Anda di halaman 1dari 34

TUGAS MAKALAH

PERANCANGAN SISTEM KENDALI DIGITAL


(MATA KULIAH LABO)

OLEH ;

NAMA : BUDI SATRIAWAN

NIM : D33112260

PRODI TEKNIK SISTEM PERKAPALAN

JURUSAN PERKAPALAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS HASANUDDIN

GOWA

2017
PRAKATA

AND Perkalian secara logic


Base Station Tempat modul hardware diletakkan
BDT Basic Digital Trainer
Biner Sistem bilangan berbasis 2 ( bi = dua )
Digital Digitus ( latin = jari )
Dioda Dua elektroda
EDU Education
EX-OR Exclusive OR
Forward bias Pemberian tegangan arah maju ( true polarity )
Gerbang Sirkit elektronik ( gerbang = gate )
Ground Pembumian ( polaritas negative )
Logika/logic Logic ( masuk akal )
NAND Not AND
Nol ( 0 ) Level tegangan DC pengganti logika 0 ( 0,8VDC )
NOR Not OR
NOT Inverter ( pembalik kondisi )
OFF Kondisi terbuka
ON Kondisi tertutup
OR Penjumlahan secara logic
Satu ( 1 ) Level tegangan DC pengganti logika 1 (5,25 VDC)
Pull-down Hubungan ke Ground dengan resistor
Pull-up Hubungan ke Ground dengan resistor
TTL Transistor Transistor Logic
Vcc Polaritas positive DC power supply
Volt ( V ) Satuan besaran tegangan listrik/beda potensial
Aljabar Bolean Aljabar yang berefferensi pada aljabar biasa dan teori set
& himpunan
Sum Jumlah (penjumlahan)
Product Kali (perkalian)
Sum of Product Jumlah dari perkalian
roduct of sum Perkalian dari jumlah
And Perkalian secara logic
Or Penjumlahan secara logic
Invert Pembalik kondisi logic
Clock Trigger terus menerus (pulsa jam)
Duty cycle Bentuk perioda pulsa
Pulsa Bentuk besaran sinyal listrik
Propagation delay Kelambatan propagasi
Flip-flop Sirkit elektronika digital yang selalu mempunyai output
yang saling komplementaris
Counter COUNting regisTER
Register Sirkit penyimpan data
TPLH Waktu propagasi dari Low ke High
TPHL Waktu propagasi dari High ke Low
74S00 S : Schottky
74LS00 LS : Low power Schottky
74H00 H : High speed
ALS Advane Logic Schottky
TTL Transistor-Transistor Logic
Paritas Bit pendamping bit-bit informasi
Odd parity Jumlah logical 1 berjumlah ganjil
Even Parity Jumlah logical 1 jumlahnya genap
RS-FF Reset-Set Flip-flop
Latch Pengunci
RTL Resistor Transistor Logic
DTL Dioda Transistor Logic
ECL Emitter Couple Logic
MOS Metal Oxide Semiconductor
BJT Bi Junction Transistor
IOH Besarnya arus listrik dari transisi 0 ke 1
VOH Besarnya tegangan dari transisi 0 ke 1IOL Besarnya output arus listrik pada saat
logic low
VOL Besarnya output tegangan listrik pada saat 0Buffer Penyangga
Driver Pendorong
VCC Polaritas + dari dc power supply
Pull-up Pendorong output dari Vcc
Pull-down Pendorong output dari GND
DC Set Bila aktif maka flip-flop akan settingDC Clear Bila aktif maka flip-flop akan
clearing
SIPO Serial In Paralel Out
PIPO Paralel In Paralel Out
PISO Paralel In Serial Out
SISO Serial In Serial Out
Ripple Counter Asynchronous Counter
Paralel Counter Synchronous Counter
Modulus Counter Hitungan maksimum
MSB Most Significant Bit
LSB Least Significant Bit
DCBA 8421
Astabil MV Astabil Multivibrator
Monostabil MV Monostabil Multivibrator
One Shot MV Multivibrator sekali sulut
Bistabil MV Flip-flop
PENGANTAR PERENCANAAN SISTEM DIGITAL

