10 mL
d. Dipipetkan larutan asam klorida pekat sejumlah hasil perhitungan
e. Dimasukkan larutan HCl yang telah dipipet didalam labu ukur 100
mL, ditambahkan aquades sampai tanda batas
f. Dihomogenkan dan dipindahkan larutan dibotol yang telah dicuci
bersih dan kering
g. Diberi label pada botol tersebut sesuai dengan nama, konsentrasi,
tanggal pembuatan dan sifat larutan.
3. Pembuatan 100 mL larutan H2SO4 2 N dari larutan H2SO4 pekat
a. Ditentukan konsentrasi larutan H2SO4

18
b. Dihitung volume larutan H2SO4 pekat yang dibutuhkan dalam
membuat 100 mL larutan H2SO4 2 N
c. Dimasukkan sedikit aquades didalam labu ukur 100 mL,
d. Dipipetkan asam klorida pekat sejumlah hasil perhitungan (b)
e. Dimasukkan larutan H2SO4 yang telah dipipet kedalam labu ukur 100
mL (c), ditambahkan aquades sampai tanda batas
f. Dihomogenkan dan dipindahkan larutan dibotol yang telah dicuci
bersih dan kering
g. Diberi label pada botol tersebut sesuai dengan nama, konsentrasi,
tanggal pembuatan dan sifat larutan.
(Kumalasari, 2019).

D. Hasil Pengamatan
1. Perhitungan pembuatan 100 mL larutan NaOH 1 M dari padatan NaOH
Diketahui : V = 100 mL
M =1M
Ar Na = 23 gr/mol
Ar O = 16 gr/mol
Ar H = 1 gr/mol

Ditanyakan : Massa NaOH ?


Penyelesaian :
NaOH → Na+ + OH-
Mr = (1.Ar Na) + (1.Ar O) + (1.Ar H )
= (1 M.23 gr/mol) + (1 M.16 gr/mol) + (1 M.1 gr/mol)
= 23 gr/mol + 16 gr/mol + 1 gr/mol
= 40 gr/mol

19
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 1000
M = x
𝑀𝑟 𝑉

𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 1000
1M = x 100 𝑚𝐿
𝑀𝑟

𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎
1M= x 10𝑚𝐿
40 𝑔𝑟/𝑚𝑜𝑙

40 𝑔/𝑚𝑜𝑙
Massa = x1M
10 𝑚𝐿

Massa = 4 gram

2. Perhitungan pembuatan 100 mL larutan HCl 1 N


Diketahui : V2 = 100 mL
N =1N
𝜌 = 1,84 gr/mL
Ar H = 1 gr/mol
Ar Cl = 35,5 gr/mol

Ditanyakan: M HCl dan V1 ?

Penyelesaian :

Mr = (1 . Ar H) + (1 . Ar Cl)

= (1 . 1 gr/mol) + (1 . 35,5 gr/mol)

= 1 gr/mol + 35,5 gr/mol

= 36,5 gr/mol

% x 1000 x 𝜌
M =
𝑀𝑟

37 x 1000 x 1,84 𝑔𝑟/𝑚𝐿


M =
36,5 𝑔𝑟/𝑚𝑜𝑙

20
436,6 𝑔𝑟/𝑚𝐿
= = 11,56 mol/mL ~ 12 M
36,5 𝑔𝑟/𝑚𝑜𝑙

HCl → H+ + Cl-

N = M x Valensi

𝑁 1
M2 = 𝑉𝑎𝑙𝑒𝑛𝑠𝑖 = 1 = 1 M

M1 x V1 = M2 x V2

12 x V1 = 1 x 100 mL

100 𝑚𝐿
V1 = = 8,33 mL
12

3. Perhitungan pembuatan 100 mL larutan H2SO4 2 N


Diketahui: V2 = 100 mL
N =2N
% Kepekatan = 97 %
𝜌 = 1,84 gr/mL

Ar H = 1 gr/mol

Ar S = 32 gr/mol

Ar O = 16 gr/mol

Ditanyakan: M H2SO4 dan V1 ?

Penyelesaian:
Mr = (2 x Ar H) + (1 x Ar S) + (4 x Ar O)
= (2 . 1 gr/mol) + (1 . 32 gr/mol) + (4 . 16 gr/mol)
= 2 gr/mol + 32 gr/mol + 64 gr/mol
= 98 gr/mol

