Resistansi (R)
Resistansi atau hambatan mempunyai sifat menghambat arus listrik yang
melewatinya. Tegangan yang melalui resistansi adalah berbanding lurus dengan
arus yang mengalir melalui resistansi tersebut.
Nilai Resistansi atau nilai hambatan dalam suatu rangkaian listrik diukur dengan
satuan Ohm dan bersimbol Omega “Ω”.
V=i.R
penjelasan :
P = V . i
P = i2 . R
P = V2 / R
Induktansi (L)
Induktansi mempunyai sifat menghambat arus listrik yang melaluinya serta menunda
timbulnya arus terhadap tegangan yang terpasang. Sifat tersebut pada listrik DC
hanya berfungsi sesaat ketika dihubungkan ke sumber pertama kalinya dan
setelahnya tidak berfungsi lagi. Tetapi dalam arus listrik AC akan berfungsi terus
menerus selama masih terhubung dengan sumber.
V = L (di / dt)
penjelasan :
P = V . i = L (di / dt) . i
Kapasitansi (C)
Kapasitansi mempunyai sifat mempercepat arus listrik yang melewatinya serta
menggeser tegangan tersebut terhadap arus yang melewatinya. Sifat tersebut pada
listrik DC hanya berfungsi sesaat ketika dihubungkan ke sumber pertama kalinya
dan setelahnya tidak berfungsi lagi. Tetapi dalam arus listrik AC akan berfungsi terus
menerus selama masih terhubung dengan sumber.
i = C (dv / dt)
penjelasan :
P = V . i = V . C (dv / dt)
BAB 2. Hukum Kelistrikan
Hukum Ohm
Hubungan antara tegangan dan arus pada sebuah resistor dinyatakan
dengan Hukum Ohm.
Hukum Ohm berbunyi, “Tegangan pada sebuah resistor sama dengan arus yang
mengalir melalui resistor dikalikan dengan besar resistansinya”
V=I.R
atau
I=V/R
Gambar 1
Hukum Ohm berlaku untuk rangkaian arus searah (DC) maupun rangkaian arus
bolak-balik (AC).
Contoh :
Jawab :
I = V/R
= 6/15
= 0,4 A
Hukum Kirchoff
Dalam memecahkan persoalan-persoalan rangkaian yang kompleks diperlukan
hukum-hukum dasar yang tentunya akan menuju ke analisis sistematis. Hukum
tersebut dikenal sebagai Hukum Kirchoff. Hukum Kirchoff ada dua, yaitu :
Bunyi Hukum Kirchoff I yaitu, “Bahwa jumlah aljabar dari arus yang masuk (menuju)
dan arus yang keluar (meninggalkan) pada suatu node atau simpul atau junction
sama dengan nol”.
Gambar 2
penjelasan :
Contoh :
Perhatikan Gambar 2. Tentukan arus I 5 jika arus I1 = 0,5A, I2 = 2A, I3 = 0,75A dan I4 =
4A
Jawab :
Σi = 0
= 0,75 A
Hukum Kirchoff untuk tegangan biasa disebut dengan Hukum Kirchoff II.
Bunyi Hukum Kirchoff II yaitu, “Bahwa jumlah aljabar dari tegangan pada suatu
lintasan tertutup sama dengan nol”.