1.1 Definisi Sistem Digital

Sistem merupakan sekumpulan komponen/elemen yang saling terkait satu sama lain
sedemikian sehingga saling bekerja sama untuk satu tujuan tertentu seperti maksud dari si-
perancang sistem tersebut. Sistem Digital: Sistem yang input dan outputnya merupakan
himpunan-himpunan berhingga yang anggotanya berupa besaran diskret. Dalam
implementasinya besaran-besaran tersebut disandikan menggunakan variabel-variabel
biner. Sistem melakukan transformasi data dan isyarat.

Sistem digital merupakan dasar bagi sistem komputer digital dan beberapa sistem kontrol
automatisasi. Sistem digital ini telah diterapkan diberbagai bidang yang sangat luas. Sistem
digital berbeda dengan teknik analog, pada sistem digital hanya dikenal dua keadaan yang
berbeda yaitu HIGH dan LOW (biasanya +5 volts (V) dan 0 volts (V)), yang
direpresentasikan dengan 1 dan 0, aktif dan non-aktif, dan sebagainya. Sebagai contoh
perbedaan sistem digital dengan sistem analog dapat dilihat pada Gambar 1.

(a) (b)
(c) (d)

Gambar 1 AnalogDigital : (a) Bentuk Gelombang Analog; (b) Bentuk Gelombang Digital;
(c) Jam Analog; (d) Jam Digital

Pada gambar 2 ditunjukkan diagram blok sistem digital. Keluaran sistem digital akan
menghasilkan nilai (0) atau (1).

Masukan Keluaran {p,q}


{a,b,c,d}
SISTEM DIGITAL

Penyandian: Keluaran:

Masukan: p=0

a = 00 q=1

b = 01

c = 10

Gambar 2 Diagram blok sistem digital

Untuk dapat mewujudkan pengolahan data dengan sistem digital pada dasarnya kita harus
mengenal rangkaian inti pada sistem digital yaitu :

1 Rangkaian kombinasional ; adalah rangkaian yang outputnya hanya tergantung


pada input pada saat itu. Pada prinsipnya, rangkaian kombinasional merupakan
penerapan dan penerjemah langsung dari aljabar boole, yang biasanya dinyatakan
sebagai fungsi logika. Operator logika yang digunakan dalam aljabar boole adalah
inversi/negasi (NOT), perkalian logika (AND), penambahan logika (OR). Aturan
dalam aljabar klasik juga berlaku pada Aljabar Boole, yaitu :
a Commutative law of addition : A + B = B + A,
dan multiplication : AB=BA
b Associative law of addition: A + (B + C) = (A + B) + C,
dan multiplication: A(BC) = (AB)C.
c Distributive law: A(B + C) = AB + AC,
dan (A + B)(C + D) = AC + AD + BC + BD.

2 Rangkaian sekuensial ; adalah rangkaian yang outputnya tidak saja bergantung


pada input pada saat itu saja tetapi juga bergantung pada keadaan output
sebelumnya.

Komponen Sistem Digital

Komponen Kombinasional:
Multiplexer (MUX)

Tri-state buffer

Decoder

Encoder

Arithmetic units

Komponen Sekuensial:
Latch: S-R latch, Gated D latch

FF: D FF, S-R FF, J-K FF, T FF

Register

Counter

1.2 Ragam Perancangan Sistem Digital

Programmable Logic
ROM + FF

PLA (Programmable Logic Array), PAL (Programmable Array Logig) + FF

CPLD (Complex Programable Logic Device)

FPGA (Field Programmable Gate Array)

Semi-Custom Design
Cell-based design

Full Custom Design

1.3 Level Perancangan Sistem Digital

Level Arsitektural : Sistem dianggap melakukan komputasi data. Pada level ini
dispesifikasikan satu set operasi yang harus dimiliki sistem, spesifikasi
input/outputnya, kecepatan operasi dsb.

