Anda di halaman 1dari 77

LaporanAkhir

ALAT-ALAT UKUR

DISUSUN

OLEH :

KELOMPOK 5

ZULIZAH : 140204090

EVI ZELI YANTI : 140204094

MERRI HANDAYANI : 140204110

ASKURI WILDA : 140104112

NURHAYATI : 140204115

ALMADI : 140204125

LABORATORIUM PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY
DARUSSALAM, BANDA ACEH
2016

1
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, yang telah menganugerahkan karunia dan

nikmat yang tidak terhitung jumlahnya kepada manusia yang salah satunya berupa

akal dan pikiran sehingga manusia dapat melakukan berbagai aktivitas salah

satunya adalah belajar. Shalawat dan salam tidak lupa kita sanjungkan kepada

baginda Rasullullah Muhammad SAW, karena dengan jasa beliaulah kita dapat

mengetahui begitu pentingnya ilmu pengetahuan dalam kehidupan.

Penulis bersyukur dengan izin Allah, penulisan laporan akhir Alat-Alat

Ukur akhirnya dapat diselesaikan. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan

laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, baik ditinjau dari segi bahasa maupun

aspek penulisannya. Untuk itu, penulis sangat mengharapkan kritikan dan saran

yang bersifat membangun demi kesempurnaan penulisan yang akan datang.

Banda Aceh, 16 Januari 2016

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTARi

DAFTAR ISI................................................................................................ii

PERCOBAAN I : ALAT UKUR DASAR...................................................1

PERCOBAAN II :MENINGKATKAN BATAS UKUR VOLMETER DAN

AMPERMETER........................................................................................21

PERCOBAAN III :ENERGI DAN DAYA LISTRIK................................41

PERCOBAAN IV : RANGKAIAN LISTRIK..........................................58

PERCOBAAN V :TRANSFORMATOR...................................................70

3
BAB I
ALAT UKUR DASAR

Hari/Tanggal Percobaan : Selasa/14 Desember 2015

Nama Asisten : Tiara Mustika Wardani

Tujuan Percobaan :

1) Menggunakan jangka sorong / mikrometer sekrup

sebagai pengukur panjang, tebal, dan neraca o’houss

sebagai pengukur massa suatu benda.

2) Menentukan massa jenis benda homogen yang berbentuk

teratur (simetris).

3) Menentukan angka ketidakpastian hasil pengukurannya.

A. Latar Belakang
Pengukuran adalah membandingkan suatu besaran dengan satuan yang

dijadikan sebagai patokan. Dalam fisika pengukuran merupakan sesuatu yang

sangat vital. Suatu pengamatan terhadap besaran fisis harus melalui pengukuran.

Pengukuran-pengukuran yang sangat teliti diperlukan dalam fisika, agar gejala-

gejala peristiwa yang akan terjadi dapat diprediksi dengan kuat. Namun

bagaimanapun juga ketika kita mengukur suatu besaran fisis dengan

menggunakan instrumen, tidaklah mungkin akan mendapatkan nilai benar X o,

melainkan selalu terdapat ketidakpastian. Pengukuran dilakukan dengan suatu alat

ukur dan setiap alat ukur memiliki niali skala terkecil (nst). Setiap alat ukur

memiliki skala berupa panjang atau busur atau angka digital.

4
Pada skala terdapat goresan dan goresan kecil sebagai pembagi, dibubuhi

nilai tertentu. Keadaan menjadi lebih buruk lagi bila ujung atau pinggir objek

yang diukur tidak tajam. Nilai skala sesuai dengan jarak terkecil itu disebut alat

ukur tersebut.

5
B. Dasar Teori

Menurut Bagas Raharja (2013 : 21-34) menyatakan bahwa :

1.
Jangka sorong

Jangka sorong ditemukan pertama kali oleh Pierre Vernier. Alat tersebut

memiliki ketepatan sampai dengan 0,01 cm. Bagian-bagian utama dari jangka

sorong yaitu : rahang dalam, rahang luar, sekrup, skala utama, skala vernier, ekor.

Skala utama biasanya terbuat dari baja tipis sepanjang 15 cm. Sekrup S berfungsi

untuk mengencangkan skala vernier (nonius) di posisi manapun di sepanjang

skala utama. Rahang luar digunakan untuk mengukur dimensi luar sebuah benda,

seperti panjang sisi luar, diameter luar dari sebuah silinder, bola, dan sebagainya.

Rahang dalam digunakan untuk mengukur dimensi dalam sebuah benda, seperti

diameter dalam dari sebuah silinder berongga. Bagian ekor digunakan untuk

mengukur kedalaman internal dari sebuah silinder atau tabung berongga.

6
2.
Mikrometer sekrup

Mikrometer sekrup adalah alat untuk mengukur diameter kawat yang

sangat tipis atau benda-benda yang serupa. Alat tersebut memiliki tingkat akurasi

sampai dengan 0,001 cm. Bagian-bagian mikrometer sekrup yaitu, rahang tetap,

rahang bergerak, skala utama, skala putar, selubung, ratchet, bingkau U. Pada

salah satu ujung bingkau-U terdapat poros diam atau landasan A sebagai rahang

tetap. Pada ujung lainnya terdapat poros bergerak B yang terhubung ke sekrup

sebagai rahang bergerak. Sekrup dihubungkan ke sebuah silinder putar berongga

atau selubung yang berputar bersamaan ketika diputar. Selubung bergerak

melewati silinder lengan. Pemutar kecil (ratchet) di hubungkan ke sekrup dengan

sebuah pegas. Ketika ujung sekrup B bersentuhan dengan landasan A, pemutar

kecil akan terlepas dan membuat suara berderik-derik. Dengan demikian, ujung B

7
dari sekrup tidak terdorong lagi ke arah landasan A. Nilai dari nilai skala terkecil

skala utama (nst SU) dapat dihitung dengan persamaan berikut :

NST SU = Jarak pindah poros bergerak / Jumlah putaran selubung.

Menurut Marthen Kanginan (1996 :2 ) menyatakan bahawa jangka sorong

umum digunakan untuk mengukur diameter dalam benda. Jangka sorong dapat

mengukur diametr luar sbuah benda. Jangka sorong terdiri atas dua bagian, rahang

tetap dan rahang geser, jangka sorong juga terdiri atas dua sekalar yaitu sekala

utama dan nonius. Jadi, skala terkecil jangka sorong adalah 0,1 mm atau 0,01 cm.

Mikrometer skrup merupakan alat yang digunakan untuk kengukur

panjang bole yang memiliki ukuran maksimum 2,5 cm dan mempunyai angka

ketelitian 0,1 mm.

8
Neraca ouhos memiliki lebih dari dua lengan, pada masing-masing lengan

terdapat skala dan anak timbangan. Benda yang akan diukur masanya diletakkan

pada piringan neraca, kemudian anak timbangan pada setiap lengan digerakkan

sehingga seimbang hasilnya dapat diketahui dengan menjumlahkan bilangan pada

setiap lengan neraca.

Menurut Dr. Muhammad Hikam (2005 : 15) menyatakan bahwa alat ukur

panjang terdiri dari :

1.
Penggaris / mistar

Mistar adalah alat yang digunakan untuk mengukur panjang dengan

ketelitian sampai 0,1 cm atau 1 mm. pada pembacaan skala, kedudukan

mata pengamat harus tegak lurus dengan skala mistar yang dibaca.
2.
Jangka Sorong

9
Jangka Sorong dapat digunakan untuk menentukan dimenzi dalam,

luar, dan kedalaman dari benda uji. Skala dari jangka sorong

meningkatkan akurasi akuran hingga 1/20 mm, jangka sorong

memiliki ketelitian 0,01 cm atau 0,1 mm.