Gambar 3
U1 – I . R2 – I . R3 – U2 – I . R1 = 0 , jika mengikuti arus (searah jarum jam)
U2 + I . R3 + I . R2 – U1 + I . R1 = 0, jika berlawanan arah jarum jam
penjelasan :
U = tegangan
I = arus
o Jika dalam perjalanan (arus) yang melewati sebuah sumber tegangan dari
terminal negatif (-) menuju ke terminal positif (+), tegangan tersebut akan
didahului dengan tanda positif (+)
o Untuk kebalikannya, jika arus melewati sumber tegangan dari terminal
positif (+) ke terminal negatif (-), tegangan ini akan didahului dengan
tanda negatif (-)
o Dalam perjalanan melalui sebuah resistor dimana arah perjalanan (loop)
tersebut searah dengan arah arusnya, maka penurunan tegangan akan
didahului dengan tanda negatif (-)
o Dalam perjalanan melalui sebuah resistor dimana arah perjalanan (loop)
bertentangan atau berlawanan dengan arah arusnya, maka penurunan
tegangan akan didahului dengan tanda positif (+)
Contoh :
Perhatikan Gambar 3. Tentukan arus jika besarnya U 1 = 10 V, U2 = 4V, R1 = 50Ω,
R2 = 30Ω, R3 = 40 Ω
Jawab :
R seri = 70Ω
I = (10 – 4) / 120
= 0,05A
BAB 3. Rangkaian Dasar Listrik
1. Rangkaian seri
LT = L1 + L2 + L3
penjelasan :
2. Rangkaian paralel
Untuk rangkaian paralel, tegangan pada tiap komponen adalah sama dengan
tegangan sumber. Rangkaian paralel dapat dirumuskan sebagai berikut :
CT = C1 + C2 + C3
Transformasi Bintang-Segitiga dan Segitiga-Bintang
Saat memecahkan masalah rangkaian listrik yang kompleks tidak dapat
disederhanakan hanya menggunakan kombinasi seri dan paralel saja. Untuk
memecahkan rangkaian semacam ini sering digunakan transformasi Bintang-
Segitiga atau Segitiga-Bintang. Rangkaian Bintang dan rangkaian Segitiga adalah
seperti berikut :
Ra = (Rp . Rr + Rr . Rq + Rq . Rp) / Rq
Rc = (Rp . Rr + Rr . Rq + Rq . Rp) / Rp
Rb = (Rp . Rr + Rr . Rq + Rq . Rp) / Rr
Rp = Rb . Ra / (Ra + Rb + Rc)
Rr = Ra . Rc / (Ra + Rb + Rc)
Rq = Rc . Rb / (Ra + Rb + Rc)
Contoh :
o Mengubah rangkaian segitiga menjadi rangkaian bintang
o Mengubah rangkaian bintang menjadi rangkaian segitiga
Teori Superposisi
Teori Superposisi biasa digunakan untuk menganalisa rangkaian yang terdiri dari
beberapa sumber tegangan dan tahanan. Teori Superposisi memudahkan
menentukan arus pada suatu cabang dengan menganggap sumber bekerja satu per
satu. Arus total pada cabang tersebut merupakan jumlah aljabar dari arus tiap
sumber dengan memperhatikan arah arus.
Gambar A
Gambar B
Gambar C
Keterangan :
1.
a. Rangkaian secara keseluruhan
b. Rangkaian berdasarkan sumber tegangan V1. RD2 adalah tahanan
dalam V2
c. Rangkaian berdasarkan sumber tegangan V2. RD1 adalah tahanan
dalam V1
o Untuk mencari arus yang mengalir pada R3 (Gambar A) adalah :
I1 = I1’ + ( – I1’’)
I2 = I2’’ + ( – I2’)
o Berdasarkan Gambar B
o Berdasarkan Gambar C
I’’ = (R1 + RD1) / (R3 + R1 + RD1) . I2’’ ; atau I’’ = I2’’ – I1’’
Contoh :
Jawab :
o Langkah pertama putus salah satu sumber tegangan dan kemudian
dihubung singkat, lalu cari arusnya
o Kemudian sambung lagi sumber tegangan yang diputus tadi dan
putus sumber tegangan awal lalu dihubung singkat, kemudian cari
arusnya
o Kemudian jumlahkan arus tadi sesuai dengan aliran arus masing-
masing
Teori Thevenin
Teori Thevenin biasa digunakan pada rangkaian rumit untuk disederhanakan
menjadi sebuah rangkaian hambatan linier yang terdiri dari satu sumber tegangan
dan satu tahanan seri. Tegangannya disebut sebagai tegangan pengganti VTH dan
tahanannya disebut sebagai tahanan pengganti RTH.
Berikut contoh pengerjaan dengan Teori Thevenin :
o Lepaskan beban resistor 5kΩ.
o Hitung tegangan Thevenin (VTH). Besarnya VTH adalah tegangan
pada titik A-B
o Hitung resistansi Thevenin (RTH)
RTH = 11kΩ
o Hubungkan secara seri Resistor RTH dengan sumber Tegangan
VTH dan hubungkan kembali Resistor Beban 5kΩ
o Hitung total arus beban (IL) dan tegangan beban (VL) pada RL
IL = 0,75mA
VL = IL . RL
VL = 3,75V
Teori Norton
Teori Norton biasa digunakan untuk menyederhanakan rangkaian rumit. Bedanya
dengan Teori Thevenin yaitu Teori Norton menggunakan sumber arus dan tahanan
paralel. Arusnya disebut sebagai Arus pengganti IN dan tahanannya disebut sebagai
tahanan pengganti RN.
