Anda di halaman 1dari 10

BAB IV

RANGKAIAN LISTRIK

Hari/ Tanggal Percobaan : Kamis / 2 Nobvember 2017.

Nama Asisten : Delima

A. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Dalam kehidupan Sehari-hari penerapan rangkaian listrik terbagi dua yaitu

seri dan parallel. Penerapan rangkaian seri seperti lampu TL (Tube Lamb),

sakelar/switch yang merupakan penerapan rangkaian seri dengan beban. Di dalam

setrika listrik ada rangkaian seri dengan bimetal (temperature kontrol) demikian

juga kulkas, rangkaian seri juga terdapat pada pohon natal. Penerapan rangkaian

seri parallel dalam kehidupan sehari-hari seperti distribusi listrik PLN ke rumah-

rumah. Stop kontak merupakan rangkaian paralel.

2. Tujuan Percobaan :

Setelah melakukan percobaan ini, mahasiswa diharapkan dapat :

a. Mengukur beda potensial dan kuat arus pada rangkaian seri.

b. Mengukur beda potensial dan kuat arus pada rangkaian paralel.

c. Membuktikan rumus hambatan pengganti untuk rangkaian seri dan

rangkaian paralel.
B. DASAR TEORI

Menurut Agus Tanggoro (2004 : 59) menyatakan bahwa beda potensial

adalah banyaknya energy untuk mengalirkan setiap muatan listrik dari satu titik ke

titik yang lain dalam kawat penghantar.

𝑒𝑛𝑒𝑟𝑔𝑖
Beda potensial =
𝑚𝑢𝑎𝑡𝑎𝑐𝑛

Apabila energy (W) dan muatan listrik (Q) beda potensial (V) dapat

𝑊
dirumuskan : V=
𝑄

Dimana : V = Beda Potensial (Volt)

W = Energi (Joule)

Q = Muatan (Coulomb)

Beda potensial antara dua titik penghantar terjadi apabila dua titik

penghantar itu dihubungan dengan sumber tegangan, misalnya baterai. Dua titik

dikatakan mempunyai beda potensial 1 volt apabila sumber tegangan itu

mengeluarkan energy sebesar satu joule unruk mendapatkan muatan listrik

sebelum satu coulomb dari satu titik ke titik yang lain. Alat yang digunakan untuk

mengatur beda potensial listrik disebut voltmeter.

Menurut Slamet Widodo (2002 : 102) menyatakan bahwa arus listrik dapat

diukur dan hanya timbul pada rangakaian terhadap yaitu rangkaian yang tidak

memiliki ujung tangkai.


Kuat arus listrik (I) banyaknya muatan listrik yang mengalir persatuan

waktu, secara sistematis dapat ditulus :

𝑄
I=
𝑡

Dimana : I = Kuat Arus Listrik (A)

Q = Jumlah Muatan Listrik (Coulomb)

t = waktu (s)

Satuan kuat arus listrik adalah :

𝑐𝑜𝑢𝑙𝑜𝑚𝑏
Satuan I = = c/s amper (A) atau
𝑠𝑎𝑡𝑢𝑎𝑛

Miliamper (mA) = 10-3 A

Mikroamper(mA) = 10-6 A

Menurut Daryanto (2003 : 98-99) menyatakan bahwa temperature tahanan

(Q) suatu bahan adalah peringatan tahapan pada peringkatan temperature t°c, jika

R0 = bahan pada 0°c R = tahanan pada °c dan Q. Koefisien temperature atau

tahanan, maka R = R0 {1+a (AQ)}.

Tahanan resistor dihubungkan secara seri yaitu :

a. Arus (I) yang melewati tiap resistor adalah sama.

b. Jumlah tegangan (beda potensial) yaitu ada pada tiap resistor merupakan

tegangan total, yaitu : V = V1+V2+V3+…..

c. Tahanan total merupakan penjumlahan tahanan dari setiap resistor yaitu :