21
H2SO4 → 2H+ + SO2-

𝑁
M2 = 𝑉𝑎𝑙𝑒𝑛𝑠𝑖

2
=2=1M

%x1000x𝜌
M1 = 𝑀𝑟

97x1000x1,84 𝑔𝑟/𝑚𝐿
M1 = 98 𝑔𝑟/𝑚𝑜𝑙

1784,8 𝑔𝑟/𝑚𝐿
= = 18,21 M
98 𝑔𝑟/𝑚𝑜𝑙

M1 x V1 = M2 x V2

18,12 x V1 = 1 x 100 mL

100 𝑚𝐿
V1 = = 5,51mL
18,12

E. Pembahasan
NaOH merupakan natrium hidroksida yamg bersifat basa kuat, NaOH
merupakan padatan. Maka untuk membuat larutan dari NaOH dengan
konsentrasi tertentu, perlu diketahui berapa volume atau massa larutan yang
hendak dibuat. Apabila larutannya lebih pekat, besar konsentrasi larutan yang
diketahui dengan besar konsentrasi yang diinginkan harus disesuaikan.
Untuk mengencerkan asam klorida (HCl) dengan konsentrasi 12 M
menjadi 1 M dengan volume akhir 100 mL maka volume HCl yang
dibutuhkan 8,33 mL, hasil tersebut didapat dari perhitungan M1 x V1 = M2 x
V2. Jadi fungsi dari perhitungan sebelum membuat larutan untuk mengetahui
besar dari volume yang diinginkan.
Dalam membuat larutan dibutuhkan ketelitian, salah satunya ketelitian
dalam menghitung. Menghitung konsentrasi dan volume larutan harus

22
dilakukan dengan teliti karena jika tidak larutan yang akan kita buat
kemungkinan tidak sesuai dengan apa yang diinginkan.
Senyawa NaOH berupa padatan maka dari itu perlu dilarutkan agar
yang awalnya padatan menjadi larutan.
Senyawa HCL berupa cairan yang memiliki kepekatan larutan sebesar
37% dan memiliki massa relatif 36,5 gr/mol. HCL juga dikatakan asam kuat,
dan memisah sepenuhnya dalam air.
Senyawa H2SO4 berupa cairan yang memiliki kepekatan larutan
sebesar 97% dan memiliki massa relatif 98gr/mol.
Fungsi pada penambahan aquades pada H2SO4 adalah disebabkan
perbedaan massa jenis kedua jenis sehingga air akan mengapung diatas asam
sulfat karena massa jenisnya lebih rendah. Oleh sebab itu jika pengenceran
dilakukan dengan cara menambahkan aquades pada asam sulfat maka akan
terjadi reaksi yang keras atau mendidih. Reaksi antara asam sulfat dengan air
sebagai berikut H2SO4 + H2O → H3𝑂+ + HS𝑂− .
Natrium hidroksida terbentuk dari oksida basa natrium hidroksida
dilarutkan dalam air. Natrium hidroksida membentuk larutan alkalin yang
kuat ketika dilarutkan didalam air. NaOH sangat larut dalam air dan akan
melepaskan panas ketika dilarutkan, karena pada proses pelarutnya dalam air
bereaksi secara eksotermis, yaitu pelepasan kalor dari sistem ke lingkungan
karena titik didih NaOH lebih besar dibandingkan titik didih air.
Fungsi penambahan aquades pada HCL adalah karena saat botol
reagen yang berisi HCL dibuka mengeluarkan asap panas maka dari itu fungsi
dari penambahan aquades agar suhu panas yang dikeluarkan dari HCL
menurun.
Pada proses pembuatan NaOH, dengan menambahkan aquadest ke
dalam labu takar 100 mL sampai pada titik batas dan kemudian diaduk sampai
homogen dengan menggunakan batang pengaduk. Titik batas yang digunakan
adalah miniskus bawah dikarenakan larutan yang digunakan tidak berwarna.

23
Penghomogenan larutan merupakan proses yang digunakan untuk
membuat campuran menjadi seragam komposisinya. Fungsi dari
penghomogenan itu untuk menyamakan komposisi maupun bentuk dan
ukuran dari dua zat atau lebih zat yang dicampur.
Botol berfungsi untuk menyimpan larutan yang dibuat, label berfungsi
untuk memberi nama larutan, konsentrasi, tanggal pembuatan, dan sifat
larutan agar tidak saling tertukar saat disimpan dilaboratorium.

F. Kesimpulan
Dari percobaan kedua dapat ditarik kesimpulan bahwa ;
1. Pada pembuatan larutan NaOH 1 M sebanyak 100 mL diperlukan padatan
NaOH seberat 4 gram.
2. Pada pembuatan larutan HCl 1 N sebanyak 100 mL diperlukan 12 M
larutan
HCl sebanyak 8,3 mL.
3. Pada pembuatan larutan H2SO4 2 N sebanyak 100 mL diperlukan 18.21 M
larutan H2SO4 sebanyak 5,49 mL