Level Logika : Sistem dianggap melakukan satu set fungsi logika untuk
mengimplementasikan spesifikasi level Arsitektural.
Contoh :

State B b

x
State A State C c

d D Q

y
Ck Q
clock
Level Elektronis : Pada level ini, fungsi-fungsi logika yang diimplementasikan pada
level logika akan diimplementasikan ke dalam untai-untai elektronis.

1.4 Spesifikasi dan Implementasi Sistem Digital

Spesifikasi Proses Sintesis Implementasi

Proses Analisis

Spesifikasi :
mengacu pada diskripsi fungsional sistem apa yang dapat dilakukan oleh sistem dan
karakteristik pemakaiannya (kecepatan, teknologi, konsumsi dayanya dsb).

Implementasi :
Implementasi (hasil rancangan) mendiskripsikan bagaimana sistem dikonstruksikan,
dengan saling menghubungkan komponen-komponen dasar pada level tertentu.
Perancangan :
adalah proses merancang implementasi yang dapat memenuhi spesifikasi sistem.
Analisis :
adalah proses mencari spesifikasi sistem, analisis dilakukan terhadap sebuah hasil
rancangan (Implementasi).
Hasil analisis ini dibandingkan untuk menentukan apakah suatu hasil rancangan
memenuhi spesifikasi yang telah ditentukan diawal perancangan

1.5 Sistem Bilangan

Manakah yang benar?

374 374 521


658+ 816+ 655+
1032 10 1301 9 1376 8

324 110 11001


123+ 101+ 01010+
1002 1011 100011

Contoh :
1945 = seribu sembilan ratus empat puluh lima
= 1 ribuan + 9 ratusan + 4 puluhan + 5 satuan
= 1 x 103 + 9 x 102 + 4 x 101 + 5 x 100

Secara umum, nilai suatu sistem bilangan dalam desimal adalah:

N = i=+ _
diri

_
r : radix

di: digit dari sistem dengan radix r

Contoh: untuk r=8

di: 0,1,2,3,4,5,6 & 7

1.5.1 Konversi dari Suatu Sistem Bilangan ke Desimal


( 235,46)7 = ( )10

N = 2x72 + 3x71 + 5x70 + 4x7-1 + 6x7-2

= 2x49 + 3x7 + 5x1 + 4/7 + 6/49 =

(100110,11)2 = ( 32+0+0+4+2+0+0,5+0,25)10

= (38,75)10

1.5.2 Konversi dari Desimal ke Sistem Bilangan Lain

( 123,45)10 = ( 173,3463.. .. )8

( 123)10 = ( 173 )8 ( 0,45)10 = ( 0,3463.. )8

123 :
15 8
sisa 3
0,45
:8 x 8
3,60
1 sisa 7 x8
:8 4,80
0 sisa 1 x 8
6,40
x 8
3,20

1.5.3 Sistem Bilangan Yang Sering Dipakai

- BINER (basis 2)

- OKTAL (basis 8)

- DESIMAL (basis 10)

- HEKSADESIMAL (basis 16)

Contoh:

( 10100111101)2 = ( 1341)10
( 10100111101)2 = ( 2475)8

( 10100111101)2 = ( 53D)16 = ( 53D)H

1.5.4 Pengkodean Lainnya

- Binary Coded Decimal (BCD):

010100111001= ( 539)10

- American Standard Code for Information Interchange (ASCII):

I = ( 49)16 T = (55)16 S = (54)16

- Kode Gray

Desimal Biner Kode Gray

0 0000 0000

1 0001 0001
2 0010 0011

3 0011 0010

4 0100 0110

5 0101 0111

6 0110 0101

7 0111 0100

8 1000 1100

9 1001 1101

Biner : 1 0 0 1 1 0 1

Gray : 1 1 0 1 0 1 1
1.5.5 Pengurangan
10s complement

9s complement
1.5.6 Complement

Desimal complement Biner complement

0 9 0 1
1 8 1 0
2 7
3 6
4 5
5 4 r-1s complement adalah

6 3 komplemen masing-masing digit

7 2
8 1
rs complement = r-1s
9 0
complement +1
56790101010
06913 010011
-- Komplemen
- Komplemen 10 1
Komplemen
2 9 1234 010111
- 3087
- 010110