3.
Mikrometer skrup

Mikrometer Skrup merupakan alat ukur panjang dengan tingkat

ketelitian kecil yaitu 0,01 mm. skala terkecil pada mikrometer skrup

terdapat pada rahang geser sedangkan skala utama terdapat pada

rahang tetap.

10
C. Alat dan Bahan
1. Jangka sorong
2. Mikrometer skrup
3. Neraca O’houss
4. Kubus Alumanium
5. Kelereng

D. Prosedur Percobaan
1. Diukur massa kubus dan silinder alumanium dan kelereng dengan

menggunakan neraca o’houss.


2. Digunakan jangka sorong untuk mengukur panjang sisi-sisi kubus

sebanyak 5 kali perulangan pada posisi yang berbeda-beda.


3. Diukur diameter kelereng dengan menggunakan mikrometer sekrup

sebanyak 5 kali perulangan.


4. Dicatat dalam tabel pengamatan.

11
E. Data Pengamatan

a. Table pengamatan kubus Alumunium (JangkaSorong).


Massa kubusAlumunium = 22,5 gram.

S=d=Su + m
ρ= (gr /
Su (Sn) V=S³ v
No
(cm) (mm) (Sn.Kt) (cm³)
(cm) cm³)
1 3 cm 9 mm

2 3 cm 8 mm

3 3 cm 9 mm

4 3 cm 7 mm

5 3 cm 7,5 mm

b. Tabel Pengamatan Kelereng (MikrometerSekrup).


Massa kelereng = 5,1 gram.

V=
Su Sn 1 m
No D r= . ρ=
2 v
(mm) (mm) 4
π .r³
3
1 15 mm 31 mm
2 15 mm 34 mm
3 15 mm 33 mm
4 15 mm 18 mm
5 15 mm 30 mm

12
F. Pengolahan Data
1. Pada kubus Alumunium (JangkaSorong).
S₁ = Su + (Sn .Kt)
= 1,9 cm + (9 mm . 0,1 mm)
= 1,9 cm + (0,9 mm)
= 1,9 cm + (0,09 cm)
= 1,99 cm

S₂ = Su + (Sn .Kt)
= 1,9 cm + ( 1 mm . 0,1 mm)
= 1,9 cm + (0,1 mm)
= 1,9 cm + (0,01 cm)
= 1,91 cm

S₃ = Su + (Sn .Kt)
= 1,9 cm + ( 8,5 mm . 0,1 mm)
= 1,9 cm + (0,85 mm)
= 1,9 cm + (0,085 cm)
= 1,98 cm

S₄ = Su + (Sn .Kt)
= 1,9 cm + (0,5 mm . 0,1 mm)
= 1,9 cm + (0,05 mm)
= 1,9 cm + (0,005 cm)
= 1,90 cm

S₅ = Su + (Sn .Kt)
= 1,9 cm + ( 9 mm . 0,1 mm)
= 1,9 cm + (0,9 mm)
= 1,9 cm + (0,09 cm)
= 1,99 cm

 Mencari volum (V)

V₁ = S³
= (1,99 cm)³
= 7,88 cm³
V₂ = S³
= (1,91 cm)³
= 6,96 cm³
V₃ = S³

13
= (1,98 cm)³
= 7,76 cm³
V₄ = S³
= (1,90 cm)³
= 7,88 cm³
V₅ = S³
= (1,99 cm)³
= 7,88 cm³

 Mencari massa jenis (ρ)


M
ρ₁ =
V
65,6 gr
=
7,88 cm ³
gr
= 8,32
cm³

M
ρ₂ =
V
65,6 gr
=
6,96 cm³
gr
= 9,42
cm³

M
ρ₃ =
V
65,6 gr
=
6,96 cm³
gr
= 9,42
cm³

M
ρ₄ =
V
65,6 gr
=
6,85 cm ³
gr
= 9,57 3
cm

14
M
ρ₅ =
V
65,6 gr
=
7,88 cm ³
gr
= 8,32
cm³

No ρ ρ²
1 gr gr
8,32 69,22
cm³ cm³
2 gr gr
9,42 88,73
cm³ cm³
3 gr gr
8,45 71,40
cm³ cm³
4 gr gr
9,57 91,58
cm³ cm³
5 gr gr
8,32 69,22
cm³ cm³
gr gr
∑ρ = 44,08 ∑ρ² = 390,75
cm³ cm³

∑ρ
ρρ̅ =
n
gr
44,08
= cm ³
5
gr
= 8,81
cm³

2 2
n ( ∑ ρ )−(∑ ρ)
Sd (ρ) = n ( n−1 )
¿
√¿


gr gr
= (
5 390,75
cm 3 )
−(44,05
c m3

5(5−1)


gr gr
= (
5 390,75
cm 3 )– (1943,04
c m3
)

5( 4)

15
=
√ 1950,75−1943,04
20

=
√ 7,71
20
= √ 0,38
= 0,61

Sd (ρ)
KR = x 100%
ρρ
0,61
= x 100%
8,81
= 0,06 x 100%
=6%

KT = 100% - KR
= 100% - 6 %
= 94 %
2. pada kelereng (Mikrometer Sekrup)

D₁ = Su + (Sn . KT)
= 15 mm + (34 mm . 0,01mm)
=16mm + (0,334 mm)
= 15,34 mm
= 1,534 cm
D₂ = Su + (Sn . KT)
= 15 mm + (6 mm . 0,01mm)
=15 mm + (0,06mm)
= 15,06 mm
= 1,506 cm

D₃ = Su + (Sn . KT)

16
= 15 mm + (3 mm . 0,01mm)
=15 mm + (0,03mm)
= 15,03mm
= 1,503 cm

D₄ = Su + (Sn . KT)
= 15 mm + (40 mm . 0,01mm)
=15 mm + (0,4 mm)
= 15,4mm
= 1,54cm

D₅ = Su + (Sn . KT)
= 15 mm + (43 mm . 0,01mm)
=15 mm + (0,43 mm)
= 15,43 mm
= 1,543 cm

 Mencari jari-jari (r)

1
r₁= .D
2
1
= . 1,53 cm
2
= 0,76 cm

1
r₂= .D
2
1
= . 1,50 cm
2
= 0,75 cm

1
r₃= .D
2

17
1
= . 1,50 cm
2
= 0,75 cm

1
r₄= .D
2
1
= . 1,54cm
2
= 0,77 cm

1
r₅= .D
2
1
= . 1,547 cm
2
= 0,77 cm

 Mencari volum( V )
4
V₁= . π . r³
3
4
= . 3,14 . (0,76 cm)³
3
4
= . 3,14 . (0,43cm³)
3
5,4 cm ³
=
3
= 1,8 cm³