24
DAFTAR PUSTAKA

Gunawan,Adi dan Roeswati, 2004. Tangkas Kimia. Surabaya : Kartika

Kumalasari, Prapti ira, 2019. Penuntun Praktikum Kimia Dasar I. Balikpapan:


laboratorium STT Migas

Sukardjo, 1997. Kimia Fisika. Rineka Cipta. Yogyakarta

25
PERCOBAAN III

STOIKIOMETRI

A. Pendahuluan

Stoikiometri berasal dari bahasa Yunani “stoition” yang berarti unsur dan
“metro” yang berarti pengukuran. Stoikiometri adalah hubungan kuantitatif
antara zat yang berkaitan dalam reaksi kimia. Dalam kehidupan sehari-hari kita
umumnya menyatakan banyaknya zat atau bahan dalam gram atau kilogram,
tetapi dalam hitungan kimia gram perlu diubah menjadi mol. Cairan murni dalam
perhitungan dapat dinyatakan dalam satuan volume. Begitu juga dalam larutan
dan gas, volume cairan murni dan larutan juga perlu diubah menjadi satuan mol.
Untuk mengubah volume menjadi satuan mol, kita ubah dulu satuan volume
menjadi satuan gram dengan mengalikan dengan massa jenisnya (Kumalasari,
2019).
Stoikiometri berasal dari bahasa Yunani stoition (unsur) dan metro
(mengukur), berarti mengukur unsur. Pengertian unsur-unsur dalam hal ini
adalah partikel-partikel atom, ion, molekul, elektron yang terdapat dalam unsur
atau senyawa yang terlibat dalam reaksi kimia. Stoikiometri menyangkut cara
untuk menimbang dan menghitung reaksi kimia atau dengan kata lain,
stoikiometri adalah kajian tentang hubungan-hubungan kuantitatif dalam reaksi
kimia (Achmad, 1996).
Tiap zat murni yang diketahui, dalam bahasa kimia, baik unsur maupun
senyawa mempunyai nama dan rumus uniknya sendiri. Cara tersingkat untuk
memberikan suatu reaksi kimia ialah menulis rumus untuk setiap zat yang terlibat
dalam bentuk suatu persamaan kimia. Suatu persamaan kimia meringkaskan
sejumlah besar informasi mengenai zat-zat yang terlibat dalam reaksi. Persamaan
ini tidaklah sekedar pernyataan kualitatif yang menguraikan zat-zat yang terlibat,
tetapi juga pernyataan kuantitatif, yang menjelaskan berapa banyak pereaksi dan
hasil reaksi terlibat. Proses membuat perhitungan yang didasarkan pada rumus-

26
rumus dan persamaan - persamaan berimbang dirujuk sebagai stoikiometri
(Respati, 1992).
Untuk mendapatkan titik stoikiometri maka yang harus dilakukan adalah
variasi konsentrasi ini menyebabkan perbedaan sifat fisiknya seperti massa,
volume, suhu, atau daya serapnya (Kumalasari, 2019).
Stoikiometri beberapa reaksi dapat dipelajari dengan mudah salah satunya
dengan metode Joint Operating Body (JOB) atau metode Variasi Kontinu, yang
mekanismenya yaitu dengan dilakukan pengamatan terhadap kuantitas molar
pereaksi yang berubah-ubah, namun molar totalnya sama. Sifat fisika (massa,
volume, suhu, daya serap) tentunya diperiksa dan perubahannya digunakan untuk
meramal stoikiometri sistem. Dari grafik aluran sifat fisik terhadap kuantitatif
reaksi, akan diperoleh titik maksimal atau minimal yang sesuai titik stoikiometri
sistem, yang menyatakan perbandingan pereaksi-pereaksi dalam senyawa.
Perubahan kalor dalam reaksi kimia bergantung jumlah pereaksinya. Jika mol
yang bereaksi diubah dengan volume tetap, stoikiometri dapat ditentukan dari
titik perubahan kalor maksimal, yakni dengan mengalurkan kenaikan temperatur
terhadap komposisi campuran titik (Sutrisno, 1986).
Titik maksimum adalah titik tertinggi yang dicapai pada angka yang
dihasilkan dari suatu larutan dari perbandingan suhu dan kuantitas molar
pereaksinya. Titik minimum adalah titik terendah yang dicapai pada angka yang
dihasilkan dari suatu larutan dari perbandingan suhu dan kuantitas molar
pereaksinya (Nursoleh, 2012).
Dengan demikian, titik stoikiometri adalah titik dimana suatu reaksi
menjadi seimbang. Berdasarkan perbandingan suhu dan kuantitas molar
pereaksinya, akan dapat ditentukan besar nilai titik maksimum dan titik
minimumnya.

27
B. Alat dan Bahan
1. Alat
Alat yang digunakan adalah gelas kimia 50 mL 10 buah, gelas ukur 2
buah, termometer 3 buah, pipet tetes 2 buah, tisu.
2. Bahan
Bahan yang digunakan adalah larutan asam klorida HCl 1 M, larutan
asam sulfat H2SO4 2 M, larutan natrium hidroksida NaOH 1 M.
(Kumalasari, 2019).