CONTOH LAIN

- 3087 - 010110
SISTEM KENDALI DIGITAL

Sistem kendali dapat dikatakan sebagai hubungan antara komponen yang membentuk
sebuah konfigurasi sistem, yang akan menghasilkan tanggapan sistem yang diharapkan. Jadi
harus ada yang dikendalikan, yang merupakan suatu sistem fisis, yang biasa disebut dengan
kendalian (plant).

Masukan dan keluaran merupakan variabel atau besaran fisis. Keluaran merupakan hal
yang dihasilkan oleh kendalian, artinya yang dikendalikan; sedangkan masukan adalah yang
mempengaruhi kendalian, yang mengatur keluaran. Kedua dimensi masukan dan keluaran
tidak harus sama.

Pada sistem kendali dikenal sistem lup terbuka (open loop system) dan sistem lup tertutup
(closed loop system). Sistem kendali lup terbuka atau umpan maju (feedforward control)
umumnya mempergunakan pengatur (controller) serta aktuator kendali (control actuator)
yang berguna untuk memperoleh respon sistem yang baik. Sistem kendali ini keluarannya
tidak diperhitungkan ulang oleh controller. Suatu keadaan apakah plant benar-benar telah
mencapai target seperti yang dikehendaki masukan atau referensi, tidak dapat mempengaruhi
kinerja kontroler.

Gambar 1. Sistem pengendalian lup terbuka

Pada sistem kendali yang lain, yakni sistem kendali lup tertutup (closed loop system)
memanfaatkan variabel yang sebanding dengan selisih respon yang terjadi terhadap respon
yang diinginkan. Sistem seperi ini juga sering dikenal dengan sistem kendali umpan balik.
Aplikasi sistem umpan balik banyak dipergunakan untuk sistem kemudi kapal laut dan
pesawat terbang. Perangkat sehari-hari yang juga menerapkan sistem ini adalah penyetelan
temperatur pada almari es, oven, tungku, dan pemanas air.
Gambar 2. Sistem pengendalian lup tertutup

Dengan sistem kendali gambar 2, kita bisa ilustrasikan apabila keluaran aktual telah sama
dengan referensi atau masukan maka input kontroler akan bernilai nol. Nilai ini artinya
kontroler tidak lagi memberikan sinyal aktuasi kepada plant, karena target akhir perintah
gerak telah diperoleh. Sistem kendali loop terbuka dan tertutup tersebut merupakan bentuk
sederhana yang nantinya akan mendasari semua sistem pengaturan yang lebih kompleks dan
rumit. Hubungan antara masukan (input) dengan keluaran (output) menggambarkan korelasi
antara sebab dan akibat proses yang berkaitan. Masukan juga sering diartikan tanggapan
keluaran yang diharapkan.
Untuk mendalami lebih lanjut mengenai sistem kendali tentunya diperlukan pemahaman yang
cukup tentang hal-hal yang berhubungan dengan sistem kontrol. Oleh karena itu selanjutnya
akan dikaji beberapa istilah-istilah yang dipergunakannya.

Istilah-istilah dalam sistem pengendalian adalah :

1. Masukan
Masukan atau input adalah rangsangan dari luar yang diterapkan ke sebuah sistem kendali
untuk memperoleh tanggapan tertentu dari sistem pengaturan. Masukan juga sering disebut
respon keluaran yang diharapkan.