R = R1+R2+R3+….
C. PENGUMPULAN DATA

1. Alat Dan Bahan

a. 3 buah bola lampu

b. Amperemeter

c. Ohm meter

d. Volt meter

e. Sumber tegangan

f. Papan rangkaian

2. Prosedur Percobaan

a. Diukur hambatan filamen masing-masing bola lampu senter

b. Dirangkai alat-alat seperti gambar dibawah ini (susunan Hambatan seri)

c. Dicatat nilai yang ditunjukan oleh masinh-masing voltmeter dan

amperemeter dalam tabel pengamatan dibawah ini

Sumber Teganagan V I P
Bola I
Bola II
Sumber Tegangan
d. Dirangkai alat-alat seperti gambar dibawah ini (susunan hambatan pararel)

e. Dicatat nilai yang ditunjukan oleh masing-masing voltmeter dan

amperemeter dalam tabel pengamatan dibawah ini

Sumber Teganagan V I P

Bola I
Bola II
Sumber Tegangan
3. Data Pengamatan

a. Pada Rangkaian Seri

Sumber Tegangan V I P

Bola I 1,5 V 0,3 A

Bola II 1,5 V 0,3 A

Sumber Tegangan 3V 3A

b. Pada Rangkaian Paralel

Sumber Tegangan V I P

Bola I 3V 0,3 A

Bola II 3V 0,3 A

Sumber Tegangan 3V 3A
D. PENGOLAHAN DATA

1. Pada Rangkaian Seri


𝑃1 = 𝑉1 × 𝐼1
= 0,3 Ampere × 1,5 Volt
= 0,45 Watt

𝑃2 = 𝑉2 × 𝐼2
= 0,3 Ampere × 1,5 Volt
= 0,45 Watt

2. Pada Rangkaian Pararel


𝑃1 = 𝑉1 × 𝐼1
= 3 Volt × 0,3 Ampere
= 0,9 Watt

𝑃2 = 𝑉2 × 𝐼2
= 3 Volt × 0,3 Ampere
= 0,9 Watt
E. PENUTUP

1. Kesimpulan

1) Mengukur beda potensial dan kuat arus pada rangkaian seri :

Hambatan seri dikatakan seri jika dipasan berurutan. Beda potensial

pada rangkaian seri sumber sama dengan jumlah beda potensial pada

masing-masing resistor. Kuat arus pada rangkaian seri sama besar.

2) Mengukur beda potensial dan kuat arus pada rangkaian paralel :

Hambatan dikatakan paralel jika sejajar atau disusun secara

berdampingan. Beda ptensial dengan beda potensial masing-masing

resistor sama besar dan kuat arus pada rangkaian parallel sumber sama

dengan jumlah arus yang keluar dari titik percabangan.

3) Rumus hambatan pengganti untuk rangkain seri :

Rs = R1+R2+R3+….

Rumus hambatan pengganti untuk rangkaian paralel :

1/Rp = 1/R1 + 1/R2 + 1/R3 + ….

2. Saran

Sebelumnya saya mengucapkan terima kasih kepada kakak asisten yang


telah mengajarkan kami melakukan percobaan ini. Saran saya buat
laboratorium agar laboratorium menyediakan alat-alat yang lebih bagus lagi
supaya tidak ada kendala dalam pelaksanaan pratikum dan buat kakak asisten
tingkatkan lagi cara mengajarnya menjadi lebih baik lagi, secara keseluruhan
kakak sudah bagus.
F. TUGAS DAN PERTANYAAN AKHIR

1. Apa kesimpulan yang dapat diambil dari pengukuran beda potensial dan

kuat arus pada susunan hambatan seri.

Jawab

Kesimpulan yang dapat diambil adalah kuat arus (I) pada susunan-

susunan hambatan seri sama yaitu I = I1 + I2 + I3 dan beda potensial pada

tegangan yang ada pada rangkaian seri berbeda, yaitu V = V1 + V2 + V3

2. berdasarkan data yang diperoleh buktikan rumus sussunan hambatan seri,

yaitu: 𝑅𝑛 = ∑ 𝑅𝑖.

Jawab

𝑅𝑛 = merupakan hambatan penganti atau hambatan total atau jumlah R

pada rangkain seri (Ω) 𝑅𝑛 = ∑ 𝑅𝑖 didapatkan dari:

𝑅𝑠 = 𝑅1 + 𝑅2 + 𝑅3 + 𝑅4 + . . . . . . 𝑅𝑖

𝑅𝑖 = banyaknya hambatan atau hambatan ke (Ω)


DAFTAR PUSTAKA

Agus, Taranggano. Fisika 3 SLTP. Jakarta : Bumi Aksara. 2004.

Daryanto. Fisika Teknik. Jakarta : PT. Asdi Mahasatya. 2003.

Slamet, Widodo. Bimbingan Pemantapan IPA Fisika. Bandung : CV. Urama

Widya. 2002.

Anda mungkin juga menyukai