C. Prosedur Kerja
1. Stoikiometri sistem NaOH dan HCl
a. Di dalam 5 gelas kimia 50 mL, dimasukkan berturut-turut 2, 4, 6, 8, dan
10 mL larutan NaOH 1 M. Dicatat suhu masing-masing
b. Di dalam 5 gelas kimia 50 mL lainnya, dimasukkan berturut-turut 2, 4, 6,
8, dan 10 mL larutan HCl 1 M. Dicatat suhu masing-masing.
c. Dicampurkan larutan HCl di dalam larutan NaOH sedemikian rupa
sehingga volume campurannya 12 mL. Dicatat suhu campuran tersebut.
2. Stoikiometri sistem NaOH dan H2SO4
a. Di dalam 5 gelas kimia 50 mL, dimasukkan berturut-turut 2, 4, 6, 8, dan
10 mL larutan NaOH 1 M. Dicatat suhu masing-masing.
b. Di dalam 5 gelas kimia 50 mL lainnya, dimasukkan berturut-turut 2, 4, 6,
8, dan 10 mL larutan H2SO4 2 M. Dicatat suhu masing-masing.
c. Dicampurkan larutan H2SO4 ke dalam larutan NaOH sedemikian rupa
sehingga volume campurannya 12 mL. Dicatat suhu campuran tersebut.
(Kumalasari, 2019).

28
D. Hasil Pengamatan
1. Tabel Pengamatan
a. Stoikiometri sistem NaOH dan HCl
Volume Volume Suhu Suhu Suhu
No NaOH HCl asam basa campuran
(mL) (mL) (℃) (℃) (℃)
1. 2 10 29 30 31
2. 4 8 29 30 35
3. 6 6 29 30 36
4. 8 4 29 30 33
5. 10 2 29 30 35

1. 2 mL NaOH 1 M dan 10 mL HCl 1 M


Mol NaOH = 2 x 1 = 2 mmol
Mol HCl = 10 x 1 = 10 mmol

NaOH + HCl NaCl + H2O


a 2 10 - -
r 2 2 2 2
s - 8 2 2

pereaksi pembatas = NaOH

pereaksi sisa = HCl 8 mmol

2. 4 mL NaOH 1 M dan 8 mL HCl 1 M

Mol NaOH = 4 x 1 = 4 mmol

Mol HCl =8x1 = 8 mmol

29
NaOH + HCl NaCl + H2O

a 4 8 - -

r 4 4 4 4

s - 4 4 4

pereaksi pembatas = NaOH

pereaksi sisa HCl = 4 mmol

3. 6 mL NaOH 1 M dan 6 mL HCl 1 M

Mol NaOH = 6 x 1 = 6 mmol

Mol HCl = 6x1 = 6 mmol

NaOH + HCl NaCl + H2O

a 6 6 - -
r 6 6 6 6
s - - 6 6

tidak memiliki pereaksi pembatas dan pereaksi sisa

4. 8 mL NaOH 1 M dan 4 mL HCl 1 M

Mol NaOH = 8 x 1 = 8 mmol

Mol HCl = 4x1 = 4 mmol

NaOH + HCl NaCl + H2O

a 8 4 - -
r 4 4 4 4
s 4 - - 4
pereaksi pembatas = HCl
pereaksi sisanya NaOH = 4 mmol

30
5. 10 mL NaOH 1 M dan 2 mL HCl 1 M

Mol NaOH = 10 x 1 = 10 mmol


Mol HCl = 2x1 = 2 mmol
NaOH + HCl NaCl + H2O
a 10 2 - -
r 2 2 2 2
s 8 - -
pereaksi pembatas = HCl
pereaksi sisanya NaOH = 8 mmol

b. Stoikiometri sistem NaOH dan H2SO4


Volume Volume Suhu Suhu Suhu
No NaOH H2SO4 Asam Basa Campuran
(mL) (mL) ℃ ℃ ℃
1 2 10 32 29 34
2 4 8 32 29 36
3 6 6 32 29 35
4 8 4 32 29 35
5 10 2 32 29 30

1. 2 mL NaOH 1 M dan 10 mL H2SO4 2 M


Mol NaOH = 2 x 1 = 2 mmol
Mol H2SO4 = 10 x 2 = 20 mmol

31
2 NaOH + H2SO4 Na2SO4 + 2H2O
a 2 20 - -
r 2 1 1 2
s - 19 1 2

pereaksi pembatas = NaOH


pereaksi sisanya H2SO4 = 19 mmol

2. 4 mL NaOH 1 M dan 8 mL H2SO4 2 M


Mol NaOH = 4 x 1 = 4 mmol
Mol H2SO4 = 8 x 1 = 16 mmol
2NaOH + H2SO4 Na2SO4 + 2H2O
a 4 16 - -
r 4 2 2 4
s - 14 2 4
pereaksi pembatas = NaOH
pereaksi sisanya H2SO4 = 14 mmol