2. Keluaran
Keluaran atau output adalah tanggapan sebenarnya yang didapatkan dari suatu sistem kendali.

3. Plant
Seperangkat peralatan atau objek fisik dimana variabel prosesnya akan dikendalikan, msalnya
pabrik, reaktor nuklir, mobil, sepeda motor, pesawat terbang, pesawat tempur, kapal laut,
kapal selam, mesin cuci, mesin pendingin (sistem AC, kulkas, freezer), penukar kalor (heat
exchanger), bejana tekan (pressure vessel), robot dan sebagainya.

4. Proses
Berlangsungnya operasi pengendalian suatu variabel proses, misalnya proses kimiawi, fisika,
biologi, ekonomi, dan sebagainya.

5. Sistem
Kombinasi atau kumpulan dari berbagai komponen yang bekerja secara bersama-sama untuk
mencapai tujuan tertentu.

6. Diagram blok
Bentuk kotak persegi panjang yang digunakan untuk mempresentasikan model matematika
dari sistem fisik. Contohnya adalah kotak pada gambar 1 atau 2.

7. Fungsi Alih (Transfer Function)


Perbandingan antara keluaran (output) terhadap masukan (input) suatu sistem pengendalian.
Suatu misal fungsi alih sistem pengendalian loop terbuka gambar 1 dapat dicari dengan
membandingkan antara output terhadap input. Demikian pula fungsi alih pada gambar 3.

8. Sistem Pengendalian Umpan Maju (open loop system)


Sistem kendali ini disebut juga sistem pengendalian lup terbuka . Pada sistem ini keluaran
tidak ikut andil dalam aksi pengendalian sebagaimana dicontohkan gambar 1. Di sini kinerja
kontroler tidak bisa dipengaruhi oleh input referensi.

9. Sistem Pengendalian Umpan Balik


Istilah ini sering disebut juga sistem pengendalian loop tertutup . Pengendalian jenis ini
adalah suatu sistem pengaturan dimana sistem keluaran pengendalian ikut andil dalam aksi
kendali.
10. Sistem Pengendalian Manual
Sistem pengendalian dimana faktor manusia sangat dominan dalam aksi pengendalian yang
dilakukan pada sistem tersebut. Peran manusia sangat dominan dalam menjalankan perintah,
sehingga hasil pengendalian akan dipengaruhi pelakunya. Pada sistem kendali manual ini
juga termasuk dalam kategori sistem kendali jerat tertutup. Tangan berfungsi untuk mengatur
permukaan fluida dalam tangki. Permukaan fluida dalam tangki bertindak sebagai masukan,
sedangkan penglihatan bertindak sebagai sensor. Operator berperan membandingkan tinggi
sesungguhnya saat itu dengan tinggi permukaan fluida yang dikehendaki, dan kemudian
bertindak untuk membuka atau menutup katup sebagai aktuator guna mempertahankan
keadaan permukaan yang diinginkan.

11. Sistem Pengendalian Otomatis


Sistem pengendalian dimana faktor manusia tidak dominan dalam aksi pengendalian yang
dilakukan pada sistem tersebut. Peran manusia digantikan oleh sistem kontroler yang telah
diprogram secara otomatis sesuai fungsinya, sehingga bisa memerankan seperti yang
dilakukan manusia. Di dunia industri modern banyak sekali sistem ken dali yang
memanfaatkan kontrol otomatis, apalagi untuk industri yang bergerak pada bidang yang
proses nya membahayakan keselamatan jiwa manusia.

12. Variabel terkendali (Controlled variable)


Besaran atau variabel yang dikendalikan, biasanya besaran ini dalam diagram kotak disebut
process variable (PV). Level fluida pada bejana pada gambar 4 merupakan variabel terkendali
dari proses pengendalian. Temperatur pada gambar 5 merupakan contoh variabel terkendali
dari suatu proses pengaturan.