4
V₂= . π . r³
3

18
4
= . 3,14 . (0,75 cm)³
3
4
= . 3,14 . (0,42 cm³)
3
5,24 cm ³
=
3
= 1,74 cm³

4
V₃= . π . r³
3
4
= . 3,14 . (0,75 cm)³
3
4
= . 3,14 . (0,42 cm³)
3
5,27 cm³
=
3
= 1,74 cm³

4
V₄= . π . r³
3
4
= . 3,14 . (0,77 cm)³
3
4
= . 3,14 . (0,45 cm³)
3
5,65 cm ³
=
3
= 1,88 cm³

4
V₅= . π . r³
3
4
= . 3,14 . (0,77 cm)³
3
4
= . 3,14 . (0,45 cm³)
3

19
5,65 cm ³
=
3
= 1,88 cm³

 Mencari massa jenis (ρ)


m
ρ₁ =
v
5,2 gr
=
1,8 cm ³
gr
= 2,89
cm³

m
ρ₂ =
v
5,2 gr
=
1,74 cm ³
gr
= 2,98
cm³

m
ρ₃ =
v
5,2 gr
=
1,74 cm ³
gr
= 2,98
cm³

m
ρ₄ =
v
5,2 gr
=
1,88 cm ³
gr
= 2,76
c m3

m
ρ₅ =
v
5,2 gr
=
1,88 cm ³
gr
= 2,76
cm³

20
No Ρ ρ²
1 gr gr
2,89 8,35
cm³ cm³
2 gr gr
2,98 8,88
cm³ cm³
3 gr gr
2,98 8,88
cm³ cm³
4 gr gr
2,76 7,61
cm³ cm³
5 gr gr
2,76 7,61
cm³ cm³
gr gr
∑ρ = 14,37 ∑ρ = 14,33
cm³ cm³

∑ρ
ρρ̅ =
n
gr
14,37
= cm ³
5
gr
= 2,87
cm³


2 2
n ( ∑ ρ ) −( ∑ ρ)
Sd (ρ) =
n(n−1)


gr gr
= (
5 41,33
cm 3 )
−(14,37
c m3

5(5−1)

21
cm ³
gr
41,33 ¿
¿
cm ³
= gr
206,49
¿
¿
5¿
¿
√¿

=
√ 206,65−206,49
20

=
√ 0,16
20
= √ 0,008
= 0,08

Sd ( ρ)
KR = x 100%
ρ
0,08
= gr x 100%
2,87
cm ³
= 0,02 x 100%
=2%

KT = 100% - KR
= 100% - 2%
= 98%

22
G. Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan
 Untuk mengukur panjang dan ketebalan suatu benda dapat kita gunakan

jangka sorong atau micrometer sekrup. Sedangkan massa suatu benda

dapat kita gunakan neraca o’ houss.


 Massa jenis satuan benda yaitu massa benda persatuan volum

m
Ρ=
v

kg
Dimana = ρ = massa jenis ( )

m = massa benda (kg)
v = volum (m³)
 Pengukuran yang dilakukan harus disertai dengan kecermatan agar

tidak terjadi kesalahan dalam menentukan ukuran suatu benda.

2. Saran

23
Sebelumnya kami mengucapkan terima kasih buat kakak asisten yang

telah mengajarkan kami melakukan percobaan ini dan memperkenalkan alat-

alatnya, dan mengajari kami cara menggunakannya. Saran kami kepada kakak

pada saat menjelaskan jangan terlalu cepat.

24
H. Tugas dan Pertanyaan Akhir
1. Tentukan massa jenis kubus dan kelereng lengkap dengan angka

ketidakpastian masing-masing.
2. Tentukan kesalahan relative antara massa jenis kubus Alumunium dan

kelereng.
3. Simpulkan dari percobaan yang telah anda praktekkan.

Jawab:
1. A. Massa jenis benda (kubus) serta angka ketidakpastiannya.
gr
- ρ₁ = 8,32
cm³
8,3 ± 0,1 (angka ketidakpastian)

gr
- ρ₂ = 8,32
cm³

9,4 ± 0,1 (angka ketidakpastian)

gr
- ρ₃ = 8,45
cm³
8,4 ± 0,1 (angka ketidakpastian)

gr
- ρ₄ = 9,57
cm³
9,5 ± 0,1 (angka ketidakpastian)

gr
- ρ₅ = 8,32
cm³
8,3 ± 0,1 (angka ketidakpastian)

B. Massa jenis benda (kelereng) serta angka ketidakpastiannya


gr
- ρ₁ = 2,89
cm³
2,89 ± 0,1 (angka ketidakpastian)

gr
- ρ₂ = 2,98
cm³
2,98 ± 0,1 (angka ketidakpastian)

25
gr
- ρ₃ = 2,98
cm³
2,98 ± 0,1 (angka ketidakpastian)

gr
- ρ₄ = 2,76
cm³
2,76 ± 0,1 (angka ketidakpastian)

gr
- ρ₅ = 2,76
cm³
2,76 ± 0,1 (angka ketidakpastian)

2. Kesalahan Relatif (Kubus Alumunium)


Sd (ρ)
- KR = x 100%
ρ
gr
0,61
cm ³
= x 100%
gr
8,81
cm ³
= 0,06 x 100%
=6%

Kesalahan Relatif (kelereng)


Sd (ρ)
- KR = x 100%
ρ

0,08
= gr x 100%
2,87
cm ³
= 0,02 x 100%
= 2%

3. Kesimpulandaripercobaan kami yaitu :alat ukur dasar membutuhkan

konsentrasi yang penuh pada ketelitian untuk dapat menentukan massa

26
jenis suatu benda. Kita harus mengetahui massa benda dan volume itu

dengan cara mengukur panjang dan berat benda itu dengan menggunakan

alat-alat uku ryaitu: jangka sorong, micrometer seskrup, dan neraca

o’houss yang memiliki angka ketelitian yang berbeda-beda.

27
DAFTAR PUSTAKA

Sunardi Etsa Indra Irawan. Fisika Bilingual. Bandung : Yrana Widya. 2006.

Yusrizal. Fisika Dasar-1. Banda Aceh. 2013.

Supriyanto, Sumarno. Fisika ., Semarang : Aneka Ilmu. 2007.

28
BAB II

MENINGKATKAN BATAS UKUR VOLTMETER DAN AMPEREMETER

Hari/Tanggal Percobaan : Selasa/ 22 Desember 2015

Nama Asisten : Zilla Phonna

Tujuan Percobaan : Setelah melakukan percobaan ini mahasiswa di

harapkan mampu meningkatkan batas ukur listrik

pada voltmeter dan ampermeter.

A. Latar Belakang

Dalam sebuah rangkai listrik biasanya terdapat arus listrik tegangan dan

hambatan. Pada dasarnya sebuah rangkain listrik terjadi ketika sebuah penghantar

mampu dialiri electron bebas secara terus menerus, aliran ini lah yang disebut

dengan arus. Sedangkan tegangan adalah beda potensial yang ada diantara titik

rangkaian listrik tersebut. Untuk mengukur kuat arus listrik dan tegangan kita

membutuhkan alat-alat listrik. Alat ukur mempunyai batas kemampuan

pengukuran, begitu juga alat pengukur arus (ampermeter) dan alat pengukur

tegangan (voltmeter).

29
B. Dasar Teori

30
C. Alat Dan Bahan
1. Voltmeter DC 1 buah
2. Amperemeter DC 1 buah
3. Hambatan Variable ( reostard )
4. Power Suplay
5. Kabel Penghubung

D. Prosedur Percobaan
a. Mengubah Batas Ukur Ampermeter
1. Disusun rangkaian seperti gambar di bawah ini dan setelah itu

dihudupkan power supplay kemudian diatur pembagi tegangan

dan hambatan variable Rh agar Ai dan Az menunjukkan arus

pencampaian pada skala maksimum.


2. Diamati power supply dan dipasang hambatan paraler atau

hambatan shut ( dipilih hambatan yang telah) seperti yang telah

ditunjukkan pada gambar.


3. Dihiduppkan kembali power supplay, kemudian diatur Rh

sehingga ampermeter Az menyimpang pada skala Az penuh.

Dibaca arus yang ditunjukkan pada Az dan Ai.


4. Diulangi percobaan pada tegangan 3 V, 6 V, 9 V, dan 12 V.

b.