3. 6 mL NaOH 1 M dan 6 mL H2SO4 2 M


Mol NaOH = 6.1 = 6 mmol
Mol H₂SO₄ = 6.2 = 12 mmol

2NaOH + H2SO4 Na2SO4 + 2H2O


a 6 12 - -
r 6 3 3 6
s - 9 3 6
pereaksi pembatas = NaOH

32
pereaksi sisanya H2SO4 = 9 mmol

4. 8 mL NaOH 1 M dan 4 mL H2SO4 2 M


Mol NaOH = 8 x 1 = 8 mmol
Mol H2SO4 = 4 x 2 = 8 mmol

2NaOH + H2SO4 Na2SO4 + 2H2O

a 8 8 - -
r 8 4 4 8

s - 4 4 8

pereaksi pembatas = NaOH

pereaksi sisanya H2SO4 = 4 mmol


5. 10 mL NaOH 1 M dan 2 mL H2SO4 2 M
Mol NaOH = 10 x 1 = 10 mmol
Mol H2SO4 = 2 x 2 = 4 mmol
2NaOH + H2SO4 Na2SO4 + 2H2O
a 10 4 - -
r 8 4 4 8
s 2 - 4 8

pereaksi pembatas = H2SO4


pereaksi sisanya NaOH = 2 mmol

2. Persamaan reaksi
a. HCl + NaOH NaCl + H2O
b. H2SO4 + 2NaOH Na2SO4 + 2H2O

33
3. Grafik
a. Grafik larutan NaOH dan HCl

38

SUHU CAMPURAN (℃)


36
34
32
30
28
2 4 6 8 10
VOLUME LARUTAN (mL)

b. Grafik larutan NaOH dan H2SO4

37
36
SUHU CAMPURAN (℃)

35
34
33
32
31
30
2 4 6 8 10
VOLUME LARUTAN (mL)

34
E. Pembahasan

Stoikiometri ialah cabang kimia yang berhubungan dengan suatu hubungan


kuantitatif yang terdapat antara reaktan dan juga produk dalam reaksi kimia.
Sistem stoikiometri adalah dasar perhitungan kimia yang menyatakan relasi
kuantitatif rumus kimia dan persamaan kimia.
Pada praktikum kali ini menggunakan larutan NaOH 1M, HCl 1M, dan
H2SO4. Pertama praktikan mengukur suhu awal masing-masing larutan, suhu awal
digunakan untuk mengetahui perbandingan antar laturan. Selanjutnya campurkan
larutan HCl atau H2SO4 dengan NaOH dan perhatikan suhu campurannya. Suhu
campuran tersebut digunakan untuk membandingkan dengan suhu awal masing-
masing larutan.
Pada grafik mengapa suhu ada yang tinggi maupun rendah karena saat
pencampuran suhu volume larutan berbeda-beda. Suatu kesalahan yang terjadi
adalah saat menuangkan larutan masih ada yang tersisa atau tidak sepenuhnya
tercampur sehingga membuat perbedaan suhu yang seharusnya naik menjadi
turun.
Suhu optimum sistem stoikiometri NaOH dan HCL pada perhitungan 1:1 dan
suhu optimum sistem stoikiometri NaOH dan H2SO4 pada perhitungan 1:2 adalah
kurang lebih 36 derajat celsius. Dapat disimpulkan bahwa sistem stoikiometri
sampai mencapai titik optimum jika kedua senyawa habis bereaksi, ketinggian
akan terus naik sampai mencapai titik optimum. Berdasarkan hasil, perubahan
yang menjadi salah satu faktor adalah perubahan suhu yang digunakan untuk
menentukan stoikiometri dari larutan tersebut.
Kemungkinan kesalahan yang bisa terjadi adalah penggunaan thermometer
yang membuat suhu menjadi tidak stabil dan kuran maksimal. Tidak telitinya saat
mengukur juga bisa menyebabkan suhu berubah tidak sesuai dengan yang di
dapatkan. Kebersihan alat juga bisa menjadi faktor kesalahan karena alat yang
tidak steril bisa membuat laju reaksi bisa terganggu bahkan tidak bereaksi.

35
F. Kesimpulan

Dari percobaan ketiga dapat ditarik kesimpulan adalah ;

1. Berdasarkan hasil praktikum stoikiometri sistem NaOH dan HCl diperoleh


hasil titik maksimum sebesar 36℃ dan titik minimum sebesar 31℃.
2. Sementara itu, dari stoikiometri sistem NaOH dan H2SO4 diperoleh titik
maksimum sebesar 36℃ dan titik minimum sebesar 32℃.

36
DAFTAR PUSTAKA

Kumalasari, Prapti Ira, 2019. Penuntun Praktikum Kimia Dasar 1. Balikpapan


Laboratorium STT Migas

Luswa, Achmad, 1996. Stoikiometri, Energitika Kimia. Bandung: PT Citra Aditya


Bakti.

Nursoleh, 2012. Definisi Titik Maksimum dan Minimum.