13. Manipulated variable


Masukan dari suatu proses yang dapat diubah -ubah atau dimanipulasi agar process variable
besarnya sesuai dengan set point (sinyal yang diumpankan pada suatu sistem kendali yang
digunakan sebagai acuan untuk menentukan keluaran sistem kontrol). Masukan proses pada
gambar 4 adalah laju aliran fluida yang keluar dari bejana , sedangkan masukan proses dari
gambar 5 adalah laju aliran fluida yang masuk menuju bejana. Laju aliran diatur dengan
mengendalikan bukaan katup.

14. Sistem Pengendalian Digital


Dalam sistem pengendalian otomatis terdapat komponen -komponen utama seperti elemen
proses, elemen pengukuran (sensing element dan transmitter), elemen controller (control
unit), dan final control element (control value ).

15. Gangguan (disturbance)


Suatu sinyal yang mempunyai k ecenderungan untuk memberikan efek yang melawan
terhadap keluaran sistem pengendalian(variabel terkendali). Besaran ini juga lazim disebut
load.

16. Sensing element


Bagian paling ujung suatu sistem pengukuran ( measuring system) atau sering disebut sensor.
Sensor bertugas mendeteksi gerakan atau fenomena lingkungan yang diperlukan sistem
kontroler. Sistem dapat dibuat dari sistem yang paling sederhana seperti sensor on/off
menggunakan limit switch, sistem analog, sistem bus paralel, sistem bus serial serta si stem
mata kamera. Contoh sensor lainnya yaitu thermocouple untuk pengukur temperatur,
accelerometer untuk pengukur getaran, dan pressure gauge untuk pengukur tekanan.

17. Transmitter
Alat yang berfungsi untuk membaca sinyal sensing element dan mengubahnya supaya
dimengerti oleh controller.
18. Aktuator
Piranti elektromekanik yang berfungsi untuk menghasilkan daya gerakan. Perangkat bisa
dibuat dari system motor listrik (motor DC servo, moto r DC stepper, ultrasonic motor, linier
moto, torque motor , solenoid), sistem pneumatik dan hidrolik. Untuk meningkatkan tenaga
mekanik aktuator atau torsi gerakan maka bisa dipasang sistem gear box atau sprochet chain.

19. Transduser
Piranti yang berfungsi untuk mengubah satu bentuk energi menjadi energi bentuk lainnya
atau unit pengalih sinyal. Suatu contoh mengubah sinyal gerakan mekanis menjadi energi
listrik yang terjadi pada peristiwa pengukuran getaran. Terkadang antara transmiter dan
tranduser dirancukan, keduanya memang mempunyai fungsi serupa. Transduser lebih bersifat
umum, namun transmiter pemakaiannya pada sistem pengukuran.

20.Measurement Variable
Sinyal yang keluar dari transmiter, ini merupakan cerminan sinyal pengukuran.

21. Setting point


Besar variabel proses yang dikehendaki. Suatu kontroler akan selalu berusaha menyamakan
variabel terkendali terhadap set point.

22. Error
Selisih antara set point dikurangi variabel terkendali. Nilainya bisa positif atau negatif,
bergantung nilai set point dan variabel terkendali. Makin kecil error terhitung, maka makin
kecil pula sinyal kendali kontroler terhadap plant hingga akhirnya mencapai kondisi tenang
( steady state).

23. Alat Pengendali (Controller)


Alat pengendali sepenuhnya menggantikan peran manusia dalam mengendalikan suatu
proses. Controller merupakan elemen yang mengerjakan tiga dari empat tahap pengaturan,
yaitu
a. membandingkan set point dengan measurement variable
b. menghitung berapa banyak koreksi yang harus dilakukan, dan
c. mengeluarkan sinyal koreksi sesuai dengan hasil perhitungannya,
24. Control Unit
Bagian unit kontroler yang menghitung besarnya koreksi yang diperlukan.

25. Final Controller Element


Bagian yang berfungsi untuk mengubah measurement variable dengan memanipulasi
besarnya manipulated variable atas dasar perintah kontroler.

