UNIT 6
TEOREMA THEVENIN & NORTON
LABORATORIUM TENAGA LISTRIK
BAB I
METODOLOGI PENELITIAN
1.1 Dasar Teori
1. Teorema Thevenin
Teorema thevenin mengatakan bahwa “suatu rangkaian aktif sembarang
(rangkaian aktif = mengandung sumber tegangan dan/atau sumber arus, baik
bebas (independent) maupun tidak-bebas (dependent), yang linier dan
memiliki dua kutub (terminal) a dan b, dapat digantikan oleh suatu sumber
pengganti berupa sebuah sumber tegangan tunggal Vt yang terhubung seri
dengan sebuah resistor Rt”. Lihat gambar berikut.
a
a Rt
+
rangkaian aktif
VT
linier
b -
b
Rangkaian aktif linier kita anggap sebagai suatu kotak hitam dengan
sepasang terminal keluaran a dan b. dilihat dari arah terminal, rangkaian ini
dapat dianggap sebagai sebuah sumber tegangan Thevenin dengan tegangan
sebesar Vt yang terukur di a-b dalam keadaan tanpa beban (hubungan terbuka
atau open circuit = Voc), dengan sebuah resistor Rt yang terpasang seri dengan
sumber tegangan tersebut. Dengan teorema ini dapat kita hitung dengan cepat
besar arus yang mengalir di beban yang besarnya berubah-ubah.
2. Teorema Norton
Dengan cara serupa, Teorema Norton mengatakan bahwa suatu rangkaian
aktif (rangkaian yang mengandung sumber tegangan dan/atau arus, baik bebas
maupun tidak bebas) yang linier dengan dua kutub terminal a dan b, dapat
digantikan oleh suatu sumber arus IN yang diparalel dengan sebuah resistor RN.
a
a
+
rangkaian aktif
IN RN
linier
b -
b
Rangkaian aktif linier tetap kita anggap sebagai suatu kotak hitam dengan
sepasang terminal keluaran a dan b. dilihat dari arah terminal, rangkaian ini
dapat dianggap sebagai sebuah sumber arus Norton dengan arus sebesar I N
yang akan mengalir dari a ke b bila terminal kita hubung singkat (arus hubung
singkat, arus short circuit = Isc) Resistor RN adalah resistansi yang terukur di
terminal a-b, yang diperoleh dengan menghubungsingkatkan semua sumber
tegangan bebas (independent), dan membuka hubungan semua sumber arus
bebas (independent) yang berada di dalam kotak-hitam tersebut.
Dapat dibuktikan, hubungan kedua parameter Thevenin (Vt dan Rt) dengan
kedua parameter Norton (IN dan RN) adalah :
Voc
RN = RT = Isc
dan besar
VT
IN = Isc = RT
1 KΩ 1 KΩ
A C
4.7 KΩ 4.7 KΩ
B D
Cara I :
RT
a
I
+
VT R
-
b
Gambar 6.4 Rangkain Percobaan Thevenin[1]
a. Mengatur tegangan sumber = VT. Aturlah tegangan sumber V sama
dengan harga VT yang telah diukur pada percobaan terdahulu.
b. Memasang RT seri dengan VT. Sebagai RT, pergunakan rangkaian N
dengan A-B yang dihubung-singkatkan dan pasangkan mengikuti
gambar diatas.
c. Mengukur arus. Ukurlah arus yang mengalir pada R1.
d. Ulangilah percobaan tersebut untuk R lainnya, R2, R3, dan R4 ( = hubung
singkat).
e. Tuliskan hasil percobaan di Tabel yang tersedia dalam lembaran kerja.