o Hubung singkat resistor beban 15Ω
o Mencari Total Resistansi (Rtotal)
o Hitung arus Norton (IN). Besarnya IN adalah titik yang dihubung
singkat sebelumnya
o Lepaskan sumber arusnya, hubung singkat tegangan sumber dan
lepaskan resistor beban
o Hitung resistansi Norton (RN)
o Hubungkan resistor Norton secara paralel dengan sumber arus (IN)
dan pasangkan kembali resistor beban
o Menghitung nilai arus beban (IL) dan nilai tegangan beban (VL)
pada RL
VL = IL . RL
Z’ = a + jb
Keterangan :
a, b : bilangan-bilangan nyata
j3 = -j
j4 = 1
Bentuk bilangan kompleks dapat digambar pada sumbu tegak lurus seperti berikut :
Bilangan kompleks juga dapat ditulis dalam bentuk :
o Bentuk polar (kutub)
Z’ = Z ∠ θ
Keterangan :
o Bentuk trigonometri
Z’ = Z (cos θ + j sin θ)
o Bentuk eksponensial
Z’ = Z . ejθ
Transformasi bentuk Polar ke Rectangular
Contoh :
Tuliskan bentuk eksponensial dan bentuk polar dari vektor A’ = 6 + j5
Jawab :
Besarnya vektor
= 7,81 = 32.005°
Contoh :
Z’3 = Z3 < θ3
Z’4 = Z4 < θ4
dengan artian
Contoh soal :
o Jumlahkan vektor berikut (A’ + B’) = C’ dengan cara bentuk
kompleks dan tuliskan bentuk polarnya. A’ = 12 + j4 dan B’ = -6 + j2
Jawab :
= 6 + j6
o Kurangkan vektor berikut (A’ + B’) = D’ dengan cara bentuk
kompleks dan tuliskan bentuk polarnya. A’ = 25 + j10 dan B’ = -10
– j20
Jawab :
D’ = 35 + j30
Contoh :
Z’3 = Z’1 . Z’2 = Z1 < θ1 . Z2 < θ2
Z’3 = Z1 . Z2 < θ1 + θ2
Z’4 = Z’1 / Z’2 = Z1 < θ1 / Z2 < θ2
Z’4 = Z1 / Z2 < θ1 – θ2
Contoh soal :
o Hitung perkalian dan pembagian 2 vektor tersebut. A’ = 40 < 75°
dan B’ = 8 < 45°
Jawab :
Perkalian
Pembagian
= 5 < 30°
BAB 6. Komponen R, L, dan C pada Listrik AC
o Bentuk gelombang sinus (sine wave)
o Bentuk gelombang kotak (square wave)
o Bentuk gelombang segitiga (triangle wave)
o Bentuk gelombang gigi gergaji (sawtooth wave)
Hubungan antara frekuensi dan periode adalah berbanding terbalik, berarti semakin
besar frekuensi maka periode akan semakin kecil. Secara matematis dapat
dituliskan :
f = 1 / T → T = 1 / f
Keterangan :
Beda Fasa
Fasa pada listrik AC merupakan pergeseran periode waktu dalam arus bolak-balik
dari posisi nol. Beda fasa dalam rangkaian listrik dikenal dengan istilah “lag” atau
“lead”.
Lag artinya harga maksimum atau nol yang dicapai satu siklus lebih lambat dari
siklus lainnya.
Lead artinya harga maksimum atau nol yang dicapai satu siklus mendahului siklus
lainnya.
Harga Efektif dari suatu tegangan atau arus AC adalah sama dengan besarnya
tegangan atau arus DC pada suatu tahanan, dimana keduanya menghasilkan panas
yang sama. Harga efektif sering disimbolkan dengan rms (root mean square).
2. Harga rata-rata
Harga rata-rata dari suatu gelombang sinus adalah harga rata-rata dari setengah
siklus, yang dimulai dari 0 sampai 𝜋.