E. Data pengamatan

1. Pada Ampermeter

Batas Kuat V Batas Kuat V


Vs R= R=
Ukur Arus I Ukur Arus I
0,18 A 16,67 Ω 0,3 A 10 Ω
3 Volt 0,6 A 0,6 A 50 Ω 3A 0,4 A 7,5 Ω
0,12 A 25 Ω 0,2 A 15 Ω
0,14 A 42,85 Ω 0,2 A 30 Ω
6 volt 0,6 A 0,06 A 100 Ω 3A 0,3 A 20 Ω
0,08A 75Ω 0,7 A 8,57 Ω

31
0,24 A 37,5Ω 0,5 A 18 Ω
9 volt 0,6 A 0,28 A 32,14 Ω 3A 0,8 A 11,25 Ω
0,38A 23,68 Ω 0,9 A 10 Ω
0,34A 35,29Ω 0,3 A 40 Ω
12 volt 0,6 A 0,5 A 24Ω 3A 2A 6 Ω
0,42 A 28,57Ω 1A 12 Ω

2. Pada Voltmeter

Batas Batas
Vs Tegangan V1 Tegangan V1
Ukur Ukur
3 Volt 10 Volt 3 Volt 50 Volt 3 Volt
6 Volt 10 Volt 6 Volt 50Volt 5 volt
9 Volt 10 Volt 9,2 Volt 50Volt 8 volt
12 Volt 10 Volt - 50Volt 11 volt

F. PENGOLAHAN DATA
a. UntukmengubahbatasukurAmperemeter
 BU = 0,6 A
 Vs = 3 V

PJ
I1 = x BU
st
9 x 0,02
= x 0,6
0,6

32
= 0,18 A
PJ
I2 = x BU
st
6 x 0,02
= x 0,6
0,6
= 0,06 A
PJ
I3 = x BU
st
6 x 0,02
= x 0,6
0,6
= 0,12 A

 Vs = 6 V

PJ
I1 = x BU
st
7 x 0,02
= x 0,6
0,6
= 0,14 A
PJ
I2 = x BU
st
3 x 0,02
= x 0,6
0,6
= 0,06 A
PJ
I3 = x BU
st
4 x 0,02
= x 0,6
0,6
= 0,08 A

 Vs = 9 V

PJ
I1 = x BU
st
12 x 0,02
= x 0,6
0,6

33
= 0,24 A
PJ
I2 = x BU
st
14 x 0,02
= x 0,6
0,6
= 0,28 A
PJ
I3 = x BU
st
19 x 0,02
= x 0,6
0,6
= 0,38 A

 Vs = 12 V

PJ
I1 = x BU
st
17 x 0,02
= x 0,6
0,6
= 0,34 A

PJ
I2 = x BU
st
25 x 0,02
= x 0,6
0,6
= 0,5 A
PJ
I3 = x BU
st
21 x 0,02
= x 0,6
0,6
= 0,42A
MencarinilaihambatanpadaAmperemeter
 BU = 0,6 A
 Vs = 3 V

V
R1 =
I

34
3v
=
0,18 A
= 16,67 Ω

V
R2 =
I
3v
=
0,06 A
= 50 Ω
V
R3 =
I
3v
=
0,12 A
= 25 Ω

 Vs = 6 V

V
R1 =
I
6v
=
0,14 A
= 42,85 Ω
V
R2 =
I
6v
=
0,06 A
= 100 Ω

V
R3 =
I
6v
=
0,08 A
= 75 Ω
 Vs = 9 V

35
V
R1 =
I
9v
=
0,24 A
= 37,5 Ω
V
R2 =
I
9v
=
0,28 A
= 32,14 Ω

V
R3 =
I
9v
=
0,38 A
= 18 Ω

 Vs = 12 V

V
R1 =
I
12 v
=
0,34 A
= 35,29 Ω
V
R2 =
I
12 v
=
0,25 A
= 24 Ω
V
R3 =
I
12 v
=
0, 42 A
= 28,53 Ω

36
 BU = 3 A
 Vs = 3 V

PJ
I1 = x BU
st
3 x 0,1
= x3
3
= 0,3 A
PJ
I2 = x BU
st
4 x 0,1
= x3
3
= 0,4 A
PJ
I3 = x BU
st
2 x 0,1
= x3
3
= 0,2A

 Vs = 6 V

PJ
I1 = x BU
st
2 x 0,1
= x3
3
= 0,2 A
PJ
I2 = x BU
st

37
3 x 0,1
= x3
3
= 0,3 A

PJ
I3 = x BU
st
7 x 0,1
= x3
3
= 0,7A

 Vs = 9 V

PJ
I1 = x BU
st
5 x 0,1
= x3
3
= 0,5 A
PJ
I2 = x BU
st
8 x 0,1
= x3
3
= 0,8A
PJ
I3 = x BU
st
9 x 0,1
= x3
3
= 10 A

 Vs = 12 V

PJ
I1 = x BU
st
3 x 0,1
= x3
3
= 0,3 A

38
PJ
I2 = x BU
st
20 x 0,1
= x3
3
= 2A
PJ
I3 = x BU
st
10 x 0,1
= x3
3
= 1A
MencarinilaihambatanpadaAmperemeter
 BU = 3 A
 Vs = 3 V

V
R1 =
I
3v
=
0,3 A
= 10 Ω
V
R2 =
I
3v
=
0, 4 A
= 7,5 Ω
V
R3 =
I
3v
=
0,2 A
= 15 Ω

 Vs = 6 V

39
V
R1 =
I
6v
=
0,2 A
= 30 Ω
V
R2 =
I
6v
=
0,3 A
= 20 Ω
V
R3 =
I
6v
=
0,7 A
=8,57 Ω

 Vs = 9 V

V
R1 =
I
9v
=
0,5 A
= 18 Ω
V
R2 =
I
9v
=
0,8 A
= 11,25 Ω

V
R3 =
I
9v
=
0,9 A
= 10 Ω

40
 Vs = 12 V

V
R1 =
I
12 v
=
0,3 A
= 40 Ω
V
R2 =
I
12 v
=
2A
=6Ω
V
R3 =
I
12 v
=
1A
= 12 Ω

b. Untukmengubahbatasukur voltmeter yang


 BU = 10 A
 Vs = 3 V

PJ
V1 = x BU
st
15 x 0,2
= x 10
10
=3V
 Vs = 6V

PJ
V2 = x BU
st
29 x 0,2
= x 10
10
= 5,8 V
 Vs = 9V

41
PJ
V3 = x BU
st
46 x 0,2
= x 10
10
= 9,2 V
 Vs = 12V

PJ
V4 = x BU
st
=tidakterbaca

Pengukuran voltmeter yang memilikibatasukur


 BU = 50 A
 Vs = 3 V

PJ
V1 = x BU
st
3x1
= x 50
50
=3V

 Vs = 6V

PJ
V2 = x BU
st
6x1
= x 50
50
=6V
 Vs = 9V

PJ
V3 = x BU
st
8x 1
= x 50
50

42
=8V

 Vs = 12V

PJ
V4 = x BU
st
11 x 1
= x 50
50
= 11 V

G. PENUTUP
1. Kesimpulan

Dari percobaan yang


telahdilakukandapatdisimpulkanbahwaamperemeterharusdipasangseri
dimanaapabiladipasangparalelmakaarusnyatidakbisadibacaataujarumn
yatidakbergeraksamasekali.
2. Saran
Buatkakakterutamasekaliterimakasihkarenatelahmengajari kami
tentangpercobaanini kami
sangatmengertiataspenjelasankakak,tapitolongketika kami
melakukanpercobaantolongkakakperhatikan agar kami
lebihsemangat,dankamipuntidaksalahdalammelakukanpercobaanini.