Teorema Norton
V=VT RN R=R1
+ +
+ + A C
Vin N
- -
- - B D
Sumber Tegangan
25 Vdc
+ -
+
+ E
Vin
- R1 R2 R3 R4
- F
Sumber Arus
JAWAB
4.7 KΩ 4.7 KΩ
B D
b) Mencari RT=RN
RP x Rs 2,35 ×1
RT =RN = + Rs= + 1=1,701 K Ω=1701 Ω
Rp+ Rs 2,35+ 1
c) Mencari IN
VT 10,52
¿= = =6,184 mA =6184 A
RT 1,701
8
PERCOBAAN PERHITUNGAN
VT(V) RT(Ω) IN(mA VT(V) RT(Ω) IN(mA)
)
10,50 1,671 6,29 10,52 1,701 6,184
Tabel 3.1 perbandingan pengukuran 1
c. Persen kesalahan
HasilPerhitungan−Hasil Percobaan
Persen kesalahan = ¿ ∨x 100 %
Hasil Perhitungan
10,5−10,52
VT = ¿ ∨x 100 %
10,52
= 0,19 %
1,671−1,701
RT = ¿ ∨x 100 %
1,701
= 2,1 %
6 ,29−6,184
IN = ¿ ∨x 100 %
6,184
= 2,6 %
9
a. Perhitungan
- Pada R1
10
V 1= × 10,52=8,99 V
10+1,7
8,99
I 1= =0,899mA
10
- Pada R2
22
V 2= × 10,52=9,76 V
22+1,7
9,76
I 2= =0,443 mA
22
- Pada R3
33
V 3= ×10,52=10,00 V
33+1,7
10,00
I 3= =0,303 m
33
-Pada R4
40
V 4= ×10,52=10,09V
40+1,7
10,09
I 4= =0,252mA
40
PERCOBAAN PERHITUNGAN
R1 R2 R3 R4 R1 R2 R3 R4
c. Persentase kesalahan
Hasil Perhitungan−Hasil Percobaan
Persen kesalahan = ¿ ∨x 100 %
Hasil Perhitungan
0,899−0 , 84
I 1=¿ ∨× 100=1,22 %
0,899
0,443−0 , 39
IR 2=¿ ∨×100=3,8 %
0,443
0,303−0 , 26
IR 3=¿ ∨×100=5,6 %
0,303
0,252−0,2 0
IR 4= ×100=7,1 %
0,252
2) Cara II
a. Perhitungan
6,32× 1,7
R 1= =0,918 mA
10+1,7
6,32× 1,7
R 2= =0,453 mA
22+1,7
6,32 ×1,7
R 3= =0,309 mA
33+ 1,7
6,32× 1,7
R 4= =0,257 mA
40+ 1,7
11
PERCOBAAN PERHITUNGAN
R1 R2 R3 R4 R1 R2 R3 R4
0,918−0 , 84
I 1=¿ ∨× 100=0,87 %
0,918
0,453−0 , 39
I 2=¿ ∨×100=1,5 %
0,453
0,309−0,2 6
I 3= × 100=6,79 %
0,309
0,257−0,2 0
I 4= × 100=3,5 %
0,257
PERCOBAAN PERHITUNGAN
I R1 R2 R3 R4 R1 R2 R3 R4
c. Persentase kesalahan
Hasil Perhitungan−Hasil Percobaan
Persen kesalahan = ¿ ∨x 100 %
Hasil Perhitungan
0,912−0,9 8
I 1=¿ ∨×100=0,21 %
0,912
0,447−0,4 2
I 2=¿ ∨× 100=2,9 %
0,447
0,307−0 , 27
I 3=¿ ∨× 100=4,2 %
0,307
0,256−0,2 1
I 4=¿ ∨×100=5,4 %BAB IV
0,256
PENUTUP
4.1KESIMPULAN
Dapat kita ambil kesimpulan dari percobaan diatas sebagai berikut :
1. Teorema Thevenin merupakan suatu rangkaian aktif sembarang, baik bebas
(independent) maupun tidak bebas (dependent), yang linier dann memiliki 2
kutub a dan b , dapat diganti, oleh suatu sumber tegangan Vt yang terhubung
secara seri dengan sebuah resistor Rt.
2. Teorema Northon merupakan suatu rangkaian aktif yang linier dengan dua
kutub , a dan b dapat digantikan oleh suatu sumber arus In yang di parallel
kan dengan sebuah resistor RN.
3. Pada Teorema Thevenin digunakan yang namanya open circuit dengan
menyusun rangkaian secara seri.
4. Pada Teorema Norton digunakan yang namanya short circuit dengan
menyusun rangkaian secara paralel.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Tim Asisten Laboratorium Tenaga, Modul Praktikum Rangkaian Listrik.
2019,Universitas Sultan Ageng Tirtayasa: Laboratorium Tenaga Jurusan Teknik
Elektro.
LAMPIRAN