Keterangan :
Bila perbedaan fase dinyatakan dengan θ, maka θ = 0. Karena tegangan dan arus
sefase, maka impedansinya adalah sama dengan tahanannya itu sendiri :
Z = R < 0°
Z = R + j0
B. Karakteristik Induktor
Pada induktor (L), jika dialiri AC akan terjadi perbedaan fase 90°, yang dimana
tegangan mendahului arus sebesar 𝜋/2 radial.
Gambar Karakteristik Induktor
ZL = 0 + jXL
XL = 2𝜋 f L
C. Karakteristik Kapasitor
Pada kapasitor (C), jika dialiri AC akan terjadi perbedaan fase 90°, yang dimana
arus mendahului tegangan sebesar sebesar 𝜋/2 radial.
XC = 1 / (2𝜋 f C)
o Besar tegangan pada resistor (R)
VR = I . R
o Besar tegangan pada induktor (L)
VL = I . XL
o Besar tegangan pada kapasitor (C)
VC = I . XC
o Tegangan total menurut Hukum Kirchhoff
o Besar Impedansi (Z)
Z = R + j(XL – XC)
atau :
o Besar sudut pergeseran fasa (θ)
atau :
Apabila dalam rangkaian tidak ada salah satu komponen L atau C maka komponen
tersebut bisa dianggap tidak ada (XL atau XC = 0)
Contoh :
Sebuah rangkaian listrik terdiri dari tahanan = 100Ω, induktansi = 500mH dan
kapasitansinya = 330μF dihubungkan secara seri pada frekuensi 50Hz dengan arus
1000mA. Tentukan Impedansi rangkaian, VR , VL dan VC serta tegangan sumber!
Jawab :
o Besar arus pada cabang resistor (IR)
o Besar arus pada cabang induktor (IL)
o Besar arus pada cabang kapasitor (IC)
o Besar arus total
o Besar faktor daya (cos θ) dan sudut pergeseran fasa (θ)
cos θ = IR / It
Apabila dalam rangkaian tidak ada salah satu komponen L atau C maka komponen
tersebut bisa dianggap tidak ada (XL atau XC = 0)
Contoh :
Sebuah rangkaian listrik terdiri dari tahanan = 47Ω dan memiliki kapasitansi = 100μF
dihubungkan secara paralel pada frekuensi 100Hz dengan sumber tegangan 50V <
0°. Tentukan Impedansi rangkaian, arus yang mengalir pada R dan C, arus total!
Jawab :
XC = 1 / (2𝜋 f C)
IR = V / R = 50 / 47 = 1,06A
Untuk rangkaian paralel RLC akan lebih mudah dianalisis jika menggunakan metode
admitansi
Metode Admitansi
Admitansi yaitu kebalikan dari impedansi (Z) yang disimbolkan dengan Y dan
satuannya adalah Mho(Ʊ) atau Siemen (s). Bagian riil disebut konduktansi dengan
simbol G dan merupakan kebalikan dari resistansi (R), sedangkan bagian imajiner
disebut suseptansi dengan simbol B merupakan kebalikan dari reaktansi (X).
o Besar konduktansi (G)
G = Y cos θ = 1 / Z . R / Z = R / Z2
o Besar suseptansi (B)
B = Y sin θ = 1 / Z . X / Z = X / Z2
G = R / R2 + X2
o Dan besar suseptansi
B = X / R2 + X2
o Besar admitansi
Y=1/Z
atau
Y = √(G2 + B2)
o Faktor daya
Cos θ = G / Y
1. Suseptansi induktif dengan simbol BL, dan sering disebut dengan suseptansi
negatif (-BL)
2. Suseptansi kapasitif dengan simbol BC, dan sering disebut dengan suseptansi
positif (+BC)
Contoh :
Sebuah rangkaian listrik terdiri dari tahanan = 25Ω, induktansi = 15,9155mH dan
kapasitansinya = 39,7887μF dihubungkan secara paralel pada frekuensi 100Hz
dengan sumber tegangan 24V < 0°. Tentukan Impedansi rangkaian, arus yang
mengalir pada R dan C, arus total!