H. Tugas dan Pertanyaan Akhir

43
1. Tentukanperbandinganbatasukuramperemetersetelahdipasanghambatan
shunt denganbatasukuramperemetersebelumdipasang shunt dantentukan
pula hambatandalamamperemeter.
Jawab :Amperemetersetelahdipasanghambatan shunt(paralel)
tidakbisaterbacakarnaarus yang
terdapatterlalukecil,bahkantidakadajarumpenunjuknyatidakbergerak.Tetapi
juikaamperemetersebelumdipasanghambatan shunt
dirangkaiserimakajarumpenunjukakanbergerakdanhasilpengukurannyadap
atdibaca.

2. Tentukanperbandinganantarabatasukur voltmeter V1 yang


telahdipasnaghambatandepan,kemudiantentukan pula hambatandalam
voltmeter (Rv).
Jawab :Perbandinganantarabatasukur voltmeter yang
telahdipasanghambatandalambahwadalammenentukanbatasukurpada
voltmeter bisadisusunrangkaianserimaupunparalel.

3. Buatlahkesimpualanterhadappercobaanini.
Jawab : Dari percobaan yang
telahdilkukandapatdisimpulkanbahwaapabilaampermeter di
rangkaisecaraparalelmakahasilnyatidakdapatdi baca,
makaamperemeterharusselaludipasangseri agar bisaterbaca.
Sedangkan voltmeter semakinbesartegangandari power
suplaydaripadategangan yang beradapada multi
makategangannyatidakdapatdibacasamasekali.

44
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Zailani,dkk. 1700 bank soalbimbinganpemantapanFisika. Bandung


:yramawidya, 2006
Bob foster. Fisika.Bandung :Erlangga, 2003
Harjono.Fisika.Jakarta :Erlangga, 2003
Yusrizal.FisikaDasar II. Banda Aceh :Syah Kuala Universitas Press, 2012

45
BAB III
ENERGI DAN DAYA LISTRIK

Hari/ TanggalPercobaan : Senin/22 Desember 2014.


NamaAsisten : EkiYuliyanti.
Tujuan Percobaan :
Setelah menyelesaikan percobaan ini,
mahasiswa diharapkan mampu : untuk
mengetahui ketergantungan daya (P) terhadap
arus (I) pada voltmeter tertentu.

A. LatarBelakang
Padaumumnyasistemtenagalistrikterdiridaritigaelemenyait
upusatpembangkit,
transmisidanpusatbeban.Dayapadalistrikbolakbalik (AC)
memilikiduabuahkomponenyaitudayaaktif (P) dandayareaktif (Q)
resultanantarakeduannyadisebutsebagaidayanyata (S) yang
merupakandaya yang dirasakanoleh PLN sebagaipemasukdaya.
Dayareaktif (Q)
dapatterjadikarenainduktansiataukapasitasi.Dayaaktif (P)
adalahdaya yang sebenarnyadibutuhkanolehbeban power
ataudayaadalahberapabesargaya yang
dapatdilakukandalamsetiapwaktu. Dayasecaramekanik yang
bisadigunakan di
amerikaadalahmengunakanhosepower.Dayalistrikbiasanyadiberis
atuan watt, danbisadihitungdenganpersamaan P = I. V
Pemakaianenergilistrikinisangatluas,
bahkanmanusiasangatsulitmelepaskandiridarikebutuhanmanusia
yang
tidakmembutuhkanlistrik.Karenamanusiasetiaphariselaluberfikirb
agaimanamenciptakandanmenggunakanenergilistrik.

46
Energilistrikmerupakansuatubentukenergi yang
berasaldarisumberarus, energilistrikdapatdiubahmenjadibentk
lain sepertimenjadipanas, contohnyasetrikadan solder.
Jikaaruslistrikmengalirpadasuatupenghantar yang
berhambatan R
makasumberarusmengeluarkanenergipadapenghntar yang
bergantungpadabedapotensial (U), kuatarus yang mengalir (I),
danwaktu tau lamanyaarusmengalir (t).

1. TujuanPercobaan
a. Untukmengetahuiketergantungandaya (P) terhadaparus
(I) padavoltasetertentu.

B. DASAR TEORI
MenurutHendri Hartono,
(2012:176).MenyatakanbahwaEnergiListrikadalahbesarnyaenergil
istrik (W) yang mengalirpadasebuahpenghantar. Energilistrik (W)
dapatdirumuskan W= q.Vkarenaq= I.t→ W= v.i t
Dayalistrikadalahbesarnyaenergilistrik yang
diperolehuntukmengalirkanaruslistrikdalampenghantartiapsekon.

W
Dirumuskan : P = .
t
Keterangan : P = dayalistrik (Watt)
W = energilistrik (Joule)
t= waktu (s)
v= bedapotensial (Volt)
I= kuatarus (A)
MenurutEfrizon Umar,
(2008:34).Menyatakanbahwadayamerupakanbesaran yang

47
menujukanusaha yang
dilakukanpersatuanwaktuataukelajuandalammelakukanusahaP =

W
. Dalamkehidupansehari-haridikenal pula
t
satuandayadengansebutandayakuda (horse power) yang
disingkatdenganhpatau dk.
Satuaninibanyakdigunakanuntukmenyatakandayamesinkenderaa
n, dayapompa air, ataudayakompresospadalemaries,
dansistempendinginruangan (1 hpsetaradengan 746 w).
Dayajugadapatdihubungkandengankecepatangeraksuatubenda
P= F.V
Energilistrikadalahenergi yang
berkaitandenganarusdanakumulasielektron.impanEnergilistrikdal
amjenisenergitransisionalnyamerupakanaliranelektronmelaluiseb
uahkonduktor,
sedangkanmenurutjenisenergitersimpanmerupakanenergimedan
elektronikatausebagaimedaninduksi.
MenurutBambangMurdakaEkaJatidan Tri
KuntoroPriyambodo
(2008:87).Menyatakanbahwaselainbesaranusaha (kerja), dikena
pula besarnlajuperubahanusaha.
IkanBesaraninimemberikangambaranbesarnyalajusistemdalamm
elakukanusahaataumengonsumsitenagabesaranitudisebutdaya
(power = dayakerja). Biasanyaberlambang P yang dalam MKS,
bersatuan watt (disingkat W), joule /sekon, dalamcgsbersatuan
erg/s. Selaindalamsatuan MKS
dancgsbisapuladigunakansuatudayakuda( hp= horse power) atau
PK, terdapatkesetaran 1 Hp = 746 watt. Daya (P)
kerjadirumuskansebagaiperubahanusaha (dw)
persatuanselangwaktu (dt):

48
dw
P=
dt
Mengingatpelakuusaha (gaya) F yang
menyebabkanpergeserandtmaka dw=F−dt . Hal itu
menyebabkan penampilan :
dr
p=F . = F. V
dt

C.ALAT DAN BAHAN


1. AlatdanBahan
a. Voltmeter 2 buah
b. Amperemeter 2 buah
c. Reostart 1 buah
d. Powersuplay 1 buah
e. Peganganlampu E-10 3 buah
f. Lampu 3,8 volt, 0,3 A 3 buah
g. Kabelpenghubungsecukupnya.

B. PROSEDUR PERCOBAAN
a. percobaan 1
1. Dihubungkanlampusecaraparalel
2. DirangepengukuranVoltase 3 VDC.
3. derangepengukuranArus 3 VDC
4. Ditelitiketergantungandaya (p) terhadaparus (I).
5. Dicatatkedalamtabelpengamatan.