Respati, 1992. Dasar-Dasar Ilmu Kimia untuk Universitas. Yogyakarta Rineka


Cipta

Sutrisno, 1986. Elektronika Teori dan Pnerapannya. Bandung: ITB

37
PERCOBAAN IV

TITRASI ASAM BASA

A. Pendahuluan
Titrasi adalah salah satu metode kimia untuk menentukan konsentrasi
suatu larutan dengan cara mereaksikan sejumlah volume larutan tersebut
terhadap sejumlah volume larutan lain yang konsentrasinya sudah diketahui.
Reaksi pada proses titrasi, yaitu suatu larutan ditambahkan dari buret sedikit
demi sedikit sampai jumlah zat-zat yang direaksikan tepat menjadi ekuivalen.
Larutan yang ditambahkan dari buret disebut titran, sedangkan larutan yang
ditambah titran disebut titrat. Larutan yang konsentrasinya sudah diketahui
disebut larutan baku atau larutan standar. Terdapat dua macam larutan standar
yaitu larutan standar primer dan larutan standar sekunder. Larutan standar
primer adalah larutan yang konsentrasinya diperoleh dengan cara menimbang.
Larutan standar sekunder adalah larutan yang konsentrasinya diperoleh
dengan cara menitrasi dengan larutan standar primer (Kumalasari, 2019).
Titrasi asam basa merupakan cara yang tepat dan mudah untuk
menentukan jumlah senyawa-senyawa yang bersifat asam dan basa.
Kebanyakan asam dan basa organik dapat dititrasi dalam larutan berair, tetapi
sebagian larutan itu terutama senyawa organik tidak larut dalam air. Namun
demikian umumnya senyawa organik dapat larut dalam pelarut organik,
karena itu senyawa organik tersebut dapat ditentukan dengan titrasi asam basa
dalam pelarut inert. Untuk menentukan asam digunakan larutan baku asam
kuat misalnya HCl, sedangkan untuk menentukan basa digunakan larutan basa
kuat misalnya NaOH. Titik akhir titrasi biasanya ditetapkan dengan bantuan
peralatan seperti potensiometri, spektrofotometer, konduktometer
(Rivai, 1990).
Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titrat maupun
titran. Kadar larutan asam ditentukan dengan menggunakan larutan basa atau
sebaliknya. Titran ditambahkan titrat tetes demi tetes hingga mencapai

38
keadaan ekuivalen (artinya secara stoikiometri titran dan titrat tepat habis
bereaksi) yang biasanya ditandai dengan berubahnya warna indikator.
Keadaan ini disebut sebagai titik ekuivalen yaitu titik dimana konsentrasi
asam sama dengan konsentrasi basa atau titik dimana jumlah basa yang
ditambahkan sama dengan jumlah asam yang dinetralkan : [ H+ ] = [ OH- ].
Sedangkan keadaan dimana titrasi dihentikan dengan cara melihat perubahan
warna indikator disebut sebagai titik akhir titrasi. Titik akhir titrasi ini
mendekati titik ekuivalen, tetapi biasanya titik akhir titrasi melewati titik
ekuivalen (Esdi, 2011).
Berdasarkan jenis reaksi dalam proses titrasi, maka titrasi dapat
dibedakan menjadi: (1) titrasi yang melibatkan reaksi asam basa, disebut
titrasi asam basa, (2) titrasi yang melibatkan pembentukan reaksi kompleks,
disebut titrasi kompleksometri dan (3) titrasi yang melibatkan reaksi reduksi
dan oksidasi, disebut titrasi redoks (Kumalasari, 2019).
Reaksi antara asam dan basa disebut sebagai reaksi penetralan yang
menghasilkan garam dan air. Asam akan membebaskan ion H+ sedangkan
basa akan membebaskan ion OH- jika dilarutkan dalam air. Jika larutan asam
dan basa itu direaksikan, maka ion H+ dan ion OH- akan bereaksi membentuk
molekul air (Noviyanti, 2016).
Berdasarkan larutan baku yang digunakan, titrasi dibagi menjadi 2 yakni
sebagai berikut: (1) asidimetri, penentuan konsentrasi larutan basa dengan
larutan yang digunakan adalah larutan baku asam dan (2) alkalimetri,
penentuan konsentrasi larutan asam dengan menggunakan larutan baku basa
(Kumalasari, 2019).
Titrasi asam basa dapat memberikan titik akhir yang cukup tajam dan
untuk itu digunakan pengamatan dengan indikator pH pada titik ekuivalen 4-
10. Demikian juga titik akhir titrasi akan tajam pada titrasi asam atau basa
lemah, jika penitrasian adalah basa atau asam kuat dengan perbandingan
tetapan disosiasi asam lebih besar dari 104. Pada reaksi asam basa, proton
ditransfer dari satu molekul ke molekul lain. Reaksi asam basa bersifat