Jawab :
G = 1 / R = 1 / 25 = 0,04s
Y = G – BL + BC
= 0,04 – j 0,075
IR = V / R = 24 / 25 = 0,96A
BAB 7. Resonansi
Pada suatu rangkaian RLC terdapat suatu harga frekuensi yang menyebabkan
reaktansi induktor dan kapasitor saling menghilangkan, sehingga didapatkan
karakteristik rangkaian hanya terdiri dari resistor murni (R) saja. Rangkaian tersebut
dikatakan dalam keadaan resonansi apabila arus dan tegangan sefasa. Rangkaian
resonansi ada 2 macam :
Resonansi Seri
Rangkaian RLC seri akan dalam keadaan resonansi apabila impedansi adalah nyata
(Z adalah minimum), jika reaktansi induktor sama dengan reaktansi kapasitor (X L =
XC). Besarnya frekuensi pada saat terjadi resonansi :
fr = 1 / (2𝜋 . √(LC))
keterangan :
Besarnya arus yang mengalir dalam rangkaian akan maksimum jika terjadi
resonansi, karena impedansinya minimum (Zr = R)
I = U / Zr
=U/R
Gambar Resonansi Seri
= 0,707 . Imax
keterangan :
BW = fH – fL
keterangan :
BW : lebar pita dalam satuan Hz
Selain itu terdapat faktor kualitas (Q) yang dimana mempengaruhi bentuk lengkung
resonansi dan juga lebar pitanya. Rumus faktor kualitas (Q) :
Q = 1 / R . √(L / C)
BW ≈ fr / Q
Contoh :
Sebuah rangkaian listrik terdiri dari tahanan = 3,3Ω, Induktansi = 50mH dan
kapasitansinya dihubungkan secara seri pada frekuensi 100Hz dengan sumber
tegangan 220V. Tentukan besar kapasitansinya, besar arus maksimum dan besar
faktor kualitasnya!
Jawab :
XL = XC
C = 1 / (2𝜋 f)2 . L
= 50,66μF
I =V/R
= 220 / 3,3
= 66,67A
Q = 1 / R √(L / C)
= 9,52
Resonansi Paralel
Rangkaian RLC paralel akan dalam keadaan resonansi jika faktor daya dari
rangkaian sama dengan satu dan besarnya suseptansi kapasitif sama dengan
besarnya suseptansi induktif (BC = BL). Besarnya frekuensi pada saat terjadi
resonansi :
fr = 1 / (2𝜋 . √(LC))
Lalu arus yang mengalir pada rangkaian resonansi paralel adalah minimum karena
resonansi impedansi berada pada nilai maksimumnya (Z = R ). Grafik arus terhadap
frekuensi untuk rangkaian resonansi paralel diberikan sebagai berikut :
Untuk besarnya faktor kualitas (Q) dari rangkaian resonansi paralel :
Q = BC / G = BL / G
BW = fH – fL
BW ≈ fr / Q
Contoh :
Sebuah rangkaian listrik terdiri dari tahanan = 5KΩ, Induktansi = 50μH dan
Kapasitansinya = 500pF dihubungkan secara paralel. Tentukan besar frekuensi
resonansi dan besar bandwidth!
Jawab :
fr = 1 / (2𝜋 . √(LC))
= 1006590.1Hz
= 15,811
BW = fr / Q
Daya
Dalam rangkaian listrik, daya adalah besaran yang penting, karena pada umumnya
peralatan listrik selalu berhubungan dengan daya yang dihasilkan. Bahasan kali ini
akan berhubungan dengan daya yang dibangkitkan dalam
bentuk sinusoida. Daya yang diberikan pada suatu alat sebagai fungsi waktu
merupakan hasil dari tegangan dan arus sesaat.
P=v.i
v = VMaxSin ωt
Faktor daya
Dalam rangkaian listrik umumnya mengandung unsur resistansi dan reaktansi atau
impedansi kompleks dan daya yang diserap tergantung pada sifat bebannya. Hal
tersebut terjadi karena beban yang menyerap daya merupakan beban bersifat
resistif, sedangkan beban yang bersifat reaktif tidak menyerap daya. Dengan
demikian, perkalian antara tegangan efektif dengan arus efektif adalah daya semu
(S)
S = V . I ….VA
P = V . I . Cos θ ….Watt
Q = V . I . Sin θ ….VAR
Faktor daya = P / S
= (V . I . Cos θ) / (V . I)
= Cos θ
Contoh soal :
Sebuah rangkaian listrik terdiri dari R seri yang tahanannya belum diketahui,
mempunyai tegangan efektif 50V, dayanya 300 Watt dan faktor dayanya 0,707
menyusul. Tentukan besar komponen rangkaian bila rangkaian bekerja pada
frekuensi 100Hz.