26. Sistem Pengendalian Kontinyu


Sistem pengendalian yang ber jalan secara kontinyu, pada setiap saat respon sistem selalu
ada. Pada gambar 7. Sinyal e(t) yang masuk ke kontroler dan sinyal m(t) yang keluar dari
kontroler adalah sinyal kontinyu.
ELEKTRONIKA DIGITAL
A. Pengertian Elektronika Digital
Elektronika digital adalah sistem elektronik yang menggunakan signal
digital.
Signal digital didasarkan pada signal yang bersifat terputus-putus.
Biasanya dilambangkan dengan notasi aljabar 1 dan 0. Notasi 1
melambangkan
terjadinya hubungan dan notasi 0 melambangkan tidak terjadinya
hubungan.
Contoh yang paling gampang untuk memahami pengertian ini adalah
saklar lampu.
Ketika kalian tekan ON berarti terjadi hubungan sehingga dinotasikan 1.
Ketika
kalian tekan OFF maka akan berlaku sebaliknya.

Elektronik digital merupakan aplikasi dari aljabar boolean dan digunakan


pada
berbagai bidang seperti komputer, telpon selular dan berbagai perangkat
lain. Hal
ini karena elektronik digital mempunyai beberapa keuntungan, antara
lain: sistem
digital mempunyai antar muka yang mudah dikendalikan dengan
komputer dan
perangkat lunak, penyimpanan informasi jauh lebih mudah dilakukan
dalam sistem
digital dibandingkan dengan analog. Namun sistem digital juga memiliki
beberapa
kelemahan, yaitu: pada beberapa kasus sistem digital membutuhkan lebih
banyak
energi, lebih mahal dan rapuh.

B. Gerbang Logika
Elektronik digital atau atau rangkaian digital apapun tersusun dari apa
yang disebut
sebagai gerbang logika. Gerbang logika melakukan operasi logika pada
satu atau
lebih input dan menghasilkan ouput yang tunggal. Output yang dihasilkan
merupakan hasil dari serangkaian operasi logika berdasarkan prinsip
prinsip aljabar
boolean. Dalam pengertian elektronik, input dan output ini diwujudkan
dan voltase
atau arus (tergantung dari tipe elektronik yang digunakan).
Setiap gerbang logika membutuhkan daya yang digunakan sebagai
sumber dan
tempat buangan dari arus untuk memperoleh voltase yang sesuai.
Pada diagram rangkaian logika, biasanya daya tidak dicantumkan. Dalam
aplikasinya, gerbang logika adalah blok-blok penyusun dari perangkat
keras
elektronik. Gerbang logika ini dibuat dengan menggunakan transistor.
Seberapa
banyak transistor yang dibutuhkan, tergantung dari bentuk gerbang
logika. Dasar
pembentukan gerbang logika adalah tabel kebenaran (truth table). Ada
tiga bentuk
dasar dari tabel kebenaran yaitu AND, OR, dan NOT. Berikut adalah tabel-
tabel dan
bentuk gerbang logikanya.

Gambar 1. Tabel kebenaran dan representasinya dalam gerbang logika.


Penjelasan dari Gambar 1 di atas adalah sebagai berikut:
- Pada AND, bila ada dua buah input A dan B maka output atau signal
hanya
dihasilkan jika A = 1 dan B = 1.
- Pada OR, bila ada dua buah input A dan B maka output atau signal akan
dihasilkan jika salah satu atau kedua input bernilai 1

- Pada NOT, bila ada satu input mempunyai nilai tertentu maka operasi
NOT
akan menghasilkan output / signal yang merupakan kebalikan dari nilai
inputnya.

Selain bentuk dasar di atas, beberapa bentuk yang merupakan turunan


dari bentuk
dasar juga penting diketahui. Gambar 2. menampilkan bentuk tabel
kebenaran dan
gerbang logika NAND, NOR, dan XOR. NAND adalah hasil operasi NOT +
AND,
NOR adalah operasi NOT + OR sedangkan XOR adalah ekslusif OR. NAND
dan
NOR merupakan bentuk gerbang logika yang banyak sekali digunakan
untuk
membangun perangkat elektronik digital.
Gambar 2. Bentuk turunan tabel kebenaran dan representasinya dalam gerbang logika.