49
b. Percobaan 2
1. Dirangkain bola lampusecarapararel.
2. DirangepengukuranVoltase 3 ADC.
3. Dirangepengukuran 0.3 ADC.
4. Dihubungsteker d dengan A, B dengan C dan C
berturut-turutdengankenaikanArus1 sebesar 0.1 A.
5. DiukurjaraklintasVoltase V, padamasing-
masinglampuPijar.
6. Ditelitiketergantungandaya (P) terhadapArus (I).

50
E. DATA PENGAMATAN

a. Tabel 1: MengukurArusPada Bola Lampu

NO Vs Itotal Vtotal I1 I2 I3 P1 P2 P3
1 3V 0,5 A 2 V 0,22A 0,24A 0,21A 0,44 Watt 0,48 Watt 0,42 Watt
2 4V 0,61A 3,5V 0,26A 0,28A 0,28A 0,91 Watt 0,98 Watt 0,98 Watt
3 5V 0,69A 4,3V 0,3 A 0,28A 0,32A 1,29 Watt 1,204Watt 1,376Watt

b. Tabel 2: MengukurTeganganPada Bola Lampu

N Vs Itotal Vtotal V1 V2 V3 P1 P2 P3
O
1 3V 0,5 A 2 V 2 V 2 V 2 V 1 Watt 1 Watt 1 Watt
2 4V 0,61A 3,5V 3,5 V 3,5 V 3,5 V 2,135Watt 2,135Watt 2,135Watt
3 5V 0,72A 5 V 5 V 5 V 5 V 3,6 Watt 3,6 Watt 3,6 Watt

F. PENGOLAHAN DATA
1. Mencarinilai P1. P2.P3 untuk table 1mengukur Arus.
-. Padasumbertegangan 3V
P1 = Vt.I1
= 2V .0.22A
= 0.44 watt

51
P2 = Vt. I2
= 2V .0.24A
= 0.48 watt

P2 = Vt. I3
= 2V . 0.21A
= 0.42 watt

-. Padasumbertegangan 4V
P1 = Vt. I1
= 3.5V . 0.24A
= 0.91 watt

P2 = Vt. I2
= 3.5V . 0.28A
= 0.98 watt

P2 = Vt. I3
= 3.5V . 0.28A
= 0.98 watt

-. Padasumbertegangan 5V

P1 = Vt. I1
= 4.3V . 0.3A
= 1.29 watt

P2 = Vt. I2
= 4.3 V . 0.28A
= 1.204 watt

P2 = Vt. I3
= 4.3V . 0.32A
= 1.376 watt.

2. Mencarinilai P1. P2.P3 untuk table 2 mengukurTegangan.


-. Padas umber tegangan 3 V
P1 = It . V1
= 0.5A .2V
= 1 watt

P2 = It . V2
= 0.5A . 2V

52
= 1 watt

P3 = It . V3
= 0.5A . 2V
= 1 watt
-. Padas umber tegangan 4 V

P1 = It . V1
= 0.61A . 3.5V
= 2.135 watt.

P2 = It . V2
= 0.61A . 3.5V
= 2.135 watt.

P3 = It . V3
= 0.61A . 3.5V
= 2.135 watt.

-. Padas umber tegangan 5 V


P1 = It . V1
= 0.72A . 5V
= 3.6 watt.
P2 = It . V2
= 0.72A . 5V
= 3.6 watt.

P3 = It . V3
= 0.72A . 5V
= 3.6 watt.

53
G. PENUTUP
1. Kesimpulan
Daya listrik merupakan bagian dari besarnya beda
potensial, kuat arus hambatan dan waktu satuan daya adalah
watt. Daya listrik adalah usaha dibagi waktu dan ketergantungan
daya terhadap arus dapat disimpulkan bahwa pada sumber 3 V,
nilai arus dayanya memiliki hasil yang sama karena semakin
besar tegangannya maka hasil dayanya semakin besar, begitu
juga pada tegangan jika nilai dayanya semakin besar maka untuk
hambatan atau tegangannya untuk nilai V1 V2 dan V3 mempunyai
nilai yang sama dan dapat disimpulkan lagi bahwasannya
Amperemeter selalu dipasang secara seri terhadap rangkaian
dan Voltmeter dipasang secara paralel terhadap rangkaian dan
apabila penghambat arus dikecilkan maka arus yang masuk pada
amperemeter makin besar begitu juga sebaliknya.

2. Saran
Untukkakak yang menjadiasistenpraktikum,
terimakasihkarenatelahmengajarkanpercobaankepada
kami.Mohon agar kakakmemperbanyaksenyum,
karenasenyumituadalahibadah.

54
H. TUGAS DAN PERTANYAAN AKHIR
1. Berikanpenjelasansingkattentangkeduapercobaantersebut.
Jawab
Setelah melakukan kedua percobaan maka dapat
dijelaskan bahwa apabila power suplay atau sumber tegangan
semakin dinaikkan maka arus total yang masuk pada ampere
meter lebih besar dari pada arus yang masuk pada voltmeter
dikarnakan pada rangkain voltmeter dipasang secara pararel
sehingga arus yang mengalir dibagi-bagi dengan bola lampu.

2. Buatlahhasilpengamatantersebutdalambentuktabel.
Jawab
a. Tabel 1: MengukurArusPada Bola Lampu

NO Vs Itotal Vtotal I1 I2 I3 P1 P2 P3
1 3V 0,5 A 2 V 0,22A 0,24A 0,21A 0,44 Watt 0,48 Watt 0,42 Watt
2 4V 0,61A 3,5V 0,26A 0,28A 0,28A 0,91 Watt 0,98 Watt 0,98 Watt
3 5V 0,69A 4,3V 0,3 A 0,28A 0,32A 1,29 Watt 1,204Watt 1,376Watt

b. Tabel 2: MengukurTeganganPada Bola Lampu

55
N Vs Itotal Vtotal V1 V2 V3 P1 P2 P3
O
1 3V 0,5 A 2 V 2 V 2 V 2 V 1 Watt 1 Watt 1 Watt
2 4V 0,61A 3,5V 3,5 V 3,5 V 3,5 V 2,135Watt 2,135Watt 2,135Watt
3 5V 0,72A 5 V 5 V 5 V 5 V 3,6 Watt 3,6 Watt 3,6 Watt

3. Buatlahkesimpulan
Jawab
Setelahmelakukanpercobaaninimakadapatdiambilkesimpu
lanbahwa ampere meter
selaludipasangseriterhadaprangkaiandan voltmeter
dipasangpararelterhadaprangkaian.danapabilapenghambatarusli
strikdikecilkanmakaarus yang masukpada ampere meter
makinbesar, begitu pula sebaliknya,
danapabilatengangansumberdiperbesarataudibesarkanmaka bola
lampuakanmenyalalebihterang, dannilai yang
ditujukanpadaamperemeterdan voltmeter sama,
akantetapiberbedahanyapadaarus total dan volt totalnya.
DAFTAR PUSTAKA

BambangMurdakaEkaJatidan Tri
KuntoroPriyambodo.FisikaDasaruntukMahasiswa Ilmu-
IlmuEksaktadanTeknik. Yogyakarta: Andi Offset. 2008.
Efrizon Umar.BukuPintarFisika. Jakarta: Media Pusindo. 2008.
Hendi Hartono.Cara CepatdanMudahMenguasaiFisika
SMA.Yogjakarta: Indonesia Tera.2012.

56
BAB IV

RANGKAIAN LISTRIK

Hari/ Tanggal Percobaan : Selasa / 5 Januari 2016.

Nama Asisten : Wilda Safitri.