Jawab :
30 = 50 . IEff . 0,707
P = IEff2 . R
30 = (0,8486)2 . R
R = 30 / (0,8486)2 = 41,659Ω
Z = R + j XL
XL = ωL . 2π . f . L
L = ωL / (2π . f)
L = 66,30 mH
BAB 9. Listrik 3 Fasa
Secara umum pembangkit, transmisi dan penggunaan daya dari tenaga listrik
menggunakan sistem berfasa 3. Sebuah sumber yang berfasa 3 adalah sumber
yang mempunyai tiga tegangan yang sama, tetapi berbeda fasa 120° terhadap satu
dengan yang lainnya.
Pada umumnya di Indonesia, sistem 3 fasa ini lebih dikenal dengan nama sistem R-
S-T karena pada umumnya menggunakan simbol R, S, T untuk tiap penghantar
fasanya dan simbol N untuk penghantar netral. Sistem 3 fasa ini secara umum lebih
ekonomis dalam penghantaran daya listrik apabila dibanding dengan sistem 1 fasa,
dengan ukuran penghantar yang sama karena sistem 3-phase dapat menghantarkan
daya listrik yang lebih besar sehingga banyak mesin-mesin di pabrik menggunakan
sistem ini karena lebih ekonomis dan efisien.
Keterangan :
Karena pada rangkaian ini terdapat titik N, rangkaian bintang ini sering disebut juga
rangkaian 3 fasa berkawat 4. Besar tegangan fasa didapat dari saluran fasa dengan
titik N dan disebut dengan Tegangan fasa.
Besarnya UAB menurut gambar diagram fasa tegangan untuk rangkaian bintang
adalah
= 2 UNB . ½ √3
= √3 UNB
UBC = √3 UNC
UCA = √3 UNA
Persamaan-persamaan diatas memperlihatkan bahwa pada rangkaian bintang,
besar tegangan line adalah √3 kali tegangan fasa. Dapat dituliskan :
Menurut gambar diagram fasa tegangan untuk rangkaian bintang, besarnya arus line
dan arus fasa adalah sama. Dapat dituliskan :
I line = I fasa
Jika diperhatikan gambar rangkaian segitiga, besar tegangan fasa sama dengan
besar tegangan saluran atau line. Dapat dituliskan :
U line = U fasa
Sedangkan arus yang mengalir pada masing-masing saluran disebut dengan arus
line. Bisa dilihat pada diagram gambar dibawah dengan ketiga arus fasanya I ba, I
cb, I ac.
Gambar Diagram Arus Rangkaian Segitiga
I aA = I ba + I ca = – I ab + I ca
= 2 . Cos 30°
= 2 . I ca . ½ √3
= √3 I ca
I bB = √3 I ab
I cC = √3 I bc
Untuk kedua sistem rangkaian bintang maupun segitiga pada listrik 3 fasa, daya
setiap fasa dapat ditentukan dengan cara yang sama seperti sistem 1 fasa. Besar
daya rata-rata setiap fasa untuk rangkaian bintang maupun segitiga adalah sama.
Pada hubungan bintang :
P fs = U fs . I fs . Cos θ
= U fs . I line . Cos θ
P total = 3 . P fs
P fs = U fs . I fs . Cos θ
= U line . I fs . Cos θ
P total = 3 . P fs
Untuk faktor daya pada sistem 3 fasa yang seimbang, setiap fasanya memiliki faktor
daya yang sama.
Cos Ф = R fs / Z fs
Besar sudut antara tegangan dan arus fasa juga sama dengan sistem 1 fasa, yaitu :
Contoh soal :
3 buah beban yang seimbang menyerap daya 12 KVA pada πf = 0,75 menyusul,
beban tersebut dihubungkan dengan sumber 3 fasa 380 V(tegangan line) dengan f =
50Hz. Hitung besar tiap komponen dalam rangkaian, jika :
1.
a. Dihubungkan bintang (Y)
b. Dihubungkan segitiga (Δ)
Jawab :
S = 12 KVA
o Saat dihubungkan Bintang (Y) :
VFs = VLine / √3
= 380 / √3 = 219,393 V
o Saat dihubungkan Segitiga (Δ) :
XL = 2𝜋 . f . L