39
reversible. Temperatur mempengaruhi titrasi asam basa. pH dan perubahan
warna indikator tergantung secara tidak langsung pada temperatur
(Khopkar, 1990).
Setiap zat atau senyawa mempunyai sifat asam, basa, atau netral. Kita
dapat menentukan apakah zat atau senyawa tersebut asam, basa atau netral
dengan menggunakan indikator. Indikator ini dapat berupa indikator
universal. Lakmus biru dan lakmus merah yang dimuat di laboratorium, atau
juga dapat menggunakan indikator asam basa dengan bahan dari alam
(Ripani, 2009).
Ada dua cara menentukan titik ekuivalen (arti secara stoikiometri) yaitu
ketika titran dan titik tepat habis bereaksi adalah dengan (1) Menggunakan pH
meter, pH meter dapat digunakan untuk mengetahui perubahan pH selama
titrasi dilakukan. Data pH dengan volume titrasi digunakan untuk membuat
kurva titrasi. Titik ekuivalen adalah titik tengah dari kurva titrasi. (2)
Menggunakan indikator asam basa. Indikator digunakan untuk mengetahui
titik akhir titrasi (keadaan dimana titrasi dihentikan) yang ditandai dengan
adanya perubahan warna. Indikator akan berubah warna ketika titik ekuivalen
terjadi, lebih tepatnya saat titrasi dihentikan. Pada umumnya cara kedua lebih
dipilih karena kemudahan dalam pengamatan, tidak diperlukan alat tambahan,
dan sangat praktis, walaupun tidak seakurat dengan pH meter (Kumalasari,
2019).
Titrasi merupakan suatu metode untuk menentukan kadar atau
konsentrasi suatu zat dengan menggunakan zat lain yang sudah diketahui
konsentrasinya, yang selanjutnya dapat disebut sebagai larutan standar atau
larutan baku. Sebagai contoh, dengan menggunakan larutan baku basa (larutan
NaOH) kita dapat menentukan berapa konsentrasi larutan asam (larutan HCl
dan larutan H2SO4) yang dititrasi. Titrasi jenis ini dinamakan alkalimetri
(penentuan konsentrasi larutan asam dengan menggunakan larutan baku basa).

40
B. Alat dan Bahan
1. Alat
Alat yang digunakan adalah seperangkat alat titrasi yang meliputi
buret, 4 erlenmeyer, klem dan statif, pipet volume, sejumlah pipet tetes,
gelas ukur, gelas kimia, corong, dan bola hisap.
2. Bahan
Bahan yang digunakan adalah aquades, larutan HCl, larutan H2SO4,
indikator pp, larutan NaOH 1 M.
(Kumalasari, 2019).

C. Prosedur Kerja
1. Penentuan kadar HCl dengan metode alkalimetri
a. Diambil 10 mL larutan HCl, dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer,
kemudian ditambahkan indikator pp sebanyak 3 tetes
b. Dititrasikan larutan HCl dengan NaOH 1 M dengan cara digoyangkan
perlahan labu erlenmeyer selagi larutan NaOH dialirkan, dititrasikan
hingga terjadi perubahan warna.
c. Dicatat volume NaOH yang digunakan. diulangi langkah a-b sebanyak
1 kali.
2. Penentuan kadar H2SO4 dengan metode alkalimetri
a. Diambil 10 mL larutan H2SO4 dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer,
kemudian ditambahkan indikator pp sebanyak 3 tetes
b. Dititrasikan larutan H2SO4 dengan NaOH 1 M dengan cara diguncang
perlahan labu erlenmeyer selagi larutan NaOH dialirkan, dititrasi
hingga terjadi perubahan warna.
c. Dicatat volume NaOH yang digunakan, diulangi langkah a-b sebanyak
1 kali

(Kumalasari, 2019).

41
D. Hasil pengamatan
1. Penentuan kadar HCl dengan metode alkalimteri
Volume HCl Volume NaOH
Percobaan
(mL) (mL)
1 10 11,6
2 10 11,2
Rata-rata 10 11,4

2. Penentuan kadar H2SO4 dengan metode alkalimetri


Volume H2SO4 Volume NaOH
Percobaan
(mL) (mL)
1 10 20
2 10 28
Rata-rata 10 24

3. Perhitungan
Perhitungan kadar HCl dengan metode alkalimteri
HCl H+ + Cl-
NaOH Na+ + OH-
Diketahui : Va = 10 mL
αa = nilai valensi asam = 1
Vb = 11,4 mL
Mb =1M
αb = nilai valensi basa = 1
Ditanya : Ma ?

42
Dijawab : Va.Ma.αa = Vb.Mb. αb
10.Ma.1 = 11,4 mL.1 M.1
10 Ma = 11,4 mL
Ma = 11,4 mL
10 mol
= 1,14 M

4. Perhitungan kadar H2SO4 dengan metode alkalimteri


H2SO4 2H+ + SO42-
NaOH Na+ + OH

Diketahui : Va = 10 mL
αa = nilai valensi asam = 2
Vb = 24 mL
Mb =1M
αb = nilai valensi basa = 1
Ditanya : Ma ?
Dijawab : Va.Ma.αa = Vb.Mb.αb
10 mL.Ma.2 = 24 mL.1 M.1
10 Ma = 24 mL
Ma = 24 mL
10 mol
= 1,2 M