Tujuan Percobaan :

Setelah melakukan percobaan ini, mahasiswa diharapkan dapat :

a. Mengukur beda potensial dan kuat arus pada rangkaian seri.


b. Mengukur beda potensial dan kuat arus pada rangkaian

paralel.
c. Membuktikan rumus hambatan pengganti untuk rangkaian

seri dan rangkaian paralel.

A. Latar Belakang

Fisika merupakan ilmu yang mempelajari tentang keadaan alam tanpa kita

sadari penerapan fisika sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari. Misal, listrik

yang merupakan kebutuhan yang sangat mempengaruhi aktivitas kita sehari-hari.

Untuk melakukan percobaan ini, pertama-tama kita harus pahami terlebih

dahulu tentang alat-alat listrik dan tata cara memakai alat listrik baik secara

paraler maupun seri. Rangkaian seri dipasang secara bergandengan dan rangkaian

paraler dipasang secara bercabang.

57
B. Dasar Teori
Menurut Agus Tanggoro (2004 : 59) menyatakan bahwa beda potensial

adalah banyaknya energy untuk mengalirkan setiap muatan listrik dari satu titik ke

titik yang lain dalam kawat penghantar.

energi
Beda potensial =
muatacn

Apabila energy (W) dan muatan listrik (Q) beda potensial (V) dapat

W
dirumuskan : V=
Q

Dimana : V = Beda Potensial (Volt)

W = Energi (Joule)

Q = Muatan (Coulomb)

Beda potensial antara dua titik penghantar terjadi apabila dua titik

penghantar itu dihubungan dengan sumber tegangan, misalnya baterai. Dua titik

dikatakan mempunyai beda potensial 1 volt apabila sumber tegangan itu

mengeluarkan energy sebesar satu joule unruk mendapatkan muatan listrik

sebelum satu coulomb dari satu titik ke titik yang lain. Alat yang digunakan untuk

mengatur beda potensial listrik disebut voltmeter.

Menurut Slamet Widodo (2002 : 102) menyatakan bahwa arus listrik dapat

diukur dan hanya timbul pada rangakaian terhadap yaitu rangkaian yang tidak

memiliki ujung tangkai.

Kuat arus listrik (I) banyaknya muatan listrik yang mengalir persatuan

waktu, secara sistematis dapat ditulus :

58
Q
I=
t

Dimana : I = Kuat Arus Listrik (A)

Q = Jumlah Muatan Listrik (Coulomb)

t = waktu (s)

Satuan kuat arus listrik adalah :

coulomb
Satuan I =
satuan
= c/s amper (A) atau

Miliamper (mA) = 10-3 A

Mikroamper(mA) = 10-6 A

Menurut Daryanto (2003 : 98-99) menyatakan bahwa temperature tahanan

(Q) suatu bahan adalah peringatan tahapan pada peringkatan temperature t ° c,

jika R0 = bahan pada 0 ° c R = tahanan pada ° c dan Q. Koefisien

temperature atau tahanan, maka R = R0 {1+a (AQ)}.

Tahanan resistor dihubungkan secara seri yaitu :

a. Arus (I) yang melewati tiap resistor adalah sama.


b. Jumlah tegangan (beda potensial) yaitu ada pada tiap resistor merupakan

tegangan total, yaitu : V = V1+V2+V3+…..


c. Tahanan total merupakan penjumlahan tahanan dari setiap resistor yaitu :
R = R1+R2+R3+….

C. Alat Dan Bahan

1. 3 buah bola lampu


2. Amperemeter

59
3. Ohm meter
4. Volt meter
5. Sumber tegangan
6. Papan rangkain

D. Prosedur Percobaan
1. Diukur hambatan filamen masing-masing bola lampu senter
2. Dirangkai alat-alat seperti gambar dibawah ini (susunan Hambatan seri)

3. Dicatat nilai yang ditunjukan oleh masinh-masing voltmeter dan

amperemeter dalam tabel pengamatan dibawah ini

Sumber Teganagan V I P
Bola I
Bola II
Bola III
Sumber Tegangan

4. Dirangkai alat-alat seperti gambar dibawah ini (susunan hambatan pararel)

60
5. Dicatat nilai yang ditunjukan oleh masing-masing voltmeter dan

amperemeter dalam tabel pengamatan dibawah ini

Sumber Teganagan V I P
Bola I
Bola II
Bola III
Sumber Tegangan

E. Data Pengamatan
a. Pada Rangkaian Seri

61
Sumber Teganagan V I P
Bola I 1V 0,3 A
Bola II 0,5 V 0,3 A
Bola III 0,5 V 0,3 A
Sumber Tegangan 2V 0,3 A

b. Pada Rangkaian Paralel

Sumber Teganagan V I P
Bola I 1V 0,8 A
Bola II 1V 0,7 A
Bola III 1V 0,1 A
Sumber Tegangan 1V 0,7 A

F. Pengolahan Data
a. Pada Rangkaian Seri
P1 = V 1 × I 1
= 0,3 × 1
= 0,3 Watt

P2 = V 2 × I2
= 0,5 × 0,3
= 0,15 Watt

P3 = V 3 × I3
= 0,5 × 0,3
= 0,15 Watt

62
P4 = V 4 × I4
= 2 × 0,3
= 0,6 Watt

b. Pada Rangkaian Pararel


P1 = V 1 × I 1
= 1 × 0,8
= 0,8 Watt

P2 = V 2 × I 2
= 1 × 0,7
= 0,7 Watt

P3 = V 3 × I 3
= 1 × 1,1
=1,1 Watt

P4 = V 4 × I 4
= 1 × 0,7
=1,7 Watt

63
G. Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan
1) Pada rangkaian seri, arus pada setiap bola mengalir sama tetapi hanya

tegangan dan arus pada sumber tegangan yang berbeda.


2) Pada rangkaian paralel, tegangan pada setiap lampu itu sama, tetapi arus

yang mengalir berbeda. Dan rangkaian paralel harus dihubungkan

dengan voltmeter untuk mengukur tegangan.


3) Rumus hambatan pengganti untuk rangkain seri :
Rs = R1+R2+R3+….
Rumus hambatan pengganti untuk rangkaian paraler :
1/Rp = 1/R1 + 1/R2 + 1/R3 + ….

2. Saran

Terimakasih kepada kakak asisten yang telah membimbing kami dalam

melakukan percobaan ini,sarannya semonga kedepannya lebih baik lagi dan

suara kakak tolong diperbesar pada saat kakak menjelaskan.

H. Tugas Dan Pertanyaan Akhir

1. Apa kesimpulan yang dapat diambil dari pengukuran beda potensial dan

kuat arus pada susunan hambatan seri.

Jawab
Kesimpulan dari pengukuran beda potensial dan kuat arus pada hambatan

seri adalah pada rangkaian seri, beda potensial pada sumber tegangan lebih

64
besar dari pada bola I dan bola II sama. Sedangkan kuat arus pada sumber

tegangan berbeda dengan bola I dan bola II. Akan tetapi daya yang

dihasilkan oleh sumber tegangan lebih besar dari pada bola bola lampu I

dan bola II.

2. berdasarkan data yang diperoleh buktikan rumus sussunan hambatan seri,

yaitu: Rn = ∑ Ri .
Jawab

n=¿
merupakan hambatan penganti atau hambatan total atau jumlah R
R¿

pada rangkain seri (Ω) Rn = ∑ Ri didapatkan dari:

Rs = R1 + R2 + R3 + R4 + . . . . . . Ri

Ri = banyaknya hambatan atau hambatan ke (Ω)

3. apa kesimpulan yang dapat diambil dari hasil pegukuran beda potensial dan

kuat arus pada hambatan pararel.