C. Rangkaian Digital
Pada sub bab di atas kita telah belajar tentang bentuk-bentuk gerbang
logika
berdasarkan tabel kebenaran. Sebuah rangkaian digital sebenarnya
disusun dari satu
atau lebih gerbang logika ini. Perhatikan contoh pada Gambar 3. berikut
ini. Kalau
kita perhatikan pada gambar tersebut, pada bagian atas terlihat ada
empat notasi
gerban logika NAND, satu pin untuk sumber daya 5 V dan satu pin untuk
ground.
Sedangkan pada bagian bawah adalah representasi dari rangkaian digital
ini, yaitu
sebuah chip 7400.
2009 http://bambangherlandi.web.id 4

Gambar 3: Contoh rangkaian digital dan representasinya pada hardware


Sistem bilangan

Cara untuk mewakili suatu besaran fisik Dalam hubungannya dengan komputer, dikenal :

Sistem bil. Desimal

Sistem bil. Biner

Sistem bil. Oktal

Sistem bil. Heksadesimal

Sistem Bilangan Desimal:

Bilangan umum m enggunakan sepuluh macam simbol bilangan, yakni :


0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Berbasis sepuluh
Dapat berupa integer desimal atau pecahan decimal

Bilangan Desimal Bilangan Berbasis Sepuluh

Sistem Bilangan Biner:

Menggunakan dua macam simbol bilangan, yakni 0 dan 1

Berbasis dua

Sistem Bilangan Octal :

Menggunakan delapan macam simbol bilangan, yakni :

0 1 2 3 4 5 6 7

Berbasis delapan
Sistem Bilangan Heksadesimal

Menggunakan enam belas macam simbol bilangan, yakni :

0 1 2 3 4 5 6 7 8

9 A B C D E F

Berbasis enam belas

Konversi Bilangan

Diperlukan dalam menerjemahkan keinginan manusia ke dalam kode-kode yang dikenal


oleh sistem digital dan juga diperlukan dalam menerjemahkan kode hasil pengolahan
sistem digital ke informasi yang dikenal oleh manusia.

Konversi Bilangan desimal ke Biner:

Menggunakan Metode Double-Double


Cara ini memerlukan pembagian oleh bilangan 2 secara berulang-ulang terhadap
bilangan desimal yang bersangkutan, dan menuliskan hasil bagi serta sisanya setiap
kali pembagian dilakukan

Contoh :

13(10) = (2) ?

13
2 _6_ 1
Pemba 2 _3_ 0 Has
gi 2 1 il
1
Sis
a
Sehingga, desimal 13 ekivalen dengan biner 1101

Konversi Bilangan Biner ke Desimal

Bobot Biner (Bobot yang bersangkutan merupakan pangkat 2)

Bobot-bobot dalam biner di atas adalah 2^0 (satuan), 2^1 (duaan),


2^2 (empatan), 2^3 (delapanan), 2^4 (enambelasan)

Ekivalensi desimalnya dapat ditentukan dengan menjumlahkan semua


digit biner yang terlebih dahulu telah dikalikan dengan bobot masing-
masing.
Contoh :

11001(2) = (1x2^4) + (1x2^3) + (0x2^2) + (0x2^1) + (1x2^0)

= 16 + 8 + 0 + 0 + 1 = 25(10)

Jadi, biner 11001 ekivalen dengan desimal 25

Konversi Bilangan Biner ke Heksadesimal

Contoh : 1110100011010110(2) = (16)

111010 0011010110

E 8 D 6
Sehingga, 1110100011010110(2) = E8DG(16)

Konversi Bilangan Heksadesimal ke Biner

Contoh : 9AF(16) = (2)


9 A F

1010 1111

Sehingga, 9AF(16) = 10011010111(2)

Anda mungkin juga menyukai