43
5. Reaksi
Reaksi larutan HCl dengan larutan NaOH
HCl + NaOH → NaCl + H2O

Reaksi larutan H2SO4 dengan larutan NaOH


H2SO4 + 2NaOH → Na2SO4 + 2H2O

E. Pembahasan
Alkalimetri adalah proses mengukur volume larutan yang terdapat dalam
buret yang ditambahkan ke dalam larutan lain yang diketahui volumenya sampai
terjadi reaksi sempurna.
Larutan gas hidrogen klorida (HCl) adalah asam kuat yang terdiri dari ikatan
kimia antara atom hidrogen dan atom klorin. Pada praktikum kali ini HCl berfungsi
sebagai titrat (larutan yang ditambah titran). Titran yang digunakan dalam buret untuk
meneteskan titrat adalah larutan NaOH.
Pada saat titrasi hal yang pertama harus dilakukan adalah menyiapkan
peralatan dan bahan yang akan digunakan seperti labu erlenmeyer, pipet tetes, gelas
ukur, gelas kimia, corong, klem, buret dan statif. Sedangkan bahan yang digunakan
adalah larutan NaOH 1 M, larutan H2SO4 2 M, larutan HCl 1 M, aquades dan
indikator pp.
Pindahkan larutan NaOH menggunakan corong ke dalam buret berukuran 25
mL. Selanjutnya masukkan larutan HCl dan H2SO4 ke dalam gelas ukur masing
masing sebanyak 10 mL. Kemudian pindahkan larutan tersebut ke dalam labu
erlenmeyer. Lalu tambahkan indikator pp sebanyak tiga tetes sesuai prosedur yang
telah ditentukan, agar pada saat pencampuran larutan dengan NaOH warna dapat
berubah dengan jelas. Titik ekuivalen adalah titik yang menunjukan saat titran yang
ditambahkan bereaksi seluruhnya dengan zat yang dititrasi. Pada saat pencampuran,
buret dibuka secara perlahan lalu saat larutan mulai berubah warna kita dapat
langsung menutup kran. Pada proses ini hal yang harus diperhatikan adalah derasnya
NaOH yang menetes pada saat titik akhir titrasi agar dapat diamati dengan jelas dan

44
tidak terlewat. Titik akhir titrasi sendiri berarti titik dimana titrasi harus dihentikan
pada saat terjadi perubahan indikator. Hal lain yang harus diperhatikan adalah ketika
titran dari buret menetes kedalam elenmeyer pada saat titasi, praktikan diharuskan
mengoyang-goyangkan erlenmeyer tersubut supaya larutan penitrasi lebih mudah
larut dengan larutan yang ditirasi (titrasi pada erlenmeyer) secara merata dan titrasi
tidak akan bercampur dengan permukaan titrasi saja (melaikan harus bercampur rata).
Arti dari pH adalah derajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan
tingkat keasaman atau kebebasan yang dimiliki oleh sesuatu larutan, jadi perbedaan
PH diantara indikator pp pada larutan NaOH 1 M, larutan H2SO4 2 M, larutan HCl 1
M adalah sebagai berikut : Rentang pH (PP = 8.3-10).
Dalam praktikum kali ini fungsi indikator pp (fenolftalein) digunakan untuk
titik akhir titrasi (keadaaan saat titrasi dihentikan) yang ditandai dengan adanya
perubahan warna. Indikator akan berubah warna ketika titik ekuivalen, lebih tepatnya
saat titrasi dihentikan.
Pada saat titrasi HCl 1 M dan H2SO4 2 M digunakan karena contoh suatu
reaksi yang baik untuk titrasi adalah antara asam kuat dan basa kuat karena
berlangsung sempurna, cepat, tunggal, ada indikator yang dengan jelas menunjukan
titik akhir titrasi.
Dari hasil yang kita dapat dari perhitungan kadar HCL dengan metode titrasi
alkalimetri dengan volume HCL 10mL dan NaOH 1M 11,4mL didapatkan molaritas
HCL sebesar 1,14M dan dari perhitungan kadar H2SO4 dengan volume 10mL dan
NaOH 1M 24mL didapatkan molaritas H2SO4 sebesar 1,2M

G. Kesimpulan
Dari percobaan keempat dapat ditarik kesimpulan adalah ;
1. Larutan asam yang hendak diketahui konsentrasinya adalah HCl dan
H2SO4, sedangkan yang berperan sebagai larutan baku basa NaOH 1 M.
2. Pada percobaan penentuan kadar HCl dengan metode alkalimetri,
didapatkan konsentrasi HCl (rata-rata) adalah 1,14 M

45
3. Adapun pada percobaan penentuan kadar H2SO4 dengan metode
alkalimetri, didapatkan konsentrasi H2SO4 (rata-rata) adalah 1,2 M.

46
DAFTAR PUSTAKA

Esdi, Pangganti, 2011. Titrasi Asam Basa . Jakarta

Khopkar, S. M., 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik . Jakarta: Universitas Indonesia

Kumalasari, Prapti Ira, 2019. Penuntun Praktikum Kimia Dasar I. Balikpapan


Laboratorium STT Migas

Noviyanti, Yuni, 2016. Buku Pintar Praktikum Kimia SMA / MA. Surakarta : Laskar
Aksara

Ripani, 2009. Pengantar Kimia Asam Basa. Jakarta: Erlangga

Rivai, H. 1990. Asas Pemeriksaan Kimia. UI Press: Jakarta

47

Anda mungkin juga menyukai