Jawab

Kesimpulan dari pengukuran beda potensial dan kuat arus pada hambatan

paralel adalah pada rangkaian paralel, beda potensial menghasilkan kuat

arus pada bola I dan bola II dan juga sumber tegangan berbeda. Tetapi

beda potensialnya sama dan menghasilkan daya pada sumber tegangan

lebih besar dari pada bola-bola lampu I dan bola II.

65
66
DAFTAR PUSTAKA

Agus, Taranggano. Fisika 3 SLTP. Jakarta : Bumi Aksara. 2004.

Daryanto. Fisika Teknik. Jakarta : PT. Asdi Mahasatya. 2003.

Slamet, Widodo. Bimbingan Pemantapan IPA Fisika. Bandung : CV.Urama

Widya. 2002.

67
BAB V

TRANSFORMATOR

Hari/Tanggal Percobaan : Selasa / 8 Desember 2015

Nama Asisten : Syafri Noor

Tujuan Percobaan :

1. Mempelajari tegangan dan arus induksi sebagai fungsi

dari jumlah lilitan.


2. Mempelajari karakteristrik trgangan arus dan daya arus

transformator.

A. Latar Belakang

Saat ini hamper seluruh benda yang kita gunakan untuk beraktivitas adalah

benda elekrtik yang menggunakan listrik. Bias dikatakan listrik adalah salah satu

kebutuhan pokok di dunia saat ini. Ketika membahas listrik, tentu tidak terlepas

dari kuat arus, beda potensial, dan hambatan. Namun ada beberapa komponen lagi

yang terkait dengan listrik seperti transformator yang berfungsi menaikkan atau

menurunkan tegangan dalam rangkaian AC.

Transformator merupakan sebuah mesin listrik yang dapat meruntuh dan

mentransfer tenanga listrik dari suatu rangkaian ke rangkaian lainnya, dengan cara

induksi melalui gabungan electromagnet pada frekuensi konstan. Pada dasarnya

terdapat beberapa jenis transformator diantaranya yaitu transformator step-up dan

transformator step-down.

B. Dasar Teori

68
Menurut Bambang Murdaka Eka Jati (2010 : 146-148) menyatakan bahwa

transformator bias disebut juga dengan trafo, rmerupakan alat untuk menaik

turunkan tegangan listrik bolak balik. Pembuatan trafo didasari oleh hokum

kirchoff dan hokum faraday. Trafo jenis step-up dingunakan untuk menaikkan

tegangan dan step-down untuk menurunkan tegangan. Trafo terbuat dari sejumlah

pelat besi lunak, dan itu disebut teras.

Teras trafo berada di inti dari 2 buah kumparan. Kumparan pertama terhubung

dengan tgl dan disebut dengan kumparan primer. Sementara itu, kumparan kedua

disebut kumparan sekunder terhubung dengan beban.perbandingan jumlah liltan

yang dikumparan primer (N1) relative terhadap jumlah lilitan di kumparan

sekunder (N2) berhungan dengan peran trafo sebagai step-up dan step-down.

Peran trafo disebut step-up apabila Ƹ2 lebih besar dari Ƹ1 (Ƹ2 > Ƹ1) karena N2 >

N1. Sementara itu, sebagi trafo step-down bila Ƹ 2 lebih kecil dari Ƹ1 (Ƹ2 < Ƹ1)

karena N2 < N1.

Menurut Dr. Muhammad Tiskam (2005 : 122-123 ) menyatakan bahwa arus

bolak balik yang mengalir dalam suatu kumparan, menurut hokum Maxwell

kedua tengangan induksi dalam kumparan akan sebesar : Vind = -N1 x d ∅ /dt

Jika kumparan kedua terletak pada inti besi yang sama sehingga kecepatan

fluks yang sama menembus kumparan kedua, maka tengangan induksi V 2 adalah :

V2 = -N2/N1 x V1.

Transformator adalah sebuah alat yang terdiri dari lilitan primer, lilitan

sekunder dan inti magnet yang berfungsi untuk mengubah basaran listrik.

69
Hubungan antara tegangan V1 dan arus I dan kumparan N menurut persamaan di

atas adalah :

Vp/Vs = Np/Ns = Is/Ip.

Kerungian daya pada transformator terjadi pada inti material dan lilitan kawat

primer dan arus sekunder. Kerugian lilitan dapat dihitung dari tahanan lilitan R dan

I:

Kerugian daya : I2p.Rp+I2s.Rs

Menurut Giancoli (2001 : 186-187) menyatakan bahwa transformator

adalah sebuah alat untuk menaikkan atau menurutkan tegangan AC. Sebuah

transformator memiliki dua komponen kawat yang dinamai dengan inti besi lunak

yang sudah dilaminasi.

Jika tegangan Ac diberikan pada kumparan primer, perubahan medan

magnet yang dihasilkan akan menginduksi tegangan AC berfrekuensi sama pada

kumparan sekunder. Namun, tegangan yang timbul akan berada sesuai dengan

jumlah lilitan pada setiap kumparan. Dari hokum faraday, tegangan atau ggl

terinduksi pada kumparan sekunder adalah : Vs = Ns ∆ ∅ B / ∆ t

70
C. Alat Dan Bahan
1. Multimeter
2. Power Suplay
3. Papan Rangkaian
4. Kumparan N = 400 lilitan dan N = 1600 lilitan
5. Besi Transformator
6. Kabel Penghubung

D. Prosedur Percobaan
1. Dibuat rangkaian seperti pada gambar dibawah ini
2. Diukur tengangan primer dan sekunder untuk beberapa harga tegangan.
3. Diganti kumparan primer dan sekunder, kemudian dilakukan pengukuran

seperti langkah No.2.

71
E. Data Pengamatan
a. Step-up

Vout Vout Vout


No
(Hitungan (Ukur Vout (Lepas Vout
Vp Np Ns
(Terbuka) (Longgar)
.
) ) )
40 160
1. 2v
0 0
40 160
2. 4v
0 0

b. Step-down

Vout Vout Vout


No
(Hitungan (Ukur Vout (Lepas Vout
Vp Np Ns
(Terbuka) (Longgar)
.
) ) )
160 40
1. 4v
0 0
160 40
2. 6v
0 0

72
F. Pengolahan Data

73
G. Kesimpulan Dan Saran

1. Kesimpulan
2.

74
H. Tugas Dan Pertanyaan Akhir

1. Mengapa transformator dapat mengubah tegangan dan arus?


2. Apa yang dimaksud dengan transformator step-up dan transformator

step-down?

Jawaban :
1. Karena dipengaruhi oleh jumlah lilitan, semakin banyak jumlah lilitan

sekunder maka semakin besar tegangan dan arusanya dan semakin

sedikit jumlah lilitan primernya maka semakin kecil tegangan dan

arusnya.
2. a. transformator step-up ialah trafo yamg memiliki jumlah lilitan

sekunder lebih banyak dari pada jumlah lilitan primer (menaikkan

tegangan).

b. transformator step-down ialah trafo yang memiliki jumlah primer

lebih sedikit dari pada jumlah lilitan sekunder (menurunkan tegangan).

75
DAFTAR PUSTAKA

Bambang Murdaka Eka Jati. Fisika Dasar. Listrik –Magnet, optika, fisika modern.

Yogyakarta : andi. 2010.

Dr. Muhammad Tiskam. Eksperimen Fisika Dasar untuk Perguruan Tinggi.

Jakarta : Kencana. 2005.

Giancoli. Fisika Edisi Kelima. Jakarta : Erlangga. 2001.

76
77

Anda mungkin juga menyukai